Está en la página 1de 5

Latar Belakang

1. Tongkol Jagung
Jagung merupakan salah satu hasil pertanian di Indonesia yang melimpah. Jagung
yang memiliki nama latin Zea mays ditanam di seluruh wilayah Indonesia yang
dimanfaatkan sebagai bahan pangan utama setelah padi. Indonesia memiliki produksi
komoditas jagung yang tinggi. Menurut data Badan Pusat Statistika, di Indonesia
dalam rentan lima tahun yaitu 2009 hingga 2013 produksi jagung mencapai 17,6 19,4 juta ton dengan luas panen jagung 4 juta hektar setiap tahunnya. Provinsi dengan
produksi jagung terbesar adalah Jawa dan Bali (55,6%), Sumatera (20,8%) dan
Sulawesi (15,2%) (BPPN,2013). Selain itu menurut data statistik Food and
Agriculture Organization tahun 2013 Indonesia menempati posisi ke 8 dari 10
produsen jagung terbesar di dunia dengan produksi sebesar 19,377,030 ton.
Tingginya produksi jagung setiap tahunnya di Indonesia juga berdampak pada
tingginya limbah jagung yang dihasilkan. Limbah tanaman jagung dapat
diestimasikan berdasarkan produksi dan luas panen jagung. Berdasarkan produksinya,
1 ton jagung dapat menghasilkan 1,5 ton limbah atau 1:1,5. Sedangkan berdasarkan
luas panennya, 1 hektar panen jagung dapat menghasilkan 4 ton limbah jagung atau
1:4. Limbah jagung seperti batang, daun, tongkol dan kulit jagung memiliki proporsi
yang berbeda dalam keadaan kering yaitu (Umiyasih,dkk,2008) :
Limbah

Kadar

Jagung

(%)

Limbah

(%)

70-75
20-25
50-55
45-50

(%BK)
50
20
20
10

3,7
7,0
2,8
2,8

Batang
Daun
Tongkol
Kulit Jagung

Air Proporsi

Protein Kasar Palatabilitas

Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi

Menurut Ishak Isa dalam pengamatan lapangan penelitiannya mengenai


limbah tongkol jagung menemukan bahwa limbah jagung seperti kulit, batang, daun
dan tongkol jagung tidak dimanfaatkan dan dibuang atau dibakar, sementara daun dan
batang yang masih muda masih dimanfaatkan untuk dijadikan bahan pakan ternak
(Umiyasih,dkk,2008). Kurangnya pemanfaatan limbah jagung terutama tongkol
jagung di kalangan masyarakat terlihat saat panen jagung. Tongkol jagung hanya

digunakan untuk pupuk dan bahan bakar memasak masyarakat, karena cara yang
paling mudah untuk menangani limbah tersebut yaitu dengan membakarnya
(Umiyasih,dkk,2008).
Tongkol jagung yang merupakan limbah hasil pertanian ini memiliki
kandungan serat kasar yang tergolong tinggi dengan kandungan hemiselulosa sebesar
38%, selulosa sebesar 41% dan lignin sebesar 6%. Kandungan serat yang tinggi inilah
juga menunjukkan bahwa kandungan karbon dalam tongkol jagung yang cukup
tinggi. Sehingga tongkol jagung memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai
absorben. Pemanfaatannya dapat dilakukan dengan menjadikan tongkol jagung
sebagai arang aktif (Yaumi,2014)
2. Arang Aktif
Arang aktif didefinisikan sebagai zat yang bersifat absorben dan pemucat
(bleaching) (dalam Isa, 2012). Arang aktif dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu
jenis pemucat dan jenis penyerap uap (dalam Isa dkk., 2012). Sifat yang dimiliki
oleh arang aktif ini bermanfaat untuk penjernihan zat cair ataupun udara.
Umumnya, bahan arang dapat berasal dari tempurung kelapa, potongan
ataupun serbuk kayu, gabah padi, dan tongkol jagung. Namun, bahan yang banyak
digunakan oleh masyarakat adalah potongan kayu dan tempurung kelapa. Arang
ini dapat menjadi energi alternatif dalam proses pembakaran atau memasak.
Selanjutnya, apabila arang tersebut diaktivasi oleh zat kimia seperti natrium
hidroksida atau asam sulfat, arang ini akan menjadi arang aktif.
Proses pembuatan arang aktif terdiri dari dua tahap, yaitu proses karbonisasi
dan proses aktivasi arang (Lempang, 2014). Pada kedua proses tersebut terjadi
tahap-tahap sebagai berikut (Lempang, 2014):
a

Dehidrasi, yang merupakan proses penghilangan air pada bahan pembuatan


arang.

Karbonisasi yaitu proses penguraian selulosa organik menjadi unsur karbon,


serta mengeluarkan senyawa-senyawa non karbon pada bahan.

Aktivasi yaitu proses pembentukan dan penyusunan karbon sehingga poripori karbon menjadi lebih besar.
Prinsipnya, arang aktif dapat dibuat dengan dua cara: cara kimiawi dan
cara fisika. Aktivasi arang dengan cara kimia dilakukan dengan perendaman
arang dalam senyawa kimia, arang direndam dalam larutan pengaktivasi

selama 24 jam, lalu ditiriskan dan dipanaskan pada suhu 600-900 oC selama 12 jam. Sedangkan dengan cara fisika, arang diaktivasi menggunakan oksidator
lemah, misalnya uap air, gas CO 2, N2, O2, dan gas pengoksidasi lainnya.
Setelah itu, arang dipanaskan dalam suhu 800-1000 oC. Mutu arang aktif
dipengaruhi oleh bahan baku yang digunakan, bahan pengaktif karbon, cara
aktivasi karbon, dan suhu pada saat proses aktivasi (Lempang, 2014).
Arang

aktif

terdiri

dari

dua

jenis

berdasarkan

kemampuan

peyerapannya, jenis tersebut terdiri dari (Lempang, 2014):


1

Arang aktif penyerap gas


Arang aktif jenis ini merupakan arang aktif dengan mikropori, dimana
hanya partikel yang berukuran kecil yang bisa melalui arang aktif ini.
Penggunaannya adalah untuk menyerap partikel gas. Umumnya, arang
aktif menggunakan bahan tempurung kelapa.

Arang aktif fasa cair


Arang aktif jenis ini merupakan arang aktif dengan makropori, dimana
molekul besar masih mungkin melalui arang aktif ini. Penggunaannya
adalah untuk menyaring benda yang tidak diinginkan terkandung dalam
suatu zat cair. Umumnya, arang aktif ini menggunakan bahan batubara dan
selolusa.
Arang aktif memiliki banyak kegunaan di berbagai bidang, diantaranya
adalah (Lempang, 2014):
1

Bidang Industri
Pada bidang industri, arang aktif digunakan untuk pemurnian
larutan, penyerap gas beracun pada masker, penghilang bau pada
sistem alat pendingin, penyerap emisi bahan bakar pada otomotif dan
filter rokok (menurut Austin dan Haris dalam Lempang, 2014)

Bidang Kesehatan
Pada

bidang

kesehatan,

arang

aktif

digunakan

untuk

penanganan keracunan eksternal dan terapi diare sekretonik (menurut


Muthschler, dalam Lempang 2014).
3

Bidang Lingkungan
Kadirvelu dkk. (dalam Lempang, 2014) telah membuktikan
kemampuan arang aktif sebagai adsorben terhadap logam Hg, Pb, Cd,

Ni, Cu dalam limbah cair industri radiator, pelapisan nikel dan


pelapisan tembaga.
Menurut Harris (dalam Lempang, 2014), penggunaan arang
aktif sangat penting dalam proses penjernihan air dan udara. Dalam
proses penjernihan air, arang aktif selain mengadsorpsi logam-logam
seperti besi, tembaga. nikel, juga dapat menghilangkan bau, warna dan
rasa yang terdapat dalam larutan atau buangan air. Menurut Miller &
McCarty (dalam Lempang, 2014), arang aktif dapat mendeaktivasi
kontaminan pestisida yang terdapat di dalam tanah dengan dosis antara
100-400 kg/ha. Menurut Weil dkk. (dalam Lempang, 2014), arang aktif
dalam tanah dapat meningkatkan total organik karbon dan mengurangi
biomassa mikroba, respirasi, dan agregasi serta pengaruh pembekuan
cahaya pada tanah, karena arang aktif dapat menyerap dan menyimpan
panas.
Menurut Asano dkk. (dalam Lempang, 2014), arang aktif
digunakan untuk penyerap gas beracun pada industri pengolahan cat
dan perekat dan dapat mereduksi emisi formaldehida dari 3,46 mg/l
menjadi 0,66 mg/l pada pembuatan papan partikel menggunakan bahan
perekat Urea Formaldehida (menurut Santoso dan Pari, dalam
Lempang, 2014).
4

Bidang Pertanian
Menurut Gusmailina dkk. (dalam Lempang, 2014) penambahan
arang aktif bambu pada media tumbuh dapat meningkatkan
pertumbuhan

tinggi

anakan

Eucalyptus

urophylla

lebih

baik

dibandingkan kontrol, namun pertumbuhannya akan lebih baik bila


pada waktu penanaman arang aktif dicampur dengan kompos. Arang
aktif selain digunakan sebagai komponen tambahan pada media tanah,
juga dapat digunakan pada media kultur in vitro.

Daftar Pustaka
1. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.2013. Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Bidang Pangan dan Pertanian 2015-2019. [Online]

Available

at

http://www.bappenas.go.id/files/3713/9346/9271/RPJMN_Bidang_Pangan_dan_Perta
nian_2015-2019.pdf. [Accssed on July, 23th 2016].
2. Ishak,Isa,Haris Lukman dan Irfan H Arif.2012.Briket Arang dan Arang Aktif dari
Limbah

Tongkol

Jagung.[Online]

Available

at:

http://repository.ung.ac.id/get/simlit/1/168/2/Briket-Arang-Dan-Arang-Aktif-DariLimbah-Tongkol-Jagung.pdf .[Accssed on July, 23th 2016].


3. Lempang, Mody. 2014. Pembuatan dan Kegunaan Arang Aktif. Makassar: Balai
Penelitian Kehutanan Makassar
4. Nur, Syukri M. Karakteristik Tanaman Jagung sebagai Bahan Baku Bioenergi.[online]
Available

at:

http://s3.amazonaws.com/document.issuu.com/140310075127-

5126e67376a0c487bd0fe40255ba607c/original.file?
AWSAccessKeyId=AKIAJY7E3JMLFKPAGP7A&Expires=1468760383&Signature
=9Ujn6cXwLNfSix2Fjy%2B5ZMEpEZQ%3D. [Accssed on July, 23th 2016].
5. Umiyasih,Uum dan Elizabeth Wina.2008.Pengolahan dan Nilai Nutrisi Limbah
Tanaman

Jagung

sebagai

Pakan

Ternak

Rumansia.[Online]Available

at

http://kalteng.litbang.pertanian.go.id/eng/pdf/allpdf/peternakan/fullteks/wartazoa/wazo183-2.pdf. [Accssed on July, 23th 2016].


6. Yaumi,Nur,Muh Nasrullah dan Iris Sumariyanto.2014.Pemanfaatan Limbah Tongkol
Jagung(Zea mays) sebagai Filter pada Knalpot Motor.[Online] Available at:
http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/35793501/Isi.docx?
AWSAccessKeyId=AKIAJ56TQJRTWSMTNPEA&Expires=1469285279&Signature
=SVZI62aktzz%2FVrak%2FLGeqNdV090%3D&response-contentdisposition=attachment%3B%20filename
%3DPemanfaatan_Limbah_Tongkol_Jagung_Zea_ma.docx. [Accssed on July, 23th
2016].

También podría gustarte