Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Sejarah muhammadiyah
DOSEN PENGAMPUH
Moh. Taufiq, S.Ag, M.Pd.I
DISUSUN OLEH :
1. Pratama Maulana Putra (15422003)
2. Maflahul Munfahiq (15422013)
KATA PENGANTAR
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembaharuan pemikiran dalam dunia Islam secara metodologis
merupakan usaha para pemikir dan ulama untuk memahami ajaran Islam
dengan mempergunakan segenap kemampuan kemanusiaannya sebagaimana
dianugerahkan Allah. Usaha pemikiran tersebut kemudian dikaitkan dengan
berbagai perkembangan sosial budaya yang sedang berkembang dalam usaha
untuk mencari penyelesaian dan mengatasi persoalan di dalam kehidupan
kemasyarakatan yang sedang dihadapi.
Hasil pemikiran yang dilakukan secara mendalam dan sungguhsungguh tersebut, kemudian melahirkan berbagai gerakan pembaharuan yang
merupakan operasionalisasi dan pelaksanaan dari hasil pemahaman dan
pemikirannya terhadap ajaran Islam di Indonesia lahir beberapa organisasi
atau gerakan Islam, diantaranya adalalah Muhammadiyah yang lebih dari 30
tahun sebelum merdeka, dan organisasi lainnya yang bergerak di bidang
politik, sosial dan pendidikan.
Muhammadiyah adalah organisasi yang berdiri bersamaan dengan
kebangkitan masyarakat Islam Indonesia pada dekade pertama yang sampai
hari ini bertahan dan membesar yang sulit dicari persepadanannya. Jika
dilihat dari amal usaha dan dan gerakan Muhammadiyah di bidang sosial
kemasyarakatan, khususnya di bidang pendidikan dan dan kesehatan, maka
Muhammadiyah merupakan organisasi sosial keagamaan yang terbesar di
Indonesia, bahkan banyak kalangan menyebutkan sebagai terbesar di seluruh
dunia. Demikian pula dalam berbagai hal yang menyangkut amal usaha dan
konseptualisasi nilai-nilai Islam secara kontekstual.
Dengan usaha Muhammadiyah yang terakhir itu, nilai-nilai ajaran
Islam dapat dirasakan oleh masyarakat menjadi lebih dekat dan akrab dengan
permasalahan kehidupan manusia sehari-hari.
1.2 Rumusan Masalah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Muhammadiyah
Perserikatan Muhammadiyah sudah dikenal luas sejak beberapa puluh
tahun yang lalu oleh masyarakat Internasioanal, khususnya oleh masyarakat
organisasi,
golongan
bangsa,
geografis,
etnis
dan
sebagainya.
2. Arti Istilah atau terminologis :
Muhammadiyah adalah gerakan Islam, Dakwah Amar Makruf Nahi
Munkar, berasas Islam dan bersumber dari Al Qur'an dan Sunah
didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H,
bertepatan tanggal 18 November 1912 M di kota Yogyakarta .
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Muhammadiyah Sebelum Menjadi Organisasi
KH. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah sebagai upaya
penyempurnaan pemikiran beliau dalam melaksanakan Islam dengan sebenarbenarnya dan sebaik-baiknya. Sebelum resmi menjadi organisasi, embrio
Muhammadiyah merupakan gerakan atau bentuk kegiatan dalam rangka
melaksanakan agama Islam secara bersama-sama. Perkumpulan ini
diprakarsai oleh KH. Ahmad Dahlan dan bermula di kampung Kauman.
1912)
Muhammadiyah
diresmikan
menjadi
organisasi
dan
eksternal.
Faktor
Internal
berkenaan
dengan
kondisi
Selain itu, terdapat teori lain yang mengatakan bahwa telaah mengenai
latar belakang berdirinya Muhammadiyah berhubungan dengan masalah yang
saling terkait, yaitu aspirasi Islam KH. Ahmad Dahlan, realitas sosio-agama
di Indonesia, realitas sosio-pendidikan di Indonesia dan relitas politik Islam
Hindia-Belanda.
Dan selanjutnya adalah teori yang mengatakan ada tiga faktor yang
mendorong berdirinya Muhammadiyah, yaitu gagasan pembaruan Islam di
Timur Tengah, Pertentangan internal dalam masyarakat jawa dan yang paling
penting adalah penetrasi misi Kristen di Indonesia. Faktor yang terakhir
dianggap yang paling menentukan dilihat dari berbagai kebijakan politik
pemerintah kolonial terhadap Islam dan proteksinya terhadap Nasrani,
misalnya adalah ordonansi guru, pelanggaran-pelanggarannya terhadap
kebudayaan lokal dan pembentukan freemasonry.
Ordonansi guru adalah Suatu kebijakan pemerintah kolonial yang
oleh umat Islam dirasakan sangat menekan. Ordonansi pertama yang
dikeluarkan pada tahun 1905 mewajibkan setiap guru agama Islam untuk
meminta dan memperoleh izin terlebih dahulu, sebelum melaksanakan
tugasnya sebagai guru agama, sedangkan ordonansi kedua yang dikeluarkan
pada tahun 1925, hanya mewajibkan guru agama untuk melaporkan diri.
Kedua ordonansi ini dimaksudkan sebagi media pengontrol bagi pemerintah
kolonial untuk mengawasi sepak terjang para pengajar dan penganjur agama
Islam di negeri ini.
Pada tahun yang sama pula yakni tahun 1925 Pemerintah kolonial
mengeluarkan peraturan yang lebih ketat lagi terhadap pendidikan agama
Islam yaitu bahwa tidak semua orang (kiyai) boleh memberikan pelajaran
mengaji.
Freemason adalah organisasi underground orang Yahudi. Mereka
melakukan gerakan secara tersembunyi untuk men-support semua maslahah
para pembesar Yahudi dan merintis berdirinya negara Yahudi yang disebut
sebagai the Great Israel. Organisasi ini melakukan beberapa manuver politik
diantaranya :
1. Membangun sebuah masyarakat internasional yang tanpa menunjukkan
tendensi agama, namun di bawah kepemimpinan kaum Yahudi agar
mudah menguasai mereka ketika berdirinya negara the Great Israel.
adalah
mendirikan
negara the
Great
sangat
kental
dengan
kepercayaan tanpa pedoman yang sah menurut Al-Quran dan AlHadits, hanya ikut-ikutan orang tua atau nenek moyang mereka.
Sedangkan bidah adalah bentuk ibadah yang dilakukan tanpa dasar
pedoman yang jelas, melainkan hanya ikut-ikutan orangtua atau nenek
moyang saja.
Melihat realitas sosio-agama ini mendorong KH. Ahmad Dahlan
untuk mendirikan Muhammadiyah. Namun, gerakan pemurniannya
dalam arti pemurnian ajaran Islam dari bidah dan khurafat baru
dilakukan pada tahun 1916. Dalam konteks sosio-agama ini,
Muhammadiyah merupakan gerakan pemurnian yang menginginkan
pembersihan Islam dari semua sinkretisme dan praktik ibadah yang
terlebih tanpa dasar akaran Islam (Takhayul, Bidah, Khurafat).
Realitas sosio pendidikan di Indonesia
KH. Ahmad Dahlan mengetahui bahwa pendidikan di Indonesia
terpecah menjadi dua yaitu pendidikan pesantren yang hanya
mengajarkan ajaran-ajaran agama dan pendidikan barat yang sekuler.
Kondisi ini menjadi jurang pemisah antara golongan yang mendapat
pendidikan agama dengan golongan yang mendapatkan pendidikan
sekuler. Kesenjangan ini termanifestasi dalam bentuk berbusana,
berbicara, hidup dan berpikir. Ahmad KH. Ahmad Dahlan mengkaji
secara mendalam dua sistem pendidikan yang sangat kontras ini.
Dualisme sistem pendidikan diatas membuat prihatin Ahmad
KH. Ahmad Dahlan, oleh karena itu cita-cita pendidikan Ahmad KH.
Ahmad Dahlan ialah melahirkan manusia yang berpandangan luas dan
memiliki pengetahuan umum, sekaligus yang bersedia untuk kemajuan
masyarakatnya. Cita-cita ini dilakukan dengan mendirikan lembaga
pendidikan dengan kurikulum yang menggabungkan antara Imtak
(Iman dan Takwa) dan Iptek.
Faktor objektif yang kedua secara ekternal, yaitu disebabkan
politik kolonialisme dan imperialisme Belanda yang menimbulkan
perpecahan di kalangan bangsa Indonesia.
1. Periode Pertama (periode sebelum Snouck Hurgronje)
pengalaman ajaran
Islam, Belanda
bagi
Belanda karena
dan
menghormati
keberadaan
lembaga-
kemana
saja.
dikecap selama 55 tahun, berarti meninggal dalam usia relative muda. Sudah
sejak kanak-kanak beliau diberikan pelajaran dan pendidikan agama oleh
orang tuanya, oleh para guru (ulama) yang ada dalam masyarakat
lingkungannya. Ini menunjukkan rasa keagaman KH. Ahmad Dahlan tidak
hanya berdasarkan naluri, melainkan juga melalui ilmu-ilmu yang diajarkan
kepadanya.
Dikala mudanya, beliau terkenal memiliki pikiran yang cerdas dan
bebas serta memiliki akal budi yang bersih dan baik. Pendidikan agama yang
diterimanya dipilih secara selektif. Tidak hanya itu, tetapi sesudah dipikirkan,
dibawa dalam perenungan-perenungan dan ingin dilaksanakan dengan sebaikbaiknya. Di sinilah yang menentukan KH. Ahmad Dahlan sebagai subjek
yang nantinya mendorong berdirinya Muhammadiyah.
Namun faham dan keyakinan agamanya barulah menemukan wujud
dan bentuknya yang mantap sesudah menunaikan ibadah hajinya yang kedua
(1902 M) dan sempat bermukim beberapa tahun di tanah suci. Waktu itu
beliau sudah mampu dan berkesempatan membaca ataupun mengkaji kitabkitab yang disusun oleh alaim ulama yang mempunyai aliran hendak kembali
kepada al-Quran dan As-Sunnah dengan menggunakan akal yang cerdas dan
bebas. Faham dan keyakinan agama yang dilengkapi dengan penghayatan dan
pengalaman agamanya inilah yang mendorong kelahiran Muhammadiyah.
3.5 Profil KH. Ahmad Dahlan
KH. Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis (lahir di Yogyakarta, 1
Agustus 1868 meninggal di Yogyakarta, 23 Februari1923 pada umur 54
tahun) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ia adalah putera
keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga K.H. Abu Bakar. KH Abu Bakar
adalah seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan
Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari KH. Ahmad Dahlan adalah puteri dari
H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kesultanan Ngayogyakarta
Hadiningrat pada masa itu.
Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan
Nama kecil KH. Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwisy. Ia
merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhan
saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Ia termasuk keturunan yang
kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, salah seorang yang terkemuka di
Srandakan,
Wonosari,
Imogiri
dan
lain-Iain
telah
berdiri
cabang
Muhammadiyah.
Hal ini jelas bertentangan dengan keinginan pemerintah Hindia
Belanda. Untuk mengatasinya, maka KH. Ahmad Dahlan menyiasatinya
dengan menganjurkan agar cabang Muhammadiyah di luar Yogyakarta
memakai nama lain. Misalnya Nurul Islam di Pekalongan, Al-Munir di Ujung
Pandang, Ahmadiyah di Garut. Sedangkan di Solo berdiri perkumpulan Sidiq
Amanah Tabligh Fathonah (SATF) yang mendapat pimpinan dari cabang
Muhammadiyah. Bahkan dalam kota Yogyakarta sendiri ia menganjurkan
adanya jama'ah dan perkumpulan untuk mengadakan pengajian dan
menjalankan kepentingan Islam.
KH. Ahmad Dahlan juga bersahabat dan berdialog dengan tokoh
agama lain seperti Pastur van Lith pada 1914-1918. Van Lith adalah pastur
pertama yang diajak dialog oleh KH. Ahmad Dahlan. Pastur van Lith di
Muntilan yang merupakan tokoh di kalangan keagamaan Katolik. Pada saat
itu KH. Ahmad Dahlan tidak ragu-ragu masuk gereja dengan pakaian hajinya.
Gagasan pembaharuan Muhammadiyah disebarluaskan oleh KH.
Ahmad Dahlan dengan mengadakan tabligh ke berbagai kota, disamping juga
melalui relasi-relasi dagang yang dimilikinya. Gagasan ini ternyata
mendapatkan sambutan yang besar dari masyarakat di berbagai kota di
Indonesia. Ulama-ulama dari berbagai daerah lain berdatangan kepadanya
untuk menyatakan dukungan terhadap Muhammadiyah. Muhammadiyah
makin lama makin berkembang hampir di seluruh Indonesia. Oleh karena itu,
pada tanggal 7 Mei 1921 KH. Ahmad Dahlan mengajukan permohonan
kepada pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang-cabang
Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Permohonan ini dikabulkan oleh
pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 2 September 1921.
Sebagai seorang yang demokratis dalam melaksanakan aktivitas
gerakan dakwah Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan juga memfasilitasi
para anggota Muhammadiyah untuk proses evaluasi kerja dan pemilihan
pemimpin dalam Muhammadiyah. Selama hidupnya dalam aktivitas gerakan
dakwah Muhammadiyah, telah diselenggarakan dua belas kali pertemuan
anggota (sekali dalam setahun), yang saat itu dipakai istilah AIgemeene
Vergadering (persidangan umum).
banyak
berkembang
Yayasan-yayasan
Yatim
Piatu
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Muhammad Darwis atau lebih dikenal dengan K.H. Ahmad Dahlan
menuntut ilmu di kota suci Makkah, dan hasil dari pendidikannya itu
kemudian beliau membentuk sebuah wadah perubahan untuk kembali
kepada Al-Quran dan As -unnah Rasullullah sesuai dengan arti
Muhammadiyah yaitu pengikut Nabi Muhammad SAW. Dari terbentuknya
Muhammadiyah di kampung Kauman Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijah
1330 H yang bertepatan pada 18 November 1912 M dan tersebar luas
hampir seluruh Indonesia sehingga menjadi organisasi besar sampai dengan
sekarang tidak lepas dari buah pikiran K.H. Ahmad Dahlan.
4.2 Saran
Dari kesimpulan di atas, dapat disarankan hal-hal sebagai berikut :
1. Sebagai warga umat Islam Muhammadiyah, kita harus mempertahankan
dan meneruskan perjuangan KH. Ahmad Dahlan dari segala bentuk yang
2.
3.
4.
dengan syarat kita tahu apa yang kita pelajari sesuai dengan ajaran Islam.
Untuk menjaga agama Islam dari pemusnahan orang-orang kafir, kita
sebagai umat Islam harus bersatu melindungi agama Islam.
DAFTAR PUSTAKA
http://violetaindriani.blogspot.com/2013_11_01_archive.html (di akses
tanggal 10 November 2016)
http://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Dahlan
November 2016)
(di
akses
tanggal
10