Está en la página 1de 15

Askep Hipokalemia

A. Konsep Dasar Medis


1. Anatomi fisiologi
a Anatomi
Sebuah sel ialah setitik massa (berbentuk seperti selei)
protoplasma yang berisi inti atau nukleus yang dibungkus oleh
membran sel. Dalam memperhatikan struktur selmaka perlu
diperhatikan perhubungan bagian-bagiannya dengan fungsinya. Sel
terdiri dari beberapa bagian seperti berikut : protoplasma,
sitoplasma (mitokhondria, alat golgi, sitoplasma dasar, sentrosom
dan membran sel), dan nukleus. (Anatomi dan Fisiologis Untuk
Para Medis, hal.7-8)
b Fisiologi
Kalium adalah kation utama cairan intrasel. Kenyataannya 98 %
dari simpanan tubuh (3000-4000 mEq) berada didalam sel dan 2 %
sisanya (kira-kira 70 mEq) terutama dalam pada kompetemen ECF.
Kadar kalium serum normal adalah 3,5-5,5 mEq/L dan sangat
berlawanan dengan kadar di dalam sel yang sekitar 160 mEq/L.
Kalium merupakan bagian terbesar dari zat terlarut intrasel,
sehingga berperan penting dalam menahan cairan di dalam sel dan
mempertahankan volume sel. Kalium ECF, meskipun hanya
merupakan bagian kecil dari kalium total, tetapi sangat

berpengaruh dalam fungsi neuromuskular. Perbedaan kadar kalium


dalam kompartemen ICF dan ECF dipertahankan oleh suatu
pompa Na-K aktif yang terdapat dimembran sel.
Pada orang dewasa yang sehat, asupan kalium harian adalah
sekitar 50-100 mEq. Sehabis makan, semua kalium diabsorpsi
akan masuk kedalam sel dalam beberapa menit, setelah itu ekskresi
kalium yang terutama terjadi melalui ginjal akan berlangsung
beberapa jam. Sebagian kecil (<20%) akan diekskresikan melalui
keringat dan feses. Ekskresi kalium melalui ginjal dipengaruhi
oleh aldosteron, natrium tubulus distal dan laju pengeluaran urine.
Keseimbangan asam basa dan pengaruh hormon mempengaruhi
distribusi kalium antara ECF dan ICF. Asidosis cenderung untuk
memindahkan kalium keluar dari sel, sedangkan alkalosis
cenderung memindahkan dari ECF ke ICF. Beberapa hormon juga
berpengaruh terhadap pemindahan kalium antara ICF dan ECF.
Insulin dan Epinefrin merangsang perpindahan kalium ke dalam
sel. (Price & Wilson, edisi 6, hal 341)
2. Definisi
a. Hipokalemia adalah suatu keadaan dimana kadar atau serum
mengacu pada konsentrasi dibawah normal yang biasanya
menunjukkan suatu kekurangan nyata dalam simpanan kalium
total. (Brunner dan Suddarth, 2002).

b. Hipokalemia didefinisikan sebagai kadar kalium serum yang


kurang dari 3,5 mEq/L. (Price & Wilson, 2006)
3. Etiologi
a. Asupan kalium dari makanan yang menurun.
b. Kehilangan melalui saluran cerna.
c. Kehilangan melalui ginjal.
d. Kehilangan yang meningkat melalui keringat pada udara panas.
e. Perpindahan kalium kedalam sel.
(Price & Wilson, 2006)
Adapun penyebab lain dari timbulnya penyakit hipokalemia :
muntah berulang-ulang, diare kronik, hilang melalui kemih
(mineral kortikoid berlebihan obat-obat diuretik). (Ilmu Faal, Segi
Praktis, hal 209)
4. Patofisiologi
Kalium adalah kation utama cairan intrasel. Kenyataannya 98 %
dari simpanan tubuh (3000-4000 mEq) berada didalam sel dan 2 %
sisanya (kira-kira 70 mEq) terutama dalam pada kompetemen ECF.
Kadar kalium serum normal adalah 3,5-5,5 mEq/L dan sangat
berlawanan dengan kadar di dalam sel yang sekitar 160 mEq/L.
Kalium merupakan bagian terbesar dari zat terlarut intrasel,
sehingga berperan penting dalam menahan cairan di dalam sel dan

mempertahankan volume sel. Kalium ECF, meskipun hanya


merupakan bagian kecil dari kalium total, tetapi sangat
berpengaruh dalam fungsi neuromuskular. Perbedaan kadar kalium
dalam kompartemen ICF dan ECF dipertahankan oleh suatu
pompa Na-K aktif yang terdapat dimembran sel.
Rasio kadar kalium ICF terhadap ECF adalah penentuan utama
potensial membran sel pada jaringan yang dapat tereksitasi, seperti
otot jantung dan otot rangka. Potensial membran istirahat
mempersiapkan pembentukan potensial aksi yang penting untuk
fungsi saraf dan otot yang normal. Kadar kalium ECF jauh lebih
rendah dibandingkan kadar di dalam sel, sehingga sedikit
perubahan pada kompartemen ECF akan mengubah rasio kalium
secara bermakna. Sebaliknya, hanya perubahan kalium ICF dalam
jumlah besar yang dapat mengubah rasio ini secara bermakna.
Salah satu akibat dari hal ini adalah efek toksik dari hiperkalemia
berat yang dapat dikurangi kegawatannya dengan meingnduksi
pemindahan kalium dari ECF ke ICF. Selain berperan penting
dalam mempertahankan fungsi nueromuskular yang normal,
kalium adalah suatu kofaktor yang penting dalam sejumlah proses
metabolik.
Homeostasis kalium tubuh dipengaruhi oleh distribusi kalium
antara ECF dan ICF, juga keseimbangan antara asupan dan
pengeluaran. Beberapa faktor hormonal dan nonhormonal juga

berperan penting dalam pengaturan ini, termasuk aldostreon,


katekolamin, insulin, dan variabel asam-basa.
Pada orang dewasa yang sehat, asupan kalium harian adalah
sekitar 50-100 mEq. Sehabis makan, semua kalium diabsorpsi
akan masuk kedalam sel dalam beberapa menit, setelah itu ekskresi
kalium yang terutama terjadi melalui ginjal akan berlangsung
beberapa jam. Sebagian kecil (<20%) akan diekskresikan melalui
keringat dan feses. Dari saat perpindahan kalium kedalam sel
setelah makan sampai terjadinya ekskresi kalium melalui ginjal
merupakan rangkaian mekanisme yang penting untuk mencegah
hiperkalemia yang berbahaya. Ekskresi kalium melalui ginjal
dipengaruhi oleh aldosteron, natrium tubulus distal dan laju
pengeluaran urine. Sekresi aldosteron dirangsang oleh jumlah
natrium yang mencapai tubulus distal dan peningkatan kalium
serum diatas normal, dan tertekan bila kadarnya menurun.
Sebagian besar kalium yang di filtrasikan oleh gromerulus akan di
reabsorpsi pada tubulus proksimal. Aldosteron yang meningkat
menyebabkan lebih banyak kalium yang terekskresi kedalam
tubulus distal sebagai penukaran bagi reabsorpsi natrium atau H+.
Kalium yang terekskresi akan diekskresikan dalam urine. Sekresi
kalium dalam tubulus distal juga bergantung pada arus pengaliran,
sehingga peningkatan jumlah cairan yang terbentuk pada tubulus
distal (poliuria) juga akan meningkatkan sekresi kalium.

Keseimbangan asam basa dan pengaruh hormon mempengaruhi


distribusi kalium antara ECF dan ICF. Asidosis cenderung untuk
memindahkan kalium keluar dari sel, sedangkan alkalosis
cenderung memindahkan dari ECF ke ICF. Tingkat pemindahan ini
akan meingkat jika terjadi gangguan metabolisme asam-basa, dan
lebih berat pada alkalosis dibandingkan dengan asidosis. Beberapa
hormon juga berpengaruh terhadap pemindahan kalium antara ICF
dan ECF. Insulin dan Epinefrin merangsang perpindahan kalium ke
dalam sel. Sebaliknya, agonis alfa-adrenergik menghambat
masuknya kalium kedalam sel. Hal ini berperan penting dalam
klinik untuk menangani ketoasidosis diabetik. (Price & Wilson,
edisi 6, hal 341)

Patoflodiagram
5. Manifestasi klinis
a CNS dan neuromuskular; lelah, tidak enak badan, reflek tendon
dalam menghilang.
b Pernapasan; otot-otot pernapasan lemah, napas dangkal (lanjut)
c Saluran cerna; menurunnya motilitas usus besar, anoreksia, mual
mmuntah.

d Kardiovaskuler; hipotensi postural, disritmia, perubahan pada


EKG.
e Ginjal; poliuria,nokturia.
(Price & Wilson, 2006, hal 344)
6. Pemeriksaan diagnostik
Kalium serum : penurunan, kurang dari 3,5 mEq/L.
Klorida serum : sering turun, kurang dari 98 mEq/L.
Glukosa serum : agak tinggi.
Bikarbonat plasma : meningkat, lebih besar dari 29 mEq/L.
Osmolalitas urine : menurun.
GDA : pH dan bikarbonat meningkat (Alkalosit metabolik).
(Doenges 2002, hal 1049)
7. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan penyakit hipokalemia yang paling baik
adalah pencegahan. Berikut adalah contoh-contoh
penatalaksanaannya :
a. Pemberian kalium sebanyak 40-80 mEq/L.
b. Diet yang mengandung cukup kalium pada orang dewasa ratarata 50-100 mEq/hari (contoh makanan yang tinggi kalium
termasuk kismis, pisang, aprikot, jeruk, advokat, kacang-kacangan,
dan kentang).

c. Pemberian kalium dapat melalui oral maupun bolus intravena


dalam botol infus.
d. Pada situasi kritis, larutan yang lebih pekat (seperti 20 mEq/L)
dapat diberikan melalui jalur sentral bahkan pada hipokalemia
yang sangat berat, dianjurkan bahwa pemberian kalium tidak lebih
dari 20-40 mEq/jam ( diencerkan secukupnya) : pada situasi
semacam ini pasien harus dipantua melalui elektrokardigram
(EKG) dan diobservasi dengan ketat terhadap tanda-tanda lain
seperti perubahan pada kekuatan otot.
(Brunner & Suddarth, 2002, hal 260).
8. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit hipokalemia ini adalah sebagai
berikut :
a. Akibat kekurangan kalium dan cara pengobatan yang kurang
hati-hati dapat menimbulkan otot menjadi lemah, kalau tidak
diatasi dapat menimbulkan kelumpuhan.
b. Hiperkalemia yang lebih serius dari hipokalemia, jika dalam
pengobatan kekuarangan kalium tidak berhati-hati yang
memungkinkan terlalu banyaknya kalium masuk kedalam
pembuluh darah.
(Ilmu Gizi, 1991, hal 99)
Selain itu juga adapun hal-hal yang dapat timbul pada hipokalemia

yaitu :
a. Aritmia (ekstrasistol atrial atau ventrikel) dapat terjadi pada
keadaan hipokalemia terutama bila mendapat obat digitalis.
b. Ileus paralitik.
c. Kelemahan otot sampai kuadriplegia.
d. Hipotensi ortostatik.
e. Vakuolisasi sel epitel tubulus proksimal dan kadang-kadang
tubulus distal.
f. Fibrosis interstisial, atropi atau dilatasi tubulus.
g. pH urine kurang akibatnya ekskresi ion H+ akan berkurang.
h. Hipokalemia yang kronik bila ekskresi kurang dari 20 mEq/L.
(Ilmu penyakit Dalam, 2001, hal.308)
B. Konsep Dasar Keperawatan
Proses keperawatan adalah dimana konsep diterapkan dalam
raktek keperawatan. Hal ini disebut problem salving yang
memerlukan ilmu, tehnik dan keterampilan interpersonal dan
ditunjukkan untuk memenuhi kebutuhan pasien baik sebagai
individu, keluarga maupun masyarakat. (Nursalam, 2000)
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien,

agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah,


kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik fisik, mental,
sosial, dan lingkungan. (Nasrul Effendy, 1995)
a. Aktifitas atau istirahat
Gejala : kelemahan umum, latergi.
b. Sirkulasi
Tanda :
Hipotensi
Nadi lemah atau menurun, tidak teratur.
Bunyi jantung jauh.
Perubahan karakteristik EKG.
Disritmis, PVC, takikardia / fibrasi ventrikel.
c. Eliminasi
Tanda :
Nokturia, poliuria bila faktor pemberat pada hipokalemia meliputi
GJK atau DM.
Penurunan bising usus, penurunan mortilitas, usus, ilues paralitik.
Distensi abdomen.
d. Makanan / cairan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah.
e. Neurosensori
Gejala : parestesia
Tanda :

Penurunan status mental / kacau mental, apatis, mengantuk, peka


rangsangan, koma, hiporefleksia, tetani, paralisis.
Penurunan bising usus, penurunan mortilitas, usus, ileus paralitik.
Distensi abdomen
f. Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri / kram otot
g. Pernapasan
Tanda : hipoventilasi / menurun dalam pernapasan karena
kelemahan atau paralisis otot diafragma.
(Marilyn E. Doenges 2002 hal 1048)
Karena hipokalemia dapat mengancam jiwa, penting artinya untuk
memantau timbulnya hipokalemia pad pasien-pasien yang
beresiko. Adanya keletihan, anoreksia, kelemahan otot, penurunan
mortilitas usus, parestesia, atau disritmia harus mendorong perawat
untuk memeriksa konsentrasi kalium serum. Jika tersedia,
elektrokardiogram dapat memberikan informasi yang bernmanfaat.
Pasien-pasien yang menerima digitalis yang berisiko mengalami
defisiensi kalium harus dipantau dengan ketat terhadap tanda-tanda
terjadinya toksisitas digitalis karena hipokalemia meningkatkan
aksi digitalis. Pada kenyataannya, dokter biasanya memilih untuk
mempertahankan kadar kalium serum lebih besar dari 3,5 mEq/L
(SI : 3,5 mmol/L) pada pasien-pasien yang menerima digitalis.
(Brunner & Suddarth, 2002, hal.261)

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi,
memfokuskan , dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta
respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi. (Doenges 2002)
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respon manusia dari individu atau kelompok dimana perawat
secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan
informasi secara pasti untuk menjaga status kesehatan,
menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah. (Nursalam
dikutip dari carpenito, hal 35, 2000)
Penetapan prioritas masalah keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan pasien berdasarkan kepada tindakan kebutuhan dasar
manusia. Ada 2 contoh hirarki yang biasa digunakan yaitu :
a. Hirarki Maslow
Maslow menjelaskan kebutuhan manusia dibagi menjadi lima
tahap : fisiologis, rasa aman dan nyaman, mencintai dan dicintai,
harga diri dan aktualisasi diri. Maslow mengatakan pasien
memerlukan suatu tahapan kebutuhan, jika pasien menghendaki
suatu tindakan yang memuaskan. Dengan kata lain kebutuhan
fisiologis biasanya sebagai prioritas utama bagi pasien dari pada
kebutuhan lain. (Nursalam, hal 52, 2001).
Dimana Maslow menggambarkan dengan skema piramida yang

menunjukkan bagaimana seseorang bergerak dari kebutuhan dasar


dari tingkat kebutuhan yang lebih tinggi dengan tujuan akhir
adalah fungsi dan kesehatan manusia yang terintegrasi.

Aktualisasi
Diri
Harga diri
Mencintai dan dicintai
Kebutuhan keselamatan dan keamanan
Kebutuhan fisiologis
(O2, CO2, elektrolit, makanan dan sex)
Hirarki Abraham Maslow
Keterangan :
1) kebutuhan fisiologis O2, CO2, elektrolit, makanan dan sex
2) Kebutuhan keselamatan dan keamanan, terhindar dari penyakit
dan perlindungan hukum
3) Mencintai dan dicintai : kasih sayang, mencintai, dicintai,
diterima dikelompok.
4) Harga diri : dihargai dan menghargai (respek dan toleransi)
5) Aktualisasi diri : ingin diakui, berhasil dan menonjol

b. Hirarki Kalish
Kalish menjelaskan kebutuhan Maslow dengan membagi
kebutuhan fisiologis menjadi kebutuhan untuk bertahan dan
stimulasi. Kalish mengidentifikasi kebutuhan untuk
mempertahankan hidup : udara, air, temperatur, eliminasi, istirahat
dan menghindari nyeri, jika terdapat kekurangan kebutuhan
tersebut, pasien cenderung menggunakan prasarana untuk
memuakan kebutuhan tertentu, hanya saja mereka akan
mempertimbangkan terlebih dahulu kebutuhan yang paling tinggi
prioritasnya, misalnya keamanan dan harga diri. (Nursalam, hal 53,
2001).
Adapun diagnosa yang sering ditemukan pada pasien hipokalemia
secara teoritis adalah sebagai berikut :
a. Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan proses
penyakit hipokalemia.
b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi fisik
akibat kelelahan.
c. Hipertermi berhubungan dengan kegagalan untuk mengatasi
infeksi akibat penyakit hipokalemia.
d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan akibat
penurunan fungsi otot dalam tubuh.
e. Perubahan pola nutrisi berhubungan dengan anoreksi; mual
muntah.

f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.


3. Perencanaan
Rencana asuhan keperawatan adalah catatan yang ada tentang
intervensi rencana keperawatan (Hunt Jennifer & Mark, 1995)
rencana asuhan keperawatan adalah pengkajian yang sistematis
dan identifikasi masalah, penentuan tujuan dan pelaksanaan serta
cara atau strategi (Mayer, 1995)
Beberapa komponen yang perlu diperhatikan untuk mengevaluasi
rencana tindakan keperawatan meliputi menentukan prioritas,
kriteria hasil, menentukan rencana tindakan dan dokumentasi.
(Nursalam, 2001)
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
dengan hipokalemia maka rencana keperawatan yang dapat
dirumuskan adalah

También podría gustarte