Está en la página 1de 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Deformitas tangan dapat diakibatkan oleh kelainan kulit, jaringan
subkutan,otot, tendon, sendi, tulang atau fungsi neuromuskular. Sering
terdapat riwayat cidera,atau infeksi maupun penyakit yang bersamaan.
Fasia superfisialis pada telapak tangan menyebar dari pergelangan tangan
menuju jari-jari, meluas melewati sendi-sendi metakarpofalangeal hingga
ke jari-jari.
Penyakit Dupuytren adalah kontraktur fascia palmar hingga ke jarijari.Kontraktur sendi PIP timbul akibat terkenanya band spiral, selubung
digitalis lateral,ligamen Grayson, band retrovaskular, dan fascia palmar,
baik sendiri-sendiri maupun bersamaan.
B. Epidemiologi
Insiden meningkat setelah usia 40; pada usia ini pria lebih sering
terkenadaripada wanita. Dupuytren adalah penyakit yang sangat spesifik,
dan sering terjadi pada:
1. Orang-orang dari Skandinavia atau keturunan Eropa Utara; telah
disebut "Viking penyakit", meskipun juga meluas di beberapa
negara Mediterania(seperti Spanyol dan Bosnia) dan di Jepang.
2. Laki-laki dari pada perempuan (laki-laki sepuluh kali lebih sering
terjadi dari pada perempuan).
3. Orang-orang di atas usia 40.
4. Orang-orang dengan riwayat keluarga yang menderita penyakit
Dupuytren (60sampai 70% dari mereka menderita memiliki
kecenderungan genetik untuk itucontracture Dupuytren).
5. Orang dengansirosis hati

Belum ada penjelasan yang signifikan bahwa trauma,


diabetes, alkoholisme, terapi epilepsi dengan fenitoin dan penyakit
hati dapat menyebabkan penyakit ini. Fenitoin dapat menyebabkan
gangguan dijaringan ikat. Tidak ada bukti membuktikan bahwa
luka tangan atau risiko kerja yang spesifik mengarah ke risiko lebih
tinggi mengalami penyakit Dupuytren's meskipun ada beberapa
spekulasi bahwa Dupuytrenmungkin disebabkan oleh trauma fisik,
seperti tenaga kerja manual atau lainnya yang pekerjaannya sering
menggunakan tangan. Namun, fakta mengatakan bahwa Dupuytren
itu

tidak

ada

hubungan

dengan

pekerjaan

yang

sering

menggunakan tangan.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum : Untuk memberikan pengalaman nyata tentang
Asuhan Keperawatan pada kontraktur dupuytren.
2. Tujuan Khusus : Secara khusus '' Asuhan Keperawatan pada
kontraktur dupuytren'', ini disusun supaya :
a. Perawat dapat mengetahui tentang anatomi dan fisiologi,
definisi,

etiologi,

pemeriksan

patofisiologi,

diagnostik,

manifestasi

kompilkasi,

klinik,

penatalaksanan,

pathway, komplikasi dari kontraktur dupuytren.


b. Perawat dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien
dengan kontraktur dupuytren.
D. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Apakah definisi dari kontraktur dupuytren?


Apakah etiologi dari kontraktur dupuytren?
Bagaimana patofisiologi kontraktur dupuytren?
Bagaimana manifestasi klinis kontraktur dupuytren?
Bagaimana pemeriksaaan diagnostik dari kontraktur dupuytren?
Apa saja komplikasi dari kontraktur dupuytren?
Bagaimana penatalaksanaan pada kontraktur dupuytren?
Bagaimana patway dari kontraktur dupuytren ?

9. Bagai mana asuhan keperawatan dari kontraktur dupuytren?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi dan Fisiologi

Fungsi utama dari fibroblas adalah untuk menjaga integritas


struktural jaringan penghubung dengan senantiasa mensekresi prekursor
dari matriksekstraseluler. Seperti sel-sel lain dari jaringan ikat, fibroblas
berasal

dari

mesenkim primitif.

Dengan

demikian

mereka

mengekspresikan protein filamen vimentin menengah, fitur yang

digunakan sebagai penanda untuk membedakan asal mesodermal mereka.


Dalam situasi tertentu sel-sel epitel dapat menimbulkan fibroblas, proses
yang disebut transisi epitelial-mesenchymal (EMT).Sebaliknya, fibroblast
dalam beberapa situasi dapat menimbulkan epitel denganmelakukan
mesenchymal untuk transisi epitel (MET) dan mengatur menjadi
kental,terpolarisasi, lateral dihubungkan lembar epitel benar.Keterlibatan
komponen fascia yang terdiri dari peritendinous band, spiral band, ligamen
natatory, ligamen Grayson, ligamen Cleland dan pembungkus jarilateral.
Cord terdiri dari central cord, spiral cord, lateral cord, retrovaskular
cord,abductor digiti minimi cord, dan jaringan antara intercomissural cord.
Spiral cord4 terdiri dari peritendinous aponeurosis, spiral band,
pembungkus jari lateral, danligamen Grayson. Satu-satunya jaringan yang
tidak terlibat dalam spiral cord adalahligamen natatory. Spiral cord sering
kali membuat neurovaskular dari jari bermasalah.Seperti contracture
interphalang, neuro vascular terdorong ke atas dan ke arah tengah.
B. Definisi
Kontraktur Depuytren adalah kontraktur progresif lambat fasia
palmaris yang mengakibatkan fleksi jari manis dan kelingking dan sering
juga pada jari tengah, sehingga menjadi tidak berguna. Merupakan
abnormalitas yang biasa disebabkan oleh kecenderungan dominan autoso
yang diturunkan, terjadi paling sering diatas 50 tahun yang berasal dari
Skandinavia atau Celtic. Mulanya berupa nodul nyeri tekan pada fasia
palmaris. Nyeri tekan kemudian menghilang, dan nodul tak akan berubah
atau berkembang sehingga penebalan fibrosa melebar sampai melewati
kulit distal telapak tangan dan mengakibatkan kontraktur pada jari jari.
Kondisi ini selalu dimulai pada satu tangan, namun kemudian kedua
tangan menjadi rusak secara simetris.
(Brunner & Suddarth)
Kontraktur Dupuytren Adalah kontraktur desmogen dan fasia
palmaris yang ditemukan terutama pada pria dewasa, kadang bilateral.
Mula mula penebalan dan pengerutan fasia palmaris terlihat berupa

benjolan kecil ditelapak tangan, sering pada sumbu jari IV. Pada tempat
tersebut, fasi berhubungan erat dengan kulit. Kelainan ini berangsur
angsur progresif selama bertahun tahun dan meliputi jari jari lain. Bila
keadaan terlalu mengganggu karena kontraktur fleksi, dapat dilakukan
eksisi bagian fasia palmaris yang bersangkutan. Tindakan ini tidak akan
mempengaruhi pgrogresifitas penyakit. Kadang sekaligus ditemukan
kelainan kontraktur desmogen serupa di penis yang disebut penyakit
Peyronie.
(R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong)
C. Etiologi
1. Penyakit Dupuytren kemungkinan disebabkan kelainan
genetik.

Beberapa

studi

mengatakan

autosom

dominan

membawa kelainan tersebut.


2. HLA B7 dan HLA DR3 telah diperikasa pada beberapa pasien,
yang memungkinkan ada keterkaitan sistem imun.
3. Dupuytren kontraktur karena kesalahan dalam pertumbuhan dan
regulasi dari fibroblas , yang dihasilkan dari perubahan kromosom
pada trisomi 8 seperti perubahan pada neoplasma.
4. Perubahan dalam fascia yang disebabkan oleh trauma yang terlalu
sering sehingga menyebabkan penyembuhan luka yang tidak
sempurna.

D. Patofisiologi
Para peneliti mempunyai beberapa hipotesis untuk patogenesis dari
penyakit Dupuytren. Satu kemungkinan disebabkan oleh iskemia yang
terlokalisasi dan karena derivat radikal bebas xantin oksidase dari sel
endotelial. Proliferasi fibroblas dalam fascia, berkumpul mengelilingi
mikrovaskuler. Peneliti mengatakan bahwa konsentrasi yang sedikit dari
radikal bebas dapat menyebabkan perbanyakan sel fibroblas yang

mengalami proliferasi. Karena fibroblas aktif menghasilkan radikal bebas,


fibroblast mengeluarkan autocrine yang merupakan umpan balik positif
yang nantinya akan menyebabkan ischemia microvaskuler. Patofisiologi
dasar Dupuytren contracture adalah proliferasi fibroblast dan deposisi
kolagen. Mengapa terjadi proliferasi yang tidak terkendali dari fasia
telapak tangan dan hal itu masih tidak diketahui. Studi melibatkan faktor
pertumbuhan, termasuk faktor dasar pertumbuhan fibroblast, faktor
pertumbuhan platelet yang diturunkan, dan TGF-beta. Faktor-faktor ini
menunjukkan peningkatan ekspresi dalam fasia. Penyakit ini berkembang
dalam beberapa tahap. Tahap proliferasi ini di tandai dengan
perkembangan

bintil

atau

nodul,

lesi

pathognomonic

dari

Dupuytrencontracture. Nodul terdiri dari fibroblas dan kolagen tipe III.


Tahap proliferatif adalah fase yang paling biologis aktif penyakit. Nodul
multiple umum dan lunak untuk palpasi. Mereka sering terletak di dekat
lipatan palmaris distal tetapi mungkin ditemukan di seluruh telapak tangan
dan bahkan di jari. Setelah nodul ada, kontraktil aktif, atau involutional.
Fase lanjut merupakan keadaan penyakit yang lebih lanjut, tetapi secara
biologis agak kurang aktif dari tahap proliferasi. Cord mulai berkembang
dari proksimal ke nodul, dan alur atau lubang- lubang.
E. Manifestasi Klinik
1. Terdapat celah telapak tangan dan benjolan keras yang mengikuti
telapak tangan.
2. Ketebalan cord dapat berkembang panjang dari telapak tangan
sampai ke satu jari atau lebih, dengan jari manis dan kelingking
biasanya banyak terkena. Cord sering salah diartikan sebagai
tendon, tetapi cord berada diantara tendon dan kulit. Cord ini
membengkokan atau membuat jari menjadi kontraktur.
3. Sulit meregangkan jari-jari.

4. Sulit beraktifitas saat menggunakan tangan.


5. Jari-jari mengalami pembengkokan.
6. Kesulitan mengekstensikan jari-jari. Jari jari meringkuk ketelapak
tangan dan tidak akan mudah diluruskan.

7. Penebalan garis di telapak tangan.


F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Histopatologis
Ditemukan fibroblast dan collagen tipe III yang mendominasi.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Look
1) Terdapat Nodul dan alur ditelapak tangan.
2) Kulit

memucat

saat

mengekstensikan

deformitas.
b. Feel
1) Nodule terasa lunak saat dipalpasi.

tangan

2) Cord proximal sampai ke nodule biasanya terasa


sakit.
c. Move
Sulit untuk meregangkan jari-jari.
G. Komplikasi
Memburuknya kontraktur yang dapat mengakibatkan cacat dan
kehilangan fungsi tangan. Terdapat resiko cedera pembuluh darah dan
saraf selama operasi.
H. Penatalaksanaan
Pengobatan untuk Dupuytren seringkali tidak perlu, bahkan tidak
ada cara permanen untuk menghentikan atau menyembuhkan kondisi
tersebut. Pemotongan jari mungkin diperlukan untuk penyakit yang berat
atau berulang, atau sebagai komplikasi dari pembedahan.
1. Pembedahan
Manajemen bedah terdiri dari pembukaan kulit yang
terkena dampak danexcising (menghapus) jaringan berserat.
Prosedur ini tidak kuratif dalam fasia karenamasih dapat timbul
penyakit

Dupuytren

di

kemudian

hari,

dan

karena

itu

pasienmungkin perlu mengulang operasi. Selain itu, fasia yang


menebal sering dekat ataumembungkus saraf digiti dan arteri,
sehingga risiko cedera saraf atau arteri dapatterjadi. Peninjauan 20
tahun

komplikasi

bedah

terkait

dengan

operasi

terbuka(fasciectomy) untuk Dupuytren menunjukkan bahwa


komplikasi utama terjadi pada15,7%, termasuk cedera saraf digiti
3,4%, cedera arteri digiti 2%, infeksi 2,4%,hematoma 2,1%, dan
nyeri di area yang terkena 5,5% di samping komplikasi
keciltermasuk reaksi yang menyakitkan 9,9%, dan penyembuhan
luka komplikasi di22,9%.

Indikasi Pembedahan:
a. MCP > 300
b. Ketidak mampuan fungsional adalah gejala yang mungkin
untuk dilakukan pembedahan.
c. Pada kasus yang mengenai kedua tangan atau parah dan
mengenai tangan dominan harus dilakukan operasi.
2. Fisiotomi
Tindakan
memberikan

menyayat

bantuan

fasia

yang

jangka pendek

terlibat
tetapi

dan

juga

dapat
tingkat

kekambuhan sangat tinggi. Prosedur ini dapat memperbaiki suatu


contracture sendi MCP tapi hampir tidak akan memperbaiki
kelainan bentuk sendi PIP. Fasiotomi dilakukan dengan cara
melakukan insisi di bagian tengah dari benjolan dan membebaskan
vaskular dan saraf yang terjepit.

3. Fasciectomy
Tindakan menghilangkan sebagaian fasia yang tidak normal
sebanyak mungkin. Saat ini, prosedur ini tidak umum dilakukan
karena morbiditas terkaitmeningkat, termasuk risiko hematoma dan

10

edema pasca operasi yang berkepanjangandan kekakuan. Beberapa


memilih untuk tidak menutup luka untuk sembuh denganintensi
sekunder sebagai alat untuk mengurangi risiko hematoma.
Fasciectomidilakukan dengan melakukan insisi di pinggir dari
benjolan biasanya sayatan berbentuk Z. Prosedur ini dapat
dilakukan pada bagian MCP dan PIP.
4. Aponeurotomy Needle
Aponeurotomy adalah teknik minimal invasif dimana
penyisipan jarum kecilmelalui cord yang melemah dan manipulasi.
Keuntungan yang diklaim untuk aponeurotomy jarum adalah
intervensi minimal tanpa sayatan (yang dilakukan diklinik dengan
anestesi lokal) dan sangat cepat kembali ke kegiatan normal tanpa
perluuntuk rehabilitasi, tetapi nodul tidak diangkat dan mungkin
mulai tumbuh lagi.Foucher melaporkan bahwa keuntungan pasca
operasi lebih besar pada tingkat bersama metakarpofalangealis
daripada di tingkat interfalangealis dan menemukantingkat
reoperation 24%; komplikasi yang langka. Needle aponeurotomy
dapatdilakukan pada jari yang sangat membungkuk, stadium IV,
dan tidak hanya padatahap awal contracture Dupuytren's.
5. Kolagenase
Pada

bulan

Februari

2010,

US

Food

and

Drug

Administration (FDA) menyetujui suntikan kolagenase diekstraksi


darihistolyticum clostridium dipasarkan sebagai Xiaflex untuk
pengobatan contracture Dupuytren. Cord yang menonjol disuntikan
dalam jumlah kecil dan melarutkan cord tersebut. Penggunaan
kolagenase menjanjikan, namun perannya dalam mengobati
Penyakit Dupuytren masih belum jelas.
6. Terapi Radiasi
Radiasi terapi pengobatan yang contracture Dupuytren
dengan energi rendahx-sinar , juga telah menunjukkan beberapa
janji dalam uji coba.

11

7. Terapi lainnya
Steroid Injection for the Treatment of Dupuytren's Disease
Nodules Triamcinolone acetonide (Kenalog; 40 mg per mL)

BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian

12

Klien mengeluh semakin tidak bisa meluruskan jari manis dan


kelingking. Inspeksi pada kedua tangan, tampak jelas bahwa jari manis
dan mungkin kelingking bengkok ke dalam. Kulit telapak tangan berkerut
membentuk keriput yang kuat dan nodul nodul. Kondisi ini awalnya
terjadi pada sebelah tangan , kemudian pada kedua belah tangan. Klien
tidak dapat secara aktif meluruskan jari jari.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan mobilitas fisik b.d gangguan muskuloskeletal,
penebalan, dan pemendekan fasia palmar.
2. Gangguan konsep diri berhubungan dengan jari-jari mengalami
pembengkokan.
3. Kurang pengetahuan b/d proses penyakit dan program terapeutik.
C. Intervensi
DX 1 : Membantu mencapai tujuan pengobatan dengan:
1. Menganjurkan klien untuk merendam tangan ke dalam air hangat
saat latihan ekstensi jari jari.
2. Ajarkan dan anjurkan klien untuk meminimalkan kegiatan yang
memerlukan jari jari untuk mengambil sesuatu.
3. Menyiapkan klien untuk pembedahan.
Perawatan pasca bedah
a.
b.
c.
d.

Meninggikan tangan untuk mencegah pembekakan


Beri kompres es atau dingin
Berikan analgetik sesuai order
Periksa jari jari dari hilangnya sensasi, gangguan

sirkulasi, dan gangguan pergerakan.


e. Anjurkan klien untuk meluruskan jari jari
f. Dalam dua sampai 3 hari klien dianjurkan menggunakan
tangan untuk kebutuhan sehari hari
DX 2 :
1. Tetapkan hubungan saling percaya dan berikan dorongan pasien
untuk membahas setiap perubahan citra diri dan metoda koping.
2. Berikan dorongan untuk mengenali dan menggunakan kekuatan
yang sudah dimiliki.

13

3. Libatkan pasien dalam rencana perawatan untuk meningkatkan


kontrol diri dan meningkatkan perasaan diri masih berharga.
4. Berikan dorongan pasien untuk mengadakan interaksi social
dengan keluarga dan sahabat untuk membantu memberikan rasa
diterima tanpa memperhatikan perubahan fisik yang terjadi.
Dx 3: Kurang pengetahuan b/d proses penyakit dan program terapeutik
Tujuan : pasien memahami proses penyakit dan program terapi
Kriteria Hasil : Pengetahuan yang tepat mengenai proses penyakit dan
menggambarkan program pengobatannya.
Intervensi :
1. Kenali tingkat pengetahuan pasien saat ini tentang kontraktrur
Dyputren.
R/ Data akan memberikan dasar untuk penyuluhan dan
menghindari adanya duplikasi
2. Gambarkan proses penyakit kontraktur depuytren sesuai dengan
kebutuhan.
R/ Membantu pasien dalam memahami proses penyakit
3. Berikan informasi mengenai terapi dan atau pilihan pengobatan
yang potensial terjadi dan atau keuntungan dari setiap terapi
tersebut
R/ Membantu pasien dalam membuat keputusan pengobatan
4. Gunakan brosur, gambar, video tape dalam penyuluhan pasien
atau keluarga
R/ Alat visual memberikan penguatan pada instruksi yang
diberikan

14

5. Anjurkan

pasien

untuk

menyampaikan

pilihannya

atau

mendapatkan pilihan kedua sesuai kebutuhan


R/ Meningkatkan advokasi pasien dalam pelayanan medis
6. Instruksikan pasien untuk melaporkan tanda dan gejala pada
pemberi pelayanan kesehatan; memberi nomor telepon yang
penting
R/ Meningkatkan keamanan dalam upaya penyembuhan
D. Evaluasi
Hasil yang diharapkan
1. Klien dapat menggunakan jari jarinya
2. Klien bebas dari infeksi pada daerah operasi.
3. Menunjukkkan kepercayaan diri mengenai kemampuannya.
4. Meningkatkan tingkat aktivitasnya.
5. Meningkatkan interaksi sosial.
6. Klien mampu memahami penyakit yang di deritanya.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dupuytren adalah penebalan jaringan dibawah kulit yang
disebabkanperkembangan fibroblast yang tak terkendali. Sehingga tangan
dan jari- jari menjadi kaku dan sulit untuk diekstensikan. Angka
kekambuhan pada penyakitini sangat tinggi walaupun telah dilakuka pembedahan.
B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat dalam melakukan
asuhan keperawatan, perawat mengetahui atau mengerti tentang rencana
keperawatan pada pasien dengan kontraktur depuytren pendokumentasian

15

harus jelas dan dapat menjalin hubungan yang baik dengan klien dan
keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Dongoes, Marlyn E. 1992. Rencana Tindakan Keperawatan. Jakarta :


EGC.
Http://emedicine.medscape.com/article/329414
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah.
Jakarta : EGC
Sjamsuhidajat. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta : EGC

16

17

También podría gustarte