Está en la página 1de 7

Artikel

Pertentangan Evolusi Menurut Pandangan Agama


Islam
Dosen Pembimbing:

Eko Budi Minarno M.Si


Oleh:

By
NIM

: Sofiyah
: 13620089

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2016

Teori evolusi mengandung berbagai pro-kontra dalam penerapannya. Namun sebagian


masyarakat pada abad 19 mendukung teori yang dibawakan oleh Charles Darwin. Namun,
dalam pandangan masyarakat abad sekarang, teori ini tidak dapat didukung karena
pernyataannya yang menimbulkan penafsiran kurang bagus. Maka dari itu, artikel ini akan
membahas sedikit mengenai teori evolusi dan pertentangan dengan agama. Teori evolusi
membicarakan asal-usul adanya kehidupan manusia. Teori evolusi yang sangat terkenal di
dunia ini yang mana teori ini digunakan sebagai patokan universal dalam ilmu pengetahuan.
Teori ini dikemukakan oleh seorang evolusioner terkenal bernama Charles Darwin. Charles
Darwin mengemukakan teorinya bahwa setiap makhluk hidup dibumi berasal dari nenek
moyang yang sama. Dalam bukunya yang terkenal yaitu The Origin of Species, Darwin
mengemukakan pendapatnya mengenai evolusi. Namun berbagai ahli bidang seperti ahli
biologi, plantologi, dan lainnya mencoba membuktikan teori yang diusung oleh Darwin
tersebut. Dasar dari diadakannya sebuah experiment pembuktian teori evolusi, karena
terdapat banyak pertanyaan dasar yang tidak terjawab dalam teori evolusi Darwin. Seperti
pernyataan dari mana asal kehidupan itu dimulai?. Lalu para ahli pun mencoba
mengungkapkannya dengan melakukan eksperimen-eksperimen ilmiah. Dari berbagai
percobaan yang dilakukan, terbukti bahwa ternyata asal mula kehidupan di bumi ini tidak
dapat dibuktikan dengan percobaan-percobaan ilmiah sekalipun. Dengan adanya percobaan
ilmiah seperi ini, jelas bahwa teori evolusi Darwin jelas-jelas ditolak.
Alasan mengenai teori evolusi ini tetap bertahan sampai saat ini, karena memang
belum ada yang dapat membuktikan secara ilmiah dan logis terciptanya kehidupan makhluk
hidup di bumi ini. Walaupun sudah banyak percobaan-percobaan yang sudah menentang teori
evolusi ini, namun percobaan itu hanyalah bantahan belakang. Belum ada teori penguat yang
dapat mengalahkan teori evolusi Darwin. Maka dari itu teori evolusi Darwin masih
digunakan sebagai pegangan ilmu pengetahuan dasar. Jika berbicara asal mula kehidupan di
bumi ini, sebagai umat beragama yang memegang teguh islam, pasti tahu bahwa teori evolusi
Darwin itu sebuah kesalahan besar. Karena manusia yang tecipta pertama kali di alam ini
adalah Nabi Adam AS. Sesuai konteks dalam Al-quran jelas-jelas Nabi Adam memiliki
kesamaan seperti manusia pada saat ini. Dalam Al-quran juga telah dijelaskan bagaimana
asal usul kehidupan manusia itu terjadi. Namun, kelemahan dari agama adalah agama
dianggap hanya sebuah keyakinan belakang dimana dalam pembuktiannya tidak dapat
dilogiskan. Sehingga mungkin anggapan dari Al-quran diremehkan. Padahal pernyataan Alquran lah kebenaran hakiki. Jadi dalam pembahasan ini, penarik kesimpulannya sangat sulit
untuk dilakuakan. Namun mengenai penilaian pribadi, lebih memilih pernyataan yang berasal
dari Al-quran. Alasannya selain tidak ada penguatan teori yang menolak teori evolusi
Darwin, juga karena teori yang dikemukakan oleh Darwin juga tidak bisa diterima. Bangsa
atau kelas manusia harusnya jauh diatas kera dan tidak bisa disamakan dengan kera. Karena
kera memang memilik bentuk tubuh dan fisiologisnya yang sangat berbeda dengan manusia.
Problematika yang dialami oleh sebagian umat Islam saat ini diantaranya adalah
munculnya semacam kebingungan ketika hasil penemuan sains tampaknya bertentangan

dengan Al Quran, lalu muncullah upaya untuk menginterpretasikan ayat-ayat Al Quran agar
sesuai dengan pernyataan sains. Pada pemahaman saya, perlu kehati-hatian ketika seseorang
mencoba membandingkan antara teori dalam sains dengan ayat-ayat dalam AlQuran..
Permasalahannya, kebenaran yang diungkapkan sains merupakan kebenaran yang relatif.
Sebuah teori dalam sains bisa digantikan oleh teori lainnya, apalagi jika begitu banyak hal-hal
yang masih belum jelas tentang fenomena yang menjadi objek dari teori tersebut. Teori
relativitas Einstein sebagai contoh merevisi teori mekanika klasik Newton berkenaan dengan
konsep ruang dan waktu. Dalam biologi, berbagai pandangan atau teori tentang asal usul
kehidupan pernah muncul seperti teori abiogenesis atau generatio spontanea-nya Aristoteles
yang selanjutnya digantikan oleh teori biogenesis: omne vivum ex ovo, omne ovum ex vivo,
omne vivum ex vivodari hasil-hasil percobaan Francesco Redi, Lazzaro Spallanzani dan
Louis Pasteur (Ayoub, M. 2003)
Terlepas dari kata evolusi, sebenarnya jauh sebelum Darwin mempublikasikan
teorinya melalui karyanya yang berjudul On The Origin of Species by Means of Natural
Selection, or the Preservation of Favoured Races pada tahun 1859, konsep seleksi alam dan
adaptasi ternyata sudah diperkenalkan oleh ilmuwan muslim asal Irak, Al-Jahiz yang hidup
pada tahun 781-869 M melalui bukunya yang berjudul Kitab Al-Hayawan (buku tentang
kehidupan binatang). Dalam bukunya tersebut, Al-Jahiz mengemukakan teori struggle for
existence (berjuang untuk tetap hidup) yang dapat dikatakan mirip dengan konsep survival of
the fittest pada teori evolusi Darwin (Bucaille, M. 1983)
Dalam perkembangannya, teori evolusi Darwin dianggap menentang ajaran agama.
Teori evolusi bersama dengan teori penciptaan tata surya yang terjadi secara kebetulan dan
teori S dipandang sebagai teori yang tidak menganggap adanya Tuhan, sehingga dalam
perkembangannya tersebut, teori evolusi, khususnya yang dicetuskan oleh Darwin mendapat
tantangan dari golongan agamawan (Syahin, A.S.2004)
Evolusi didefinisikan sebagai perubahan secara berkala (changes overtime). Jadi
menurut teori evolusi, alam semesta beserta isinya terbentuk dari bahan yang sangat primitif
melalui rangkaian perubahan yang terjadi secara perlahan selama jutaan tahun. Umumnya,
evolusi alam semesta tidak menjadi masalah dengan ajaran Islam karena teori mengenai
proses pembentukan alam semesta (Teori Big Bang) mendukung proses penciptaan alam
yang diuraikan di dalam AlQur'an (51:47;21:30) (Sofyan, 2011).
Menurut Sofyan (2011), yang menjadi kontroversi atau paling tidak berpeluang untuk
menjadi kontroversi adalah mengenai evolusi makhluk hidup yang diperkenalkan olah
Charles Darwin, seorang naturalis dari Inggris, pada tahun 1859 dengan bukunya: "The
Origin of Species". Pada awalnya teori Darwin tersebut hanya berisi hal-hal sebagai berikut:
1. Makhluk hidup tidak diciptakan secara terpisah, tetapi muncul (evolve) dari nenek moyang
yang sama (common ancestor).
2. Seleksi alam (natural selection) adalah penyebab utama, namun bukan satu-satunya, proses
modifikasi pada makhluk hidup.
3. Contoh-contoh atau alasan-alasan yang dikemukakan Darwin untuk mendukung teorinya
antara lain:

a. Variasi dalam domestikasi (artifical selection).


b. Makhluk hidup selalu dihadapkan pada kesulitan untuk bertahan hidup (struggle of
existence).
c. Kepunahan (extinction) atau kesuksesan makhluk hidup (survival of the fittest).
d. Hibridisasi (kawin silang).
e. Catatan geologi (fosil).
f. Embryologi perbandingan.
Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, kalangan evolutionist
memasukkan hal-hal baru sebagai pendukung teori evolusi seperti:
1. Awal kehidupan (The origin of life).
2. Mutasi sebagai salah satu penyebab modifikasi.
Pandangan Syahin sebenarnya tidak berbeda dengan Bucaille bahwa manusia
mengalami proses transformasi. Maurice Bucaille dalam bukunya What is the origin of
Man (1983), misalnya, tidak menggunakan kata to create atau menciptakan sebagai
terjemahan dari khalaqa, tetapi ia menggunakan istilah to fashion atau to form in due
proportion. Bucaille meyakini bahwa teori evolusi Darwin berlaku pada organisma selain
manusia, hal ini karena menurutnya fakta-fakta paleontologi tak terbantahkan, tetapi
berkenaan dengan manusia sendiri Bucaille menyatakan bahwa yang terjadi adalah suatu
creative evolution dimana Tuhan melakukan modifikasi atau transformasi dalam perjalanan
waktu, sesuai dengan rencana yang telah ditentukan-Nya. Pokok pikiran Bucaille dalam buku
tersebut, sebagaimana juga yang tertuang dalam buku beliau sebelumnya La Bible le Coran
et la Science adalah bahwa ayat-ayat Al Quran tentang berbagai fenomena di alam,
wabilkhusus berkaitan dengan asal-usul makhluk hidup, proses-proses biologis pada
organisme hidup, tidak bertentangan dengan fakta yang ditemukan sains.
Apabila pandangan tentang teori evolusi itu dikaitkan dengan asal-usul manusia maka
pernyataan bahwa teori evolusi itu diterima oleh sebagian besar Muslim rasanya tidak benar.
Seperti dinyatakan sendiri oleh Ayoub bahwa bagi sebagian besar Muslim gagasan Adam
sebagai manusia pertama itu merupakan gagasan yang sangat populer. Mengapa populer?
karena gagasan ini lebih mendekati interpretasi dari ayat-ayat Al Quran yang bercerita
tentang penciptaan manusia pertama dari ketidak-adaan bapak dan ibu biologis. Al Quran
juga mengisahkan bahwa penciptaan Isa as yang unik karena tidak ada bapak biologisnya
adalah semisal penciptaan Adam as, yang bahkan tanpa bapak dan ibu biologisnya. Pesan
moral dari terciptanya Adam yang tanpa orang tua biologis, dan penciptaan Isa yang tanpa
bapak biologis adalah untuk menunjukkan kekuasaan Allah Swt yang dapat berbuat sesuai
kehendak-Nya. Jika seorang Muslim tidak bisa menerima pesan ini, bagaimana keimanannya
terhadap Allah swt yang Maha berkehendak?
Teori evolusi dapat dibuktikan benar atau salahnya secara keilmuwan pula.
Pembuktian secara supranatural (misalnya intelligent design dan keajaiban) bukan merupakan
cara yang terbaik karena supranatural bersifat selalu benar (nonfalsiable) namun sulit
dibuktikan secara nyata (untestable). Walaupun Allah SWT berfirman bahwa Dia-lah
pencipta segala sesuatu, namun Allah SWT mewajibkan hambaNya untuk mempelajari
penciptaan tersebut. Misalnya dalam surah 88 ayat 17 s/d 20, Allah SWT menantang manusia
untuk mempelajari penciptaan hewan (unta), langit, gunung-gunung, dan bumi. Dengan

demikian, menggunakan nama dan kehendak Allah untuk menjelaskan suatu kejadian
(misalnya masalah sains) tanpa mengungkapkan proses-proses atau bukti-bukti empiris
sangatlah kurang tepat. Selain dapat mematikan hasrat mencari tahu (menuntut ilmu),
penjelasan seperti itu tidak sesuai dengan ajaran Islam(Taufikurahman. 2003).
Mukjizat (miracles) yang terkadang Allah SWT tunjukkan bukan merupakan alasan
yang tepat sebagai alat pembuktian yang empiris. Mukjizat tersebut harusnya lebih bersifat
sebagai peringatan atau tanda dari Allah SWT kepada hambaNya tentang keberadaanNya dan
kehendakNya yang mutlak. Namun, dalam proses-proses atau kejadian-kejadian umum yang
berlaku, Allah SWT menggunakan proses yang alami (sunnatullah) sehingga manusia mampu
mempelajarinya. Termasuk didalamnya adalah seleksi alam dan mutasi gen. Proses seleksi
alam dan mutasi gen tersebut berlangsung sedemikian rupa atas ijin Allah SWT agar dapat
dipelajari oleh manusia. Apakah seleksi alam dan mutasi gen tersebut membentuk makhluk
baru dari makhluk yang lebih primitif, hanya Allah yang mengetahuinya. Darwin dan ilmuan
lain memberikan hipotesis bahwa seleksi alam dan mutasi gen menyebabkan perubahan
bentuk yang menghasilkan makhluk baru. Hipotesis tersebut terbentuk disebabkan oleh sifat
ingin tahu mereka terhadap proses penciptaan makhluk hidup. Hal tersebut bukan merupakan
masalah, karena sifat ilmu memang seperti itu, yaitu dimulai dengan keingintahuan
(curiosity) kemudian dilanjutkan dengan pembuktian. Dengan demikian, penyikapan yang
Islami dalam masalah evolusi Darwin adalah dengan mempelajari lebih jauh proses-proses
penciptaan mahkluk secara ilmiah dan mencari dalilnya di dalam AlQuran (Yahya, H. 2001).
Dalam Al-Quran surah 21 (Al-Anbiya) ayat 30 dinyatakan bahwa:
Apakah orang-orang kafir itu tidak mengetahui bahwa ruang angkasa dan bumi adalah
satu kesatuan? Kemudian keduanya Kami pisahkan. Dan dari air Kami ciptakan segala
sesuatu yang hidup. Mengapa mereka tidak juga beriman?
Selanjutnya ayat Allah SWT pada surah 30 (Ar-Rum) ayat 20:
Dan diantara tanda-tanda kekuasaan Allah ialah diciptakanNya kamu dari tanah,
kemudian kamu menjadi manusia yang bertebaran (di muka bumi).
Perhatikan pula surah 22 (Al-Hajj) ayat 5 berikut ini:
Wahai manusia! Jika kamu masih dalam keraguan tentang berbangkit kembali, maka
fikirkanlah bahwaKami menciptakan kamu dengan proses yang pada mulanya dari tanah,
kemudian dari setetes air mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal
daging yang sempurna kejadiannya dan ada juga yangtidak sempurna agar Kami jelaskan
kepadamu, kemudian daging yang segumpal itu kami kami tetapkan dalam rahim menurut
kehendak (aturan) Kami sampai batas waktu yang ditentukan, kemudian Kami keluarkan
kamu sebagai bayi, kemudian kamu meningkat dewasa, kemudian ada diantara kamu yang
diwafatkan dan ada juga yang sampai tua bangka, sehingga ia tidak ingat apa-apa lagi. Dan
sebagai bukti berbangkit itu, kamu melihat bumi kering gersang, kemudian apabila telah

Kami sirami dengan air (hujan), bumi itu hidup dengan subur kembali menumbuhkan
beraneka ragam tumbuhan yang indah menawan.
Selanjutnya surah 40 (Al-Mukmin) ayat 67:
Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian menjadi setetes air mani, kemudian
menjadi segumpal darah, kemudian kamu dilahirkan sebagai bayi, kemudian kamu menjadi
dewasa sampai tua. Di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum tua supaya kamu sampai
kepada waktu yang ditentukan (hari kiamat) dan supaya kamu memikirkan.
Selanjutnya surah 71 (Nuh) ayat 14:
Sesungguhnya Dia telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan.
Ayat-ayat di atas jelas menyebutkan bahwa manusia (makhluk hidup) diciptakan dari
air dan tanah dan mengalami perubahan secara gradual (bertingkat) dari bentuk sederhana ke
bentuk yang lebih kompleks. Proses perubahan tersebut juga banyak dinyatakan dalam AlQuran seperti dalam kisah-kisah nabi dan rasul yang termaktub di dalamnya. Dalam kisahkisah tersebut diungkapkan bagaimana bentuk fisik dan umur dari beberapa nabi dan rasul
tersebut yang apabila dibandingkan dengan manusia jaman sekarang tampak perbedaannya,
misalnya manusia jaman dulu mempunyai fisik yang lebih besar dan tinggi serta umur yang
lebih panjang. Dengan demikian ayat-ayat di atas selain tidak bertentangan dengan teori
Darwin, sekaligus juga mendukung teori Darwin mengenai proses pembentukan makhluk
hidup secara gradual mulai dari protobiont yang awalnya terbentuk di lingkungan perairan
(deep-sea vents) dengan bahan inti dari tanah (inti bumi). Sehingga dapat dikatakan bahwa
Darwinlah yang pertama kali ingin membuktikan ayat-ayat di atas secara ilmiah (Yahya, H.
2001).
Berdasarkan uraian di atas, teori evolusi Darwin tidaklah bertentangan dengan ajaran
Islam. Kekhawatiran bahwa teori tersebut dapat menyebabkan manusia menjadi atheis karena
tidak memasukkan unsur ketuhanan didalamnya mungkin kuranglah tepat. Seperti teori-teori
lain dalam ilmu pengetahuan, maka teori Darwin pun harus lepas dari unsur ketuhanan di
dalamnya. Karena apabila memasukkan unsur tuhan, maka teori tersebut akan menjadi bagian
dari ajaran keagamaan (theologi). Manfaat dan mudlarat yang timbul akibat teori tersebut
sangat tergantung pada bagaimana kita menilai dan menggunakannya. Contoh manfaat yang
dapat diambil dari teori Evolusi Darwin tersebut adalah berkembangnya ilmu Biologi,
Kedokteran, dan Farmasi, terutama yang berhubungan dengan klasifikasi makhluk hidup dan
pemanfaatan mahkluk hidup sebagai sumber pengobatan. Mudlarat yang timbul mungkin
adalah atheisme, rasialisme dan fasisme. Namun, hal ini dapat dihindari dengan
meningkatkan pemahaman agama serta pemahaman tentang hubungan antara agama dan ilmu
pengetahuan. Sebagai perkembangan ilmu pengetahuan maka tidak salah apabila kita
mengkaji teori Darwin dalam rangka semakin mendekatkan kita kepada Allah SWT
karena sebagai ungkapan refleksi diri, bahwa sesungguhnya dalam Agama Islam, sebagai
agama pelindung dan petunjuk jalan menuju penerangan telah menjelaskan bahwa Teori
Darwin telah tertolak. Proses penciptaan manusia yang sesungguhnya adalah berasal dari

Allah, yaitu Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan yang menguasai seluruh Alam semesta. Dalam
Ayat suci Al-Qur'an, Allah berfirman dalam Q.S. As-Sajdah ayat 7-9 dan Q.S. Shaad ayat 7172. Maha Benar Allah atas segala keagungan-Nya (Yahya, H. 2001).
Namun maksud dari ayat di atas yang artinya Dialah yang menciptakan kamu dari
tanah, kemudian menjadi setetes air mani, kemudian menjadi segumpal darah, kemudian
kamu dilahirkan sebagai bayi, kemudian kamu menjadi dewasa sampai tua merupakan proses
dari fertilisasi dimana Allah menciptakan manusia dari setetes air mani (sperma) yang
beretemu dengan sel telur dan terjadi fertilisasi. Dan kemudian dalam ayat yang artinya
Sesungguhnya Dia telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan maksudnya setelah
terjadi fertilisasi maka akan terjadi pembelahan dari 2 sel, menjadi 4 sel, 8 sel, 16 sel dan
seterusnya sehingga menjadi morulla, blastula, gastrula dan zigot. Kemudian terjadi tingkatan
dan berkembang sehingga sampai di fase organogenesis dan fetus hingga bayi dilahirkan ke
dunia. Hal tersebut merupakan suatu tingkatan perkembangan dari pembentukan manusia
sehingga akan ada masa muda, remaja dan masa tua serta lanjut usia (Lansia). Sehingga dari
bukti yang menerangkan tentang pembentukan manusia dan manusia pertama adalah Nabi
Adam tersebut sangatlah bertentangan dengan teori darwin sehingga diperlukan lagi
pengetahuan yang lebih mendalam dan perbandingan dari berbagai sisi dalam menjelaskan
tentang teori Darwin ini. Hal ini terbukti hingga sampai sekarang masih banyak kalangan
yang pro dan kontra dalam menanggapi teori Darwin baik yang memasukkan unsur
ketuhanan maupun tidak.
Referensi
Ayoub, M. 2003. Evolusi teistik vs ateistik. Republika. 9 April 2003.
Bucaille, M. 1983. What is the origin of man ? .Seghers, Paris.
Sofyan, Agus. 2011. Evolusi dalam Islam. Usacanada. Diakses pada tanggal 5 Juni 2012
Syahin, A.S.2004.Adam bukan manusia pertama ? (mitos atau realita). Republika, Jakarta.
Taufikurahman. 2003. Mengapa ada penolakan terhadap teori evolusi Darwin: tanggapan
atas tulisan Wildan Yatim, Kompas, Mei 2003.
Yahya, H. 2001. Keruntuhan teori evolusi. Adz Zikra-Syamil, Bandung.

También podría gustarte