Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
BAB I
LANDASAN TEORITIS
A.
Defenisi
Hipotermi adalah keadaan suhu tubuh yang rendah atau berada dibawah
normal.
( Maternal & Neonatal Health, Depkes RI, 2005)
Hipotermi adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko
mengalami penurunan suhu tubuh terus - menerus dibawah 35, 5C per rektal
karena peningkatan kerentanan terhadap faktor faktor eksternall
(http://jhonkarto.blogspot.com/2009/02/bayi-hipotermi.html).
Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal. Adapun suhu
normal bayi adalah 36,5-37,5 C. Suhu normal pada neonatus 36,5-37,5C dan
diukur melalui ketiak dengan termometer.
(http://jhonkarto.blogspot.com/2009/02/bayi-hipotermi.html).
Hipotermi terbagi atas 3 macam, yaitu :
1. Hipotermi ringan (cold stres) yaitu suhu antara 36 36, 5
2. Hipotermi sedang yaitu suhu antara 32 36
3. Hipotermi berat yaitu suhu tubuh < 32
(Kosim Sholeh M, dkk, 2008, Buku Ajar Neonatologi, IDAI, Jakarta, hal. 89)
B. Etiologi
Hipotermi dapat disebabkan oleh karena terpapar dengan lingkungan
yang dingin (suhu lingkungan rendah, permukaan yang dingin atau basah) atau bayi
dalam keadaan basah atau tidak berpakaian.
(Kosim Sholeh M, dkk, 2008, Buku Ajar Neonatologi, IDAI, Jakarta,
hal. 89)
2.
3.
D. Gejala Klinis
Hipotermi ditandai dengan bayi tidak mau minum, kurang aktif, pucat, takipnoe
atau takikardia. Sedangkan hipotermi yang berkepanjangan, akan menyebabkan
terjadinya peningkatan konsumsi oksigen, distres respirasi, gangguan
keseimbangan asam basa, hipoglikemia, defek koagulasi, dan pada keadaan yang
berat akan menyebabkan kematian.
(Kosim Sholeh M,dkk, 2008, Buku Ajar Neonatologi, IDAI, Jakarta, hal. 93)
1.
Bayi sakit
Dengan radiant warner yang diatur dimana suhu kulit 36,5 C. Tutup kepala. Kelembaban 40-50%. Dapat diberi plastik pada radiant warner.
Dengan servo controle suhu kulit abdomen 36, 5C.
Dengan dinding double. Kelembaban 40-50% atau lebih (bila kelembaban sangat
tinggi, dapat dipakai sebagai sumber infeksi dan kehilangan panas berlebihan).
Bila temperatur sulit dipertahankan, kelembaban dinaikkan. Temperatur
lingkungan yang dibutuhkan sesuai umur dan berat bayi.
H.
b) Mengeringkan tubuh bayi yang baru lahir/ air ketuban segera setelah lahir
dengan handuk yang kering dan bersih.
c) Menjaga bayi hangat dengan cara mendekap bayi di dada ibu dengan
keduanya diselimuti (Metode Kangguru).
d) Memberi ASI sedini mungkin segera setelah melahirkan agar dapat
merangsang pooting reflex dan bayi memperoleh kalori dengan :
Menyusui bayi.
Pada bayi kurang bulan yang belum bisa menetek ASI diberikan dengan sendok
atau pipet.
Selama memberikan ASI bayi dalam dekapan ibu agar tetap hangat.
e)
Mempertahankan bayi tetap hangat selama dalam perjalanan pada waktu
rujukan.
f)
g)
Melatih semua orang yang terlibat dalam pertolongan persalinan. Menunda
memandikan bayi lahir sampai suhu tubuh normal.
Untuk mencegah terjadinya serangan dingin, ibu / keluarga dan penolong
persalinan harus menunda memandikan bayi :
a. Pada bayi lahir sehat yaitu cukup bulan, berat < 2500 gram, langsung
menangis kuat, memandikan bayi ditunda 24 jam setelah kelahiran. Pada saat
memandikan bayi, gunakan air hangat.
b. Pada bayi lahir dengan resiko, keadaan umum bayi lemah atau bayi dengan
berat lahir 2000 gram sebaiknya jangan dimandikan. Tunda beberapa hari sampai
keadaan umum membaik yaitu bila suhu tubuh stabil, bayi sudah lebih kuat dan
dapat menghisap ASI dengan baik.
I.
Penanganan Hipotermi
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1. Wawancara
a. Masalah yang berkaitan dengan ibu
Penyakit seperti hipertensi, toksemia, plasenta previa, kehamilan kembar,
malnutrisi dan diabetes melitus.
Riwayat kelahiran prematur atau aborsi, penggunaan obat - obatan, alkohol dan
rokok.
b. Bayi pada saat kelahiran
Berat badan biasanya < 2500 gr, kurus, lapisan lemak subkutan sedikit atau tidak
ada, kepala relatif lebih besar dibanding dada. (lingkar kepala < 33 cm, lingkar dada
< 30 cm), panjang badan 45 cm.
Kardiovaskuler, denyut jantung rata-rata 120 - 160 per menit pada bagian apikal,
kebisingan jantung terdengar pada seper empat bagian interkostal, aritmia, tekanan
darah sistol 45 - 60 mmHg, nada bervariasi antara 100 160 x / menit.
Gastrointestinal ,penonjolan abdomen, pengeluaran mikonium biasanya terjadi
dalam waktu 12 jam, refleks menelan dan menghisap yang lemah, peristaltik usus
dapat terlihat.
Mukoloskeletal, tulang kertilago telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut.
Paru, jumlah pernafasan rata rata antara 4060 per menit diselingi periode
apnea, pernafasan tidak teratur, flaring nasal, dengkuran, terdengar suara
gemeresik lipoprotein paru - paru.
Ginjal, berkemih terjadi setelah 8 jam kelahiran, ketidakmampuan untuk
melarutkan eksresi kedalam urine.
Reproduksi, bayi perempuan : klitoris yang menonjol dengan labia mayora yanng
belum berkembang; bay laki laki skrotum yang belum berkembang sempurna
dengan rugae yang kecil, testis tidak turun kedalam
skrotum.
(http://pato7-acmilan.blogspot.com/2009/02/askep-bblr.html)
B.
Diagnosa Keperawatan
1. Tidak efektifnya termoregulasi b/d imaturitas kontrol dan pengaturan suhu dan
berkurangnya lemak subkutan didalam tubuh.
2.
3.
Tidak efektifnya pola nafas b/d imaturitas fungsi paru dan neuro muscular.
4.
C.
Dx. 1
: Tidak efektifnya termoregulasi b/d imaturitas
dan pengaturan suhu dan berkurangnya lemak subkutan didalam tubuh.
Tujuan: Suhu tubuh kembali normal
KH
: -
Suhu 36 370 C
Kulit hangat
Sianosis (-)
Ekstremitas hangat
kontrol
Intervensi
Rasionalisasi
Mempertahankan lingkungan
termonetral, membantu
mencegah stress dingin.
Menurunkan kehilangan
melalui evaporasi
Peningkatan suhu tubuh yang
capat dapat menyebabkan
konsumsi oksigen berlebihan dan
apnea.
Kontak diluar tempat tidur,
khususnya dengan orangtua,
mungkin singkat saja, bila
dimungkinkan, untuk mencegah
stress dingin.s
Dx. 2
Tujuan: Jalan napas paten dengan frekuensi pernapasan dan jantung dalam batas
normal
KH
Intervensi
Rasionalisasi
Pernapasan pertama,
merupakan yang paling sulit,
menetapkan kapasitas residu
fungsional (KRF), shg 30-40 %
jaringan paru tetap mengembang
penuh asalkan ada kadar
surfaktan yang adekuat.
Dx. 3
muscular.
: Tidak efektifnya pola nafas b/d imaturitas fungsi paru dan neuro
pembuangan
CO2
yang
Frekuensi dan pola napas dalam batas yang sesuai dengan usia dan berat
badan
Oksigenasi jaringan adekuat
Intervensi
Rasionalisasi
Observasi adanya
penyimpangan dari fungsi yang
diinginkan serta kenali tanda
tanda distress
Dx. 4
(imunologi).
Intervensi
Rasionalisasi
Dx. 5
:
Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d
ketidakmampuan mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna).
Tujuan: Nutrisi terpenuhi
KH
Intervensi
Rasionalisasi
Menentukan metode
pemberian makan yang tepat
pada bayi
DAFTAR PUSTAKA
Kosim Sholeh M, dkk, 2008, Buku Ajar Neonatologi, edisi pertama, IDAI, Jakarta
Marilynn E. Doenges, Rencana Perawatan Maternal / Bayi, edisi 2, EGC, Jakarta,
2001
Bobak, Lowdermilk, Jensen, Keperawatan Maternitas, edisi 4, EGC, Jakarta, 2005
Persis Mary Hamilton, edisi 6, Dasar - dasar Keperawatan Maternitas, Jakarta,
1995
http://jhonkarto.blogspot.com/2009/02/bayi-hipotermi.html
http://pato7-acmilan.blogspot.com/2009/02/askep-bblr.html
http://suradita.co.cc/