Está en la página 1de 6

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No.

1, (2012) 1-6

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG APARTEMEN


PANDAN WANGI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA UNTUK
DIBANGUN DI BENGKULU
Hanggoro Budiman*, Data Iranata, **, Ananta Sigit S**
Jurusan Teknik Sipil,Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: data@ce.its.ac.id

Abstrak - Dalam tugas akhir ini direncanakan modifikasi


struktur gedung apartemen Pandan Wangi menggunakan
sistem
ganda (dual system) yang akan di bangun di
Muaraaman, Bengkulu. Modifikasi yang dilakukan pada gedung
tersebut adalah jumlah lantai yang semulai 8 lantai menjadi 11
lantai dan direncanakan pada zona gempa 6. Perancangan
gedung ini dihitung berdasarkan Tata Cara Perhitungan
Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002)
dan Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002).
Untuk analisa struktur gedung ini akan ditinjau dengan
pengaruh beban dinamik terhadap struktur gedung tersebut.
Dengan ketinggian gedung 39 meter yang berjumlah 11 lantai
, sehingga struktur tersebut dapat dikatakan cukup tinggi dan
tidak memenuhi salah satu syarat konfigurasi bangunan
gedung sebagai gedung tidak beraturan sesuai SNI 03-17262002 Pasal 4.2.1.
Dari analisa dan perhitungan yang telah dikerjakan maka
diperoleh hasil, yaitu struktur atas terdiri dari tebal plat
lantai12cm dan plat atap 11 cm; dimensi dinding geser 30 cm;
dimensi kolom 80x80; dimensi balok induk untuk lantai 1
sampai lantai 10 adalah 35x50 dan untuk lantai 11 adalah
30x40; dimensi balok anak untuk lantai 1 sampai lantai 10
adalah 30x40 dan untuk lantai 11 adalah 25x35; tangga dengan
tinggi tanjakan 17,5cm dan lebar injakan 30 cm; sedangkan
pada struktur bawah didapatkan dimensi tiang pancang 45cm
Kata Kunci modifikasi, gedung apartemen, sistem ganda.

I. PENDAHULUAN
Letak Indonesia yang berada pada ring fire menyebabkan
indonesia termasuk salah satu negara yang sering mengalami
gempa, dengan perkembangan industri konstruksi di Indonesia
saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat, banyak
metode yang digunakan dalam mendesain bangunan tahan
gempa antara lain metode sistem ganda, metode ini dirasa
paling efisien karena sistem rangka dan dinding geser bekerja
bersama yang akan memperkecil dimensi dari dua komponen
utama tersebut.
Sistem Ganda (dual system) adalah salah satu sistem
struktur tahan gempa untuk daerah resiko gempa kuat yang
memiliki 3 ciri dasar. Yaitu pertama, rangka ruang lengkap
berupa SRPM yang penting berfugsi memikul beban gravitasi.
Kedua, pemikul beban lateral dilakukan oleh dinding
struktural dan SRPM. Ketiga, dinding struktural dan SRPM
direncanakan untuk menahan V (beban dasar geser nominal)

secara proporsional berdasarkan kekakuan relatifnya (R.


Purwono,2006).
Pada tugas akhir ini perencanaan pembangunan apartemen
yang bertempat di kawasan kota Muaraaman, Bengkulu yang
semula bertingkat 8 lantai akan di modifikasi menjadi 11 lantai
dengan menggunakan Sistem Ganda (dual system). Modifikasi
perencanaan struktur ini dilakukan agar gedung ini dapat
dibangun dan sanggup memikul beban-beban yang terjadi baik
gravitasi maupun lateral (gempa) di wilayah resiko gempa
tinggi. Pedoman perhitungan perencanaan gedung tahan gempa
di Indonesia adalah SNI 03-2847-2002 dan SNI 03-1726-2002
yang membahas tentang perencanaan struktur beton bertulang
dan bangunan tahan gempa. Adapun tujuan utama dari SNI 032847-2002 dan SNI 03-1726-2002 adalah membuat struktur
tidak runtuh namun boleh mengalami kerusakan non struktural
bila menerima gaya lateral yang besar akibat gempa.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.Landasan Teori
Perencanaan bangunan tahan gempa ialah bangunan yang
tahan digoncang gempa meski mungkin sebagian bangunan
rusak saat gempa besar tapi bangunan tetap berdiri.
Perencanaan dari suatu struktur gedung pada daerah
gempa haruslah memenuhi falsafah perencanaan gedung tahan
gempa, yaitu:
bangunan dapat menahan gempa bumi kecil atau
ringan tanpa mengalami kerusakan
bangunan dapat menahan gempa bumi sedang tanpa
kerusakan yang berarti pada struktur utama walaupun
ada kerusakan pada struktur sekunder
bangunan dapat menahan gempa bumi kuat tanpa
mengalami keruntuhan total bangunan, walaupun
bagian struktur utama sudah mengalami kerusakan.
(Murty 2002)
Dalam mendesain struktur tahan gempa diperlukan
metode untuk mengkaji ulang sifat struktur nonlinier (daktilitas,
R, verifikasi beban gempa Vb). Saat ini metode yang
berkembang adalah metode Performance Based Design (PBD).
Metoda ini menganggap pengaruh Gempa Rencana terhadap
struktur gedung dianggap sebagai beban-beban statik yang
bekerja pada pusat massa masing-masing lantai, dimana
nilainya ditingkatkan secara berangsur-angsur sampai
melampaui pembebanan yang menyebabkan terjadinya
pelelehan (sendi plastis) pertama di dalam struktur gedung,

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6


kemudian dengan peningkatan beban lebih lanjut mengalami
perubahan bentuk elastoplastis yang besar sampai mencapai
kondisi di ambang keruntuhan. (Budiono dan Yurike 2009)
Desain struktur harus memenuhi syarat Strong ColumnWeak Beam, yang artinya ketika menerima pengaruh gempa
hanya boleh terjadi sendi plastis di ujung-ujung balok, kaki
kolom dan pada kaki dinding geser saja. (Tavio dan Kusuma
2009).
B.Sistem Ganda ( Dual System )
Dalam Standar Perencanaan Gempa untuk Struktur Gedung
SNI 03-1726-2002, gabungan sistem antara Portal dan
Dinding Geser disebut sebagai sistem ganda. Sistem ganda
akan memberikan bangunan kemampuan menahan beban yang
lebih baik, terutama terhadap beban gempa. Dengan sistem
ganda, maka tinggi bangunan dapat mencapai sampai 50
tingkat untuk struktur beton, sedangkan bila digunakan
struktur baja dapat mencapai sampai 40 tingkat. Kemampuan
yang tinggi dalam memikul gaya geser pada system gabungan
antara portal dengan dinding geser disebabkan adanya
interaksi antara keduanya. Interakasi tersebut terjadi karena
kedua system tersebut mempunyai perilaku defleksi yang
berbeda (lihat gambar 2.1). Akibat beban lateral, dinding
geser akan berperilaku flexural/bending mode, sedangkan
frame akan berdeformasi dalam shear mode, dengan demikian,
gaya geser dipikul oleh frame pada bagian atas dan dinding
geser memikul gaya geser pada bagian bawah.
Menurut Standar Perencanaan Gempa untuk Struktur
Gedung SNI 03-1726-2002, rangka pemikul momen harus
sesuai dengan ketentuan dalam Tata Cara Perhitungan Struktur
Beton untuk Bangunan Gedung RSNI 03-2847-2002 dan harus
mampu memikul sekurang-kurangnya 25% dari keseluruhan
beban lateral. Pemeriksaan terhadap rangka pemikul momen
harus dilakukan apabila system rangka pemikul momen
menerima beban geser akibat gempa lebih dari 10%. Bila
beban lateral akibat gempa yang dipikul oleh system rangka
pemikul momen kurang dari 10%, maka pemeriksaan terhadap
kemampuan untuk memikul 25% beban lateral dapat
diabaikan.

Gambar 2.1 Struktur Gabungan Frame dengan


Dinding Geser
Dalam tugas akhir ini, sistem tersebut digunakan sistem
gabungan antara dinding geser dengan rangka pemikul momen
dari beton. Menurut Standar Perencanaan Gempa untuk
Struktur Gedung SNI 03-1726-2002, rangka pemikul momen
tersebut terbagi dalam dua jenis, yaitu:
a. Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK)
SRPMK diharapkan dapat mengalami deformasi inelastis
yang besar apabila dibebani oleh gaya-gaya yang berasal
dari gempa rencana. SRPMK memiliki : m = 5,2 ; Rm =
8,5 dan f = 2,8

2
b. Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM)
SRPMM diharapkan dapat mengalami deformasi inelastis
secara moderat akibat gaya gempa rencana. SRPMM
memiliki : m = 4,0 ; Rm = 6,5 dan f = 2,8
(keterangan : m = daktilitas struktur maksimum ; Rm =
faktor reduksi gempa maksimum dan f = faktor kuat lebih
total yang terkandung di dalam struktur gedung)
III. METODOLOGI
A.Diagram alur perencanaan

B.Penjelasan Diagram Alur Perencanaan)


Dari Diagram alir di atas dapat dijelaskan metodologi yang
dipakai dalam penyusunan tugas akhir ini adalah sebagai
berikut:
1. Pengumpulan Data dan Studi Literatur
a. Pengumpulan data untuk perencanaan gedung, meliputi:
b. Studi Literatur
2. Pemilihan kriteria design
a. Dari data struktur Gedung Apartemen Pandanwangi
akan dirancang dengan metode Sistem Ganda, dengan
wilayah gempa 6
b. Beberapa hal yang perlu diketahui:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6


-

Type bangunan : Apartemen


Letak bangunan : Dekat pantai
Zone gempa
: Zone 6
Tinggi bangunan : 39 m
Jumlah lantai
: 11 lantai
Struktr bangunan : Beton bertulang
Struktur pondasi : Pondasi Tiang Pancang
Mutu beton (fc) : 35 Mpa
Mutu baja (fy) : BJ TD 400 Mpa
BJ TP 240 Mpa

3
4.3 Perancangan Tangga
Detail Penulangan Tangga

IV. PERENCANAAN STRUKTUR SEKUNDER


4.1 Perancangan Struktur Pelat
Peraturan yang digunakan sebagai acuan dalam menentukan
besar beban yang bekerja pada struktur pelat adalah Peraturan
Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983 (PPIUG 1983).
Perletakan pada pelat diasumsikan sebagai perletakan jepit
penuh.
Pelat lantai :
- Tebal plat : 120 mm
- Tulangan arah x : 10 200
- Tulangan arah y : 10 200
- Tul susut&suhu: 8 200

V. ANALISA STRUKTUR UTAMA


Permodelan Struktur Gedung

Gambar penulangan plat lantai


4.2 Perancangan Balok Lift
Tipe Lift
= Duplex
Merk
= LG
Kapasitas
= 15 orang (1000 kg)
Kecepatan
= 60 m/menit
Lebar pintu
= 900 mm
Detail Penulangan Balok Lift

Kontrol Hasil Analisa Strukur


-Kontrol Frame Building System
Tabel Cek Prosentasi base shear SRPMM dan shearwall
Presentase Dalam Menahan Gempa %
No

Kombinasi

1,2 D + 1,0 L + 1,0 Ex

1,2 D + 1,0 L - 1,0 Ex

1,2 D + 1,0 L + 1,0 Ey

1,2 D + 1,0 L - 1,0 Ey

0,9 D + 1,0 Ex

0,9 D - 1,0 Ex

0,9 D + 1,0 Ey

0,9 D - 1,0 Ey

FX

FY

SRPM

Shearwall

SRPM

Shearwall

23,47
23,25
25,93
25,04
26,35
26,20
25,76
25,22

76,53
76,75
74,07
74,96
73,65
73,80
74,24
74,78

22,99
21,77
24,52
23,22
27,36
26,93
27,36
26,93

77,01
78,23
75,48
76,78
72,64
73,07
72,64
73,07

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6


Detail penulangan balok induk

-Kontrol Partisipasi Massa


Mode
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Period
5,144369
4,200156
2,450512
1,302236
1,021548
0,621288
0,595026
0,50027
0,382003
0,339855
0,289149

UX
77,7837
0,0214
0,0195
13,6747
0,0012
4,5662
0,003
0,0004
1,761
0,0008
0,0008

UY
0,0144
73,1417
2,057
0,001
16,9
0,0002
0,3564
4,109
0,0004
1,3312
0,0794

UZ
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

SumUX
77,7837
77,8052
77,8247
91,4994
91,5006
96,0668
96,0698
96,0702
97,8312
97,832
97,8328

SumUY
0,0144
73,1561
75,2131
75,214
92,1141
92,1143
92,4707
96,5797
96,5801
97,9113
97,9907

Sehingga dari tabel di atas menunjukkan bahwa dengan 5


mode sudah mampu memenuhi syarat partisipasi massa sesuai
SNI 03-1726-02 ps 7.2.1.
5.1 Perancangan Balok Induk
Data-data yang digunakan untuk penulangan balok :
o
o
o
o
o
o
o

= 35 MPa
= 400 Mpa (tul. utama)
= 320 Mpa (tul. sengkang)
Dia. tul. utama = D 22 mm (As = 380,13 mm2)
Dia. tul. sengkang= 12 mm (As = 113,09 mm2)
Decking = 40 mm
d
= 500401222/2 = 437 mm (1baris)
d
= 40+12+22/2 = 63 mm
fc
fy

Gambar Denah Pembalokan


kN-m

kN-m

400
350

400
350

300

300

250

250

200

200

150

100

50
3

100
9

200
300

50
100

150
250

50

50

150
100

150
200

10
7

250
300

350

350

400

400

Gambar momen envelope balok induk

5.2 Perancangan Kolom dan Hubungan Balok Kolom


Dalam perancangan ini kolom direncanakan dengan sistem
cor di tempat, adapun data-data perancangannya sebagai
berikut :
o Dimensi Kolom
= 800 x 800 mm2
o Mutu Beton, fc
= 35 Mpa
= 400 Mpa
o Mutu Baja, fy
o Selimut Beton
= 40 mm
o Tul. Utama
= D 25 mm
o Tul. Sengkang = 12 mm
o d
= 800-40-12-(25/2) = 735,5 mm
Dimensi Balok
= 350 x 500 mm2
o Selimut Beton
= 40 mm
o Tul. Utama
= D 22 mm
o Tul. Sengkang = 12 mm
o Asatas(5 D22)
= 1901 mm2
o Asbawah(2 D22)
= 760 mm2
o Tebal Plat Lantai = 120 mm
o Tul. Plat Lantai
= 10-100 mm
Gambar Detail penulangan sendi plastis dan di luar sendi
plastis

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6


5.3 Hubungan balok kolom

5
6.2
Perancangan Pondasi Shearwall
Data-data dalam perencanaan pondasi adalah :
Dimensi poer ( B x L ) = 4500 x 8850 mm
Tebal poer ( t ) = 1000 mm
Diameter tulangan utama = D 25 mm
Tebal selimut beton = 70 mm
Tinggi efektif balok poer
Arah x ( dx ) = 1000 70 .25 = 917,5 mm
Arah y ( dy ) = 1000 70 25 .25 = 892,5 mm

5.4 Perancangan Dinding Geser


Detail tulangan panel 1 dan panel 2 dapat diliat pada gambar
di bawah ini:

Potongan melintang boundary zone panel 1 dan panel 2


shearwall Lkiri bawah
VI. PERENCANAAN PONDASI
6.1
Perancangan Pondasi Kolom
Data-data dalam perencanaan pondasi adalah :
Dimensi poer ( B x L ) = 3800 x 2600 mm
Tebal poer ( t ) = 750 mm
Diameter tulangan utama = D 22 mm
Tebal selimut beton = 70 mm
Tinggi efektif balok poer
Arah x ( dx ) = 750 70 .22 = 669 mm
Arah y ( dy ) = 750 70 22 .22 = 647 mm

Gambar penulangan pondasi shearwall


6.3

Gambar Penulangan Pondasi Kolom

Perencanaan Balok Pengikat (Tie Beam) Pondasi


Dalam perancangan sloof ini diambil contoh perhitungan
pada sloof As D 10-11 :
= 375399,18 kg
Gaya aksial kolom
Pu = 10% 375399,18 kg = 37539,918kg = 375399,18 N
Dimensi sloof
= 400 600 mm2
Mutu beton (fc)
= 35 MPa
Mutu baja (fy)
= 400 MPa
Tulangan utama
= D22
Tulangan sengkang
= 12
Selimut beton
= 50 mm

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6


d = 600 50 12 (1/2 22)

527 mm
4.
5.

pembimbing kedua yang telah banyak memberikan


bimbingan dan arahan dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
Ir. Fifi Sofia, selaku dosen wali penulis.
Semua teman-teman yang tidak mungkin saya sebut satu
persatu dari PDAM sampai Mahasiswa LJ ITS terutama
teman saya yang bernama Fajar bin Kimpar atas segala
bantuannya baik secara langsung maupun tidak langsung.
DAFTAR PUSTAKA

[1]

[2]

Gambar Penampang Tie Biem daerah tumpuan dan lapangan


[3]

VII. KESIMPULAN/RINGKASAN
Sesuai dengan tujuan penulisan tugas akhir ini, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Perancangan pre-elimenari desain dinding geser sesuai SNI
2847 ps 16.5.3.1, didapatkan tebal dinding geser untuk
masing-masing type adalah 30 cm.
2. Dari hasil perancangan struktur gedung Apartemen dengan
menggunakan Sistem Ganda didapatkan data-data
perancangan sebagai berikut :
Mutu Beton
: 35 Mpa
Mutu Baja
: 400 Mpa
: 11 cm
Tebal Pelat Atap
Tebal Pelat Lantai
: 12 cm
Jumlah Lantai
: 11 Lantai
Ketinggian Tiap Lantai : 3,5 meter
Tinggi Total Gedung
: 39 meter
Dimensi Balok Anak Lantai : 30 x 40 cm
(tulangan utama D16 mm dan sengkang 8 mm)
Dimensi Balok Anak Atap : 25 x 35 cm
(tulangan utama D14 mm dan sengkang 8 mm)
Dimensi Balok Induk Lantai: 35 x 50 cm
(tulangan utama D22 mm dan sengkang 12 mm)
Dimensi Balok Induk Atap : 30 x 40 cm
(tulangan utama D22 mm dan sengkang 12 mm)
Dimensi Kolom
: 80 x 80 cm
(tulangan utama D25 mm dan sengkang 12 mm)
3. Struktur bawah bangunan terdiri dari 2 jenis pilecap, yaitu
pilecap pondasi kolom dan pilecap pondasi shearwall.
Keduanya menggunakan tiang pancang pracetak dengan
diameter 45cm.
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam tersusunnya Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan
yang diberikan oleh berbagai pihak. Untuk itu kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga saya dapat menyelesaikan proyek akhir ini.
2. Kedua orang tua saya, yang telah membantu baik secara
moral maupun materi.
3. Data Iranata, ST. MT. PhD, selaku dosen pembimbing
pertama dan Ir. Ananta Sigit S,MSc. PhD, selaku

[4]

[5]
[6]

Badan Standarisasi Nasional,2002. Tata Cara Perencanaan Struktur


Beton untuk Bangunan Gedung, SNI 03-2847,2002. Jakarta : Standar
Nasional Indonesia.
Badan Standarisasi Nasional,2002. Tata Cara perencanaan Ketahanan
Gempa Untuk Bangunan Gedung, SNI 03-1726-2002. Jakarta : Standar
Nasional Indonesia.
Cormac, Jack C. Mc, 2003. Desain Beton Bertulang Jilid 2. Jakarta :
Erlangga, Edisi kelima.
Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan. 1983. Peraturan
Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983. Bandung : Yayasan
Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan.
Purwono R, 2005. Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan
Gempa. Surabaya : ITS Press.
Tavio, Benny Kusuma,2009. Desain Sistem Rangka Pemikul Momen
dan Dinding Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa. Surabaya : ITS
Press.

También podría gustarte