Está en la página 1de 8

DAMPAK PAPARAN SINAR ULTRAVIOLET TERHADAP PREVALENSI

KEJADIAN KANKER KULIT DI INDONESIA

Oleh:
IDA APRILIA
FARMASI KELAS A
NIM. 1413015011

A. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara tropis dan secara geografis terletak di garis
khatulistiwa dengan paparan sinar matahari sepanjang tahun. Spectrum sinar matahari
memancarakan sejumlah energy tertentu pada rentang panjang gelombang 300-400 nm,
yang dikenal sebagai sinar ultraviolet (Lowe dkk.,1990). Sinar UV berguna bagi
manusia, misalnya untuk mensintesis vitamin D dan untuk membunuh bakteri, tetapi di
samping manfaat tersebut, sinar UV dapat membahayakan manusia jika mengenai kulit
manusia dalam waktu yang lama. Paparan sinar UV dalam waktu lama dapat
menyebabkan perubahan pada kulit seperti kulit kemerahan karena terbakar matahari,
terbentuknya kerutan pada kulit, penuaan dini, kerusakan kulit dan dampak terburuk
adalah kanker kulit
(Setiadarma, 1986).
Di Indonesia prevalensi kejadian kanker dari tahun ketahun semakin meningkat.
Penyakit kanker merupakan penyebab kematian keenam berdasarkan data dari survei
kesehatan rumah tangga (SKRT) 2002. Kepala Bagian Radiologi RSCM FKUI Dokter
Soehartati PhD di Jakarta mengatakan bahwa salah satu penyakit kanker yang banyak
dialami penduduk Indonesia saat ini adalah kanker kulit dengan persentase 7 persen.
(Depkes, 2003).
Salah satu cara untuk melindungi kulit dari paparan sinar ultraviolet yang berlebihan
adalah dengan mengurangi paparan sinar matahari secra langsung dan melindungi kulit
menggunakan tabir surya saat berada diluar ruangan. Menurut ahli dermatologi
Indonesia, penggunaan tabir surya yang direkomendasikan adalah tabir surya dengan
nilai SPF 15-30.
(Wulandari, 2014).

B. TEORI RELEVAN
1.

Kulit

Gambar 2.1 Struktur Kulit (Gibson, 1995)


Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira
15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan
cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastik dan sensitif,
bervariasi pada keadaan iklim, umur, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh.
Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama, yaitu :
a. Lapisan epidermis, lapisan epidermis terdiri atas : stratum korneum (lapisan
tanduk), stratum lusidum, stratum granulosum (lapisan keratohialin), stratum
spinosum (stratum malphigi), dan stratum basal.
b. Lapisan dermis, lapisan dermis adalah lapisan dibawah epidermis yang jauh
lebih tebal daripada epidermis. Secara garis besar lapisan dermis dibagi
menjadi dua, yaitu pars papilare dan pars retikulare .
c. Lapisan subkutis, jaringan subkutis merupakan lapisan yang

langsung

dibawah dermis. Batas antara jaringan subkutis dan dermis tidak tegas. Ujungujung saraf tepi, pembuluh darah. Lapisan subkutis terdiri atas jaringan ikat
longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Lapisan sel -sel lemak berfungsi
sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi,
pembuluh darah, dan getah bening. Kulit pada manusia mempunyai peranan
yang penting, selain fungsi utama yang menjamin kelangsungan hidup juga
mempunyai arti lain, yaitu estetika, ras, indikator sistemik, dan sarana
komunikasi non-verbal antara individu satu dengan yang lainnya. Fungsi

utama kulit adalah proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu


tubuh, pembentukan pigmen, pembentukan vitamin D, dan keratinasi
(Djuanda, 1999).

2.

Sinar Ultraviolet
Sinar UV adalah bagian dari sinar matahari yang merupakan suatu

gelombang elektromagnetik yang secara umum terbagi kedalam 3 kategori


berdasarkan panjang gelombang, yaitu: UVA (320-400 nm), UVB (280-320 nm),
dan UVC (200-280 nm). Besarnya radiasi yang mengenai kulit bergantung pada
jarak suatu tempat dengan khatulistiwa, kelembaban udara, musim, ketinggian
tempat, dan jam waktu setempat.
Paparan sinar UV pada kulit menyebabkan terbentuknya ROS (Reactive
Oxygen Species) dan RNS (Reactive Nitrogen Species). ROS yang dominan
terbentuk adalah radikal hidroksil, anion superoksida, dan radikal peroksil dan
prekursor aktif oksigen singlet dan hidrogen peroksida (H2O2), sedang RNS yang
terbentuk adalah nitrit oksida dan nitrit dioksida. Banyaknya radikal bebas
tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada struktur dan fungsi sel yang
menjadikan sel kehilangan integritasnya (Saewan, 2013). Radiasi UV dalam
jumlah kecil bermanfaat untuk sintesis vitamin D dalam tubuh, tetapi paparan
yang berlebihan dapat menyebabkan sunburn dan efek berbahayanya yaitu
sintesis radikal bebas yang memicu eritema dan katarak. Saat sinar UV menerpa
suatu benda terus-menerus, elektron atom benda tersebut akan meloncat dari
orbitnya yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas. Sinar UVB juga dapat
menyebabkan kerusakan fotokimia pada DNA sel sehingga memicu pertumbuhan
kanker kulit (Kaur, 2009).
Secara alami, kulit berusaha melindungi dirinya beserta organ

di

bawahnya dari bahaya sinar UV, yaitu dengan membentuk butir-butir pigmen
(melanin) yang akan memantulkan kembali sinar matahari. Jika kulit terpapar
sinar matahari, maka akan timbul dua tipe reaksi melanin, seperti penambahan
melanin secara cepat ke permukaan kulit dan pembentukan tambahan melanin

baru. Namun, apabila terjadi pembentukan tambahan melanin secara berlebihan


dan terus-menerus, maka akan terbentuk noda hitam pada kulit (Trenggono dkk.,
2007).

3.

Kanker Kulit
Radiasi Ultraviolet (UV) merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya

kanker kulit. Disebutkan bahwa paparan sinar ultraviolet (UV) bisa menyebabkan
kerusakan DNA. Perubahan dalam beberapa gen yang berbeda biasanya dibutuhkan
sel untuk menjadi kanker. Kanker dapat disebabkan oleh perubahan DNA yang
mengaktifkan onkogen atau mengurangi fungsi dari tumor gen supresor (American
Cancer Society, 2012).
Ada empat jenis utama dari kanker kulit yang memiliki prevalensi cukup
tinggi di Indonesia yaitu:
1) Karsinoma Sel Basal (KSB) 36,67%
Karsinoma sel basal adalah suatu tumor kulit yang bersifat ganas, berasal dari
sel-sel basal epidermis. Tumor ini berkembang lambat dan tidak/jarang
bermetastasis. Keganasan pada karsinoma ini ialah keganasan lokal(lozalized
malignant) yaitu invasi ke tumor ke jaringan dibawah kulit(sub kulit) fasia, otot
dan tulang, umumnya tidak menyebabkan kematian.
2) Karsinoma Sel Skuamosa (KSS) 11,4%
Karsinoma sel skuamosa adalah suatu proliferasi ganas dari keratinosit
epidermis yang merupakan salah satu dari kanker kulit yang sering dijumpai
setelah basalioma. Faktor predisposisi karsinoma sel skuamosa(KSS) antara lain
sinar ultraviolet, bahan karsinogen, arsenic dan lain-lain.
3) Melanoma 0,59%
Melanoma adalah kanker yang bermula di melanosit. Nama lain dari kanker ini
adalah malignant melanoma dan cutaneus melanoma. Melanoma jauh lebih
jarang terjadi daripada sel basal karsinoma dan sel skuamosa karsinoma, tetapi
jauh lebih berbahaya.
4) Tumor ganas adneksa kulit dan tumor ganas kulit lainnya 8,5%(Partogi, 2008).
Seperti banyak kanker, kanker kulit mulai sebagai lesi prakanker. Lesi prakanker
adalah perubahan pada kulit yang bukan kanker, tapi bisa menjadi kanker dari

waktu ke waktu. Profesional medis sering menyebut perubahan ini sebagai


displasia(Wax, 2012).

4.

Tabir Surya
Menurut Soerati (1993), tabir surya didefinisikan sebagai senyawa yang secara

fisik atau kimia dapat digunakan untuk menyerap sinar matahari secara efektif
terutama daerah emisi gelombang UV, sehingga dapat mencegah gangguan pada
kulit akibat pancaran langsung sinar UV.
Senyawa dalam tabir surya mampu melindungi kulit karena adanya ikatan
yang dapat saling berkonjugasi sehingga ikatan tersebut akan beresonansi saat
terpapar sinar UV sehingga akan menurunkan energi dan bersifat melindungi kulit.
(Handayani, 2009). Mekanisme proteksi tabir surya terhadap kulit yaitu molekul
bahan kimia tabir surya menyerap energi dari sinar UV, kemudian mengalami
eksitasi dari ground state ketingkat energi yang lebih tinggi. Sewaktu molekul yang
tereksitasi kembali ke kedudukan yang lebih rendah akan melepaskan energi yang
lebih rendah dari energi semula yang diserap untuk menyebabkan eksitasi, sinar
UV dari energi yang lebih tinggi setelah diserap energinya oleh bahan kimia akan
mempunyai energi yang lebih rendah dan sinar UV dengan energi yang lebih
rendah akan kurang atau tidak menyebabkan efek sunburn pada kulit (Lavi, 2013).

C. PEMBAHASAN
Menurut Kaur dan Saraf (2009) sinar matahari merupakan sumber energi yang
bermanfaat dalam pembentukan vitamin D bagi tubuh dan membunuh bakteri. Sinar
UV adalah bagian dari sinar matahari yang merupakan suatu gelombang
elektromagnetik yang secara umum terbagi kedalam 3 kategori berdasarkan panjang
gelombangnya, yaitu: UVA (320-400 nm), UVB (280-320 nm), dan UVC (200-280
nm). Besarnya radiasi yang mengenai kulit bergantung pada jarak suatu tempat dengan
khatulistiwa, kelembaban udara, musim, ketinggian tempat, dan jam waktu setempat.
Paparan sinar UV pada kulit menyebabkan terbentuknya ROS (Reactive
Oxygen Species) dan RNS (Reactive Nitrogen Species). ROS yang dominan terbentuk
adalah radikal hidroksil, anion superoksida, dan radikal peroksil dan prekursor aktif
oksigen singlet dan hidrogen peroksida (H2O2), sedang RNS yang terbentuk adalah

nitrit oksida dan nitrit dioksida. Banyaknya radikal bebas tersebut dapat menyebabkan
kerusakan pada struktur dan fungsi sel yang menjadikan sel kehilangan integritasnya
(Saewan, 2013). Radiasi UV dalam jumlah kecil bermanfaat untuk sintesis vitamin D
dalam tubuh, tetapi paparan yang berlebihan dapat menyebabkan sunburn dan efek
berbahayanya yaitu sintesis radikal bebas yang memicu eritema dan katarak. Saat
sinar UV menerpa suatu benda terus-menerus, elektron atom benda tersebut akan
meloncat dari orbitnya yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas. Sinar UVB
juga dapat menyebabkan kerusakan fotokimia pada DNA sel sehingga memicu
pertumbuhan kanker kulit (Kaur, 2009).
Kanker kulit merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh berubahnya sifatsifat penyusun sel kulit yang normal menjadi ganas, dimana sel-sel akan terus
membelah menjadi bentuk yang abnormal secara tidak terkontrol akibat kerusakan
DNA. Radiasi Ultraviolet (UV) merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya kanker
kulit. Disebutkan bahwa paparan sinar ultraviolet (UV) bisa menyebabkan kerusakan
DNA. Perubahan dalam beberapa gen yang berbeda biasanya dibutuhkan sel untuk
menjadi kanker. Kanker dapat disebabkan oleh perubahan DNA yang mengaktifkan
onkogen atau mengurangi fungsi dari tumor gen supresor.
Ada empat jenis utama dari kanker kulit yang memiliki prevalensi cukup tinggi di
Indonesia yaitu Karsinoma Sel Basal (KSB) 36,67%, Karsinoma Sel Skuamosa (KSS)
11,4%, Melanoma 0,59% serta Tumor ganas adneksa kulit dan tumor ganas kulit
lainnya 8,5 %. Karsinoma sel basal adalah suatu tumor kulit yang bersifat ganas, berasal
dari sel-sel basal epidermis. Tumor ini berkembang lambat dan tidak/jarang
bermetastasis. Keganasan pada karsinoma ini ialah keganasan lokal (lozalized
malignant) yaitu invasi ke tumor ke jaringan dibawah kulit (sub kulit) fasia, otot dan
tulang, umumnya tidak menyebabkan kematian. Karsinoma sel skuamosa adalah suatu
proliferasi ganas dari keratinosit epidermis yang merupakan salah satu dari kanker kulit
yang sering dijumpai setelah basalioma. Faktor predisposisi karsinoma sel
skuamosa(KSS) antara lain sinar ultraviolet, bahan karsinogen, arsenic dan lain-lain.
Melanoma adalah kanker yang bermula di melanosit. Nama lain dari kanker ini adalah
malignant melanoma dan cutaneus melanoma. Melanoma jauh lebih jarang terjadi
daripada sel basal karsinoma dan sel skuamosa karsinoma, tetapi jauh lebih berbahaya.
Seperti banyak kanker, kanker kulit mulai sebagai lesi prakanker. Lesi prakanker adalah

perubahan pada kulit yang bukan kanker, tapi bisa menjadi kanker dari waktu ke waktu.
Profesional medis sering menyebut perubahan ini sebagai displasia (Wax, 2012).
Salah satu cara untuk melindungi kulit dari paparan sinar ultraviolet yang
berlebihan adalah dengan mengurangi paparan sinar matahari secra langsung dan
melindungi kulit menggunakan tabir surya saat berada diluar ruangan. Menurut ahli
dermatologi Indonesia, penggunaan tabir surya yang direkomendasikan adalah tabir
surya dengan nilai SPF 15-30. (Wulandari, 2014)

D. PENUTUP
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa paparan sinar ultraviolet
yang berlebihan merupakan penyebab utama terjadinya kanker kulit di Indonesia. Oleh
karena itu, disarankan untuk meminimalisir paparan sinar matahari secara langsung dan
menggunakan tabir surya saat berada di luar ruangan.

DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, Adhi. 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta.

Gibson. 1995. Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat. EGC. Jakarta.

Handayani, S. dan I. S. Arty. 2009. Synthesis and Activity Test of Some Compounds
1,5 diphenyl-1,4-pentadiene-3-one as Potensial Sunscreen Material. Proceeding
Book ISSTEC: 233-236. Yogyakarta.

Kaur, C. D and S. Saraf. 2009. In Vitro Sun Protection Factor Determination of Herbal
Oils Used in Cosmetics. Pharmacognosy Research 2: 22-23.

Lavi, N. 2013. Tabir Surya Bagi Pelaku Wisata. Universitas Udayana. Denpasar.

Lowe, J., Nicholas and N. A. Shaath. 1990. Sunscreen. Marcel Dekker Inc. New York.

Setiadarma, H dan Suyonto. 1986. Kesehatan Kulit dan Kosmetika. Andy Offset.
Yogyakarta.
Trenggono, R.I.S., Latifah, F., dan Djajadisastra, J. 2007. Buku Pegangan Ilmu
Pengetahuan Kosmetik. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Wulandari, A., Psotova, J., dan Walterova, D. 2003. Natural Phenolics in the
Prevention of UV-Induced Skin Damage. Biomed 147: 137-145.

También podría gustarte