Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap pekerjaan selalu memiliki potensi risiko bahaya dalam bentuk
kecelakaan kerja. Besarnya potensi kecelakaan dan penyakit kerja tersebut
tergantung dari jenis produksi, teknologi yang dipakai, bahan yang
digunakan, tata ruang dan lingkungan bangunan serta kualitas manajemen dan
tenaga-tenaga pelaksana (Simanjuntak, 2003).
Berdasarkan Kepmenkes Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang
Kebijakan Dasar Puskesmas menyatakan bahwa Puskesmas merupakan Unit
Pelaksana
Teknis
Dinas
(UPTD)
Kesehatan
Kabupaten/Kota
yang
upaya
kesehatan
melalui
upaya
pencegahan,
ini
menunjukkan
bahwa
Puskesmas
mempunyai
manajemen
risiko,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1 Definisi
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah upaya untuk
memberikan
derajat
jaminan
kesehatan
pencegahan
keselamatan
para
kecelakaan
dan
pekerja/buruh
dan
penyakit
meningkatkan
dengan
cara
akibat
kerja,
dan
Kesehatan
Kerja
menurut
World
Health
Berdasarkan
Undang-Undang
No
Tahun
1970
cidera,
penyakit,
kematian,
kerusakan
atau
b
c
mudah terbakar
Bahaya peledakan, disebabkan oleh substansi kimia yang sifatnya
explosive
Bahaya kesehatan kerja (Health Hazard)
Merupakan jenis bahaya yang berdampak
pada
kesehatan,
Bahaya pathogen, antara lain beban kerja yang terlalu berat, hubungan
dan kondisi kerja yang tidak nyaman.
Manusia
Kesalahan utama yang disebabkan oleh manusia adalah kurang terampil,
kurang tepat, terganggu emosinya sehingga menyebabkan timbulnya
Lingkungan kerja
7
C. Kecelakaan Kerja
1 Definisi
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,
Kecelakaan Kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan
tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu
aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun
harta benda. Sedangkan menurut Mayendra (2012), kecelakaan akibat
kerja merupakan suatu kejadian yang tidak diduga, tidak dikehendaki, dan
dapat menyebabkan kerugian, baik jiwa maupun harta benda, yang terjadi
disebabkan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan, serta
dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke
rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.
Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduka dan tak diharapkan.
Sedangkan kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berhubung dengan
hubungan kerja di perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti
kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan
atau
pada
waktu
Faktor pekerjaan
1)
2)
3)
4)
5)
interaksi
diantara
keduanya
tidak
sesuai
maka
akan
Teori ini diperkenalkan oleh H.W. Heinrich tahun 1931. Konsep dasar
dari teori ini adalah:
1)
Kecelakaan adalah sebagai suatu hasil dari serangkaian
kejadian yang berurutan dan tidak terjadi dengan sendirinya.
2)
Penyebabnya adalah faktor manusia dan faktor fisik.
3)
Kecelakaan tergantung kepada lingkungan fisik kerja dan
lingkungan sosial kerja.
4)
Kecelakaan terjadi karena kesalahan manusia.
Heinrich menekankan bahwa kecelakaan lebih banyak disebabkan oleh
kesalahan yang dilakukan manusia. Pada gambar di bawah ini menjelaskan
bahwa penyebab kecelakaan seperti domino yang disusun berurutan. Bila
domino pertama roboh, maka semua domino di kanannya pun akan roboh.
Dengan demikan, bila terjadi kesalahan manusia, maka tercipta kecelakaan
dan kerugian akan terjadi.
10
yang
hanya
disebabkan
oleh
pekerjaan,
misalnya
pneumoconiosis.
2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya
karsinoma bronkhogenik.
3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara
faktor-faktor penyebab lainnya, misalnya bronchitis kronis.
4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada
sebelumnya, misalnya asma.
Faktor penyebab penyakit akibat kerja (Sumamur,2009) antara lain :
1. Golongan fisik
a) Suara, yang bisa menyebabkan pekak atau tuli
b) Radiasi sinar Ro atau sinar-sinar radio aktif, yang mnyebebkan penyakit
antara lain penyakit susunan darah dan kelainan kulit.
c) Suhu yang tinggi menyebabkan heat stroke, atau hyperperexia,
sedangkan suhu-suhu yang rendah antara lain menimbulkan frosbite.
d) Tekanan yang tinggi menyebabkan caisson desease.
e) Penerangan lampu yang kurang baik biasanya menyebabkan kelainan
pada indera pengelihatan atau kesilauan yang mempermudah terjadinya
kecelakaan.
2. Golongan kimia, yaitu :
a) Debu yang menyebabkan pneumoconiosis, diantaranya : silicosis,
asbestosis, siderosis, dan lain-lain.
b) Uap yang diantaranya menyebabkan metal fume fever, dermatitis atau
keracunan.
3. Gas, misalnya keracunan gas CO, H2S, dan lain-lain.
4. Golongan infeksi, dikarenakan oleh bibit penyakit.
5. Golongan fisiologis, yang disebabkan oleh kesalahan-kesalahan konstruksi
mesin, sikap badan kurang baik, yang lama kelamaan menimbulkan
kelelahan fisik bahkan lambat laun merubah bentuk fisik pekerja.
6. Golongan mental psikologis, hal ini terlihat misalnya pada hubungan kerja
yang tidak baik, atau misalnya keadaan monoton.
12
Manajemen
langkahmemutuskan
Risiko,
bagaimana
perencanaan
mendekati
dan
meliputi
merencanakan
Minor
Moderat
Major
14
Pengertian
Salah
satu
kegiatan
yang
dilakukan
untuk
yang dalam
pada
tiap-tiap
tahapan
pekerjaan/tugas
yang
b.
dan gagasan.
Apabila orang tersebut tidak paham akan perannya
dalam pembuatan JSA, maka diberi pengarahan dahulu
c.
terhadap
melakukan
pekerjaan
dan
e.
tersebut.
Memeriksa dengan seksama dan mendiskusikan hasil
17
potensi
sehingga
bahaya
tenaga
kerja
disetiap
aktivitas
diharapkan
mampu
studi
terhadap
pekerjaan
untuk
Untuk
keluar
dari
masalah
tersebut,
dengan
cara
mengklarifikasi
tugas
yang
identifikasi
tersebut
tergantung
pada
tingkat
menyebabkan
terjadinya
kekerapan
terjadinya
kecelakaan
makin
luka
baik
luka
yang
dapat
19
terjadi
nearmiss
atau
kecelakaan
terlebih dahulu
b. Menguraikan pekerjaan menjadi langkah-langkah dasar
Dari setiap pekerjaan diatas dapat dibagi menjadi
beberapa bagian atau tahapan yang beruntun yang
pada akhirnya dapat digunakan/ dimanfaatkan menjadi
suatu prosedur kerja. Tahap-tahap ini nantinya akan
dinilai
keefektifannya
dan
potensi
kerugian
yang
kerja
dapat
diartikan
bagian
atau
yang
sekecil-kecilnya
pada
uraian
kerja
tersebut.
Untuk mengetahui tahapan pekerjaan diperlukan
observasi ke lapangan/tempat kerja untuk mengamati
secara langsung bagaimana suatu pekerjaan dilakukan.
Dari proses tersebut dapat kita ketahui aspek-aspek/
langkah-langkah kerja apa yang perlu kita cantumkan.
Dalam
membuat/menulis
langkah-langkah
kerja
melakukan
diskusikan
observasi
kepada
bersangkutan
untuk
dicek
foreman/section
keperluan
kembali
dan
head
yang
evaluasi
dan
20
langsung
akan
dapat
diharapkan
dapat
dihilangkan
atau
baik
dari
kaidah
keilmuan
maupun
tuntutan standart/hukum.
Bahaya disini dapat diartikan sebagai suatu benda,
bahan atau kondisi yang bisa menyebabkan cidera,
kerusakan dan atau kerugian (kecelakaan). Identifikasi
potensi bahaya merupakan alat manajemen untuk
mengendalikan kerugian dan bersifat proaktif dalam
upaya pengendalian bahaya di lapangan/tempat kerja.
Dalam hal ini tidak ada seorang pun yang dapat
meramalkan
seberapa
besar
melakukan
identifikasi
yang
efektif,
dengan
pada
diri
anda
sendiri
pertanyaan-
21
pada
(caught
on),
terjepit
diantara
terdapat
potensi
terpeleset (slip)
atau
tersandung (trip)?
5) Apakah terdapat terjatuh pada ketinggian yang
sama (fall on same level) dan bahaya terjatuh dari
ketinggian (fall to a lower level)?
6) Mungkinkah pekerja kontak dengan power listrik
(contact with energy) atau energi lainnya?
7) Apakah
lingkungan
kerja
membahayakan
cara
baru
untuk
melakukan
pekerjaan
tersebut
Untuk menemukan cara baru dalam melaksanakan
pekerjaan, tentukan tujuan kerjanya dan selanjutnya
buat analisa berbagai macam cara untuk mencapai
tujuan ini dengan melihat cara mana yang paling
aman. Pertimbangkan penghematan pekerjaan yang
menggunakan alat dan perkakas.
2) Merubah kondisi fisik yang dapat menimbulkan
kecelakaan.
Jika cara baru tidak ditemukan, maka pada tiap
langkah pekerjaan dapat menimbulkan pertanyaan
perubahan
kondisi
fisik
(seperti
perubahan
akan
tumbuh
dengan
perubahan
ini.
melakukannya?.
berpengalaman
biasanya
Pengawas
dapat
yang
menjawab
23
bersifat
umum
seperti
Hati-hati,
kondisi
tindakan
berulang-ulang.
koreksi
secara
membutuhkan
Untuk
itu?.
Contohnya
suatu
keadaan
mesin
maka
bagian-bagian
mesin
akan
Pengurangan
membatasi
frekuensi
pemaparan
dan
pekerjaan
akan
akan
membantu
keselamatan pekerja.
5) Meninjau kembali rancangan pekerjaan yang ada
Suatu pekerjaan dalam industri akan mempengaruhi
pekerjaan lainnya yang merupakan keseluruhan
proses kerja. Dalam perkembangannya, akan ada
perubahan pada proses maupun metode yang baru.
Untuk
itu
perlu
mengadakan
peninjauan
ulang
24
Peninjauan
ini
akan
lebih
efektif
BAB III
METODE PENGAMBILAN DATA
A. Sumber Data
Sumber data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh langsung
dari hasil observasi lingkungan dan kegiatan di Puskesmas.
B. Teknik Pengambilan Data
25
Teknik pengambilan data yang dilakukan untuk bahan laporan ini adalah
sebagai berikut
1. Studi Pustaka
Studi kepustakaan merupakan metode penelusuran landasan teori yang
kemudian digunakan dalam mengambil keputusan penyelesaian masalah
dan pengumpulan data berdasarkan buku-buku dan sumber literatur yang
memberikan gambaran secara umum.
2. Observasi lapangan
Merupakan teknik pengumpulan data dengan mengamati dan mencatat
objek yang diteliti secara langsung untuk mendapatkan fakta-fakta yang
ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual serta mendapatkan
pembenaran terhadap keadaan dan program yang sedang berlangsung
sesuai yang diharapkan, meliputi pencatatan secara sistematik kejadiankejadian, perilaku, objek-objek yang dilihat dan hal-hal lain yang
berhubungan dengan kegiatan K3L di Puskesmas Gambirsari. Selain itu
juga pengamatan langsung penerapan dan pengelolaan keselamatan kerja
serta mencari potensi dan faktor bahaya yang ada.
3. Wawancara
Metode tanya jawab langsung kepada pihak yang berkepentingan
dalam hal kesehatan, keselamatan kerja, dan lingkungan. Pada kegiatan
ini wawancara dilakukan melalui tanya jawab dengan petugas setempat.
BAB IV
HASIL OBSERVASI
A. Aktivitas Kegiatan di Puskesmas Ngrampal
Puskesmas Ngrampal memiliki beberapa pelayanan yang meliputi
pelayanan poli umum, poli gigi, poli KIA, poli gizi, laboratorium, serta
instalasi gawat darurat (IGD). Kegiatan pelayanan yang dilakukan di
Puskesmas Gambirsaro dapat dilihat dari alur pelayanan di bawah ini:
Gambar 4.1. Alur Pelayanan Puskesmas Gambirsari
26
1. Pasien datang
Pasien datang ke Puskesmas dan mengambil nomor antrian di
dekat loket pendaftaran.
2. Pendaftaran
Setelah pasien mengambil nomor antrian, maka pasien duduk di
kursi tunggu di depan loket pendaftaran untuk menunggu dipanggil oleh
petugas pendaftaran sesuai dengan nomor urut pendaftaran. Pasien yang
sudah dipanggil menuju ke loket pendaftaran dengan membawa berkasberkas pendaftaran. Berkas pendaftaran yang dibawa berupa kartu jaminan
kesehatan yang dimiliki oleh pasien. Untuk pasien peserta PKMS dan
pasien yang ingin meminta rujukan, maka perlu disertakan fotocopy kartu
jaminan kesehatan yang dimiliki.
3. Ruang tunggu
Setelah pasien mendaftar, pasien menunggu di kursi yang telah
disediakan hingga pasien dipanggil oleh petugas poli sesuai nomor urutan,
kemudian pasien diarahkan menuju kamar periksa.
4. Pemeriksaan
Pemeriksaan pasien dapat dilakukan di poli KIA, poli umum, dan poli
gigi sesuai dengan indikasi dan keluhan pasien. Setelah dilakukan
pemeriksaan, pasien akan diberikan resep obat atau juga dapat dirujuk
untuk mendapatkan pelayanan lebih lanjut. Rujukan dapat berupa rujukan
27
28
sehingga
sangat
memungkinkan
akan menimbulkan
kekacauan
bagi
petugas
konsleting
listrik
yang
dapat
and
Identification,
Determining
mempertimbangkan
(probability)
keparahan
dan
aspek
Control
penting
yaitu
(severity).
Risk
(HIRADC)
peluang
Keduanya
a. Peluang (probability).
Peluang merupakan kemungkinan terjadinya suatu
bahaya atau paparan. Nilai standar terjadinya peluang
terjadinya kecelakaan yang ditetapkan sesuai dengan
tabel di 4.1.
Tabel 4.1. Nilai Peluang
Tingkat
an
Kriteria
Hampir pasti
akan terjadi
4
3
2
Cenderung untuk
dapat terjadi
Mungkin dapat
terjadi
Kecil
kemungkinan
terjadi
Sangat jarang
terjadi
Penjelasan
Suatu kejadian akan terjadi pada
semua kondisi/setiap kegiatan
yang akan dilakukan
Suatu kejadian mungkin akan
terjadi pada hampir semua kondisi
Suatu kejadian akan terjadi pada
beberapa kondisi tertentu
Suatu kejadian mungkin terjadi
pada beberapa kondisi tertentu,
namun kecil kemungkinan terjadi
Suatu kejadian mungkin dapat
terjadi pada suatu kondisi yang
khusus/luar biasa/setelah
bertahun-tahun
b. Keparahan (severity)
31
Severity
menunjukkan
tingkat
keparahan
yang
Kriteria
Penjelasan
Medium
High
High
Medium Medium
SEVERITY/ DAMPAK
Low
Medium
Low
Low
Low
Low
High
5
Extrem
Extreme
e
Extrem
High
e
Mediu
High
High
m
Mediu
Medium Medium
m
Low Medium Medium
32
segera
H : high risk, memerlukan perhatian pihak senior
manajemen
M : medium,
harus
ditentukan
tanggung
jawab
manajemen terkait
L : low risk, Kendalikan dengan prosedur rutin &
inspeksi K3
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan upaya untuk memberikan
jaminan
keselamatan
dan
meningkatkan
derajat
kesehatan
pada
33
DAFTAR PUSTAKA
Benjamin O (2008). Fundamental Principles of Occupational Health and Safety.
Second edition. Geneva: International Labour Organization.
Bennet S dan Rumondang S (1995). Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Jakarta : Pustaka Binaman Pressinda.
ILO. 2013. Health and Safety in Work Place for Productivity. Geneva:
International Labour Office.
Kementerian Kesehatan RI (2007). Pedoman manajemen K3 di Rumah Sakit.
Jakarta: Kemenkes.
Kementerian Kesehatan RI (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 75 Tahun 2014. http://www.dpkes.go.id/. Diakses pada
tanggal 15 November 2015.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 1087/MENKES/SK/VII/2010
Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah
Sakit
Kridatama C (2010). Prosedur Identifikasi Bahaya
Pengendalian Risiko. Jakarta: PT. Cipta Kridatama.
Penilaian
dan
34
dan
Keselamatan
Pembangunan Gedung
Kerja
(K3):
Study
Kasus
pada
35