Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
terbebaskannya
gas
CO2,
sehingga
akan
menyebabkan
berkurangnya kelarutan CaCO3. Hal ini berarti penurunan tekanan pada suatu
pembentukan
scale.
Temperatur
mempunyai
pengaruh
pada
pembentukan semua tipe scale, karena kelarutan suatu senyawa kimia sangat
tergantung pada temperatur. Misalnya kelarutan CaCO3 akan berkurang dengan
kenaikan temperatur dan kemungkinan terbentuknya scale CaCO3 semakin besar.
2. Mekanisme Terbentuknya Scale
a.
b.
c.
CaSO4
BaSO4
Scale ini terbentuk dari kombinasi ion kalsium dan ion karbonat atau
bicarbonate, sesuai dengan reaksi :
Ca++ + CO3=
CaCO3
Ca++ + 2(HCO3)
= pH pHs ..
(4-1)
pHs
= K + pCa + pAlk
(4-2)
(4-3)
Dimana :
SI
pH
= pH air sebenarnya
pCa = log
..
(4-4)
(4-5)
molCa+2/ liter
1
pAlk = log
totalequivalenalkalinitas
Harga pCa dan pAlk selain dari grafik dapat pula dengan menggunakan
persamaan berikut :
pCa = 4,5997 0,4327 ln (Ca+2).......................... (4-6)
pAlk = 4,8139 0,4375 in (CO3 + HCO3) ............ (4-7)
Total alkanitas = (CO2=) + (HCO3-)
(4-8)
Dalam membuat perhitungan daya larut CaCO3 menurut metode ini harus
diketahui pH, temperatur air dan konsentrasi ion-ion, Na+, Ca+2, Mg+2, Cl-, CO3-2,
HCO3-, dan SO4-2.
Untuk mengetahui harga K dapat diperoleh dari Gambar 4.1 mengenai
korelasi antara ionic strength dan K pada temperatur yang berbeda-beda. Dan
harga pCa dan pAlk dapat ditentukan dari Gambar 4.2.
saturasi CaCO3 dan tidak akan berbentuk scale, tetapi akan bersifat korosif.
Adanya garam yang berbeda-beda akan mempengaruhi harga K yang diperoleh.
Dalam air tawar, efek ini dapat diabaikan, tetapi dalam air formasi haruslah
diperhitungkan karena hal ini dapat mempengaruhi hasil perhitungan.
Untuk menanggulangi perolehan data yang kurang akurat maka dilakukan
koreksi dengan mensubstitusikan harga tenaga ion atau ionic strength dengan
menggunakan persamaan berikut :
= (C1Z12 + C2Z22 + . + CnZn2).. (4-9)
Dimana :
= kekuatan ion (ionic strength)
C = konsentrasi ion (mol/ 1000 gr air)
Z = valensi ion.
Jadi untuk menghitung Stability Index (CaCO3, menurut metode ini harus
diketahui data-data dari konsentrasi ion-ion yang terkandung di dalam formasi,
pH air dan temperatur. Dari hasil perhitungan dapat ditentukan :
SI < 0 : air tidak jenuh dan scale CaCO3 tidak mungkin terbentuk.
Hasil yang didapat dari Persamaan (4-3) hanya digunakan sebagai
Gambar 4.3. Contoh Hasil Analisa Air Formasi Menggunakan Diagram Stiff4)
Air yang mengandung CO2 dalam bentuk apapun cenderung membentuk
kerak atau korosi, tergantung pada pH dan temperatur. Hal ini dapat diketahui dari
inseks stabilitas CO2 yang terdapat dalam air sebagai asam arang (H2CO3),
bikarbonat (HCO3) atau karbonat (CO3). Jika air terlalu jenuh CO2, maka asam
arang didapati terlarut dalam air. Sedangkan bikarbonat akan didapat dalam air
jika kondisi air mempunyai pH berkisar antara 8,5 11.
4.b. Identifikasi Problem Scale CaSO4
Data yang sama diperlukan dalam perhitungan ini seperti halnya pada
perhitungan SI CaCO3. Perhitungan kelarutan gypsum dibandingkan dengan
konsentrasi actual Ca++ dan SO4= yang terdapat dalam air. Jika S lebih kecil dari
kedua konsentrasi Ca++ dan SO4= maka air tidak dijenuhi dengan gypsum dan scale
tidak terbentuk.
Metoda Skillman, Mc. Donald dan Stiff telah banyak digunakan untuk
memperkirakan kelarutan gypsum dilapangan minyak pada temperatur diatas 80 0
C. Metoda ini didasarkan pada pengukuran kelarutan thermodinamika dan
mempunyai persamaan sebagai berikut :
S 1000
X 2 4K X
....................................................
(4.10)
Dimana :
S = Kelarutan gypsum hasil perhitungan, meq/lt
K = Konstanta yang merupakan fungsi komposisi air dan temperatur.
X = Kelebihan konsentrasi ion dalam mole/lt, atau perbedaan konsentrasi ion
calsium dan sulfate, yang dihitung dengan menggunakan persamaan.
X = (2,5 Ca- 1,04 SO4) x 10-5) .................................................. (4.11)
5.
6.
diperlukan suatu usaha untuk pemecahannya. Terdapat tiga faktor penting yang
membentuk emulsi stabil, yaitu :
1. Adanya dua macam cairan yang immiscible.
2. Adanya pengadukan/ agitasi yang cukup kuat untuk menyebarkan cairan
yang satu ke dalam cairan yang lainnya.
3. Adanya emulsifying agent yang dapat membuat emulsi menjadi stabil.
Di dalam emulsi cairan dalam bentuk butiran-butiran yang tersebar disebut
dispersed (internal) phase dan cairan yang mengelilingi butiran-butiran itu disebut
continuous (external) phase. Secara umum emulsi dapat diklasifikasikan menjadi
2 (dua), yaitu :
1. Water in oil (W/O) emulsion dimana air sebagai dispersed dan minyak
sebagai continuous phase. Water in oil emulsion inilah yang sering
dijumpai.
2. oil in water (O/W) emulsion, dimana minyak sebagai dispersed phase dan
air sebagai continuous phase.
Emulsi yang stabil adalah emulsi dimana minyak dan air tidak dapat
memisahkan diri tanpa bantuan dari luar.
2.
Emulsi yang tidak stabil adalah emulsi dimana minyak dan air dapat
memisahkan dirinya tanpa bantuan dari luar, cukup hanya diberikan
settling time saja.
Emulsifying agent, pada emulsi minyak bumi yang stabil. Hal ini terdiri
dari : asphant, resin, oil soluble organic acid dan material-material halus
yang lebih larut atau dapat berpencar dalam minyak daripada dalam air.
Prosentase air yang tinggi akan membentuk emulsi yang kurang stabil,
sehingga mudah dipisahkan dari minyaknya.
Dengan cara ini diharapkan air, emulsi dan minyak akan terpisah secara
gravitasi (karena perbedaan densitasnya). Peralatan yang dipakai dapat
berupa : gun barrel atau wash tank, free water knock out, storage tank, atau
oil skimmer.
2. Metode Kimiawi (penggunaan demulsifier)
Dengan metode ini dapat merusak film dari emulsifying agent yaitu dengan
membuat kaku dan merekrutkannya.
3. Metode pemanasan
Metode ini diterapkan dengan anggapan dispersed phase dalam emulsi
tetap dalam keadaan bergerak (seperti gerak Brown dalam larutan koloidkoloid zig-zag). Panas akan mempercepat gerakan tersebut dan
menyebabkan partikel dispersed phase saling tubrukan lebih sering dengan
kekuatan lebih besar, sehingga menyebabkan lapisan film yang dibentuk
emulsifying agent menjadi pecah, dan viskositas cairan makin berkurang
yang menyebabkan air terpisah. Di lapangan metode ini diterapkan pada
alat-alat Heater Treater.
4. Metode elektrik (listrik)
Prinsip metode ini adalah merusak atau menetralkan film penyelubung
butiran-butiran air yang diinduksi oleh medan listrik statis, sedangkan
minyak sebagai continious phase diinduksikan sehingga butiran-butiran air
yang lebih besar akan cepat mengendap dibanding butiran air kecil.
5. Metode kombinasi
Di lapangan, metode kombinasi inilah yang sering diterapkan yaitu metode
panas-kimiawi dan kimiawi-listrik. Selain itu terdapat metode kombinasi
dengan sistem mekanik, yaitu :
Filtering, dimana emulsi dipaksa mengalir melalui filter (saringan)
sehingga film yang menyelubungi dispersed phase pecah, namun
demikian ternyata tidak semua terpecahkan.
Centrifuging, dimana emulsi dipecah dengan gaya centrifugal.
Seringkali metode pemecahan problem emulsi juga dikombinasikan
dengan memecahkan problem korosi.
Flow line
Separator
Di stock tank
3. Cara mengatasi problem parafin
Mekanik (direservoir : hydroulic facturing, di tubing dengan alat scraper dan
cutter dan di flowline dengan alat pigging).
Kombinasi dengan pemakaian solvent (korosen, kondensate, dan minyak
diesel) dengan cara pemanasan (pemakaian heater treater, steam simulation
atau thermal recovery seperti injeksi uap).
Pemakaian larutan air + calcium carbide atau acethylene.
Acidizing
Kedua faktor (endapan inorganik dan organik) ini akan menghambat aliran
fluida reservoir ke sumur produksi dan membentuk daerah kerusakan atau zone
damage. Penurunan produksi dari sumur minyak tergantung dari banyaknya dan
tempat dimana endapan tersebut terdapat Gambar 4.6. merupakan model dari
endapan parafin.