Está en la página 1de 14

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA CEPAT

DENGAN METODE PENUGASAN PADA SISWA KELAS VIII B


MTS NU MATHOLIUL HUDA BAKALANKRAPYAK KALIWUNGU
KUDUS TAHUN AJARAN 2014/2015/2015

ARTIKEL
ROHYUANTO
NPM 12418126

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2015

ARTIKEL

Bahasa merupakan salah satu sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol


vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer,yang dapat diperkuat dengan gerak-gerik badaniah
yang nyata (Keraf,1984:2). Bahasa merupakan simbol karena rangkaian bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia harus diberikan makna tertentu .
Dalam kegiatan komunikasi, kata-kata dijalin-satukan dalam suatu konstruksi yang
lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah sintaksis yang ada dalam suatu bahasa. Yang penting
dari rangkaian kata-kata tadi adalah pengertian yang tersirat di balik kata yang digunakan itu
(keraf,2001:21)
Menurut Tarigan (1994: 1) ketrampilan berbahasa mempunyai empat komponen,
yaitu: a) ketrampilan menyimak (listening skills), b) ketrampilan berbicara (speaking skills),
c) ketrampilan membaca (reading skills), d) ketrampilan menulis (writing skills)
Bagi peserta didik Sekolah Menengah Pertama, membaca merupakan salah satu
keterampilan berbahasa yang harus dikuasai, keterampilan ini sangat bermanfaat bagi
pengembangan diri mereka, baik untuk melanjutkan belajar ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi atau terjun ke dunia kerja dan masyarakat. Di Sekolah Menengah Pertama atau
Madrasah Tsanawiyah keterampilan membaca harus

dicapai sesuai Standar Kompetensi

Lulusan yang telah ditentukan.


Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar kelas VIII semester gasal dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 nomor (3) memahami ragam wacana
tulis dengan membaca memeindai, membaca cepat, dan Kompetensi Dasar nomor (3.3)
menyimpulkan isi sustu teks dengan membaca cepat 250 kata permenit (Depdiknas,
2006:28). Hal ini yang menjadi pedoman untuk melanjutkan ke jenjang selanjutnya.
Proses belajar mengajar atau pembelajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan
kurikulum suatu lembaga pendidikan,agar dapat mempengaruhi peserta mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan pada dasarnya mengantarkan pada
peserta didik menuju perubahan-perubahan tingkah laku baik intelektual, moral, maupun
sosial, agar dapat mandiri sebagai makhluk individu dan makhluk sosial (Sudjana, 2007:1).
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk membina dan mengembangkan
kemapuan peserta didik dalam mengguanakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan
ineraksi sosial baik secara lisan maupun tertulis (Jamaluddin, 2003:38). Pembelajaran bahasa

Indonesia pada tiap jenjang mempunyai tujuan untuk menumbuhkan keterampilan menyimak,
keterampilan berbicara, ketrampilan membaca dan keterampilan menulis.
Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat seiring
dengan hal tersebut orang dituntut selalu cepat dan tepat dalam menafsirkan dan
menyerapkan berbagai informasi

yang berkaitan dengan perkembangan dan kemujuan

dibidang ilmu pengetahuan, teknologi, sosial, dan budaya yang terjadi di seluruh dunia.
Karena semua itu tdak hanya cukup diperoleh dari sumber lisan saja tetapi juga dari sumbersumber tertulis. Pembelajaran bahasa Indonesia lebih diarahkan agar siswa mampu dan
trampil menggunakan bahasa secara komunikatif. Sementara itu ketrampilan berbahasa
meliputi ketrampilan mendengarkan (menyimak), membaca, berbicara, dan menulis.
Mengingat betapa besarnya peran penting membaca dalam keberhasilan seseorang, maka
upaya menumbuhkan minat dan kebasaan membaca harus ditangani sejak dini (Mulyati,
2007:4.6).
Dengan banyak membaca akan banyak menambah pengetahuan. Hal ini perlu
dilakukan oleh para siswa karena kemampuan membaca perlu diajarkan dengan sungguhsungguh sejak anak memasuki jenjang awal pendidikan pengajaran membaca pada dasarnya
memberikan bekal pengetahuan dan kemampuan pada siswa agar menguasai teknik membaca
dan memahami isi bacaan dengan baik. Membaca adalah satu dari empat komponen
berbahasa dan merupakan satu bagian atau komponen dari tulisan.
Kemampuan membaca menjadi dasar utama tidak saja bagi pengajaran bahasa sendiri,
tetapi juga bagi pengajaran mata pelajaran lain. Namun bagi siswa yang tidak memiliki
kemampuan membaca pemahaman dan membaca cepat yang memadahi akan selalu
ketinggalan informasi khususnya informasi yang berkenan dengan ilmu pengetahuan karena
hanya mengandalkan informasi dari guru saja.
Rendahnya kemampuan membaca cepat untuk memperoleh pemahaman di karenakan
faktor kebiasan - kebiasaan siswa dalam membaca. Banyak siswa yang belajar kata demi
kata, dengan teliti mengartikan setiap kata, bahkan mengucapkan kata tertentu sekalipun
dalam membaca dalam hati, faktor - faktor yang mempengaruhi kecepatan membaca menurut
Tarigan (1983 : 28) adalah tingkat kesulitan bahan bacaan, keakraban dan rasa ingin tahu
terhadap pokok permasalahan dan kebiasaan kebiasaan membaca. Ketiga faktor tersebut
sangatlah mempengaruhi kemampuan membaca cepat untuk memperoleh pemahaman siswa,
serta dapat menghambat prestasi belajar siswa. Dalam rangka meningkatkan perstasi
kemampuan membaca cepat siswa kelas VIII B MTs NU Matholiul Huda Kudus tahun
ajaran 2014/2015, hendaknya guru harus benar - benar mengajar dengan baik. Disamping

menguasai materi guru juga harus tepat dalam memilih media dan metode khususnya metode
yang berkaitan dengan kemampuan membaca cepat.
Metode penugasan sangat tepat digunakan untuk mengajar ketrampilan membaca
cepat siswa. Karena metode ini selain untuk menanamkan kebiasaan, juga dapat menambah
kecepatan, ketrampilan, kesempurnaan dalam melakukan sesuatu serta dapat pula dipakai
sebagai suatu cara mengulang bahan yang telah disajikan .
Metode Penugasan atau resitasi
Menurut Syaiful Sagala metode pemberian tugas (resitasi) atau metode penugasan
adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa
melakukan kegiatan, kemudian harus dipertanggungjawabkannya. Misalnya tugas yang
dilaksanakan siswa dapat dilakukan di dalam kelas, di perpustakaan bahkan di rumah
kemudian tugas tersebut dipertanggungjawabkan.
Menurut Roestiyah (1982:75) metode penugasan atau metode pemberian tugas adalah
guru menyuruh membaca, juga memberikan tugas-tugas, mencari buku-buku lain, untuk
membedakan

atau

membandingkan

serta

mempelajari

keadaaan

orang

tuanya,

masyarakatnya.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode penugasan adalah guru
memberikan seperangkat tugas yang harus dikerjakan oleh siswa secara individual maupun
secara berkelompok. Selain untuk menanamkan kebiasaan metode ini juga dapat menambah
kecepatan, ketepatan, kesempurnaan dalam melakukan sesuatu yang telah disajikan. Karena
membaca itu sangat penting dalam proses belajar mengajar. Metode pernugasan ini
mensyaratkan adanya pemberian tugas dan adanya pertanggungjawaban dari siswa. Tugas ini
dapat berbentuk suruhan, seperti menyuruh siswa untuk membaca secara cepat atau tugas
lain. Tetapi dapat pula timbul inisiatif lain dari siswa setelah disetujui oleh guru untuk
mengerjakan tugas-tugas sesuai Kompetensi Dasar dan Standar Kompentensi pelajaran yang
akan berlangsung hari itu.
1. Guru harus dapat memusatkan perhatian siswa terhadap bahan yang akan dibaca.
2. Guru menyediakan teks bacaan yang akan dibaca oleh siswa agar ada kesamaan
dalam bacaan.
3. Dalam memberi tugas hendaknya diselingi sesuatu supaya tidak membosankan atau
melelahkan misalnya diberi permainan..
4. Guru hendaknya mencatat kesalahan-kesalahan serta mendiagnosa kesulitan-kesulitan
yang dialami oleh siswa. Kesalahan umum dibetulkan secara klasikal, sedangkan
perorangan dibenarkan secara perseorangan.

Dalam proses perkembangannya hendaknya siswa didorong untuk melakukan


kegiatan yang dapat menimbulkan proses kreatif. Oleh karena itu metode pemberian tugas
atau penugasan dapat dipergunakan untuk mendukung metode pembelajaran lainnya.
Penggunaan metode penugasan bertujuan untuk (1) menumbuhkan proses
pembelajaran yang eksploratif; (2) mendorong perilaku yang kreatif; (3) membiasakan
berpikir yang komprehensif; (4) memupuk kemandirian dalam proses pembelajaran.
Manfaat metode pemberian tugas atau metode penugasan adalah (1)
menumbuhkan kebiasaan belajar secara mandiri dalam lingkungan bersama (kolektif)
maupun sendiri; (2) melatih cara encari informasi secara langsung dari sumber
pembelajaranyang terdapat di lingkungan sekolah, rumah dan masyarakat; (3) menumbuhkan
suasana pembelajaran yang menggairahkan (rekreatif).
2. Langkah-Langkah Pembelajaran Metode Penugasan
a) Tugas

harus direncanakan secara

penugasan dan cara

jelas dan

pengerjaanya.

sistematis,

Sebaliknya

terutama tujuan
tujuan penugasan

dikomunikasikan kepada peserta didik agar arah tugas yang dikerjakan.


b) Tugas yang diberikan harus dapat dipahami siswa, kapan mengerjakannya,
bagaimana cara mengerjakannya , berapa lama tugas tersebut harus dikerjakan, secara
individu atau kelompok, dan lain-lain. Hal tersebut sangat menentukan peningkatan
kemampuan siswa dalam membaca, maka penggunaan metode penugasan dalam
pembelajaran sangat diperlukan.
c) Perlu diupayakan guru mengontrol proses penyelesaian tugas yang dikerjakan oleh
siswa. Jika tugas tersebut diselesaiakn di kelas guru berkeliling mengntrol pekerjaan
siswa, sambil memberikan motivasi dan bimbingan terutama bagi siswa yang mengalami
kesulitan dalam penyelesaian tugas tersebut. Jika tugas tersebut diselesaikan di luar
kelas, guru bisa mengontro proses penyelesaian tugas melalui konsultasi dari siswa.
d) Berikanlah penilaian secara proposional terhadap tugas-tugas yang dikerjakan siswa.
Penilaian yang diberikan sebaiknya tidak hanya menitik beratkan pada produk, tetapi
perlu dipertimbangkan pula bagaimana proses penyelesaian tugas tersebut. Penilaian
hendakanya diberikan secara langsung setelah tugas diselesaikan , hal ini disamping akan
menimbulkan minat dan semangat belajar siswa, juga menghindarkan tertumpuknya
pekerjaan peserta didik yang harus diperiksa.
Pengertian Membaca

Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa dari empat ketrampilan yang
meliputi berbicara, menulis, menyimak, dan membaca itu sendiri. Dalam membaca terlibat
keaktifan yang besar, yaitu aktifitas mental dan pikiran.
Ketrampilan membaca sebagai ketrampilan berbahasa yang sifatnya reseptif,
membaca. Pembaca menerima informasi dari orang lain ((penulis),pembaca fungsinya
sebagai komunikan, dan penulis sebagai komunikator. Proses membaca sebagai proses
perubahan bentuk lambang/tulisan menjadi bentuk makna, dan mereka tidak bisa mengubah
bentuk-bentuk lambang/tanda/tulisan itu menjadi bentuk makna, artinya tidak mengetahui
dan tidak memahami apa makna lambang/tanda/tulisan itu, mereka itu tidak mampu
membaca (Suhendar dan Pien Supinah, 1993:135).
Soedarsono (1991:4) mengemukakan bahwa membaca adalah aktifitas yang kompleks
dengan menggerakkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah, meliputi: orang harus
menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati dan mengingat-ingat. Nurhadi dan
Roekhan mengartikan membaca sebagai suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh
pesan, informasi/masalah dari bacaan (Nurhadi dan Roekhan, 1990:19 ). Selanjutnya Tarigan
(1985:7) yang mengutip pendapat Hodgson mengemukakan membaca sebagi suatu proses
yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak
disampaikan penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Tarigan (2006:4.1)
mengemukakan bahwa membaca sangat fungsional dalam hidup dan kehidupan manusia.
Membaca adalah kunci ke arah gudang ilmu. Siapa pintar membaca dan banyak membaca
maka yang bersangkutan banyak ilmu pengetahuan dan pengalaman.
Setiap ahli mengartikan kegiatan membaca berbeda-beda, akan tetapi semua definisi
atau pengertian tersebut bila ditelusuri mengacu pada hal yang sama, yaitu pemerolehan
pemahaman atau informasi. Adanya perbedaan tersebut disebabkan oleh dasar yang
digunakan berbeda-beda.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa dalam kegiatan
membaca, pembaca berhubungan erat dengan bahasa, dalam bentuk bahasa tulis. Bahasa
mengandung ide-ide atau pikiran sehingga untuk memahami bahasa tulis tersebut harus
membaca, proses-proses kognitif (penalaran) lah yang terutama bekerja.oleh karena itu dapat
pula dikatakan membaca adalah suatu cara untuk membina daya nalar (Tampubolon, 1990:6).
Dalam kegiatan membaca tersebut proses komunikasi antara pembaca dan penulis, sehingga
terjadi proses komunikasi antara pembaca dan penulis. Apabila proses tersebut berhasil maka
makna yang terdapat dalam tulisan baik yang tersurat maupun tersirat dapat dipahami oleh
pembaca dan terjadi kesepakatan antara pembaca dan penulis.

A. Kemampuan Membaca Cepat


Menurut Darmadi ada pola hubungan tertentu dari tingkat kesukaran kemampuan
berbahasa (Darmadi, 1962:2). Di satu pihak kemampuan menyimak erat hubungannya
dengan kemampuan berbicara sebagai perwujudan bentuk komunikasi langsung (direct
communication). Komunikasi ini dikenal dengan komunikasi lisan (oral communication).
Dipihak lain, kemampuan membaca erat hubungannya dengan kemampuan menulis sebagai
perwujudan bentuk komunikasi tidak langsung (indirect communication). Komunikasi
menulis erat kaitannya dengan komunikasi membaca (reading communication).
Membaca adalah salah satu dari empat kemampuan bahasa pokok dan merupakan satu
bagian atau komponen dari komunikasi tulis. Dalam komunikasi tulis, lambing-lambang
bunyi bahasa diubah menjadi lambing-lambang tulisan menggunakan huruf alfabhet latin.
Pada tingkat pembaca pemulaan, proses pengubahan inilah yang dibina dan yang dikuasai
pada masa kanak-kanak tahun permulaan disekolah. Pengubahan meliputi pengenalan hurufhuruf sebagai lambing-lambang bunyi bahasa setelah pengubahan dimaksud diatas dikuasai
barulah penekanan diberikan kepada pemahaman isi.
Kemampuan membaca merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang
sangat penting untuk dikuasai siswa. Seperti yang dicantumkan pada Peraturan Pemerintah
Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab V Standar Kompetensi
Lulusan pasal 25 ayat (3) dijelaskan bahwa Kompetensi Lulusan untuk mata pelajaran Bahasa
Indonesia menekankan pada kemampuan membaca dan menulis sesuai jenjang pendidikan
(Depdiknas, 2006:1). Hal ini dikarenakan kemampuan membaca ini memiliki keterkaitan
anatara keterampilan dan daya pikir (kognitif).
Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) Garis-garis Besar Program Pengajaran
(GBPP) Bahasa Indonesia, juga mengatakan secara tegas bahwa Tujuan Intraksiaonal Umum
pengajaran membaca adalah agar siswa mampu membaca secara sistematis dan logis. Dengan
tujuan ini siswa diharapkan mempunyai kemampuan memahami berbagai bacaan untuk
mendapatkan informasi, pengalaman, gagasan, pesan, perasaan, dan pendapat. Secara umum
kemampuan membaca brgantung pada frekuensi dan kualitas materi dengar, bicara,baca, dan
tulis yang dilakukan seseorang dalam kesehariannya. Semakin sering seseorang mendengar,
berbicara, membaca, dan menulis maka semakin komunikatiflah kalimat-kalimat yang
dituturkan. Dengan demikian, kemampuan berbahasasiswa tersebt semakin baik.
Membaca cepat adalah perpaduan kemampuan motorik (gerakan mata) atau
kemampuan visual dengan kemampuan kognitif seseorang dalam membaca. Kecepatan
membaca merupakan perpaduan antara kecepatan membaca dengan pemahaman isi bacaan.

Kecepatan membaca seseoarag harus seiring dengan kecepatan memahami bahan bacaan
yang telah dibaca.
Ketika membaca cepat suatu bacaan, tujuan sebenarnya bukan untuk mencari kata dan
gambar secepat mungkin, namun untuk mengidentifikasi dan memahami makna dari bacaan
tersebut seefisien mungkin dan kemudian mentransfer informasi ini kedalam memori jangka
panjang otak kita. Kemampuan membaca cepat merupakan keterampilan memilih isi bacaan
yang harus dibaca sesuai dengan tujuan yang ada relevansinya dengan membaca tanpa
membuag-buang waktu untuk menekuni bagian-bagian lain yang tidak diperlukan. Dalam
membaca cepat terrkandung di dalamnya pemahaman yang cepat pula. Pemahaman inilah
yang diprioritaskan dalam kegiatan membaca cepat, bukan kecepatan. Akan tetapi tiak berarti
bahwa membaca lambat akan meningkatkan pemahaman, bahkan orang yang biasa membaca
lambat untuk mengerti suatu bacaan akan dapat mengambnil manfaat besar dengan membaca
cepat. Sebagaimana pengendara mobil, seorang pembaca yang baik akan mengatur
kecepatannya dan memilih jalan terbaik untuk mencapai tujuannya. Kegiatan membaca
seseorang sangat bergantung pada materi dan tujuan membaca, dan sejauh mana keakraban
membaca denga materi bacaan.
Setiap orang berbeda kemampuan membacanya, tetapi yang jelas semua orang dapat
meningkatkan kemampuan membaca itu. Masalahnya bukan sekedar membaca secara cepat,
tetapi dalam membaca cepat tersebut terkandung di dalamnya pemahaman yang cepat pula.
Kemampuan membaca merupakan percakapan seseorang dalam membaca yang
meliputi kecepatan membaca dalam pemahaman isi secara keseluruhan (Tampubolon,
1990:7) sedangkan membaca merupakan membaca segala sesuatau secara cepat untuk
mencari hal tertentu yang diinginkan (Tarigan, 1987:118). Selanjutnya, menurut Nurhadi
(1989:32)membaca cepat adalah membaca dengan kecepatan yang tinggi dengan tidak
mengabaikan pemahaman terhadap isi bacaan.
Menurut Subiyantoro (2011:3-7) ada berbagai kegunaan yang terkandung dari
kemampuan membaca cepat diantaranya (1) membaca cepat menghemat waktu; (2) membaca
cepat menciptakan efisiensi; (3) semakin sedikit waktu yang diperlukan untuk hal-hal rutin,
maka semakin banyak waktu tersediauntuk mengerjakan hal penting lainnya; (4) membaca
cepat memiliki nilai yang menyenangkan atau menghibur; (5) membaca cepat memperluas
cakrawala mental; (6) membaca cepat membantu berbicara secara efektif; (7) membaca cepat
membantu anda menghadapi ujian/tes; (8) membaca cepat membantu meningkatkan
pemahaman; (9) membaca cepat mnjamin Anda selalu mutakhir; (10) membaca cepat dapat
dikatakan sebagai tonikum mental.

Akhirnya, dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca cepat
adalah kegiatan membaca yang menitikberatkan pada pemahaman gagasan pokok secara
tepat dan berlangsung dalam waktu yang relative singkat.
Tujuan membaca cepat adalah membaca secara cepat dan juga pemahaman dengan
baik. Kecepatan efektif membaca tidak hanya ditentukan oleh waktu yang digunakan untuk
menyelesaikan bacaan, tetapi juga dipengaruhi oleh pemahaman terhadap isi bacaan.
Disamping itu membaca cepat juga bertujuan untuk menemukan gagasan utama pada sebuah
paragraf.
Dalam kegiatan membaca melibatkan dua kompunen utama, yakni kemampuan mata
dalam melihat lambang-lambang grifis sehingga menjadi informasi yang utuh, kemampuan
fisik dalam membaca adalah kemampuan mata, disebut kemampuan visual. Sedangkan
kemampuan berfikir dan bernalar tersebut kognisi. Untuk mengukur kecepatan membaca
yaitu jumlah kata yang diibaca permenit dikalikan dengan presentase dalam pemahaman isi
bacaan misalnya: jika seseorang siswa dapat membaca permenit 250 kata dan jawaban yang
benar atas pertanyaan-pertanyaan isi bacaan itu adalah 60% maka kemampuan membaca
siswa tersebut adalah 200 x 60% = 120 kata permenit. (Tampubolon, 1990:11). Untuk siswa
SMP/ MTs diharapkan memiliki kecepatan membaca 250 kpm dengan pemahaman minimum
75% (BSMP, 2006:550), namun standart kemapuan pemahamanisi 70%. Menurut Tarigan
kecepatan membaca ditentukan untuk membantu para siswa agar mereka menjadi pembaca
yang lebih efisien, dengan jalan pengajaran serta praktek mengenai kelenturan atau
fleksibelitas dalam kecepatan maembaca (Tarigan, 1991:26).
Tujuan membaca menjadi faktor penting yang dapat mempengaruhi kecepatan
membaca. Tarigan juga berpendapat bahwa ada 3 faktor yang turut mempengaruhi kecepatn
membaca, yang meliputi: 1) tingkat kesulitan bahan bacaan, 2) keakrababan dan rasa ingin
tahu terhadap pokok permasalahan, dan 3) kebiasaan-kebiasaan membaca (Tarigan, 1991:28).
Selain faktor-faktor di atas faktor minat dan motivasi dalam membaca juga ikit
mempengaruhi terhadap kecepatan bacaannya. Minat dan motivasi yang tinggi, baik terhadap
bahayanya maupun terhadap kecepatan baca seorang. Sebaliknya membaca tanpa di sertai
minat dan motivasi akan menimbulkan efek negatif.
A Mengukur Kemampuan Membaca Cepat
Kemampuan membaca cepat merupakan perpaduan antara kecepatan membaca
dengan pemahaman isi bacaan. Kecepatan rata-rata baca merupakan cermin tolak ukur
kemampuan visual, yaitu kemampuan gerak motoris mata dalam melihat lambing-lambang

grafis. Pemahaman isi bacaan merupakan kemampuan kognisi yaitu kemampuan berfikir
mencerna grafis yang diterima lewat indra.
Dalam menentukan kemampuan efektif membaca seseorang diperlukan data
mengenai rata-rata kecepatan dan presentase pemahaman isi bacaan. Data mengenai rata-rata
kecepatan baca dapat diketahui apabila jumlah kata yang dibaca dan waktu yang ditempuh
bacanya diketahui.
Menurut Tampubolon (1990:124 untuk mengukur kemampuan membaca
pemahamannya dapat digunakan rumus sebagai berikut:
500

3 x 100% = 120 kpm

150:60

Misalnya : 500
150:60

3 x 100% = 120 kpm


5

Untuk lebih memahami penjelasan di atas kiranya diberikan contoh misalnya


seseorang dapat membaca sebanyak 500 kata per waktu 150 sekon/2,5 menit, artinya
kecepatan rata-rata pembaca tersebut adalah 500:150:60 = 200 kpm.
Selanjutnya untuk memperoleh data presentase pemahaman isi bacaan yang objektif,
tentu diperlukan alat ukur. Sedangkan untuk menentukan presentase pemahaman seseorang
terhadap bahan yang dibacanya yaitu dengan membagi skor bobot tentang pemahaman isi
bacaan yang dapat dijawabnya dengan benar dengan bobot/skor ideal yang kemudian
dikalikan 100%.
Misalnya, jika seseorang dapat menjawab dengan benar tes pemahaman isi bacaan
sebanyak 3 dari skor ideal 5, mak presentase pemahaman isi bacaan pembaca adalah (3:5) x
100% = 60%. Dari perhitungan tersebut dapat ditentukan kemampuan membaca cepatnya.
Hasil perhitungan rata-rata kecepatan baca diperoleh data 200 kpm. Presentase membaca
yang sudah menyertakan pengukuran dua unsur penyokong kegiatan baca, yaitu kemampuan
gerak mata melihat lambing-lambang grafis dan kemampuan kecepatan rata-rata yang belum
nyertai unsur pemahaman isi bacaan.
Menurut Soedarsono (1991:14) dalam mengukur kemampuan membaca dapat rumus
sebagai berikut :
Jumlah kata dalam bacaan x presentase pemahaman isi
Lama membaca dalam skor
atau total ada 200 detik, maka kecepatan membacanya adalah
1600 x 60 = 90 x 60 = 480 kpm

200
Sedang menurut Maryati (2006:16) dalam menggunakan rumus kecepatan membaca
sebagai berikut:
K

(60)

Wd

= .....kpm

SM

Keterangan:
K

= jumlah kata yang bibaca, dalam hal ini singkatan dan bilangan dihitung 1kata

Wd

= waktu tempuh membaca (dalam detik)

= skor atau nilai tes yang di jawab dengan benar atau skor yang diperoleh

SM

= skor atau nilai tes ideal atau skor maksimal

Kpm = kata per menit


Contoh:
K

: 242 kata

Wd : 65 detik
B

: 80

SM : 100
maka

242 (60) x
65

65

= 178 kpm

100

Dari ilustrasi tersebut kpm diperoleh 178 kpm, sedang batas ideal kpm siswa SMP
atau MTs adalah 175- 250.
Untuk menghitung jumlah kata dalam bacaan dapat digunakan cara sebagai berikut :
1

hitungan jumlah kata dalam lima baris dahulu lalu bagi lima, hasilnya

merupakan

jumlah rata-rata perbaris bacaannya.


2

kemudian hitung jumlah baris yang dibaca, dan kalikan jumlah rata-rata tadi. Hasilnya
merupakan jumlah kata yang dibaca.
Misalnya:
jumlah kata perbaris yang rat-rata = 11
jumlah baris yang dibaca = 60
jumlah kata yang dibaca = 11 x 60 = 660 kata
Jika seorang pembaca dalam 2 menit dan 10 detik, atau total 130 detik maka

kecepatan membacanya adalah (660 kata/130 detik) x 60 = 342 kpm.

Membaca cepat merupakan proses adaptasi memahami simbol-simbol bacaan


menjadi bermakna dengan kecepatan yang tinggi tentunya dengan tidak mengabaikan
pemahaman terhadap bacaan. Meskipun tingkat kemampuan kecepatan membaca seseorang
berbeda tetapi tetap yang jelas semua orang dapat meningkatkan kemampuan membaca itu.
Tingkat kemampuan membaca ditentukan oleh cara atau metode yang digunakan dalam
membaca, salah satunya metode penugasan
Metode penugasan dapat menambah kecepatan dan ketepatan serta dapat
menanamkan suatu kebiasaan. Dengan banyaknya tugas lain tentunya akan mengurangi
kegiatan membaca. Dan dengan adanya tugas-tugas

yang diberikan pada siswa untuk

membaca tentunya kecepatan membaca siswa akan lebih meningkat.

DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2006. Kurikulum Standar Isi 2006. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
SD, SMP, SMA, SMK . Jakarta : Badan Standar Nasional Pendidikan.
Keraf, Gorys. 1984. Komposisi:

Sebuah Kemahiran Berbahasa.

Ende:

Nusa Indah.
Keraf, Gorys. 2001. Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta: Gramedia Utama
Mulyati, Yeti. 2007. Pendidikan bahasa dan Sasra Indonesia di Kelas Tinggi.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Maryati. 2006. Bahasa dan Sastra Indonesia Untuk SMP/MTs Kelas VIII. Semarang: Aneka
Ilmu.
Nurgiyantoro, Burhan. 1994. Penilaian dalam Pengajaran bahasa dan sastra. Yog
Yakarta: BPFE.
Roestiyah. 1986. Didaktik Nitodik. Jakarta: Bina Aksara.
Soedarsono. 1991. System Membaca Cepat. Jakarta: Gramedia.
Subiyantoro. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Rumah Indonesia.
Sudjana, Nana. 2005. Media Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Suriamiharja, Agus dkk .1997. Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta: Depdikbud.
Suyatno. 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: SIC.
Suhendar, Pien Supinah. 1993. Efektifitas Metode pengajaran Bahasa Indonesia.
Bandung: Pioner Jaya.
Tarigan, Djago, dkk. 2006.

Pendidikan Keterampilan Berbahasa.

Jakarta:

Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.


Tarigan, H,G. 1994. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan berbahasa. Bandung:
Angkasa.

También podría gustarte