Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
DAFTAR ISI
halaman
DAFTAR ISI........................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR............................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iii
I. PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1. Latar Belakang...............................................................................................1
1.2. Perumusan Masalah........................................................................................2
1.3. Tujuan Penelitian............................................................................................3
1.4. Manfaat Penelitian..........................................................................................3
II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................4
2.1. Deskripsi Lokasi...........................................................................................4
2.1.1. Geologi dan Geomorfologi Pantai Semarang..............................................4
2.1.2. Iklim pantai Semarang.................................................................................5
2.2. Sedimen........................................................................................................5
2.2.1.Sedimentasi...................................................................................................5
2.2.2. Asal-usul Sedimen.......................................................................................7
2.3. Mineral...........................................................................................................8
2.3.1. Sifat Fisik Mineral.......................................................................................9
2.3.2. Sifat Kimia Mineral.....................................................................................11
2.4. Mineral Lempung...........................................................................................13
2.4.1. Kaolinite......................................................................................................14
2.4.2. Montmorillonite...........................................................................................14
2.4.3. Illite..............................................................................................................15
2.4.4. Chlorite........................................................................................................15
III. MATERI DAN METODA...........................................................................16
3.1. Materi Penelitian...........................................................................................16
3.1.1...................................................................................................... Alat
16
3.1.2.Bahan............................................................................................................17
3.2. Metoda Penelitian...........................................................................................17
3.2.1.
Pengambilan Sampel......................................................................................17
3.2.2.
Preparasi Sampel............................................................................................17
3.2.3.
Analisis...........................................................................................................17
3.3. Waktu dan Tempat..........................................................................................19
3.4. Jadwal Rencana Penelitian.............................................................................19
DAFTAR GAMBAR
Gambar
halaman
DAFTAR TABEL
Tabel
halaman
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Kota Semarang merupakan ibukota Provinsi Jawa Tengah yang terletak pada 6o50
7o10 Lintang Selatan dan 109o35 110o50 Bujur Timur. Bagian utara kota semarang
merupakan wilayah pantai yang berbatasan langsung dengan laut jawa dengan panjang
garis pantai 13,6 km. Semarang sebagai salah satu kota besar di Jawa tengah mengalami
perkembangan yang pesat di bidang pembangunan.. Kebutuhan manusia yang makin
hari makin bertambah membuat perubahan penggunaan lahan dari yang semestinya.
Berkembangnya Kota Semarang tentunya membawa konsekuensi akan kebutuhan
lahan kearah dataran pesisir dan pantai. Hal yang menjadi fokus adalah sejauh mana
tekanan terhadap daya dukung lingkungan tersebut dapat merubah kondisi lingkungan.
Dalam hal ini, karakter sedimen dan batuan yang ada di bawah permukaan bumi
maupun atas permukaan dapat digunakan untuk membaca perubahan kondisi
lingkungan di masa lalu (Martin & Meybeck, 2006).
Sedimentasi di perairan pantai, khususnya yang di dalamnya bermuara suatu
sungai akan mempunyai karakteristik yang khas dan mempunyai keterikatan dengan
proses sedimentasi di daratan dan di perairan (Dyer,1990 dalam Syarani 2006).
Sedimen di dasar laut berasal dari sumber yang beragam, yaitu dari kerak bumi, kerak
samudra, aktifitas gunung api, organisme, bahkan dari luar angkasa (Chamberline,
2008). Sedimen ini dapat berubah atau teralterasi menjadi sedimen dengan kondisi yang
berbeda dari aslinya, melalui proses fisika, kimia, biologi, yang berlangsung baik di
daratan maupun di dasar laut. Perubahannya meliputi karakter fisik maupun komposisi
kimiawi dari mineral yang terkandung dalam sedimen. Proses alterasi mineral dalam
sedimen di dasar laut sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dimana sedimen itu
terbentuk. Bila proses sedimentasi tidak mengalami gangguan, maka endapan sedimen
yang tebal dan homogen yang akan terbentuk. Pada kenyataannya, kondisi lingkungan
saat terjadinya sedimentasi sering terganggu oleh faktor alam maupun oleh aktifitas
manusia. Sedimentasi yang terbentuk di lingkungan pesisir dan laut dangkal lebih
dinamis dibandingkan sedimentasi di laut dalam karena daerah ini merupakan
pertemuan antara dinamika lautan dan daratan.
Penelitian yang akan dilakukan di daerah Pesisir dan pantai Semarang Utara,
antara lain mengkaji mengenai perubahan lingkungan yang membuat alterasi pada
komposisi sedimen, dan mencoba untuk mengidentifikasi peranan manusia dalam
mempercepat perubahan lingkungan pesisir yang terjadi saat ini.
I.2. Perumusan Masalah
1.
Sedimen di dasar laut, pesisir dan pantai dapat merekam berbagai peristiwa
selama pengendapan berlangsung, yang terbaca melalui karakter
2.
3.
4.
yang berasal dari lingkungan perairan laut di sekitarnya, seperti pecahan terumbu
karang dan sisa vegetasi, kemudaian mengalami litifikasi.
Secara Geomorfologis Pantai Semarang Merupakan Pantai Berelief rendah yang
tersusun atas endapan aluvium pantai, marin, dan rawa. Garis pantai Semarang memiliki
karakteristik dataran berlumpur, berpasir dan berbatuan yang terbentuk secara alamiah
dan juga hasil interaksi dengan manusia.Bentuk pantai semarang bervariasi yaitu
berjenis agak cekung, agak cembungan dan kombinasi antara keduanya.
2.1.2. Iklim pantai Semarang
Iklim di wilayah pantai Kota Semarang sama dengan iklim Kota Semarang secara
keseluruhan, yaitu iklim tropis, dengan suhu rata-rata 28,4 oC. Suhu minimum 22,1 oC
terjadi pada bulan Juli, dan suhu maksimum 33,7 oC terjadi pada bulan September dan
Oktober. Kelembaban relatif tinggi dengan rata-rata 75%. Curah hujan rata-rata tahunan
sekitar 2.100 mm, dengan rata-rata hujan 178 hari/tahun. Tingginya curah hujan dapat
berpengaruh pada sedimen tasi di daerah pantai yang terbawa arus sungai. Kecepatan
angin berkisar antara 6 8 km/jam, dengan rata-rata tahunan sebesar 6,9 km/jam. Arah
angin yang paling dominan sepanjang tahun yakni arah barat laut
2.2. Sedimen
2.2.1.Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses mengendapnya
oleh berbagai macam media seperti angin, air, es, dan gavitasi. Foster dan Meyer (1977)
berpendapat bahwa erosi sebagai penyebab timbulnya sedimentasi yang disebabkan
oleh air terutama meliputi proses pelepasan (detachment), penghanyutan
(transportation), dan pengendapan (depotition). Proses pengangkutan sedimen
(sediment transport) dapat diuraikan meliputi tiga proses sebagai berikut
a. Pukulan air hujan (rainfall detachment) terhadap bahan sedimen yang terdapat
diatas tanah sebagai hasil dari erosi percikan (splash erosion) dapat
menggerakkan partikel-partikel tanah tersebut dan akan terangkut bersama-sama
limpasan permukaan (overland flow).
b. Limpasan permukaan (overland flow) juga mengangkat bahan sedimen yang
terdapat di permukaan tanah, selanjutnya dihanyutkan masuk kedalam sungai
kecil (rills), dan seterusnya masuk kedalam selokan dan akhirnya ke sungai.
c. Pengendapan sedimen, terjadi pada saat kecepatan aliran yang dapat
mengangkat (pick up velocity) dan mengangkut bahan sedimen mencapai
kecepatan pengendapan (settling velocity) yang dipengaruhi oleh besarnya
partikel-partikel sedimen dan kecepatan aliran.
butiran dengan menggunakan metoda ayakan dan pipet. Hasilnya akan diketahui
masing-masing persentase dari ukuran butir tersebut. Data ini dijadikan dasar dalam
analisis tekstur sedimen (Folk, 1968).
Sedimen jenis ini terdapat pada daerah pesisir, hanya sebagian kecil yang tertransport ke
laut lepas (Dietrich, 1963). Sedimen biogenik adalah sedimen yang berasal dari aktifitas
organik yang terdiri dari rombakan cangkang, pecahan skeleton, dan sisa organisme
laut. Sedimen biogenik ditemukan di daerah pantai, atau dinamakan endapan litoral dan
semakin menghilang kearah laut dalam karena lingkungannya tidak mendukung bagi
kehidupan organisme. Umumnya sisa organisme yang bercangkang keras yang
berkomposisi kalsium karbonat dan silika. Sedimen halmirogenik adalah batuan mineral
yang terbentuk yang terbentuk oleh reaksi inorganik disaat air laut sangat jenuh dengan
mineral terlarut.terlarut
2.3. Mineral
Mineral adalah suatu benda padat yang terdapat di alam dan terbentuk oleh proses
anorganik. Setiap mineral memiliki susunan atom yang teratur dan komposisi kimia
tertentu yang memberikan sifat fisik yang spesifik. Sifat fisik mineral itulah yang biasa
dipakai untuk mengetahui mineral itu sendiri. Sifat fisik mineral tersebut ialah warna,
kilap, bentuk, belahan, kekerasan, pecahan, berat jenis dan cerat. Secara umum mineral
yang paling banyak dimanfaatkan manusia adalah mineral yang berasal dari daratan
berupa endapan placer (Witasari, 2010). Selain memiliki sifat fisik mineral juga
memiliki sifat kimiawi. Berdasarkan senyawa kimiawinya, mineral dapat
dikelompokkan menjadi mineral Silikat dan mineral Non-silikat. Terdapat 8 (delapan)
kelompok mineral Non-silikat, yaitu kelompok Oksida, Sulfida, Sulfat, Native elemen,
Halid, Karbonat, Hidroksida, dan Phospat Adapun mineral silikat (mengandung unsur
SiO) yang umum dijumpai dalam batuan.
2.3.1. Sifat Fisik Mineral
2.3.1.1. Warna
Belahan adalah kecenderungan mineral untuk membelah diri pada satu arah atau
lebih. Arah tersebutditentukan oleh susunan atom-atom yang ada didalamnya. Dapat
dikatakan bahwa bidang tersebut merupakan bidang lemah yang dimiliki oleh suatu
mineral.
2.3.1.5. Kekerasan
Salah satu kegunaan dalam mendiagnosa sifat mineral adalah dengan mengetahui
kekerasan mineral. Kekerasan adalah sifat resistensi dari suatu mineral terhadap
kemudahan mengalami abrasi (abrasive) atau mudah tergores (scratching). Kekerasan
suatu mineral bersifat relatif, artinya apabila dua mineral saling digoreskan satu dengan
lainnya, maka mineral yang tergores adalah mineral yang relatif lebih lunak
dibandingkan dengan mineral lawannya. Skala kekerasan mineral mulai dari yang
terlunak (skala 1) hingga yang terkeras (skala 10) diajukan oleh Mohs dan dikenal
sebagai Skala Kekerasan Mohs
Tabel 1. Skala Kekerasan Relatif menurut Mohs
Kekerasan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Mineral
Talc
Gypsum
Calcite
Fluorite
Apatite
Orthoclase
Quartz
Topaz
Corundum
Diamond
Rumus Kimia
Mg3 Si4 O10 (OH)2
CaSO4 2H2 O
CaCO3
CaF2
Ca5 (PO4 )3 (OH,Cl,F)
KAlSi3 O8
SiO2
Al2 SiO4 (OH,F)2
Al2 O3
C
2.3.1.6. Goresan
Goresan atau Streak adalah warna dari serbuk mineral apabila digoreskan pada
suatu lempeng kasar. Warna dari serbuk yang tertinggal dari goresan itulah yang akan
Rumus Kimia
(Mg,Fe)2 SiO4
(Mg,Fe)SiO3
(Ca2 Mg5 )Si8 O22 (OH)2
Muscovite
Biotite
Orthoclase
Plagioclase
Quartz
Mineral
Hematit
Magnetit
Formula
Fe2O3
Fe3O4
Sulfida
Sulfat
Halida
Karbonat
Unsur native
Korondum
Galena
Sfalerit
Firit
Kalkofirit
Gipsum
Anhidrit
Halit
Fluorit
Kalsit
Dolomit
Malasit
Emas
Tembaga
Intan
Sulfur
Grafit
Al2O3
PbS
ZnS
FeS2
CuFeS2
CaSO4.2H2O
CaSO4
NaCl
CaF2
CaCO3
CaMg(CO3)2
Cu(OH)2CO3
Au
Cu
C
S
C
2.4.3. Illite
Illite merupakan mineral lempung yang umumnya berada pada sedimen marine.
Illite terbentuk pelapukan batuan yang mengandung unsur K dan Al. illite terbentuk
pada fluida dengan pH 4-6 rendah (Corbett dan Leach, 1996). Illite diturunkan dari
mika dan biotit yang kadang-kadang disebut lempung mika. Retakan antara partikel
penyusunnya kurang baik sehingga kurang stabil dibandingkan dengan kaolinite.
Lempung illite biasanya dijumpai pada daerah-daerah dengan curah hujan sedang. Illite
mempunyai rumus kimia (OH)4 Ky(Si8-y.Aly)(Al4.Mg6.Fe4.Fe6)O20. Struktur illite ini
mirip dengan muscovite atau mika hanya saja sedikitnya kandungan alkali.
2.4.4. Chlorite
Chlorite adalah mineral lempung yang umum terbentuk dalam tanah dengan
kondisi air tanah yang asam, dan dalam tanah di daerah iklim kering. Pada kondisi pH
yang sedikit asam mendekati netral, fase klorit-karbonat menjadi dominan, dimana
mineral ini terbentuk bersama dengan group illit pada lingkungan transisi pH 5-6
dengan temperature yang tinggi (Lawless dan White, 1997).
Kegunaan
A. Peralatan Sampling
1. Core diameter 7 cm, panjang 1m
2. Tutup core 2 buah
3. Plastik panjang
4. Kamera
Dokumentasi
5. Lakban
6. Spidol permanen
Menamai core
7. Alat tulis
Mencatat data
B. Preparasi sampel
1. Ayakan sedimen
2. Cawan
3. Oven
4. Timbangan
5. Plastik zip
6. Label
7. Alat tulis
C. Analisis Sedimen
1. Mikroskop
Analisis Petrografi
D. Analisis XRD
1. X-Ray Diffraction
Analisis XRD
3.1.2. Bahan
Sampel yang digunakan Dalam Penelitian ini yitu sampel core sedimen dari tiga
lokasi di pantai Semarang, Jawa Tengah.
I.5. Metoda Penelitian
Metoda penelitian yang akan di lakukan meliputi proses pengambilan sampel di
lapangan, preparasi sampel, analisis sampel .
I.5.1. Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel sedimen dilakukan dengan Core Sepanjang 1m yang
dibenamkan ke dasar. Pengambilan dilakukan di tiga titik dan titik tersebut di catat
koordinatnya dengan menggunakan GPS. Sampel core dilakban agar tidak bocor dan
kemudian di bawa ke laboratorium untuk di analisis.
I.5.2. Preparasi Sampel
Sampel yang didapat dari tiap-tiap stasiun di ambil beberapa gram untuk
dipindahkan ke cawan petri dan kemudian dimasukkan ke dalama oven sampai kering
dengan suhu 80oC. Setelah kering kemudian ditimbang dengan timbangan analitik dang
di catat untuk kemudian di analisis lebih lanjut.
I.5.3. Analisis
Analisis mineral lempung menggunakan 2 metode yaitu metode XRD (X-Ray
Diffraction) dan pengamatan detrital. Analisis ukuran butir menggunakan analisis
granulometri.
yang telah melalui tahap preparasi kemudian di ayak menggunakan ayakan seri standat
America Standart Testing Material (ASTM). Hasil dari analisis ini mengacu pada skala
Wenworth (1992). Penamaan jenis sedimen dilakukan berdasarkan berat masing-masing
fraksi sedimen untuk kemudian di masukkan kedalam diagram sephard (1954).
3.2.2.4. Diagram Alur Penelitian
Pengambilan Sampel
Penanganan Sampel
Analisis Mineral
Mikroskopis
Interpretasi
Kegiatan
Pembuatan Proposal
Seminar
Penelitian
Pembuatan Laporan
I
v
II
v
Bulan ke III
IV
v
v
v
v
VI
DAFTAR PUSTAKA
Busch, R.M., 2003. Laboratory Manual in Physical Geology, Prentice Hall, USA, 271 hal.
Casnan. 2009. Analisis Polimer Komposit Dengan Penguat Marmer Dari Cirebon dan
Ciampela. Bogor. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut
Pertanian Bogor.
Chamberline, W.S., 2008. Exploring The World Ocean. Fullerton College
Tommy D. Dickey, University of California, 72-88 p.
(www.mhhe.com/chamberlin1e, diunduh tanggal 11 september 2013)
Corbett, G.J and Leach, T.M, 1996, Southwest Pacific Rim Gold-Copper System:
Structure, Alteration, and Mineralization, Special pub. Society of Econ. Geol. 6: 237
p.
Dewi,T.K, Yudi Darlan. 2008. Partikel Mikroskopis Dasar Laut nusantara. Pusat
Pengembangan Geologi Kelautan, Bandung. 99 hal.
Dietrich, G. 1963.General Oceanography an introduction 2nd. Ed. A Wiley-Interscien
Publication. New York. 19-23p.
Folk, R.L., 1968: Petrology of Sedimentary Rocks, Hemphill, Austin, Texas, 170 hal
Lawless, J V, and White, P J, 1997, Epigenetic Magmatic-Related Mineral Deposits:
Exploration Based on Mineralization Models. Kingston-Morrison Ltd.
Martin & Maybeck. 2006. Formation and alteration of clay materials. Geological
Society, London, Engineering Geology Special Publications, 21: 29-71.
Mohamed, K.R,. 2003: Sedimentologi, batu sedimen, batuan sedimen, Ge-ologi UKM
Passlow, V., Rogis, J., Hancock, A., Hemer, M., Glenn, K., & Ahsanul-Habib, A.,
2005-08. National Marine Sediments Database and Seaoor Characteristics Project.
FINAL REPORT. Geoscience Australia, 120 hal.
Noor,Djauhari. 2009. Pengantar Geologi. Bogor: Program Studi Teknik Geologi Fakultas
Teknik Universita Pakuan.
Priyono, K.D. 2012. Kajian Mineral Lempung Pada Kejadian Bencana Longsor Lahan di
Pegunungan Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta. Forum Geografi, Vol. 26,
No. 1, Juli 2012: 53 64
Riyanto, B. 1991. Geologi Ekonomi. Universitas Pembangunan Nasional. Yogyakarta.
Shepard, F., P. 1954. Nomenclature Based on Sand-Silt-Clay Ratios. Journ. Of Sedimentary
Petrologi. 24:151-158
Silaban, M.S.P. 2001. Studi Mineral Lempung Hidrotermal Dan Aplikasinya Untuk Operasi
Pemboran Panas Bumi. Proceeding Of The 5th Inaga Annual Scientific Conference
& Exhibitions, Yogyakarta.
SyaRani, Lachmuddin., Hariadi. 2006. Penentuan Sumber Sedimen Dasar Perairan : I.
Berdasarkan Analisis Mineralogi dan Kandungan Karbonat. Ilmu Kelautan. Vol
11(1): 37- 43
Wenworth, C.,K. 1922. A Scale of Grade Class Term For Clastics Sediment. Journ.
Geology. 30:337392
Witasari, Yunia. 2010. Mineral dari lautan. Oseana, Vol. XXXV :49-56