Está en la página 1de 43

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pusat Inteligensia Kesehatan mempunyai tugas dan fungsi seperti yang telah
ditetapkan dalam Permenkes No. 1144 tahun 2010, melakukan penataan yang lebih baik
secara lebih berkesinambungan, efektif, dan efisien. Sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya, program/kegiatan Pusat Inteligensia Kesehatan mengacu pada sasaran
Indikator Kinerja Rencana Strategis (RENSTRA), yaitu Peningkatan Inteligensia
Kesehatan. Pengelolaan Kesehatan Inteligensia berperan dalam menjawab tantangan
berbagai isu Pembangunan Kesehatan, yaitu antara lain dengan: 1) meningkatkan
kemampuan

manajemen

dan

informasi

kesehatan

inteligensia;

2)

sinkronisasi

perencanaan kebijakan, program, dan anggaran; 3) koordinasi dan integrasi lintas sektor;
serta 4) berperan untuk mengoptimalisasikan pemberdayaan masyarakat dalam
pembangunan kesehatan inteligensia.
Semangat reformasi telah mewarnai upaya pendayagunaan aparatur pemerintah
dengan tuntutan untuk mewujudkan sistem administrasi negara yang mampu mendukung
kelancaran pelaksanaan tugas penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan dengan
menerapkan prinsip-prinsip good governance. Pemerintahan yang baik dan efektif,
menuntut kesetaraan, integritas, profesionalisme, serta etos kerja dan moral yang tinggi.
Setiap instansi pemerintah, sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan, wajib
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, serta kewenangan
pengelolaan sumber daya, berdasarkan suatu perencanaan strategi yang ditetapkan oleh
masing-masing instansi. Pertanggungjawaban yang dimaksud, berupa laporan yang
menggambarkan Kinerja Instansi Pemerintah yang bersangkutan, yaitu Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), melalui Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (SAKIP). Laporan tersebut disampaikan kepada atasan masingmasing, Lembaga Pengawasan dan Penilaian Akuntabilitas, yang akhirnya akan
disampaikan kepada Presiden selaku Kepala Pemerintahan.
LAKIP

tahun

2015

Pusat

Inteligensia

Kesehatan

disusun

sebagai

pertanggungjawaban atas Kinerja Pusat Inteligensia Kesehatan selama tahun anggaran

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 - Pusat Inteligensia Kesehatan

2015 dengan mengacu pada: 1) Peranturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara


dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja, Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah; 2) Penetapan Kinerja Pusat Inteligensia Kesehatan Tahun 2015; 3)
Peraturan Presiden RI nomor 29 tahun 2014, tentang: Sistem Akuntabilitas Instansi
Pemerintah (SAKIP), Peraturan ini juga menginformasikan mengenai siklus SAKIP; dan 4)
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 2019,
dengan demikian, tahun 2015 ini, merupakan awal dari RENSTRA 5 (lima) tahun
Kementerian Kesehatan periode 2015 2019.
Laporan ini dapat memberikan gambaran tentang upaya yang telah dilakukan
oleh Pusat Inteligensia Kesehatan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya guna
mencapai tujuan yang diinginkan. Hal ini sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada
masyarakat bahwa Pusat Inteligensia Kesehatan mempunyai komitmen dan tekad yang
kuat untuk melaksanakan kinerja organisasi yang berorientasi pada hasil berupa output,
di samping itu, LAKIP juga dimaksudkan sebagai implementasi prinsip transparansi dan
akuntabilitas yang merupakan pilar penting dalam pelaksanaan good governance. LAKIP
juga berfungsi sebagai cerminan untuk mengevaluasi kinerja organisasi selama satu
tahun, agar pada periode selanjutnya dapat melaksanakan kinerja dengan lebih produktif,
efektif dan effisien, baik dari aspek perencanaan, pengorganisasian, manajemen
keuangan, maupun koordinasi pelaksanaannya.
1.2 Maksud dan Tujuan
LAKIP

tahun

2015

Pusat

Inteligensia

Kesehatan,

Sekretariat

Jenderal

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, merupakan bentuk pertanggungjawaban


Kepala Pusat Inteligensia Kesehatan secara tertulis. LAKIP ini memuat keberhasilan
maupun kegagalan selama pelaksanaan kegiatan tahun anggaran 2015 serta pencapaian
dan evaluasi kinerja tahunan melalui tampilan lesson learn dan best practices, kepada
Menteri Kesehatan melalui Sekretaris Jenderal.
1.3 Tugas Pokok dan Fungsi, serta Susunan Organisasi
1.3.1 Tugas Pokok
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Pusat Inteligensia Kesehatan
mempunyai

tugas

melaksanakan

penyusunan

kebijakan

teknis,

pemeliharaan,

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 - Pusat Inteligensia Kesehatan

peningkatan kemampuan,

dan penanggulangan masalah di bidang

inteligensia

kesehatan.
1.3.2 Fungsi
Pusat Inteligensia Kesehatan menyelenggarakan beberapa fungsi dalam
melaksanakan tugasnya tersebut, yaitu:
1)

Penyusunan kebijakan teknis, rencana, dan program di bidang pemeliharaan dan


peningkatan kemampuan inteligensia kesehatan dan penanggulangan masalah
inteligensia kesehatan;

2)

Pelaksanaan tugas di bidang pemeliharaan dan peningkatan kemampuan inteligensia


kesehatan dan penanggulangan masalah inteligensia kesehatan;

3)

Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas di bidang pemeliharaan


dan peningkatan kemampuan inteligensia kesehatan dan penanggulangan masalah
inteligensia kesehatan;

4)

Pengkajian inteligensia kesehatan; dan

5)

Pelaksanaan adminsitrasi pusat.

1.3.3 Susunan Organisasi


Pusat Inteligensia Kesehatan memiliki susunan organisasi, sebagai berikut:
1)

Kepala Pusat Inteligensia Kesehatan;

2)

Bagian Tata Usaha, yang terdiri dari:

3)

Sub Bagian Program dan Anggaran

Sub Bagian Keuangan dan Umum

Bidang Pemeliharaan dan Peningkatan Kemampuan Inteligensia Kesehatan, yang


terdiri dari:

4)

5)

Sub Bidang Inteligensia Anak

Sub Bidang Inteligensia Remaja, Dewasa, dan Lanjut Usia.

Bidang Penanggulangan Masalah Inteligensia Kesehatan, yang terdiri dari:


-

Sub Bidang Inteligensia Akibat Gangguan Bawaan

Sub Bidang Inteligensia Akibat Gangguan Degeneratif dan Sistem Persarafan

Kelompok Jabatan Fungsional.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 - Pusat Inteligensia Kesehatan

STRUKTUR ORGANISASI
1144/MENKES/PER/VIII/2010

PUSAT INTELIGENSIA
KESEHATAN

Gambar 1
Struktur Organisasi Pusat Inteligensia Kesehatan

1.4 Sistematika Penulisan


LAKIP Pusat Inteligensia Kesehatan tahun 2015 ini menjelaskan pencapaian
kinerja Pusat Inteligensia Kesehatan selama tahun 2015. Capaian kinerja tersebut juga
dibandingkan dengan kinerja tahun sebelumnya untuk mengukur keberhasilan ataupun
kegagalan kinerja Pusat Inteligensia Kesehatan. Namun, dengan berakhirnya masa
RENSTRA 5 (lima) tahun Kementerian Kesehatan periode 2010 2014 dan dimulainya
periode RENSTRA 2015 2019, di mana terdapat sedikit perbedaan dalam hal indikator
kinerja, tujuan, dan sasaran yang ingin dicapai, maka evaluasi tetap dilakukan dengan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 - Pusat Inteligensia Kesehatan

membandingkan indikator beserta capaiannya di tahun 2014 dengan tahun 2015,


meskipun tidak sama persis. Sebagai penjelasannya, akan diberikan beberapa
keterangan tambahan. Capaian kinerja tahun 2015 juga dapat digunakan sebagai bahan
acuan dalam pelaksanaan program/kegiatan pada tahun berikutnya.
Dengan kerangka pikir demikian, maka sistematika penyajian LAKIP Pusat
Inteligensia Kesehatan tahun 2015, adalah sebagai berikut:
1)

Executive Summary (Ikhtisar Eksekutif)

2)

BAB I Pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang; maksud dan tujuan


penulisan laporan; tugas pokok dan fungsi Pusat Inteligensia Kesehatan, serta
sistematika penulisan.

3)

BAB II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja, menjelaskan tentang ikhtisar beberapa


hal penting dalam perencanaan dan perencanaan (Dokumen Penetapan Kinerja).

4)

BAB III Akuntabilitas Kinerja, menjelaskan tentang hasil pengukuran kinerja, evaluasi
dan analisis akuntabilitas kinerja tahun 2015, membandingkannya dengan kinerja
tahun sebelumnya (tahun 2014), termasuk di dalamnya menguraikan secara
sistematis keberhasilan dan kegagalan, hambatan/kendala dan permasalahan yang
dihadapi serta langkah-langkah antisipatif yang akan diambil.

5)

BAB IV Penutup, berisi simpulan atas Laporan Akuntabilitas Kinerja Pusat


Inteligensia Kesehatan Tahun 2015.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 - Pusat Inteligensia Kesehatan

BAB II
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
2.1 Perencanaan Kinerja
Perencanaan yang dimaksud dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah adalah perencanaan strategis yang merupakan suatu proses awal dari
rangkaian proses dalam usaha untuk mencapai tujuan atau rangkaian pengambilan
keputusan berorientasi pada hasil yang dicapai selama kurun waktu 1 (satu) sampai 5
(lima) tahun, yang secara sistematis dan berkesinambungan dengan memperhatikan
lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan) serta lingkungan eksternal (peluang dan
tantangan).
Perencanaan strategis merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh
instansi pemerintah agar mampu menjawab tuntutan lingkungan strategis lokal, nasional,
dan global, serta tetap berada dalam tatanan Sistem Administrasi Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Perencanaan strategis instansi pemerintah merupakan integrasi
antara keahlian sumber daya manusia dan sumber daya lainnya agar mampu menjawab
tuntutan lingkungan perkembangan lingkungan strategis, nasinal, dan global, serta tetap
berada dalam tatanan sistem manajemen nasional.
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan ditetapkan dengan Kepmenkes RI
Nomor HK. 02.02/MENKES/52/2015 tentang RENSTRA Kementerian Kesehatan Tahun
2015 2019, yang berfungsi sebagai pedoman manajerial taktis strategis. Untuk
memudahkan pelaksanaan kegiatan tahunan, maka RENSTRA tersebut dijabarkan ke
dalam Perencanaan Kinerja Tahunan. Perencanaan Kinerja Tahunan tersebut memuat
sasaran-sasaran yang ingin dicapai dalam periode waktu 1 (satu) tahunan, strategi yang
digunakan untuk mewujudkan pencapaian sasaran tersebut, serta tolak ukur dan target
kinerja, yang akan digunakan untuk menunjukkan kualitas pencapaian sasaran

yang

bersangkutan, yang dituangkan dalam dokumen Penetapan Kinerja.


Penetapan Kinerja adalah suatu dokumen pernyataan kinerja/kesepakatan
kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan, untuk mewujudkan target kinerja
tertentu, berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki instansi yang bersangkutan.
Penetapan Kinerja ini menjadi Kontrak Kinerja yang harus diwujudkan oleh para pejabat
di instansi tersebut sebagai penerima amanah, di mana pada setiap akhir tahunnya akan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 - Pusat Inteligensia Kesehatan

dijadikan sebagai dasar evaluasi kinerja serta penilaian terhadap para pejabatnya.
Penetapan Kinerja sebagai bagian tidak terpisahkan dari Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (SAKIP) ini merupakan upaya dalam membangun manajemen
pemerintahan yang transparan, partisipatif, akuntabel, dan berorientasi pada hasil, yaitu
peningkatan kualitas pelayanan publik dan kesejahteraan rakyat.

2.1.1 Visi Kementerian Kesehatan


Visi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia adalah:
Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan

2.1.2 Misi Kementerian Kesehatan


Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia memiliki misi sebagai berikut:
1)

Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat,


termasuk swasta dan masyarakat madani;

2)

Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan


yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan;

3)

Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan;

4)

Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.

2.1.3 Tujuan dan Sasaran Pusat Inteligensia Kesehatan


2.1.3.1 Tujuan
Sebagai salah satu instansi di bawah Kementerian Kesehatan, Pusat Inteligensia
Kesehatan memiliki tujuan yang mendukung visi dan misi Kementerian Kesehatan, yaitu
Meningkatkan kualitas kesehatan inteligensia dalam rangka mewujudkan manusia
Indonesia yang mandiri, cerdas, dan berdaya saing tinggi.

2.1.3.2 Sasaran
Sasaran-sasaran yang ingin dicapai oleh Pusat Inteligensia Kesehatan, adalah
sebagai berikut:
1)

Menyusun

kebijakan

tentang

upaya

pemeliharaan,

peningkatan,

dan

penanggulangan inteligensia kesehatan (berupa pedoman, standar, instrumen/alat


ukur, kriteria, dan prosedur);

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 - Pusat Inteligensia Kesehatan

2)

Terbangunnya

komitmen

daerah

untuk

mendukung

upaya

pemeliharaan,

peningkatan, dan penanggulangan inteligensia kesehatan;


3)

Tersedianya sumber daya dan sarana Pusat Inteligensia Kesehatan.

2.2 Perjanjian Kinerja


Pusat Inteligensia Kesehatan menyusun perjanjian kinerja dalam bentuk
Penetapan Kinerja tingkat eselon II yang ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Penetapan Kinerja berisi sasaran strategis,
indikator kinerja, dan target kinerja kegiatan yang akan dicapai dalam kurun waktu 1
(satu) tahun, sesuai dengan rencana strategis.
Penetapan

Kinerja

pada

dasarnya

adalah

pernyataan

komitmen

yang

merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur, dalam
rentang waktu 1 (satu) tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang
dikelola. Tujuan khusus Penetapan Kinerja, antara lain adalah:
1)

Meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur;

2)

Sebagai wujud nyata komitmen antara penerima amanah dengan pemberi amanah;

3)

Sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian utjuan dan sasaran


organisasi;

4)

Menciptakan tolak ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur; dan

5)

Sebagai dasar pemberian reward atau penghargaan dan sanksi.


Berikut adalah Penetapan Kinerja Pusat Inteligensia Kesehatan Tahun 2014:
Tabel 1
Target Capaian Indikator Kegiatan Tahun 2015

NO
(1)

SASARAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA

TARGET

(2)

(3)

(4)

Meningkatnya
kesehatan
inteligensia secara
optimal
dalam
Rangka
Mempersiapkan
SDM
yang
Berkualitas

Jumlah
Instrumen
Peningkatan
dan
Penanggulangan Masalah Inteligensia sesuai
Tahapan Siklus Hidup untuk Mendukung
Pembangunan Pendidikan Kewarganegaraan
dalam
Mempersiapkan
SDM
yang
Berkualitas

7 Instrumen

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 - Pusat Inteligensia Kesehatan

Tabel 2
Definisi Operasional Indikator
Pusat Inteligensia Kesehatan

NO

INDIKATOR

DEFINISI OPERASIONAL

DATA DUKUNG

1.

Jumlah Instrumen
Peningkatan dan
Penanggulangan
Masalah Inteligensia
sesuai Tahapan
Siklus Hidup untuk
Mendukung
Pembangunan
Pendidikan
Kewarganegaraan
dalam
Mempersiapkan
SDM yang
Berkualitas

Instrumen-instrumen
Peningkatan dan
Penanggulangan Masalah
Inteligensia yang berjumlah
7 buah, sesuai Tahapan
Siklus Hidup, yaitu:
1. Tahap Janin
2. Tahap Bayi
3. Tahap BALITA
4. Tahap Anak
5. Tahap Remaja
6. Tahap Dewasa
7. Tahap Lansia

2015

2016

TARGET
2017

2018

2019

Dokumen/Kebijakan/
Pedoman NSPK
yang telah
dihasilkan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 - Pusat Inteligensia Kesehatan

Tabel 3
Penjabaran Hasil Kerja
Pusat Inteligensia Kesehatan

NO
1

1.

KEGIATAN

INPUT

Jumlah instrumen
yang dihasilkan
oleh Pusat
Inteligensia
Kesehatan

Peningkatan
SDM PIK
Peran profesi
terkait
Koordinasi dan
kerjasama
lintas program,
lintas sektor,
dan LSM.
Penyediaan
anggaran

OUTPUT

OUTCOME

BENEFIT

Terselenggaranya
pelaksanaan
pemeliharaan dan
peningkatan
kemampuan
kesehatan
inteligensia berupa
jumlah kebijakan
yang diterbitkan

Pemeliharaan dan
peningkatan
kemampuan
kesehatan
inteligensia
menjadi terarah

Tersedianya
tenaga kesehatan
terlatih
menggunakan
kebijakan PIK
untuk pelaksanaan
pemeliharaan dan
peningkatan
kemampuan serta
penanggulangan
kesehatan
inteligensia

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 - Pusat Inteligensia Kesehatan

IMPACT
7

Terdapatnya
peningkatan
kesehatan
inteligensia
masyarakat.

10

BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA

Pengukuran capaian kinerja yang mencakup penetapan indikator dan capaian


kinerjanya, digunakan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan
dan program yang telah ditetapkan dalam Perencanaan Strategis. Pengukuran Kinerja
adalah kegiatan manajemen, khususnya membandingkan tingkat kinerja yang dicapai
dengan standar, rencana, atau target dengan menggunakan indikator kinerja yang telah
ditetapkan. Pengukuran Kinerja ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana realisasi
atau capaian kinerja yang berhasil dilakukan oleh Pusat Inteligensia Kesehatan dalam
kurun waktu Januari Desember 2015.
Pengukuran Kinerja dilakukan dengan membandingkan realisasi capaian dengan
rencana tingkat pencapaian (target) pada setiap indikator, sehingga diperoleh gambaran
tingkat keberhasilan pencapaian masing-masing indikator. Berdasarkan Pengukuran
Kinerja tersebut diperoleh informasi menyangkut masing-masing indikator, sehingga
dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan program/kegiatan di masa yang akan datang,
agar setiap program/kegiatan yang direncanakan dapat lebih berhasil guna dan berdaya
guna.
Manfaat Pengukuran Kinerja antara lain, yaitu untuk memberikan gambaran
kepada pihak-pihak internal dan eksternal tentang pelaksanaan Misi Organisasi dalam
rangka mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam dokumen
RENSTRA/Penetapan Kinerja.
Berdasarkan Kepmenkes Nomor HK. 02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015 2019, di mana Sekretariat Jenderal
Kesehatan sebagai unit utama yang membawahi Pusat Inteligensia Kesehatan,
melaksanakan 1 (satu) program dari 9 (Sembilan) program yang telah ditetapkan dalam,
yaitu: Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya. Dalam
melaksanakan program kinerjanya, Pusat Inteligensia Kesehatan memiliki sasaran
program. Sasaran tersebut merupakan hasil yang akan dicapai secara nyata oleh Pusat
Inteligensia Kesehatan dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur, dalam kurun waktu 1

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 - Pusat Inteligensia Kesehatan

11

(satu) tahun. Dalam rangka mencapai sasaran, perlu ditinjau indikator-indikator yang
mengacu pada indikator-indikator Sekretariat Jenderal sebagai unit utama di atas Pusat
Inteligensia Kesehatan. Sasaran Sekretariat Jenderal adalah: Meningkatnya Koordinasi
Pelaksanaan

Tugas

serta

Pembinaan

dan

Pemberian

Dukungan

Manajemen

Kementerian Kesehatan.
Berdasarkan Dokumen RENSTRA/Penetapan Kinerja, Sekretariat Jenderal
Kementerian Kesehatan, menetap 2 (dua) indikator dalam mencapai sasaran hasil
programnya, yaitu:
1)

Jumlah Kabupaten/kota yang mempunyai kemampuan tanggap darurat dalam


penanggulangan bencana;

2)

Persentase rumah tangga yang melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS).

3.1 Capaian Kinerja Organisasi


Pusat

Inteligensia

Kesehatan

dalam

mendukung

program

Kementerian

Kesehatan mempunyai indikator kinerja tahun 2015 yang telah ditetapkan dalam
RENSTRA, yaitu:
Jumlah Instrumen Peningkatan dan Penanggulangan Masalah Inteligensia
sesuai Tahapan Siklus Hidup untuk Mendukung Pembangunan Pendidikan
Kewarganegaraan dalam Mempersiapkan SDM yang Berkualitas

Tingkat capaian kinerja kegiatan Pusat

Inteligensia Kesehatan tahun 2015

berdasarkan pengukurannya, dijabarkan sebagai berikut:

3.1.1 Perbandingan Target dan Realisasi Kinerja Tahun Ini


Pengukuran tingkat capaian kinerja Pusat Inteligensia Kesehatan Tahun 2015,
dilakukan dengan cara membandingkan antara target pencapaian indikator sasaran yang
telah ditetapkan dalam Penetapan Kinerja Pusat Inteligensia Kesehatan dengan
realisasinya.
Tahun 2015, Pusat Inteligensia Kesehatan telah menetapkan target untuk
menghasilkan instrumen Kesehatan Inteligensia yang mencakup 7 tahapan siklus hidup.
Kinerja yang telah dicapai selama tahun 2015, dapat di lihat pada tabel berikut:

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 - Pusat Inteligensia Kesehatan

12

Tabel 4
Capaian Kinerja Pusat Inteligensia Kesehatan
Tahun 2015

Target

2015
Realisasi

Jumlah Instrumen Peningkatan dan Penanggulangan Masalah


Inteligensia sesuai Tahapan Siklus Hidup untuk Mendukung
Pembangunan Pendidikan Kewarganegaraan dalam
Mempersiapkan SDM yang Berkualitas

100%

No
1

Indikator

Capaian

Berdasarkan tabel tersebut di atas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2015 ini, Pusat
Inteligensia Kesehatan telah dapat melaksanakan tugas-tugas/kegiatan dalam mencapai
sasaran yang telah ditetapkan.
Semua target dari indikator kinerja Pusat Inteligensia Kesehatan Tahun 2015,
dapat terealisasi 100%.
Adapun penjabaran pencapaian kinerja kegiatan yang telah dilakukan oleh
Pusat Inteligensia Kesehatan Tahun 2015, adalah sebagai berikut:
Tabel 5
Instrumen yang Dihasilkan Pusat Inteligensia Kesehatan
Tahun 2015
No

Tahap

Instrumen yang dihasilkan


3

Janin

a. Kajian Stimulasi Suara


pada Janin Melalui Ibu
Hamil

Bayi

Balita

b. Pedoman
Penyelenggaraan Taman
Pengasuhan Anak di
Lingkungan Kementerian
Kesehatan

Anak

Remaja

f. Pengembangan Model
Optimalisasi Potensi
Kecerdasan Majemuk
pada Remaja

Dewasa

g. Pedoman Vokasional
pada Orang dengan
Gangguan Kognitif

c. Petunjuk Teknis
Pedoman
Fasilitas Anak
Berkebutuhan
d. Kajian Pengaruh
Khusus
Permainan
Elektronik
Terhadap
Perkembangan
Kognitif pada
Anak

k. Pedoman
Integrasi
Layanan
Kesehatan
Inteligensia
Berbasis Siklus
Hidup
e. Petunjuk Teknis
Deteksi
Gangguan
Kesehatan
Inteligensia
pada Anak

h. Pemetaan Potensi
Integritas Berbasis
Fungsi Eksekutif Otak
(Executive Brain
Assessment)
7

Lansia

i. Pedoman Stimulasi
Kognitif pada Lanjut Usia
j. Kajian Rehabilitasi
Kognitif bagi Orang
dengan Gangguan
Kognitif pada Lansia

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 - Pusat Inteligensia Kesehatan

13

Berdasarkan tabel tersebut di atas, terlihat bahwa intrumen-instrumen yang dihasilkan


Pusat Inteligensia Kesehatan seluruhnya berjumlah 11 (sebelas) instrumen dan telah
dapat mencakup seluruh tahapan siklus hidup, sesuai dengan sasaran yang telah
ditetapkan.

1) Tahap Janin
Instrumen yang dihasilkan berjudul: Kajian Stimulasi Suara Pada Janin Melalui Ibu
Hamil
Implementasi kegiatan stimulasi pengungkit otak (brain booster) dimulai
tahun 2010 di 10 provinsi, kemudian dilakukan pilot project di 2 provinsi di tahun 2011,
berlanjut pada tahun 2012 (5 provinsi) dan tahun 2013 (4 provinsi). Pada tahun 2014
kegiatan ini dilanjutkan ke 5 daerah center. Namun yang menjadi pertanyaan masyarakat
kenapa mesti memakai lagu klasik Mozart, padahal stimulasi dengan lagu lain-pun juga
menghasilkan generasi yang unggul di masa mendatang dengan kecerdasan yang
optimal. Menindaklanjuti hal tersebut, tahun 2015

Pusat Inteligensia Kesehatan

berencana untuk melakukan Kajian Stimulasi Suara Pada Janin Melalui Ibu Hamil (selain
Mozart) untuk meningkatkan inteligensia.

Gambar 2
Kegiatan Penyusunan Draft Instrumen
Kajian Stimulasi Suara Pada Janin Melalui Ibu Hamil (Tahap III), Jakarta
November-Desember 2015

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 - Pusat Inteligensia Kesehatan

14

Kajian Stimulasi Suara Pada Janin Melalui Ibu Hamil perlu dilakukan dengan
alasan:
-

memperkaya kajian pengetahuan di bidang kesehatan janin khususnya mengenai


kontribusi upaya kesehatan inteligensi dalam pencapaian kecerdasan.

mengetahui faktor-faktor kesehatan inteligensia yang mempengaruhi perilaku.

memberikan kontribusi tentang model stimulasi Suara pada janin untuk menunjang
pengembangan program peningkatan kecerdasan sekaligus mampu mengambil
tindakan tepat sesuai tahapan perkembangan inteligensia.

2) Tahap Bayi
Instrumen yang dihasilkan pada tahap bayi, berjumlah 2 buah.
a. Mencakup tahap Bayi dan Balita
Judul Instrumen: Pedoman Penyelenggaraan Taman Pengasuhan Anak di
Lingkungan Kementerian Kesehatan

Tuntutan hidup untuk memenuhi perekonomian keluarga dan keinginan ibu


untuk bekerja, menyebabkan waktu pengasuhan anak terbatas. Pilihan

orangtua

biasanya adalah menitipkan dan memercayakan pengasuhan anak kepada orang lain
selama ditinggal bekerja, seperti kepada pengasuh, asisten rumah tangga, keluarga
terdekat, tetangga atau dititipkan ke Taman Pengasuhan Anak (TPA).

Melihat

permasalahan tersebut, dibutuhkan suatu wadah untuk perawatan serta pengembangan


anak usia dini baik dari segi pengasuhan, gizi dan kesehatan yang dapat ditempuh
melalui pendidikan non formal sebagai dasar awal pendidikan anak berupa Taman
Pengasuhan Anak (TPA). TPA memiliki tenaga SDM yang akan memberikan pengasuhan
yang mencakup stimulasi, perawatan, perlindungan dan kesejahteraan yang disesuaikan
dengan tumbuh kembang berdasarkan usia anak. Oleh karena itu sumber daya manusia
(SDM) yang tersedia di TPA harus memiliki latar belakang pendidikan dan pengetahuan
terkait dengan tumbuh kembang anak.
Melihat itu semua Pusat Inteligensia Kesehatan bersama dengan Anggota
Dharma Wanita Persatuan yang mendapat himbauan dari Menteri Kesehatan Endang
Rahayu Sedyaningsih untuk membentuk TPA. Melibatkan Biro Umum, Pusat Promosi
Kesehatan Direktorat Bina Kesehatan Kerja dan Olah Raga, Direktorat Bina Gizi. Proses
penyelenggaraan TPA dimulai sejak bulan Januari 2011 dan pada tanggal 21 November
2014 diresmikan oleh Menteri Kesehatan RI. Peresmian TPA dilanjutkan himbauan dari

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 - Pusat Inteligensia Kesehatan

15

perlu disusun suatu pedoman penyelenggaraan TPA di Lingkungan Kementerian


Kesehatan RI. Pedoman ini merupakan acuan dalam melakukan penataan dan
pembinaan penyelenggaraan TPA sesuai dengan paradigma baru TPA, yang dikelola
secara tertib administratif, professional, dan edukatif.

Gambar 3
Kegiatan Penyusunan Instrumen Pedoman Penyelenggaraan Taman Pengasuhan Anak
di Lingkungan Kementerian Kesehatan
Hotel Puri Denpasar, Jakarta
November 2015

Terlaksananya kegiatan penyusunan Pedoman Penyelenggaraan Taman


Pengasuhan Anak di Lingkungan Kementerian Kesehatan diharapkan menjadi payung
hukum tentang tata laksana penyelenggaraan di TPA dengan kekhasan TPA di
Lingkungan Kementerian Kesehatan.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 - Pusat Inteligensia Kesehatan

16

Gambar 4
Kegiatan Workshop Taman Pengasuhan Anak di Lingkungan Kementerian Kesehatan,
di Bapelkes Cilandak, Jakarta
Maret 2015

b. Mencakup tahap Bayi, Balita, dan Anak


Judul Instrumen: Petunjuk Teknis Pedoman Fasilitas Anak Berkebutuhan
Khusus

Petunjuk teknis acuan standar fasilitas yang memenuhi standar untuk deteksi
dini sampai dengan penatalaksanaan anak berkebutuhan khusus. Dengan tujuan
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan anak berkebutuhan khusus.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 - Pusat Inteligensia Kesehatan

17

Gambar 5
Kegiatan Finalisasi Penyusunan Instrumen
Petunjuk Teknis Fasilitas Anak Berkebutuhan Khusus
Hotel Puri Denpasar, Jakarta
Oktober 2015

3) Tahap BALITA
Judul Instrumen: Kajian Pengaruh Permainan Elektronik Terhadap Perkembangan
Kognitif pada Anak
Sasaran Instrumen ini, mencakup tahap BALITA dan Anak-anak.

Saat ini, game online telah menjadi fenomena global maupun di negara tertentu,
hal ini menumbuhkan industri game berbayar terutama di negara-negara Asia. Permainan
elektronik memiliki dampak terhadap perkembangan anak. Sejumlah artikel, berita, dan
penelitian melihat permainan elektronik dalam jaringan (online games) dengan dampak
negatif yang dihasilkannya. Namun selain dampak negatif lain, permainan elektronik juga
memiliki pengaruh positif.
Mengingat pesonanya yang begitu besar bagi seseorang, komputer dan video
game dapat mempengaruhi jadwal kehidupan sehari-hari. Hal ini yang menyebabkan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 - Pusat Inteligensia Kesehatan

18

terjadinya ketidakseimbangan waktu antara bermain dengan kegiatan utama lainnya,


misalnya belajar, bekerja, dan lain-lain.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu adanya suatu pengkajian bagaimana
pengaruh permainan elektronik ini terhadap perkembangan kognitif anak, sehingga bisa
diketahui aspek negatif dan positif dari penggunaan permainan elektronik ini agar bisa
diambil langkah-langkah antisipatif yang perlu dilakukan terkait pengaruh tersebut.
Tersedianya

Pengkajian

Pengaruh

Permainan

Elektronik

terhadap

Perkembangan Kognitif pada Anak dengan rekomendasi bagi instansi terkait yang dapat
bermanfaat sebagai landasan kebijakan dalam mewujudkan perkembangan kognitif anak
yang optimal.

Gambar 6
Kegiatan Penyusunan Instrumen Kajian Pengaruh Permainan Elektronik Terhadap Perkembangan
Kognitif pada Anak, di Ruang Rapat Pusat Inteligensia, Jakarta
September 2015

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 - Pusat Inteligensia Kesehatan

19

4) Tahap Anak-anak
Judul Instrumen: Petunjuk Teknis Deteksi Gangguan Kesehatan Inteligensia pada
Anak
Sasaran Instrumen ini, mencakup tahap BALITA dan Anak-anak

Upaya pengembangan kesehatan inteligensi dapat dilakukan salah satunya


dengan cara memberikan panduan bagi tenaga kesehatan, dalam hal ini adalah dokter/
neurolog, dan tenaga kesehatan khususnya terapis di seluruh Indonesia dengan
memberikan petunjuk teknis deteksi gangguan kesehatan inteligensi pada anak. Petunjuk
teknis ini akan memuat bagaimana tenaga kesehatan melakukan deteksi dini hingga
melakukan terapi maupun stimulasi baik berupa sensori yang dapat digunakan baik untuk
otak sehat (anak sekolah pada umumnya) dan dikhususkan bagi anak-anak yang
mengalami gangguan kesehatan inteligensi.
Upaya ini dilakukan dalam rangka memudahkan tenaga pelaksana dalam
rangka menanggulangi masalah kesehatan inteligensi pada anak di Indonesia, terutama
di daerah miskin. Sehingga diharapkan dengan meningkatkan kesehatan inteligensi akan
mempunyai dampak ganda (multiplying effects) terhadap perbaikan di bidang kesehatan
dan sosial-ekonomi masyarakat.
Pencapaian dari kegiatan ini adalah tersedianya output Petunjuk Teknis Deteksi
Gangguan Kesehatan Inteligensia pada Anak.
5) Tahap Remaja
Judul Instrumen: Pengembangan Model Optimalisasi Potensi Kecerdasan
Majemuk pada Remaja

Pengembangan Model Optimalisasi Kecerdasan Majemuk pada Remaja


merupakan salah satu kegiatan kesehatan inteligensia yang bertujuan mengakselerasi
potensi kecerdasan majemuk remaja dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Berdasarkan rangkaian kegiatan yang telah dilakukan mulai tahun 2012 hingga
2015.
Pusat

Inteligensia

Kesehatan

bermaksud

merumuskan

suatu

model

pengembangan optimalisasi kecerdasan majemuk pada berbagai kelompok remaja. Oleh

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 - Pusat Inteligensia Kesehatan

20

karena itu, disusun buku Pengembangan Model Optimalisasi Kecerdasan Majemuk pada
Berbagai Kelompok Remaja.
6) Tahap Dewasa
Instrumen yang dihasilkan pada tahap Dewasa, berjumlah 2 buah.
a. Judul Instrumen: Pedoman Vokasional pada Orang dengan Gangguan
Kognitif

Pekerjaan atau okupasi sejak dulu kala telah dikenal sebagai sesuatu untuk
mempertahankan hidup atau survival. Pekerjaan dapat juga digunakan sebagi pengalihan
perhatian atau pikiran sehingga menjadi segar kembali untuk memikirkan hal-hal yang
lain. Orang dengan gangguan kognitif acap kali mengalami kesulitan dalam mendapatkan
atau kembali kepada pekerjaannya.
Penyesuaian vokasional diberikan kepada orang dengan gangguan kognitif
untuk memaksimalkan kemampuan kognitif yang masih tersisa. Rehabiltasi serta
penyesuaian vokasional ditujukkan ke arah mencapai perbaikan fisik sebesar-besarnya,
penempatan

vokasional

sehingga

dapat

bekerja

dengan

kapasitas

maksimal,

penyesuaian diri dalam hubungan perseorangan dan sosial secara memuaskan sehingga
dapat berfungsi sebagai warga masyarakat yang berguna.
Pelaksanaan kegiatan ini meliputi 2 kali rapat persiapan, 3 kali rapat
penyusunan serta 1 kali rapat finalisasi yang menghadirkan peserta dari lintas program,
lintas sektor serta profesi yang akhirnya menghasilkan output Pedoman Vokasional Pada
Orang Dengan Gangguan Kognitif yang diharapkan dapat digunakan di lintas kementerian
serta masyarakat.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 - Pusat Inteligensia Kesehatan

21

Gambar 7
Kegiatan Finalisasi Pedoman Vokasional Pada Orang Dengan Gangguan Kognitif
Hotel Pomelotel, Jakarta
Oktober 2015

b. Judul Instrumen: Pemetaan Potensi Integritas Berbasis Fungsi Eksekutif Otak


(Executive Brain Assessment)

Setiap institusi dituntut memiliki sistem manajemen penilaian dan peningkatan


integritas yang

memadai

sesuai dengan kebutuhan pencegahan untuk melengkapi

efektifitas upaya pengawasan dan pengendalian internal yang sudah dilakukan untuk
mencegah terjadinya penyalahgunaan tugas dan wewenang. Penilaian integritas sendiri
saat ini belum begitu berkembang, penilaian yang ada masih membutuhkan biaya cukup
tinggi dengan cakupan pegawai yang terbatas, sehingga tidak semua pegawai dapat
dinilai potensi integritasnya.
Untuk terselenggaranya penilaian potensi integritas yang efektif dan efisien
dalam sisi pembiayaan dan pelaksanaan, Kementerian Kesehatan melalui Pusat
Inteligensia Kesehatan berinisiatif melakukan inovasi terobosan dengan mengembangkan
instrumen identifikasi potensi integritas melalui EBA (Executive Brain Assessment),

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 - Pusat Inteligensia Kesehatan

22

sehingga dapat dilakukan penilaian dan peningkatan potensi integritas yang sistematik
dan berkesinambungan pada seluruh pegawai di institusi pemerintah.

7) Tahap Lansia
Instrumen yang dihasilkan pada tahap Lansia, berjumlah 2 buah.
a. Judul Instrumen: Pedoman Stimulasi Kognitif pada Lanjut Usia

Otak merupakan pusat fungsi kognitif dan pusat pengaturan berbagai sistem
dalam tubuh manusia yang rentan terhadap proses penuaan (ageing). Proses penuaan di
otak salah satunya akan mengakibatkan menurunnya fungsi kognitif. Penurunan fungsi
kognitif ini lambat laun akan mengakibatkan penurunan kemampuan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari sehingga mengurangi bahkan menghilangkan kemandirian Lansia
yang mengalaminya. Penurunan kemandirian akan memberikan beban bagi keluarga,
masyarakat dan beban bagi negara.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa aktivitas fisik, stimulasi mental dan
aktivitas sosial, yang rutin dan teratur, dapat memperlambat penurunan fungsi kognitif
pada Lansia. Untuk itu disusunlah Pedoman Stimulasi Kognitif pada Lanjut Usia sebagai
acuan pelaksanaan kegiatan stimulasi kognitif pada Lansia.

Gambar 8
Kegiatan Finalisasi I Instrumen Pedoman Stimulasi Kognitif pada Lanjut Usia
Ruang Rapat Pusat Inteligensia Kesehatan, Jakarta
Agustus 2015

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 - Pusat Inteligensia Kesehatan

23

b. Judul Instrumen: Kajian Rehabilitasi Kognitif bagi Orang dengan Gangguan


Kognitif pada Lansia

Penyakit degeneratif adalah kelompok penyakit yang terjadi karena bertambahnya


usia dan terjadinya kemunduran fungsi organ atau jaringan, yang pada umumnya terjadi
pada usia tua. Kerusakan akibat penyakitpenyakit tersebut dapat mengganggu fungsi
otak yang bermanifestasi klinis sebagai gangguan kognitif dan perilaku yang mengganggu
aktivitas sehari-hari Lansia.
Meskipun demikian, kegiatan stimulasi kognitif belum terlaksana pada banyak
puskesmas, demikian juga dengan rehabilitasi kognitif belum terlaksana pada semua
pasien dengan gangguan kognitif. Hal ini, kemungkinan dapat disebabkan oleh banyak
hal, selain tidak tersedianya tenaga yang mempunyai kompetensi untuk melakukan
kegiatan tersebut, juga masih kurangnya koordinasi dalam penanganan gangguan
kognitif.
Berdasarkan hal tersebut maka penting adanya suatu kajian program rehabilitasi
kognitif

pada Lansia dengan gangguan kognitif yang disesuaikan dengan kondisi di

Indonesia, sehingga kegiatan stimulasi dan rehabilitasi kognitif dapat berjalan dengan
baik.

8) Seluruh Tahapan
Pada tahun 2015 ini, Pusat Inteligensia Kesehatan juga menyusun instrumen
yang mencakup seluruh tahapan kehidupan, yaitu: Pedoman Integrasi Layanan
Kesehatan Inteligensia Berbasis Siklus Hidup.
Pedoman Integrasi Layanan Kesehatan Inteligensia Berbasis Siklus Hidup ini
dimaksudkan sebagai acuan dalam mengintegrasikan pelayanan kesehatan inteligensia
di masyarakat dengan menggunakan pendekatan siklus hidup pada kegiatan lintas
program dan lintas sektor terkait. Pendekatan siklus hidup yang dimaksud adalah
pemberian layanan kesehatan inteligensia mulai dari janin, bayi, balita, anak, remaja,
dewasa, dan Lansia.
Pencapaian dari kegiatan penyusunan Pedoman Integrasi Layanan Kesehatan
Inteligensia Berbasis Siklus Hidup telah mencapai 100%, yaitu dengan tersusunnya draft
pedoman integrasi layanan inteligensia kesehatan berbasis siklus hidup yang telah siap di

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 - Pusat Inteligensia Kesehatan

24

tanda tangani oleh kepala Pusat Inteligensia Kesehatan yang kemudian diusulkan
menjadi kebijakan Menteri Kesehatan RI.

Gambar 9
Kegiatan Penyusunan Draft Pedoman
Integrasi Layanan Kesehatan Inteligensia Berbasis Siklus Hidup pada Lansia (2)
Ruang Rapat Pusat Kesehatan Inteligensia Kesehatan, Jakarta
September 2015

3.1.2 Perbandingan Capaian Kinerja Tahun Ini dengan Tahun Sebelumnya


Indikator kinerja Pusat Inteligensia Kesehatan di tahun 2015 berbeda dengan
tahun sebelumnya (tahun 2014). Di mana, periode RENSTRA-nya juga berbeda. Tahun
2014, merupakan akhir dari periode RENSTRA tahun 2010 2014. Sedangkan, Tahun
2015, merupakan tahun awal pada periode RENSTRA 2015 2019.
Selama periode RENSTRA 2015 2019, Pusat Inteligensia Kesehatan telah
menetapkan target untuk menghasilkan instrumen Kesehatan Inteligensia yang mencakup
7 tahapan siklus hidup, setiap tahunnya.
Perbandingan indikator, target, dan capaiannya, dapat di lihat pada tabel di
bawah ini:

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 - Pusat Inteligensia Kesehatan

25

Tabel 6
Perbandingan Indikator, Target, dan Realisasi
Tahun 2014 dengan Tahun 2015
No

Indikator

Jumlah Kebijakan yang


dihasilkan oleh Pusat
Inteligensia Kesehatan

2014
No
Target Realisasi Capaian
3

Indikator

1
8

100%

Jumlah Pelaksanaan
Penilaian Inteligensia
Pejabat Pusat &
Daerah (Orang)

750

750

100%

Jumlah
Kabupaten/Kota yang
Melakukan
Pemeliharaan ,
Peningkatan, dan
Penanggulangan
Masalah Kesehatan
Inteligensia

12

12

100%

Jumlah Instrumen
Peningkatan dan
Penanggulangan
Masalah
Inteligensia
sesuai Tahapan
Siklus Hidup

Target

2015
Realisasi

Capaian

100%

Perbedaan antara tahun 2014 dengan tahun 2015, yaitu:


Pada tahun 2014, Pusat Inteligensia Kesehatan, menetapkan 3 indikator kinerja, yang
kesemuanya dapat 100% dicapai. Sedangkan pada tahun 2015, Pusat Inteligensia
Kesehatan, menetapkan hanya 1 indikator kinerja, yang juga 100% dapat direalisasikan.
Di mana indikator pertama tahun 2014, tidak jauh berbeda dengan indikator tahun 2015.
Indikator kedua dan ketiga di tahun 2014, dijadikan sebagai kegiatan tambahan yang
menunjang kinerja dan pencapaian kinerja tahun 2015.
3.1.3 Analisis Penyebab Keberhasilan/Kegagalan dan Peningkatan/Penurunan
Kinerja serta Alternatif Solusi yang Telah Dilakukan
Segala kegiatan yang dilaksanakan oleh Pusat Inteligensia Kesehatan dalam
merealisasikan pencapaian kinerjanya, tentunya tidak terlepas dari adanya berbagai
dukungan yang menyebabkan keberhasilan maupun permasalahan yang dapat
menghambat kelancaran kinerja atau bahkan dapat menyebabkan kegagalan/penurunan
kinerja.

3.1.3.1 Penyebab Keberhasilan/Peningkatan Kinerja


Pusat Inteligensia Kesehatan telah berhasil mencapai kinerja sesuai dengan
indikator yang telah ditetapkan, bahkan mengalami peningkatan dibandingkan tahun
sebelumnya, yaitu pada tahun 2014, NSPK yang dihasilkan berjumlah 8 buah, sedangkan
pada tahun 2015 telah menghasilkan 11 NSPK.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 - Pusat Inteligensia Kesehatan

26

Adapun penyebab keberhasilan pencapaian dan peningkatan kinerja tersebut,


antara lain adalah:
-

Arahan yang jelas dari pimpinan;

Kebijakan penetapan kegiatan dalam rencana kinerja maupun rencana anggaran;

Ketersediaan dana pelaksanaan kegiatan;

Kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak, termasuk adanya koordinasi lintas
program maupun lintas sektor, terutama dengan organisasi profesi;

Adanya beberapa narasumber yang kompeten dan banyak memberikan kontribusi;

Masukan, ide, dan kritik, dari para undangan/peserta lintas program maupun lintas
sektor;

Kemudahan dalam memperoleh materi-materi pendukung bahan-bahan NSPK;

Adanya persiapan yang matang;

Sarana dan prasarana yang cukup memadai.

3.1.3.2 Penyebab Kegagalan/Penurunan Kinerja


Pada tahun 2015, Pusat Inteligensia Kesehatan tidak mengalami kegagalan
maupun penurunan pencapaian indikator kinerjanya. Dalam beberapa hal, memang
terdapat beberapa hambatan/masalah, namun tidak sampai menyebabkan penurunan
kinerja ataupun kegagalan.
Adapun beberapa permasalahan/hambatan yang ditemui adalah sebagai
berikut:
-

Terdapat perbedaan paradigma/pandangan dari masing-masing organisasi profesi


yang terlibat dalam penyusunan instrumen;

Kesulitan dalam menjadwalkan pertemuan karena kesibukan para pakar;

Dalam hal aspek manajerial, adanya kebijakan refocusing untuk anggaran 2015.

Peserta undangan/utusan yang hadir, sering berganti-ganti personil setiap


pertemuan, sehingga pembahasan serta penyusunan materi menjadi lebih lama
untuk mencapai kata sepakat.;

3.1.3.3 Alternatif Solusi yang Telah Dilakukan


Untuk mengatasi adanya hambatan/masalah dalam pencapaian kinerja, Pusat
Inteligensia Kesehatan telah melakukan beberapa alternatif solusi sebagai berikut:
-

Adanya bimbingan dari narasumber-narasumber yang kompeten;

Meminta masukan pakar via email, jika tidak dapat hadir langsung;

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 - Pusat Inteligensia Kesehatan

27

Surat menyurat atau email dengan para peserta daerah, lintas program dan lintas
sektor, maupun dengan pihak terkait lainnya;

Rapat dipimpin oleh pemangku jabatan/pengambil keputusan sehingga jika terjadi


perbedaan pendapat lebih dapat ditengahi atau dicari jalan keluarnya;

Rencana penyusunan format yang baku dalam pelaporan serta pengintegrasian


laporan dari unit lain sesuai siklus hidup;

Perpanjangan waktu diskusi/pembahasan serta susunan personil yang tetap;

Perencanaan kegiatan yang matang, memberikan informasi non formal sebelum


kegiatan formal kepada seluruh peserta atau pihak terkait, melakukan koordinasi
secara berkelanjutan.

3.1.4 Analisis atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya


Pusat Inteligensia Kesehatan didukung oleh beberapa sumber daya dalam
mencapai kinerjanya. Sumber daya tersebut, antara lain adalah Sumber Daya Manusia,
Anggaran, dan Sarana Prasarana.

3.14.1 Sumber Daya Manusia


Pegawai Pusat Inteligensia Kesehatan sampai dengan tanggal 31 Desember
2015 berjumlah 47 Orang, dengan rincian sebagai berikut:
1)

Menurut Jabatan
Jumlah pegawai berdasarkan jabatan, dapat dilihat pada tabel berikut:

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 - Pusat Inteligensia Kesehatan

28

Tabel 7
Jumlah Pegawai Menurut Jabatan
Tahun 2015

Jabatan

Jumlah Pegawai

a. Struktural
Eselon II

1 orang

Eselon III

3 orang

Eselon IV

6 orang

Jumlah

10 orang

b. Fungsional
1. Berangka Kredit

1 orang

2. Non Angka Kredit

36 orang

Jumlah

37 orang
JUMLAH TOTAL

47 orang

Berdasarkan jabatannya, di Pusat Inteligensia Kesehatan, paling banyak diisi


oleh staf/jabatan fungsional yang non angka kredit.

2)

Menurut Golongan:
Jumlah pegawai berdasarkan golongan, dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

gol I
0 (0%)

Pegawai menurut golongan


gol II 1 (2%)
gol IV
9 (19%)

gol III 37 (79%)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 - Pusat Inteligensia Kesehatan

29

Grafik 1
Jumlah Pegawai Menurut Golongan

Berdasarkan golongannya pegawai di Pusat Inteligensia Kesehatan, tidak ada golongan I


dan sebagian besar adalah golongan III (yaitu sebesar 79%).
Sama halnya dengan tahun 2014, di mana tidak ada golongan I dan golongan
yang terbanyak prosentasenya, adalah golongan III, yaitu sebesar 77%.

3)

Berdasarkan Tingkat Pendidikan:


Komposisi SDM di Pusat Inteligensia Kesehatan, paling banyak memiliki tingkat

pendidikan S-1 (Strata 1), yaitu sebanyak 29 orang atau sebesar 61,7%. Kedua terbanyak
adalah pendidikan strata 2, yaitu sebanyak 15 orang atau 32%. Rinciannya dapat dilihat
pada grafik berikut:

SDM Berdasarkan tingkat pendidikan


SLTA 2 (4.3%)

D3
1 (2%)

S2
15 (32%)

S1
29 (61.7%)

Grafik 2
Komposisi SDM berdasarkan tingkat pendidikan

Dibandingkan tahun 2014, terdapat perubahan komposisi SDM berdasarkan


tingkat pendidikan. Pada tahun 2014, prosentase terbanyak SDM dengan tingkat
pendidikan strata 2, yaitu sebanyak 21 orang atau 47,7% sedangkan strata 1, sebanyak
20 orang atau 45%.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 - Pusat Inteligensia Kesehatan

30

Hal tersebut dikarenakan adanya perpindahan/mutasi beberapa SDM dengan


tingkat pendidikan Strata 2, dan disertai dengan masuknya beberapa CPNS dengan
tingkat pendidikan strata 1.
Jenis dan tingkat pendidikan tersebut menunjukkan kekuatan SDM di Pusat
Inteligensia Kesehatan. Dengan proporsi SDM yang ada, dirasakan masih perlu
peningkatan kualitas, terutama dalam pemahaman dan pelaksanaan kegiatan di Pusat
Inteligensia

Kesehatan.

Selain

melalui

peningkatan

jenjang

pendidikan

formal,

peningkatan kualitas SDM tersebut dapat dilakukan melalui pelatihan-pelatihan. Di


samping itu, kuantitas SDM perlu ditambah mengingat beban kerja di Pusat Inteligensia
Kesehatan semakin berat.
3.1.4.2 Sumber Daya Anggaran
Pada tahun 2015, Pusat Inteligensia Kesehatan mendapatkan alokasi anggaran
sesuai DIPA sebesar Rp. 15.447.957.000,- yang bersumber dari APBN.
3.1.4.3 Sumber Daya Sarana dan Prasarana
Berdasarkan neraca Barang Milik Negara (BMN) tahun 2015, sumber daya
sarana dan prasarana di Pusat Inteligensia Kesehatan adalah sebagai berikut:
Tabel 8
Sumber daya sarana dan prasarana
Tahun 2015

KODE

AKUN NERACA

117111

Persediaan

132111

Peralatan dan mesin

135121

Aset tetap lainnya

137111

Akumulasi penyusutan peralatan dan mesin

162121

Hak Cipta

162151

Software

162191

Aset tak berwujud lainnya

166112

Aset tetap yang tidak digunakan dalam operasional


pemerintah
Akumulasi penyusutan Aset tetap yang tidak
digunakan dalam operasional pemerintah

169122

JUMLAH (Rp)
8.864.900
4.610.829.542
6.325.000
(2.995.224.373)
1.875.000.000
367.049.545
171.500.000
264.589.090
(255.865.128)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 - Pusat Inteligensia Kesehatan

31

JUMLAH

4.053.068.576

3.1.5 Analisis Program/Kegiatan Lainnya yang Menunjang Keberhasilan ataupun


Kegagalan Pencapaian Pernyataan Kinerja
Beberapa kegiatan lainnya juga dilaksanakan untuk menunjang keberhasilan
dalam pencapaian indikator kinerja utama Pusat Inteligensia Kesehatan tahun 2015.
Kegiatan-kegiatan penunjang tersebut, adalah sebagai berikut:

3.1.5.1 Pelaksanaan Penilaian Inteligensia Pejabat Pusat dan Daerah


Sesuai dengan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga Kementerian
Kesehatan RI Pusat Inteligensia Kesehatan tahun 2015 bahwa pemeriksaan Executive
Brain Assessment (EBA) dilakukan sebanyak 10 kali pertemuan dengan jumlah peserta
sebanyak 150 peserta pada tiap pertemuannya.

Gambar 10
Pelaksanaan Pemeriksaan Execitive Brain Asessment (EBA) CPNS Kementerian Kesehatan RI
Tahun 2015

Realisasi kegiatan pemeriksaan EBA pada tahun 2015 ini adalah sebanyak 25 kali
pertemuan dengan jumlah keseluruhan peserta yang telah mengikuti pemeriksaan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 - Pusat Inteligensia Kesehatan

32

sebanyak 1500 orang baik di lingkungan Kementerian Kesehatan maupun di luar


lingkungan Kementerian Kesehatan. Hal ini sesuai dengan Rencana Kerja dan Anggaran
Pusat Inteligensia Kesehatan yang telah ditentukan sebelumnya.
EBA (Executive Brain Assessment) merupakan tools yang dapat mengukur
potensi seseorang, kira-kira cocoknya di tempatkan di mana dalam posisi yang
bagaimana. Hasil EBA diperlukan antara lain untuk tes masuk perguruan tinggi. EBA juga
dapat digunakan untuk memotret integritas seseorang. EBA menentukan the right man
on the right place, and on the right track.
Adapun rincian pelaksanaan kegiatan pemeriksaan EBA tersebut dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 9
Pelaksanaan penilaian inteligensia melalui tes EBA
Tahun 2015
NO

TEMPAT TES

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Balitbangkes (Susulan)
Sekretariat Jenderal (Susulan)
Dinas Kesehatan Kota Balikpapan
Balitbangkes Biomedis - Papua
BPFK - Surabaya
CPNS tahun 2015 Kementerian Kesehatan
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III - Biak
Diklat Prajabatan K1/ K2 di BBPK - Jakarta
Diklat Prajabatan K1/ K2 di Bapelkes-Cikarang
Diklat Prajabatan K1/ K2 di BBPK-Makasar
Diklat Prajabatan CPNS Golongan III Angkatan
I di BBPK Jakarta
Pengolahan Data I
Dikat Prajabatan CPNS Golongan II Umum di
Bapelkes Batam
Balai Pelatihan Kesehatan Batam
Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang
Pengolahan Data II
Diklat Prajabatan CPNS Golongan III Angkatan
IV di Bapelkes Cikarang
Peserta Calon Surveiyor Akreditasi Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama
Ditjen P2PL
Peserta Workshop Pematangan Konsep
Integritas dengan KPK
Pengolahan Data III

12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

16 Februari 2015
27 Februari 2015
18 Maret 2015
27 Maret 2015
27 Maret 2015
22 April 2015
27 April 2015
04 Mei 2015
04 Mei 2015
04 Mei 2015
19 Mei 20105

JUMLAH
PESERTA
34 Orang
140 Orang
86 Orang
16 Orang
64 Orang
334 Orang
33 Orang
73 Orang
40 Orang
30 Orang
74 Orang

21 Mei 2014
05 Juni 2015

40 Orang

TANGGAL TES

26 Juni 2015
27 Juli 2015
31 Juli 2015
03 Agustus 2015

69 Orang
18 Orang

12 Agustus 2015

33 Orang

13 Agustus 2015
25 Agustus 2015

53 Orang
80 Orang

36 Orang

25 Agustus 2015

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 - Pusat Inteligensia Kesehatan

33

22
23
24
25
26
27
28
29

DIKLATPIM Tingkat IV di Bapelkes Cikarang


Diklat Prajabatan CPNS Golongan III Angkatan
V di Bapelkes Cikarang
Diklat Prajabatan CPNS Golongan III Angkatan
VI di Bapelkes Cikarang
Diklat Prajabatan CPNS Golongan III Angkatan
V di BBPK Jakarta
Diklat Prajabatan CPNS Golongan III Angkatan
VI di BBPK Jakarta
Diklat Prajabatan CPNS Golongan III Angkatan
IV di BBPK Jakarta
Diklat Prajabatan CPNS Golongan III Angkatan
VII di BPPK Jakarta
Pembahasan Hasil dan Rencana Tindak
Lanjut
JUMLAH

27 Agustus 2015
02 September 2015

27 Orang
38 Orang

04 September 2015

36 Orang

08 September 2015

38 Orang

09 September 2015

40 Orang

22 September 2015

38 Orang

28 September 2015

30 Orang

29 Oktober 2015
1500 Orang

Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa, kegiatan penilaian inteligensia melalui
tes EBA pada tahun 2015, dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan. Kegiatan ini, sangat menunjang pemenuhan indikator kinerja utama Pusat
Inteligensia Kesehatan tahun 2015, terutama dalam menyusun salah satu instrumen yang
berjudul Pemetaan Potensi Integritas Berbasis Fungsi Eksekutif Otak (Executive Brain
Assessment)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 - Pusat Inteligensia Kesehatan

34

Gambar 11
Pelaksanaan Pemeriksaan Execitive Brain Asessment (EBA)
Peserta Workshop Pematangan Konsep Integritas dengan KPK
Tahun 2015

3.1.5.2 Pengembangan Kegiatan Kesehatan Inteligensia di Daerah


Pusat Inteligensia Kesehatan melaksanakan kebijakan pengembangan kegiatan
kesehatan inteligensia di daerah, sesuai dengan arahan dari Bapak Sekretaris Jenderal
Kementerian Kesehatan.
Pelaksanaan pengembangan untuk tahap awal ditetapkan pada 5 center
(provinsi). Lima provinsi dari 34 provinsi di Indonesia yang dipilih, yaitu:
1) Provinsi DKI Jakarta, terdiri dari:
-

Kota Administrasi Jakarta Pusat

Kota administrasi Jakarta Selatan

Kota administrasi Jakarta Utara

Kota administrasi Jakarta Timur

Kota administrasi Jakarta Barat

Kab. Administrasi Kepulauan Seribu

2) Provinsi Sumatera Selatan, yaitu Kabupaten Ogan Ilir


3) Provinsi Jawa Tengah, yang terdiri dari:
-

Kota Semarang

Kab. Semarang

Kab. Sukoharjo

Kab. Demak

Kab. Klaten

Kota Magelang

Kab. Magelang, Kab. Boyolali

Kota Surakarta

Kab. Wonogiri

Kab. Sragen

Kab. Karang Anyar

Kab. Salatiga

Kab. Kendal

4) Provinsi Jawa Timur, terdiri dari:


-

Kab. Mojokerto

Kota Surabaya

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 - Pusat Inteligensia Kesehatan

35

Kab. Gresik

Kab. Jombang

5) Provinsi Bali, terdiri dari:


-

Kota Denpasar

Kab. Tabanan

Kab. Gianyar

Kab. Klungkung
Kelima provinsi ini dipilih karena daerah tersebut sudah dapat menjalankan

program kesehatan dasar (gizi, imunisasi, dsb) dengan baik dan berkesinambungan,
sehingga kebutuhan kesehatan dasar masyarakatnya telah dapat terpenuhi. Kegiatan
pengembangan layanan kesehatan di 5 center ini dirancang sebagai kegiatan lanjutan
dari program kesehatan dasar. Beberapa provinsi, seperti Sumatera Selatan, juga
merupakan daerah binaan yang telah memperoleh sosialisasi kesehatan inteligensia pada
tahun-tahun sebelumnya.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 - Pusat Inteligensia Kesehatan

36

Gambar 12
Pelaksanaan Kegiatan bimbingan Teknis
Pengembangan Kesehatan Inteligensia di Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur
Tahun 2015

Kegiatan pengembangan layanan kesehatan inteligensia terdiri dari beberapa


rangkaian kegiatan. Tahap pertama pengembangan layanan kesehatan inteligensia di 5
center selalu diawali dengan advokasi ke pimpinan daerah setempat (Gubernur, Wakil
Gubernur, Wakil Walikota dan Ibu Bupati, Ketua Tim Penggerak PKK), kemudian diikuti
dengan lokakarya, peningkatan kompetensi, hingga bimbingan teknis.
Pada tahun 2015, Pusat Inteligensia Kesehatan menambahkan 2 center baru,
yaitu:
1) Provinsi Jawa Barat, terdiri dari:

2) Provinsi Maluku, terdiri dari:

Kota Cimahi

Kota Ambon

Kota Bandung

Kab. Seram

Kab. Bandung

Kab. Maluku Tengah

Kab. Bandung Barat

Kab. Buru

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 - Pusat Inteligensia Kesehatan

37

Gambar 13
Pelaksanaan Kegiatan Lokakarya Peningkatan Kompetensi dalam Rangka Pembangunan Karakter Bangsa
Melalui Pembangunan Kesehatan Inteligensia di kota Bandung, Provinsi Jawa Barat
Tahun 2015

Substansi yang menjadi core pengembangan layanan kesehatan inteligensia di


5 center adalah peningkatan kesehatan inteligensia di 7 (tujuh) tahap siklus hidup secara
komprehensif. Mulai dari tahap janin, bayi, Balita, anak-anak, remaja, dewasa, hingga
Lansia. Diharapkan dengan terlaksananya pengembangan layanan kesehatan inteligensia
di daerah tersebut secara holistik dan berkesinambungan, kualitas Sumber Daya Manusia
skesehatan inteligensia dan kualitas SDM, merupakan sasaran tahun 2015 Pusat
Inteligensia Kesehatan, yaitu Meningkatnya kesehatan inteligensia secara optimal dalam
Rangka Mempersiapkan SDM yang Berkualitas.

3.2

Realisasi Anggaran

3.2.1 Persentase realisasi anggaran


Pada tahun 2015, Pusat Inteligensia Kesehatan memperoleh alokasi anggaran
sebesar Rp. 15.447.957.000,-. Anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan tahun 2015
tersebut, realisasinya adalah sebesar Rp. 12.381.186.926,- atau sebesar 80,15 %.
3.2.2

Persentase realisasi anggaran berdasarkan program/kegiatan


Pada tahun 2015, Pusat Inteligensia Kesehatan telah melaksanakan kegiatan-

kegiatan terpadu yang melibatkan partisipasi aktif stake holder, yaitu antara lain dari:
Lintas Program, Lintas Sektor, serta profesi terkait. Kegiatan/program yang dilaksanakan
antara lain: pemantapan program penilaian inteligensia pejabat negara melalui penilaian
executive brain assessment (EBA), mengembangkan pilot project untuk meningkatkan
inteligensia, uji coba instrumen untuk penanggulangan masalah inteligensia kesehatan,
melakukan kajian terhadap beberapa instrument, serta menyusun instrument-intrumen
baru.
Realisasi anggaran berdasarkan program/kegiatan tahun 2015 tersebut, dapat
dilihat pada tabel berikut:

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 - Pusat Inteligensia Kesehatan

38

Tabel 10
Realisasi anggaran berdasarkan program/kegiatan
Tahun 2015
Alokasi Anggaran sesuai
DIPA
[2050.006]
Laporan Dukungan Manajemen
[Laporan]

Besarnya
Anggaran (Rp)

Realisasi
Belanja (Rp)

Realisasi
(%)

9,045,995,000

7,881,115,549

87.12

[2050.007.53]
Alat Kesehatan Inteligensia
[Unit]

506,700,000

477,665,000

94.27

[2050.007.52]
Peralatan Fasilitas Perkantoran
[Unit]

438,950,000

410,243,850

93.46

1,464,102,000

1,340,016,539

91.52

[2050.029]
Dokumen Pemetaan Potensis SDM
Berbasis EBA
[Dokumen]

251,780,000

189,711,350

75.35

[2050.030]
Laporan Bimbingan Teknis
[Laporan]

409,270,000

297,560,240

72.71

[2050.031]
Dokumen Perencanaan dan
Penganggaran
[Dokumen]

437,920,000

344,119,013

78.58

[2050.032]
Dokumen Laporan Keuangan dan Umum
[Dokumen]

1,637,300,000

274,251,131

16.75

[2050.994]
Layanan Perkantoran
[Bulan Layanan]

1,255,940,000

1,166,504,254

92.88

15,447,957,000

12,381,186,926

80.15

[2050.028]
Instrumen Peningkatan dan
Penanggulangan Masalah Inteligensia
sesuai Tahapan Siklus Kehidupan
[Dokumen]

TOTAL

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa capaian realisasi anggaran Pusat Inteligensia
Kesehatan pada tahun 2015 adalah sebesar 80.15%. Serapan tertinggi ada pada output

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 - Pusat Inteligensia Kesehatan

39

Alat Kesehatan Inteligensia, yaitu sebesar 94,27%. Sedangkan serapan terendah


terdapat pada output Dokumen Laporan Keuangan dan Umum, yaitu hanya sebesar
16,75%. Rendahnya serapan pada output tersebut, disebabkan karena salah satu
kegiatan, yaitu renovasi tidak dapat direalisasikan, sehubungan dengan keterbatasan
waktu realisasi karena sebelumnya terdapat tanda bintang pada mata anggaran tersebut.
Meskipun masih ada kegiatan yang belum dapat direalisasikan di tahun 2015 ini,
namun indikator kinerja Pusat Inteligensia Kesehatan dapat tercapai sesuai dengan target
yang telah ditetapkan. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa, untuk
mencapai kinerja yang telah ditetapkan, Pusat Inteligensia Kesehatan telah mampu
menggunakan anggarannya dengan baik dan efisien.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 - Pusat Inteligensia Kesehatan

40

BAB IV
PENUTUP
4.1 SIMPULAN

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pusat Inteligensia Kesehatan tahun 2015,


merupakan sarana untuk menyampaikan pertanggungjawaban kinerja kepada Sekretaris
Jenderal Kementerian Kesehatan dan seluruh pemangku kepentingan baik yang terkait
langsung maupun tidak langsung dalam kurun waktu tahun 2015. Laporan ini juga
menjadi sumber informasi

untuk perbaikan dan peningkatan kinerja secara

berkelanjutan.
Indikator kinerja Pusat Inteligensia Kesehatan, terdiri dari 1 (satu) indikator, yaitu
Instrumen Peningkatan dan Penanggulangan Masalah Inteligensia Sesuai Tahapan
Siklus Hidup. Jumlah Instrumen yang dihasilkan, ditargetkan mencakup seluruh tahapan
siklus hidup, yaitu sebanyak 7 tahapan (dari tahap janin sampai dengan Lansia) yang
terdiri dari 11 instrumen berupa pedoman dan kajian-kajian peningkatan kesehatan
inteligensia. Pada tahun 2015, Pusat Inteligensia Kesehatan, dapat mencapai indikator
kinerjanya tersebut, sesuai target yang telah ditetapkan (terealisasi sebesar 100%).
Jumlah kegiatan Pusat Inteligensia Kesehatan tahun 2015 adalah sebanyak 34 kegiatan.
Di mana realisasi output kegiatan tersebut tidak mencapai 100%, yaitu sebesar 98,25%.
Hal tersebut disebabkan karena karena ada salah satu kegiatan, yaitu renovasi, tidak
dapat

direalisasikan,

sehubungan

dengan

keterbatasan

waktu

realisasi

karena

sebelumnya terdapat tanda bintang pada mata anggaran tersebut. Kegiatan-kegiatan


tersebut mendapatkan dukungan anggaran dalam DIPA sebesar Rp 15.447.957.000,-,
dengan realisasi anggaran sebesar Rp 12.381.186.926,- atau 80,15 % dari anggaran
yang dialokasikan.
Selain melaksanakan kinerja utama sesuai dengan indikator yang telah
ditetapkan, pada tahun 2015, Pusat Inteligensia Kesehatan juga melaksanakan beberapa
kegiatan lainnya yang menunjang keberhasilan dalam pencapaian indikator kinerja utama
tersebut. Kegiatan penunjang tersebut, adalah: 1) Pelaksanaan Penilaian Inteligensia

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 - Pusat Inteligensia Kesehatan

41

Pejabat Pusat dan Daerah; 2) Pengembangan Kegiatan Kesehatan Inteligensia di


Daerah.
Pelaksanaan Penilaian Inteligensia Pejabat Pusat dan Daerah, baik di dalam
maupun di luar Lingkungan Kementerian Kesehatan dengan Menggunakan Instrumen
Executive Brain Assessment (EBA). Kegiatan ini, targetnya, dilaksanakan terhadap 1500
orang. Target dapat tercapai 100%.
Kegiatan Pengembangan kegiatan Kesehatan Inteligensia di Daerah, difokuskan
pada lima center lama, yaitu Provinsi DKI Jakarta (6 kabupaten/kota), Sumatera Selatan
(1 kabupaten), Jawa Tengah (13 kabupaten/kota), Jawa Timur (4 kabupaten/kota), dan
Bali (4 kabupaten/kota). Ditambah dengan dua center baru, yaitu Provinsi Jawa Barat (4
kabupaten/kota) dan Maluku (4 kabupaten/kota).
Substansi yang menjadi core dalam pengembangan kegiatan kesehatan
inteligensia adalah peningkatan kesehatan inteligensia di 7 (tujuh) tahapan siklus
kehidupan secara komprehensif. Mulai dari tahap janin, bayi, Balita, anak-anak, remaja,
dewasa, hingga Lansia.
Prosentase pencapaian target tiap-tiap program/kegiatan adalah sebagai berikut:
1) Instrumen Peningkatan dan Penanggulangan Masalah Inteligensia sesuai Tahapan
Siklus Kehidupan, dengan capaian target keuangan sebesar 91,52 % dengan output
kinerja, rata-rata 100 %. Outcome yang diharapkan adalah terwujudnya acuan tentang
pemeliharaan dan peningkatan kemampuan inteligensia; 2) Pelaksanaan penilaian
inteligensia pejabat pusat dan daerah dengan capaian output sebesar 100% hanya
dengan menggunakan anggaran sebesar 75,35 %. Di mana

outcomenya adalah

terlaksananya penilaian inteligensia pejabat pusat dan daerah; 3) Provinsi/Kab/Kota yang


melakukan pengembangan kegiatan kesehatan inteligensia melalui kegiatan Bimbingan
Teknis, dengan capaian target keuangan sebesar 72,71 % dan output rata-rata 100 %. Di
mana outcomenya adalah terlaksananya program pemeliharaan dan peningkatan
kemampuan inteligensia di 36 kabupaten/kota; 4) laporan Dukungan Manajemen dengan
capaian target keuangan sebesar 87,12%; 5) Dokumen Perencanaan dan Penganggaran,
dengan capaian target keuangan sebesar 78.58%; 6) Dokumen Laporan Keuangan dan
Umum, dengan capaian target keuangan sebesar 16.75%;

dan 7) Penyelenggaraan

Operasional dan Pemeliharaan perkantoran dengan capaian target keuangan 93,89 %

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 - Pusat Inteligensia Kesehatan

42

dan output rata-rata 100,00 %, dengan outcome terselenggaranya administrasi


operasional dan pemeliharaan perkantoran sesuai yang diharapkan.
Meskipun serapan anggaran tidak mencapai 100%, namun hampir semua
kegiatan dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan perencanaan yang telah
ditetapkan (hanya terdapat 1 kegiatan yang belum dapat direalisasikan). Untuk
mewujudkan capaian tersebut, tentunya terdapat beberapa hal yang menjadi masalah
dalam pelaksanaan tugas dan fungsi, yaitu antara lain: Referensi yang berbobot, masih
agak sulit ditemukan; Belum tersedianya format kajian yang baku; Keterbatasan waktu
narasumber serta perbedaan paradigma di antara peserta, juga menjadi salah satu
permasalahan

dalam

kegiatan

penyusunan

instrumen,

karena

dapat

menghambat/memperlambat proses penyelesaian instrumen tersebut. Namun kendala


tersebut masih dapat diatasi dengan beberapa solusi yang telah dilakukan, yaitu antara
lain: Rencana penyusunan format yang baku dalam pelaporan serta pengintegrasian
laporan dari unit lain sesuai siklus hidup; Adanya bimbingan dari narasumber-narasumber
yang kompeten; Meminta masukan pakar via email, jika tidak dapat hadir langsung; Surat
menyurat atau email dengan para peserta daerah, lintas program dan lintas sektor,
maupun dengan pihak terkait lainnya; dan solusi utamanya adalah, pemangku
jabatan/pengambil keputusan, turut serta memimpin rapat/pertemuan, sehingga dapat
menengahi perbedaan pendapat dan menetapkan solusinya.
Dibandingkan tahun sebelumnya (tahun 2014), Pusat Inteligensia Kesehatan,
telah meningkatkan target kinerjanya dengan alokasi anggaran yang sedikit menurun,
karena adanya effisiensi. Namun, sama halnya dengan tahun 2014, target kinerja sesuai
indikator kinerja kegiatan yang telah ditetapkan, dapat tercapai sesuai dengan harapan.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa, untuk mencapai kinerja yang telah
ditetapkan, Pusat Inteligensia Kesehatan telah mampu menggunakan anggarannya
dengan baik dan effisien.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa Pusat Inteligensia Kesehatan telah
dapat merealisasikan program dan kegiatan tahun 2015. Keberhasilan yang telah dicapai
tahun 2015 ini, diharapkan dapat menjadi parameter agar kegiatan-kegiatan di masa
mendatang dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan efisien, sedangkan segala
kekurangan yang menghambat tercapainya target dan kegiatan diharapkan dapat diatasi
sehingga tidak berdampak pada kinerja tahun 2015 serta tahun mendatang.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 - Pusat Inteligensia Kesehatan

43

También podría gustarte