Está en la página 1de 17

TEORI PSIKOINDIVIDUAL

ALFRED ADLER

NAMA KELOMPOK :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Benazir
Fitri
Putri Lailatul M
Rahma
Cece
Reni
Reza
Angga

(2012.08.0.00)
(2012.08.0.00)
(2012.08.0.0038)
(2012.08.0.00)
(2012.08.0.00)
(2012.08.0.00)
(2012.08.0.00)
(2012.08.0.00)

UNIVERSITAS HANGTUAH
SURABAYA
2013

LATAR BELAKANG

Alferd Adler lahir pada tanggal 7 Februari 1870 di Rudolfsheim, sebuah desa
deket wina dan meninggal di Aberdeen. Ibunya, Pauline, adalah ibu rumah tangga yang
sibuk dengan ketujuh anaknya. Ayahnya, Leoplod, adalah pedagang gandum kelas
menengah dari Hungaria.
Ia meraih gelar dokter pada tahun 1895 dari Universitas Wina. Mula-mula ia
mengambil spesialisasi di bidang ophthalmologi, kemudian setelah menjalani praktik
dokter umum, ia menjadi seorang psikiater. Ia menjadi anggota dan kemudian ketua
Masyarakat Psikoanalisi Wina. Akan tetapi Adler segera mulai mengembangkan ideidenya yang menyimpang dari ide-ide Freud dan anggota-anggota lain di Masyarakat
Wina itu, ia kemudian membentuk kelompoknya sendiri, yang kemudian dikenal sebagai
Psikologi Individual dan yang menarik pengikut dari seluruh dunia.
Alfred adler bukan seorang teroris atau seorang yang dikendalikan secara
berlebihan oleh ambisi. Psikologi individualnya menggambarkan pandangan optimis
akan manusia yang bersandar pada gagasan minat sosial (social interest), yaitu perasaan
menyatu dengan semua umat manusia. Selain pandangan Adler yang lebih optimis pada
manusia, beberapa perbedaan lain membuat hubungan antara Freud dan Adler cukup
rapuh.
Pertama, Freud mereduksi semua motivasi menjadi seks dan agresi, sedangkan
Adler melihat manusia lebih banyak dimotivasi oleh pengaruh sosial dan oleh perjuangan
mereka untuk mencapai superioritas atau keberhasilan. Kedua, Freud berasumsi bahwa
manusia mempunyai sedikit pilihan atau tidak mempunyai pilihan sama sekali dalam
membentuk kepribadian mereka, sedangkan Adler percaya bahwa manusia mempunyai
tanggung jawab besar akan siapa diri mereka. Ketiga , asumsi Freud bahwa perilaku saat
ini disebabkan oleh pengalaman masa lalu , berlawanan dengan gagasan Adler, yaitu
perilaku saat ini dibentuk oleh pandangan manusia akan masa depan. Keempat, kontras
dengan Freud yang sangat menekankan komponen ketidaksadaran dalam perilaku, Adler
percaya bahwa manusia yang sehat secara psikologis biasanya sadar dengan apa yang
mereka lakukan dan mengapa mereka melakukannya.
Namun, ketika perbedaan teoritis dan personal antara Adler dengan Freud muncul,
Adler meninggalkan lingkaran Freud dan membuat teori yang berlawanan, yang
kemudian dikenal sebagai psikologi individual.
(Jess Feist, teori kepribadian hal 76-77 dan Calvin S.Hall teori psikodinamik hal 239240)

Pandangan Dasar

Walaupun Alfred Adler berpengaruh besar terhadap teoritikus-teoritikus


selanjutnya seperti Harry Stack Sullivan, Karen Horney, Julian Rotter, Abraham
H.Maslow, Carl Rogers, Albert Ellis, Rollo May, dan yang lainnya (Mosak & Maniacci,
1999), namanya kurang dikenal dibandingkan dengan Freud atau Carl Jung. Paling tidak,
ada tiga hal yang menyebabkan hal ini. Pertama, Adler tidak mendirikan organisasi yang
dijalankan dengan kuat untuk mengbadikan teorinya. Kedua, ia bukan penulis yang
berbakat dan sebagian besar bukunya dikumpulkan oleh beberapa editor menggunakan
bahan pengajaran Adler yang terbesar disana-sini. Ketiga, banyak dari pandangannya
yang tergabung dalam karya teoritikus selanjutnya, seperti Maslow, Rogers, dan Ellis
sehingga pandangan tersebut tidak lagi diasosiasikan dengan nama Adler.
Walaupun tulisan-tulisanya mengungkapkan pandangan yang mendalam terhadap
kedalaman dan kompleksitas kepribadian manusia, Adler menyusun teori yang sederhana
dan parsimonius. Menurut Adler, manusia lahir dengan tubuh yang lemah dan inferoriorsuatu kondisi yang mengarah pada perasaan inferior sehingga mengakibatkan
ketergantungan pada orang lain. Oleh karena itu, perasaan menyatu dengan orang lain
(minat sosial) sudah menjadi sifat manusia dan merupakan standar akhir untuk kesehatan
psikologis. Lebih spesifik, prinsip utama dalam teori Adler bisa diuraikan dalam bentuk
kerangka (outline). Rincian pkok-pokok teori Adler mencakup enam hal yaitu:
1. Kekuatan dinamis di balik perilaku manusia adalah berjuang untuk meraih
keberhasilan atau superioritas (striving for succes or superiority)
2. Persepsi subjektif (subjective perception) manusia membentuk perilaku dan
kepribadiannya.
3. Kepribadian itu menyatu (unifed) dan konsistensi diri (self-consistent)
4. Nilai dari semua aktivitas manusia harus dilihat dari sudut pandang minat sosial
(social interest)
5. Struktur kepribadian yang self-consistent berkembang menjadi gaya hidup (style
of life) seseorang
6. Gaya hidup dibentuk oleh daya kreatif (creative power).
(Jess Feist, teori kepribadian hal 81)

Struktur kepribadian
Adler menekankan minat sosial

Berbeda secara tajam dengan pandangan pokok Freud bahwa tingkah laku
manusia didorong oleh insting-insting yang dibawa sejak lahir dan dengan aksioma Jung
yang menyatakan bahwa tingkah laku manusia dikuasai oleh arkhetipe-arkhetipe yang
dibawa sejak lahir. Adler berpendapat bahwa manusia pertama-tama dimotivasikan oleh
dorongan-dorongan sosial. Menurut Adler, manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial.
Mereka menghubungkan dirinya dengan orang-orang lain, ikut dalam kegiatan-kegiatan
kerja sama sosial, menempatkan kesejahteraan sosial diatas kepentingan diri sendiri, dan
mengembangkan gaya hidup yang mengutamakan orientasi sosial. Adler tidak berkata
bahwa manusia disosialisasikan hanya dapat melibatkan diri pada proses-proses sosial;
dorongan sosial adalah sesuatu yang dibawa sejak lahir, meskipun tipe-tipe khusus
hubungan dengan orang dan pranata-pranata sosial yang berkembang ditentukan oleh
corak masyarakat tempat orang itu dilahirkan. Maka dalam satu segi, pandangan Adler
sama-sama bersifat biologis seperti Freud dan Jung. Ketiga-tiganya berpendapat bahwa
seseorang mempunyai kodrat inheren yang membentuk kepribadiannya.
Freud menekankan seks, Jung menekankan pola pola-pola pemikiran primordial,
serta Adler menekankan minat sosial. Penekanan pada faktor-faktor sosial tingkah laku
yang telah diabaikan atau diminimasikan oleh Freud maupun Jung mungkin merupakan
sumbangan paling besar Adler bagi teori psikologi. Ia mengalihkan perhatian para
psikologi pada pentingnya variable-variable sosial dan membantu mengembangkan
bidang psiologi sosial pada saat psikologi sosial membutuhkan dorongan dan dukungan,
terutama dari kalangan psikoanalisis.

Diri yang kreatif


Sumbangan penting kedua dari Adler bagi teori kepribadian adalah konsepnya
mengenai diri yang kreatif. Tidak seperti Ego Freu, yang terdiri dari kumpulan proses
psikologis yang melayani tujuan insting-insting dari Adler merupakan sistem subjektif
yang sangat dipersonalisasika, yang menginterpretasikan dan membuat pengalamanpengalaman organisme penuh arti. Tambahan lagi, diri mencari pengalaman-pengalaman
yang akan membantu pemenuhan gaya hidup sang pribadi yang unik; apabila
pengalaman-pengalaman ini tidak ditemukan didunia maka diri akan berusaha
menciptakannya. Konsepsi tentang diri yang kreatif ini adalah baru bagi teori
psikoanalitik dan ia membantu mengimbangi objektivisme ekstrem psikoanalisis
klasik, yang hampir sepenuhnya bersandar pada kebutuhan-kebutuhan biologis dan
stimulus-stimulus dari luar untuk menerangkan dinamika kepribadian.

Keunikan kepribadian
Psikologi Adler yang membedakan dari psikoanalisis klasik adalah tekanannya
pada keunikan kepribadian. Adler berpendapat bahwa setiap orang merupakan
konfigurasi unik dari motif-motif, sifat-sifat, minat-minat dan nilai-nilai; setiap perbuatan

yang dilakukan orang membawa corak khas gaya kehidupannya sendiri. Menurut Adler
manusia pertama-tama adalah makhluk sosial bukan seksual. Manusia dimotivasikan oleh
minat sosial, bukan oleh dorongan seksual. Inferioritas mereka tidak terbatas pada bidang
seksual, melainkan bisa meluas pada segala segi, baik fisik maupun psikologis. Manusia
berusaha berjuang mengembangkan gaya hidup unik dimana dorongan seksual
memainkan peranan kecil. Sebenarnya, cara orang memuaskan kebutuhan-kebutuhan
seksualnya ditentukan oleh gaya hidupnya, bukan sebaliknya. Penurunan peranan seks
yang dilakukan Adler bagi banyak orang membuat lega dari panseksualisme Freud yang
monoton.
Akhirnya, Adler memandang kesadaran sebagai pusat kepribadian, yang
menyebabkan ia menjadi perintis perkembangan psikologi yang berorientasi kepada ego.
Manusia adalah makhluk sadar, mereka biasanya sadar akan alasan-alasan tingkah laku
mereka. Mereka sadar akan inferioritas-inferioritas mereka dan sadar akan tujuan-tujuan
yang mereka perjuangkan. Lebih dari itu, manusia adalah individu yang sadar akan
dirinya sendiri dan mampu merencanakan serta membimbing perbuatan-perbuatannya
dan menyadari sepenuhnya arti dari perbuatan-perbuatan itu bagi aktualisasi-dirinya
sendiri.
(Calvin S.Hall teori-teori psikodinamik hal 241-243)

Dinamika kepribadian
1) Perjuangan menjadi sukses atau superiorita
Prinsip pertama dari teori Adlerian adalah kekuatan dinamis di balik perilaku
manusia adalah berjuang untuk meraih keberhasilan atau superioritas.

Adler mereduksi semua motivasi menjadi satu dorongan tunggal, berjuang untuk
meraih keberhasilan atau superioritas. Masa kanak-kanak Adler sendiri ditandai oleh
kelemahan fisik dan perasaan kuat untuk bersaing dengan kakak laki-lakinya. Psikologi
individual mengajarkan bahwa setiap orang memulai hdup dengan kelemahan fisik yang
memunculkan perasaan inferior, perasaan yang memotivasi seseorang untuk berjuang
demi meraih superioritas atau keberhasilan. Individu yang tidak sehat secara psikologis
akan berjuang untuk superioritas pribadi, sedangkan individu yang sehat secara
psikologis mencari keberhasilan untuk semua umat manusia.
Pada awal kariernya, Adler percaya bahwa agresi adalah kekuatan dinamis di
balik semua motivasi, tetapi dengan cepat ia merasa tidak puas dengan istilah ini. Setelah
menolak agresi sebagai kekuatan motivasi tunggal, Adler menggunakan istilah masculine
protest, yang menyatakan keinginan untuk menguasai atau mendominasi orang lain. Akan
tetapi, ia segera meninggalkan masculine protest sebagai dorongan universal sambil tetap
memberikan motivasi terbatas untuk istilah ini dalam teori perkembangan abnormalnya.
Selanjutnya, Adler menyebut kekuatan tunggal itu sebagai berjuang untuk meraih
superioritas. Namun, dalam teori terakhirnya, ia membatasi istilah ini pada manusia yang
berjuang untuk meraih superioritas pribadi di atas orang lain dan memperkenalkan istilah
berjuang untuk meraih keberhasilan yang menggambarkan manusia yang termotivasi
oleh minat sosial yang sangat tinggi (Adler, 1956). Tanpa memperhatikan motivasi untuk
berjuang, setiap individu dikendalikan oleh tujuan akhir.
(Jess Feist, teori kepribadian hal 82)
Adler yakin bahwa individu memulai hidup dengan kelemahan fisik yang
mengaktifkan perasaan inferior, perasaan yang menggerakkan orang untuk berjuang
untuk menjadi superiorita atau untuk menjadi sukses. Individu yang secara psikologis
kurang sehat berjuang untuk menjadi pribadi yang superior, dan individu yang secara
psikologis sehat termotivasi untuk mensukseskan umat manusia.pada teori finalnya, adler
membatasi perjuangan menjadi superiorita sebagai milik neurotik yang berjuang untuk
menjadi pribadi yang lebih superior dibanding orang lain, dan mengenalkan istilah
perjuangan menjadi sukses untuk orang sehat yang berjuang mencapai kesempurnaan
bagi semua orang- perjuangan yang dimotivasi oleh minat sosial yang sudah berkembang.
Perjuangan bisa jadi mempunyai motivasi yang berebeda, tetapi semuanya diarahkan
menuju tujuan final (final goal)
(Alwisol, psikologi kepribadian hal 64)

2) Prespektif subyektif
Prinsip Adler yang kedua adalah persepsi subjektif seseorang membentuk
perilaku dan kepribadian mereka.
Manusia berjuang untuk meraih keunggulan atau keberasilan untuk mengganti
perasaan

inferior. Akan

tetapi,

sikap

juang

mereka

tidak

ditentukan

oleh

kenyataan,namun oleh persepsi subjektif mereka akan kenyataan, yaitu oleh fiksi mereka,
atau harapan masa depan.

Fiksionalisme
Fiksi mereka yang paling penting adalah tujuan meraih superioritas atau

keberhasilan, tujuan yang kita ciptakan di awal kehidupan dan mungkin tidak dipahami
dengan jelas. Tujuan akhir yang fiksional dan subjektif ini menuntun gaya hidup kita dan
menyatukan kepribadian kita. Gagasan Adler akan fiksionalisme berasal dari buku Hans
Vaihinger yang berjudul The Phylosophy of As If (1911/1925). Vaihinger percaya
bahwa fiksi adalah gagasan yang tidak mempunyai bentuk nyata, namun mempengaruhi
manusia sehingga seakan-akan gagasan tersebut adalah nyata. Salah satu contoh sebuah
fiksi adalah Pria lebih superior dibanding wanita. Walaupun gagasan ini fiksi, banyak
orang, baik pria maupun wanita bertindak seolah-olah hal ini nyata. Manusia tidak
dimotivasi oleh sesuatu yang nyata, tetapi oleh persepsi subjektif mereka tentang apa
yang benar.
Penekanan Adler pada fiksi, konsisten dengan pendekatan teleologis tentang
motivasi yang ia pegang erat. Teleologi adalah penjelasan tentang perilaku dalam
pengertian tujuan atau sasaran akhirnya. Ini berlawanan dengan kausalitas, yang melihat
perilaku sebagai hal yang tumbuh dari sebab spesifik. Teleologi biasanya memperhatikan
tujuan masa depan, sedangkan kausalitas banyak berhubungan dengan pengalaman masa
lalu yang menghasilkan pengaruh di masa sekarang. Pandangan Freud tentang motivasi
pada dasarnya adalah kausal. Ia percaya bahwa pengalaman masa lalu memotivasi
perilaku saat ini . Sebaliknya, Adler memakai pendekatan teleologis di mana manusia
dimotivasi oleh persepsi mereka pada saat ini tentang masa depan. Sebagai fiksi,
persepsi-persepsi ini tidak perlu disadari atau dimengerti. Namun demikian, persepsi ini

memberikan tujuan pada tindakan manusia dan bertanggung jawab untuk pola konsisten
yang berjalan disepanjang hidup mereka.

Kelemahan Fisik
Oleh karena manusia memulai hidupnya dari kondisi yang kecil, lemah, dan

inferior, maka mereka mengembangkan fiksi atau sistem kepercayaan tentang bagaimana
mengatasi kelemahan fisik ini dengan menjadi besar, kuat, dan superior. Akan tetapi,
bahkan setelah mereka memperoleh ukuran yang besar, kekuatan, dan superioritas,
mereka bersikap seolah-olah mereka masih kecil, lemah, dan inferior.
Adler (1929/1969), bersikeras bahwa semua umat manusia dikaruniai
kelemahan anggota tubuh. Keterbatasan fisik sedikit atau bahkan tidak berarti sama sekali
bagi manusia, kecuali keterbatasan ini menstimulasi perasaan subjektif tentang
inferioritas, yang berfungsi sebagai dorongan menuju kesempurnaan atau keutuhan.
Beberapa orang mengganti perasaan inferior ini dengan bergerak menuju keadaan
psikologis yang sehat dan gaya hidup yang bermanfaat, sementara yang lain melakukan
kompensasi secara berlebihan dan termotivasai untuk menaklukkan orang lain atau
menarik diri dari orang lain.
Sejarah memberikan banyak contoh, seperti Demosthenes atau Beethoven yang
mengatasi kelemahannya dan memberikan kontribusi penting dalam masyarakat. Adler
sendiri lemah dan sakit-sakitan ketika ia masih kecil, dan penyakitnya ini mendorongnya
untuk mengalahkan kematian dengan menjadi seorang dokter serta mendorongnya untuk
bersaing dengan kakak laki-lakinya dan Sigmund Freud.
Adler (1929/1969) menekankan bahwa kelemahan fisik saja tidak menyebabkan
seseorang menjalani gaya hidup tertentu. Kelemahan fisik hanya memberikan motivasi
pada saat ini untuk meraih tujuan masa depan. Motivasi seperti ini, seperti semua aspek
kepribadian, menyatu dan self-consistent.
(Jess Feist, teori kepribadian hal 85-86)

3) Kesatuan dan self-consistency dari kepribadian

Prinsip ketiga dari teori Adlerian adalah kepribadian itu menyatu dan selfconsistent.
Ketika memilih istilah psikologi individual, Adler berharap untuk menekankan
keyakinannya bahwa setiap orang itu unik dan tak terpisahkan. Jadi, psikologi individual
menekankan pada kesatuan fundamental dari kepribadian dan gagasan bahwa perilaku
yang tidak konsisten itu tidak ada. Pikiran, perasaan, dan tindakan, semuanya mengarah
pada satu sasaran dan berfungsi untuk mencapai satu tujuan. Ketika seseorang bersikap
tidak teratur atau tidak bisa diprediksi, perilaku mereka memaksa orang lain menjadi
defensif dan waspada terhadap tindakan yang tak terduga. Meskipun perilaku mereka
kelihatan tidak konsisten, ketika dilihat dari perspektif tujuan akhir, perilaku tersebut
terlihat baik. Akan tetapi, ada kemungkinan bahwa perilaku yang mereka tunjukkan
merupakan usaha-usaha yang tidak disadari untuk mengecoh dan menempatkan orang
lain lebih rendah dari dirinya. Peilaku yang membingungkan dan tampak tidak konsisten
ini memberikan orang tersebut keuntungan dalam hubungan interpersonal. Walaupun
orang seperti ini sering berhasil dala usahanya untuk mengungguli orang lain, mereka
biasanya tetap tidak menyadari motif yang mendasari perilaku mereka dan tetap
bersikeras menolak setiap gagasan bahwa mereka berhasrat meraih keunggulan di atas
orang lain.
Adler (1956) mengenali beberapa cara di mana keseluruhan diri manusia
berfungsi dengan kesatuan dan self-consistency. Cara pertama disebutnya sebagai bahasa
organ.

Bahasa Organ
Menurut Adler (1956), keseluruhan diri manusia berjuang dengan cara yang self-

consistent demi satu tujuan, dan setiap tindakan serta fungsi masing-masing hanya dapat
dipahami sebagai bagian dari tujuan tersebut. Gangguan terhadap suatu bagian tubuh
tidak bisa dilihat secara terpisah atau tersendiri karena hal ini mempengaruhi keseluruhan
diri seseorang. Faktanya, kelemahan suatu organ tubuh memperlihatkan arah dari tujuan
seseorang, suatu kondisi yang dikenal sebagai bahasa organ (organ dialect). Melalui
bahasa organ, organ-organ tubuh berbicara sebuah bahasa yang biasanya lebih ekspresif

dan mengungkapkan pikiran seseorang dengan lebih jelas daripada yang bisa
diungkapkan oleh kata-kata. (Adler, 1956, hlm. 223)
Salah satu contoh bahasa organ adalah seorang pria yang menderita rheumatoid
arthritis di tangannya. Sendinya yang kaku dan cacat menyuarakan seluruh gaya hidup
pria tersebut. Seolah-olah organ tubuhnya berseru, Lihatlah kelainan pada diri saya.
Lihat kecacatan pada diri saya. Anda tidak bisa mengharapkan saya untuk menggunakan
tangan dalam melakukan pekerjaan. Tanpa adanya suara, tangannya berbicara tentang
keinginannya mendapatkan simpati dari orang lain.
Adler (1956) memberikan contoh lain dari bahasa organ, yaitu kasus seorang anak
laki-laki yang sangat patuh yang mengompol di malam hari memberitahukan pesan
bahwa ia tidak ingin mematuhi harapan orang tuanya. Perilakunya benar-benar ekspresi
kreatif karena anak tersebut berbicara melalui kandung kemihnya bukan dengan
mulutnya (hlm. 223).

Kesadaran dan Ketidaksadaran


Contoh kedua dari kepribadian yang menyatu adalah keserasian antara tindakan

sadar dan tidak sadar. Adler (1956) mendefinisikan ketidaksadaran sebagai bagian dari
tujuan yang tidak dirumuskan dengan jelas atau tidak dipahami secara utuh oleh
seseorang. Berdasarkan definisi ini, Adler menghindari dikotomi antara ketidaksadaran
dan kesadaran, di mana ia memandangnya sebagai dua bagian yang bekerja sama dalam
sistem yang menyatu. Pikiran-pikiran sadar adalah pikiran yang dipahami dan
diperlakukan seseorang sebagai hal yang membantunya dalam usaha meraih
keberhasilan, sedangkan pikiran-pikiran tidak sadar adalah pikiran yang tidak membantu
usaha tersebut. Apakah perilaku seseorang mengarah ke gaya hidup yang sehat atau tidak
sehat tergantung pada tingkat minat sosial yang mereka kembangkan selama masa kanakkanak.
(Jess feist, teori kepribadian hal 87-88)

4) Minat sosial

Prinsip Alder yang keempat adalah Nilai dari semua aktivitas manusia harus
dilihat dari sudut pandang minat sosial.
Minat sosial (social interest) adalah terjemahan Alder, yang sedikit menyesatkan,
dari istilah Jerman yang asli, yaitu Gemeinschaftsgefhl. Terjemahan yang lebih baik
bisa jadi perasaan sosial atau perasaan berkomunikasi, tetapi Gemeinschaftsgefhl
sebenarnya mempunyai makna yang tidak bisa diekspresikan secara penuh dalam kata
atau frasa bahasa inggris. Kira-kira maknanya adalah perasaan menjadi satu dengan umat
manusia; menyatakan secara tidak langsung keanggotaan dalam komunitas sosial seluruh
manusia. Minat sosial bisa didefinisikan sebagai sikap keterkaitan dengan umat manusia
secara umum maupun sebagai sikap keterikatan dengan umat manusia secara umum
maupun sebagai empati untuk setiap anggota masyarakat. Minat sosial adalah kondisi
alamiah dari manusia dan bahan perekat yang mengikat masyarakat bersama-sama
(Alder, 1967). Inferioritas alamiah dari manusia menyebabkan mereka mengikatkan diri
bersama-sama untuk membentuk masayarakat. Tanpa perlindungan dari keluarga atau
suku, nenek moyang kita tertentu sudah dibinasakan oleh bintang yang lebih kuat, lebih
buas, dan yang mempunyai indra lebih tajam. Oleh karena itu, miant sosial adalah suatu
keharusan untuk melestarikan umat manusia.

Sumber dari Minat Sosial


Minat sosial berakar dari potensi dalam setiap orang, namun hal ini harus

dikembangkan sebelum bisa digunakan sebagai gaya hidup yang bermanfaat. Minat
sosial bersumber dari hubungan ibu dan anak selama bulan-bulan pertama masa kanakkanak. Setiap orang memiliki benih minat sosial yang ditabur selama tahun-tahun
pertama kehidupan mereka. Alder percaya bahwa pernikahan dan menjadi orang tua
adalah tugas untuk dua orang. Akan tetapi, kedua orang tua mungkin memengaruhi minat
sosial seorang anak dengan cara yang agak berbeda. Tugas seorang ibu adalah
mengembangkan sebuah ikatan yang mendorong kedewasaan minat sosial seorang anak
dan membantu berkembangnya minat bekerja sama. Idealnya, seorang ibu harus memiliki
kasih yang sejati dan mendalam untuk anaknya-kasih yang terpusat pada kesejahteraan si

anak, bukan pada kebutuhan atau keinginan sang ibu. Hubungan kasih yang sehat ini
berkembang dari perhatian yang tulus untuk anaknya, suaminya, dan orang lain.
Ayah adalah orang penting kedua dalam lingkungan sosial anak. Ia harus
memperlihatkan sikap perhatian kepada istri dan juga kepada orang lain. Menurut
standrat Alder (1956), ayah yang berhasil adalah ayah yang bisa menghindari dua
kesalahan, yaitu keterlepasan

emosional dan autoritarianisme orang tua. Kesalahan-

kesalahan ini bisa memperlihatkan dua sikap, tetapi keduanya sering ditemukan di sosok
ayah yang sama. Keterlepasan emosional seorang ayah bisa memengaruhi anakya
sehingga anak tersebut membentuk pengertian yang salah tentang minat sosial, perasaan
diabaikan, dan kemungkinan keterikatan

yang bersifat parasit kepada sang ibu.

Kesalahan yang kedua-autoritarianisme orang tua-juga bisa menyebabkan gaya hidup


yang tidak sehat. Alder (1956) percaya bahwa dampak dari lingkungan sosial pada tahuntahun pertama sangatlah penting. Alder menyakini bahwa setelah umur lima tahun, efek
dari keturunan dikaburkan oleh pengaruh kuat dari lingkungan sosial anak. Pada saat itu,
pengaruh dari lingkungan telah mengubah dan membentuk hampir setiap aspek
kepribadian anak.

Pentingnya Minat Sosial


Minat sosial adalah ukuran Alder untuk mengukur kesehatan psikologi sehingga

hal ini dianggap sebagai kriteria tunggal dari nilai manusia (Alder, 1927, hlm. 167).
Bagi Alder, minat sosial adalah satu-satunya standrat untuk menilai seberapa berharganya
seseorang. Sebagai barometer kenormalan, minat sosial adalah standar yang digunakan
untuk menentukan seberapa bermanfaatnya hidup seseorang. Minat sosial tidak memiliki
arti yang sama dengan derma atau sifat tidak mementingkan diri sendiri. Seorang wanita
yang kaya mungkin secara teratur memberikan banyak uang untuk orang miskin dan
orang yang membutuhkan, bukan karena ia merasa menjadi satu dengan mereka, tetapi
justru sebaliknya, karena ia ingin mempertahankan keterpisahan dengan orang-orang

miskin tersebut. Pemberiannya menyiratkan. Alder percaya bahwa harga diri tindakan
semacam itu hanya bisa dinilai berlawanan dengan kriteria minat sosial.
Singkatnya, manusia memulai hidup dengan daya juang dasar yang digerakkan
oleh keterbatasan fisik yang dialami. Kelemahan ini tanpa diragukan menyebabkan
perasaan inferior. Jadi, semua manusia memiliki perasaan inferior dan semuanya
menetapkan tujuan akhir pada sekitar empat atau lima tahun. Perasaan inferior yang
dilebih-lebihkan menyebabkan gaya hidup yang neurotis, sedangkan perasaan inferior
yang wajar menghasilkan gaya hidup yang sehat. Seseorang membentuk gaya hidup yang
tidak berguna atau gaya hidup yang secara sosial bermanfaat tergantung pada bagaimana
orang tersebut memandang perasaan inferior yang ada dalam dirinya.
(Jess Feist, teori kepribadian hal 88-91)

5) Gaya Hidup
Prinsip Alder yang kelima adalah struktur kepribadian yang self-consistent
berkembang menjadi gaya hidup seseorang.
Gaya hidup (style of life) adalah istilah yang digunakan Alder untuk
menunjukkan selera hidup seseorang. Gaya hidup mencakup tujuan seseorang, konsep
diri, perasaan terhadap orang lain, dan sikap terhadap dunia. Gaya hidup adalah hasil
interaksi antara keturunan atau bawaan lahir, lingkungan, dan daya kreatif yang dimiliki
seseorang. Gaya hidup seseorang terbentuk dengan cukup baik ketika mencapai umur
empat atau lima tahun. Setelah masa tersebut, semua tindakan kita berputar disekitar gaya
hidup kita yang sudah terbentuk itu. Manusia dengan gaya hidup yang sehat dan
bermanfaat secara sosial menunjukkan minat sosial mereka melalui tidakan. Alder (1956)
percaya bahwa manusia dengan gaya hidup yang bermanfaat secara sosial
memperlihatkan bentuk kemanusiaan yang paling tinggi dalam proses evolusi dan bentuk
ini sangat mungkin memenuhi dunia di masa depan.
(Jess Feist, teori kepribadian hal 91-92)

6) Daya Kreatif
Prinsip terakhir dari teori Alderian adalah gaya hidup dibentuk oleh daya kreatif
yang ada dalam diri manusia.
Alder percaya bahwa setiap orang memiliki kebebasan untuk menciptakan gaya
hidupnya sendiri. Pada akhirnya, setiap orang bertanggung jawab akan dirinya sendiri

dan bagaimana mereka berperilaku. Daya kreatif (creative power) yang mereka miliki
membuat mereka mengendalikan kehidupan mereka sendiri, bertanggung jaawab akan
tujuan akhir mereka, menentukan cara yang mereka pakai untuk meraih tujuan tersebut,
dan berperan dalam membentuk minat sosial mereka. Daya kreatif adalah konsep yang
menggambarkan pergerakan (movement), dan pergerakan ini adalah karakteristik hidup
yang paling penting. Alder (1956) menjelaskan pentingnya keturunan dan lingkungan
dalam membentuk kepribadian. Kecuali kembar identik, setipa anak terlahir dengan
susunan genetik yang unik dan segera sampai pada pengalaman sosial yang berbeda
dengan manusia lain.
Setiap orang menggunakan keturunan dan lingkungan sebagai bata dan palu untuk
membangun kepribadian, namun rancangan arsitekturalnya menggambarkan gaya hidup
seseorang. Hal yang terpenting adalah bukan apa yang ada dalam diri seseorang, tetapi
bagaimana seseorang bisa menggunakan semua hal yang ada dalam dirinya. Alder
(1929/1964) menggunakan analogi yang menarik, yang ia sebut sebagai hukum ambang
pintu rendah (the law of the low doorway). Jika anda mencoba masuk melalui ambang
pintu setinggi empat kaki, maka anda mempunyai dua pilihan. Pertama, anda bisa
menggunakan kemampuan berpikir kreatif untuk membungkuk ketika mendekati pintu
masuk sehingga masalah dapat dipecahkan dengan baik. Sebaliknya, jika anda terbentur
dan tserjatuh ke belakang, maka anda masih harus menyelesaikan masalah dengan benar
atau anda akan terus-menerus terbentur. Anda memiliki daya kreatif yang membantu anda
untuk mengikuti salah satu tindakan tersebut.
(Jess Feist, teori kepribadian hal 92-93)

Kritik Terhadap Alfred Adler


Teori Adler, seperti juga Freud, menghasilkan banyak konsep yang sulit untuk dibuktikan
atau disanggah. Contohnya, walaupun penelitian secara konsisten telah menunjukkan hubungan
antara ingatan masa kecil dengan gaya hidup seseorang saat ini (Clark,2002), hasi ini tidak
membuktikan pemikiran Adlerbahwa gaya hidup yang dianut seseorang saat ini membentuk
ingatan masa kecil. Sebagai gantinya, penjelasan Causal juga mungkin, yaitu pengalaman masa
kecil bisa menyebabkan munculnya gaya hidup saat ini. Salah satu konsep Adler yang paling
penting-asumsi bahwa gaya hidup saat ini menentukan ingatan masa kecil dan bukan sebaliknyasulit dibuktikan atau disanggah.
Banyak dari penelitian yang dilandaskan pada psikologi individual telah meneliti tentang
ingatan masa kecil, minat sosial, dan gaya hidup. Arthur J. Clark (2002), contohnya
menyebutkan bukti yang memperlihatkan bahwa ingatan masa kecil berkaitan dengan banyak
sekali faktor kepribadian, mencakup dimensi atau kelainan klinis kepribadian, pilihan pekerjaan,
cara penggambaran, dan proses psikoterapi serta hasilnya. Sebagai tambahan, teori Adler telah
mendukung peneliti untuk membangun beberapa skala minat sosial, contohnya sosial interest
scale (crandall,1975,1981), sosial interest index (greewer,tseng,& friedland,1973), dan Sulliman
Scale of Social interest (Sulliman,1973). Aktivitas riset mengenai skala-skala ini dan pada urutan
kelahiran, ingatan masa kecil, dan gaya hidup memberikan teori Adlerian sebuah peringkat yang
cukup hingga tinggi pada kemampuannya untuk mengembangkan penelitian.
Menilai tinggi teori adlerian dalam kemampuannya memberikan panduan pemecahan
masalah. Teori ini membantu psikoterapis, guru, dan orang tua dalam mencari solusi masalah-

masalah praktis pada berbagai kondisi. Praktisi Adlerian mengumpulkan informasi melalui
laporan tentang urutan kelahiran, mimpi, ingatan masa kecil, kesulitan masa kecil, dan
kelemahan fisik. Mereka kemudian menggunakan informasi ini untuk memahami gaya hidup
seseorang dan mengaplikasikan teknik khusus yang akan meningkatkan tanggung jawab pribadi
seseorang dan memperluas kebebasan individu tersebut dalam memilih.
Apakah psikologi individual konsisten secara internal? Apakah teori ini mencakup
istilah2 yang didefinisikan secara operasional? Walaupun teori Adlerian adalah model untuk selfconsistency, teori ini mempunya kekurangan dalam definisi operasional yang tepat. Istilah-istilah
seperti tujuan untuk superioritas (goal og superiority) dan daya kreatif tidak memiliki definisi
ilmiah. Dalam hasil karya Adler manapun, istilah-istilah tersebut tidak didefinisikan secara
operasional, dan seseorang yang akan melakukan penelitian akan menemui kesulitan untuk
mendapatkan definisi yang tepat.
Pada akhirnya akan menyebabkan mereka akan mengalami kesulitan dalam penelitian.
Istilah daya kreatif adalah istilah yang sering kali menyesatkan. Kekuatan ajaib macam apakah
yang membuat bahan bahan dasar keturunan dan lingkungan membentuk suatu kepribadian yang
unik? Bagaimana daya kreatif mengubah dirinya menjadi tindakan atau proses spesifik yang
diperlukan oleh peneliti untuk melakukan penelitian? Sayangnya, psikologi individual sedikit
filosofis bahkan moralistis dan tidak menyediakan jawaban untuk permasalahan ini.
Konsep daya kreatif sangat menarik. Walaupun menarik, konsep daya kreatif hanyalah
sebuah fiksi dan tidak bisa dipelajari secara ilmiah oleh karena kurangnya definisi operasional
kami menilai psikologi individual rendah dalam konsistensi internal.
Kriteria akhir dari sebuah teori yang bermanfaat adalah kesederhanaan atau parsimony.
pada standar ini kami menilai psikologi individual dalam taraf rata-rata. Walaupun cara penulisan
Adler yang kaku dan tidak teratur membingungkan penilaian teori dalam hal parsimony, usaha
yang dilakukan Ansbacher dan Ansbacher (Adler, 1956, 1964) telah membuat psikologi
individual menjadi lebih sederhana

Daftar Pustaka
Feist Jess, Feist J Gregory.2010.Teori kepribadian.Jakarta:salemba
humanika.
Hall S. Calvin, Lindzey Gardner.1993.Teori-teori psikodinamik
(klinis).yogyakarta: kanisius
Alwisol.2009.psikologi kepribadian.malang:UMM press

También podría gustarte