Está en la página 1de 9

KELOMPOK

7
NAMA KELOMPOK :
1. B. Herlia Haryas Tika
2. Endang Kurniawati
3. Hasan Basri Alwi
4. Eni Astuti
5. Ratnawati

(
(
(
(
(

)
)
)
)
)

STIKES YARSI MATARAM


PRODY DIII KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2008-2009
0

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan seizinnyaLah, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
AMEBIASIS ini.
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah agar kita dapat mempelajari
dan mengetahui segala sesuatu tentang Amebiasis. Baik asal mula, penyebab,
gejala-gejala dan lain-lain.
Kami sebagai penyusun sangat menyadari dan memahami bahwa makalah
yang kami susun ini sangat sederhana, oleh karena itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Kami ucapkan terima kasih kepada Dosen pembimbing dan seluruh
pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini.
Demikian makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Mataram,

Oktober 2008

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

...........................1

DAFTAR ISI

...2

I.

Pendahuluan

...3

II.

Epidemiologi

...3

III.

Etiologi

...3

IV.

Klasifikasi

...5

V.

Patofisiologi

...6

DAFTAR PUSTAKA

...8

I.

PENDAHULUAN
Amebiasis disentri ameba enteritis ameba, colitis ameba adalah penyakit
infeksi usus besar yang disebabkan oleh parasit usus entamoeba histolytica,
(E.histolytica). Penyakit ini hampir tersebar diseluruh dunia terutama di Negara sedang
berkembang, di daerah tropis. Hal ini disebabkan karena faktor kepadatan penduduk,
kebersihan individu dan sanitasi lingkungan hidup serta kondisi sosial ekonomi dan
kultural yang menunjang.

II.

EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini ditularkan lewat fekal oral baik secara langsung melalui
tangan maupun tidak langsung melalui air minum atau makanan yang tercemar. Sebagai
sumber penularan adalah tinja yang mengandung kista amoba yang berasal dari Carrier
( Cyst Passer ) laju infeksi yang tinggi di dapatkan ditempat-tempat penampungan anak
cacat atau pengungsi dan di Negara-Negara sedang berkembang dengan sanitasi
lingkungan hidup yang buruk.
Penularan dapat terjadi melalui beberapa cara, Misalnya :
a.
Pencemaran air minum
b.
Pupuk kotoran manusia
c.
Juru masak
d.
Vektor lalat, kecoak dan kontak langsung
e.
Seksual kontak oral, anal pada homoseksual
Penyakit ini cenderung endemic, jarang menimbulkan epidemic. Epidemic
sering terjadi lewat air minum yang tercemar.

III.

ETIOLOGI
E.histolytica merupakan protozoa usus yang sering hidup sebagai
komensal ( apatogen ) di usus besar manusia. Apabila kondisi mengizinkan dapat berubah
menjadi patogen ( membentuk koloni di dinding usus menembus dinding usus
menimbulkan ulserasi ). Siklus hidup ada 2 macam bentuk ameba yaitu bentuk trofozoit
yang dapat bergerak dan bentuk kista. Bentuk trofozoit ada 2 macam, trofozoit komensal
( < 10 mm ) dan trofozoit patogen ( >10 mm ).
Trofozoit komensal dapat dijumpai di dalam lumen usus tanpa
menyebabkan gejala penyakit. Bila penderita mengalami diare maka trofozoit akan keluar
bersama tinja. Pada pemeriksaan tinja dengan mikroskop tampak trofozoit bergerak aktif
dengan pesodipodinya dab dibatasi oleh ektoplasma yang terang seperti kaca.
Didalamnya ada endoplasma yang berbentuk butir-butir kecil dan sebuah inti didalamnya.
Trofozoit pathogen dapat dijumpai didalam lumen dan dinding usus
( intra
intestinal ) maupun diluar usus ( ekstraintestinal ), dapat mengakibatkan gejala desentri,
diameternya lebih besar dari trofozoit komensal sampai 50 mm mengandung beberapa
eritrosit didalamnya, karena trofozoit ini sering menelan eritrosit
3

( haematophagus trophozite ). Benruk trofozoit ini bertanggung jawab terhadap


timbulnya gejala penyakit, namun cepat mati apabila berada diluar tubuh manusia.
Bentuk kista ada 2 macam, yaitu kista muda dan kista dewasa.
a. kista muda
kista muda berinti satu mengandung satu gelombang glikogen dan badan
badan badan kromatoid yang membentuk batang berujung tumpul. Kista dewasa
berinti empat, kista hanya terbentuk dan dijumpai didalam lumen usus, tidak
dapat terbentuk di luar tubuh dan tidak dijumpai didalam dinding usus atau di
jaringan tubuh di luar usus.

Gambar skematis E.hystolytica ( pembesaran 2000 X )


A. Trofozoit mengandung eritrosit
B. Ameba bentuk pre kista
C. Kista muda berinti Satu
D. Kista berinti dua
E. Kista dewasa berinti empat
Ket :
Ect
End
g
k
n
r.b.c

:
:
:
:
:
:

ectoplasma
endoplasma
glycogen vacuola
karyosoma
nucieus
red blood cell

Bentuk kista bertanggung jawab terhadap penularan penyakit, dapat hidup lama di
luar tubuh manusia. Tahan terhadap asam lambung dan kadar klor standart di dalam
system air minum. Diduga faktor kekeringan akibat penyerapan air sepanjang usus besar
menyebabkan trofozoit berubah menjadi kista.

IV.

KLASIFIKASI
Berdasarkan berat dan ringannya gejala yang ditimbulkan maka
Amebiasis dapat di bagi menjadi :
1.
Carrier (Cyst Passer)
2.
Amebiasis intestinal ringan ( disentri ameba ringan )
3.
Amebiasis intestinal sedang ( disentri ameba sedang )
4.
Disentri ameba berat
5.
Disentri ameba ringan

Simtomatologi / manifestasi klinis


1. Carrier (Cyst Passer)
Penderita tidak menunjukkan gejala klinis sama sekali, hal ini disebabkan
karena ameba yang berada di dalam lumen usus besar, tidak mengadakan invasi
kedinding usus.
2. Amebiasis intestinal ringan ( disentri ameba ringan )
Timbulnya penyakit, perlahan-lahan penderita biasanya mengeluh perut
kembung, kadang-kadang nyeri perut ringan yang bersifat kejang, diare ringan
4-5 kali sehari, tinja berbau busuk, kadang-kadang tinja bercampur darah dan
lendir, sedikit nyeri tekan didaerah sigmoid, jarang terjadi nyeri didaerah
epigastrom yang mirip ulkus peptic. Keadaan tersebut bergantung pada lokasi
ulkusnya. Keadaan umum penderita biasanya baik tanpa atau disertai demam
ringan ( subfebril ) kadang-kadang terdapat hepatomegali yang tidak atau
sedikit nyeri tekan.
3. Amebiasis intestinal sedang ( disentri ameba sedang )
Keluhan dan gejala klinis lebih berat dibanding disentri ringan, tetapi penderita
masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari, tinja disertai darah dan lendir.
Penderita mengeluh perut kram, demam dan lemah badan disertai hepatomegali
yang nyeri ringan.
4. Disentri ameba berat
Keluhan dan gejala klinis lebih hebat lagi, penderita mengalami diare disertai
darah yang banyak, lebih dari 15 kali sehari.
5. Disentri ameba kronik
Gejalanya menyerupai disentri ameba ringan, serangan-serangan diare diselingi
dengan periode normal atau tanpa gejala. Keadaan ini dapat berjalan berbulanbulan sampai bertahun-tahun. Penderuta biasanya menunjukkan gejala
heurastenia.
Serangan diare biasanya terjadi karena kelelahan, demam atau makanan
yang sukar dicerna.

o Tanda-Tanda Dan Gejala Amebiasis Secara Umum :


- Keram abdomen, diare berulang-ulang dan protein, jika berat penderita
menurun mengalami diare berkali-kali disertai lendir dan darah, nyeri
perut, spasmus rectom.
- Komplikasi
Beberapa penyulit dapat terjadi pada disentri ameba, baik berat maupun
ringan, sering sumber penyakit di usus sudah tidak menunjukkan gejala
ringan, sehingga yang menonjol adalah gejala penyulitnya ( komplikasi ).
Keadaan ini sering terjadi pada penyulit ekstra intestinal. Berdasarkan
lokasinya, penyulit tersebut dapat dibagi menjadi :
1. Komplikasi Intestinal
Pendarahan usus
Terjadi apabila ameba mengadakan invasi ke dinding usus besar
dan merusak pembuluh darah. Bila pendarahan hebat dapat berakibat
fatal.
Perforasi usus
Terjadi apabila abses menembus lapisan muscular dinding usus
besar. Sering mengakibatkan peritonitis yang monalitasnya tinggi.
Peritonitis juga dapat terjadi akibat pecahnya abses hati ameba.
Ameboma
Terjadi akibat infeksi kronik yang mengakibatkan reaksi
terbentuknya masa jaringan granulasi. Biasa terjadi di daerah sekum
dan rektosigmoid, sukar dibedakan dengan karsinoma usus besar.
Sering mengakibatkan ileus obstuktif atau penyempitan usus.
Intususepsi
Sering terjadi didaerah sekum ( caecocolic ), yang memerlukan
tindakan operasi segera.
Penyempitan usus
Dapat terjadi pada desentri kronik, akibat terbentuknya jaringan
ikat atau akibat ameboma.

V.

PATOFISIOLOGI
Trofozoit yang mula-mula hidup sebagai komensal didalam lumen usus
besar dapat berubah menjadi pathogen, menembus mukosa usus dan
menimbulkan ulkus. Faktor yang menyebabkan perubahan sifat trofozoit
tersebut sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Di duga baik faktor
kerentanan tubuh penderita, sifat keganasan ( virulensi ) ameba maupun
lingkungannya mempunyai peran faktor yang dapat menurunkan kerentanan
tubuh, misalnya kehamilan, kurang gizi, penyakit keganasan. Obat-obat
imunosupresif dan kortikosteroid. Sifat keganasan ameba ditentukan oleh
strainnya. Strain ameba di daerah tropis ternyata lebih ganas dari pada strain di
daerah sedang. Akan tetapi sifat keganasan tersebut tidak stabil, dapat berubah
apabila keadaan lingkungan mengizinkan. Beberapa faktor lingkungan yang di
duga berpengaruh misalnya suasana anaerob dan asam ( PH 0.6 6,5 ) adanya
bakteri, virus dan diet tinggi kolesterol, tinggi karbohidrat, rendah protein,
ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglumutase dan lisozim yang
dapat mengakibatkan kerusakan dan nekosis jaringan dinding usus. Bentuk
ulkus ameba sangat khas yaitu dilapisan mukosa sangat kecil, tetapi dilapisan
submukosa dan muskularis melebar ( mengaung ). Akibatnya terjadi ulkus
dipermukaan mukosa usus menonjol dan terjadi reaksi radang yang minimal.
Mukosa ulkus antara ulkus-ulkus tampak normal. Gambaran ini sangat
berlainan dengan disentri basilar, dimana mukosa usus meradang. Pada
pemeriksaan nikroskopik eksudat ulkus, tampak sel leukosit dalam jumlah
banyak, akan tetapi lebih sedikit jika dibandingkan dengan disentri basilar.
Tampak pula kristal charcot leyden dan kadang-kadang ditemukan trofozoit.
Ulkus yang terjadi dapat menimbulkan pendarahan dan apabila menembus
lapisan muscular akan terjadi perforasi dan peritonitis. Ulkus dapat terjadi
disemua bagian usus besar, tetapi berdasarkan frekuensinya, urutan tempatnya
adalah sekum, kolon asendens, rectum, sigmoid, apendiks, dan ileum terminalis.
Infeksi kronik dapat menimbulkan reaksi terbentuknya massa jaringan granulasi
yang disebut ameboma, yang sering terjadi didaerah sekum dan sigmoid. Dari
ulkus di dalam dinding usus besar, ameba dapat mengadakan metastasis ke
hati lewat cabang vena porta dan menimbulkan abses hati. Emobilisasi lewat
pembuluh darah atau pembuluh getah bening dapat pula terjadi ke paru, otak
atau limfa dan menimbulkan abses di sana. Akan tetapi peristiwa ini jarang
terjadi.

DAFTAR PUSTAKA
-

Garcia EG. Treatment of amebiasis in southeast Asia. Med. Progr. 1981; 8:


11-14.
Latonio AA. Treatment of amebiasis : remidars and pit falis. Med. Progr.
1976; 5: 13-14.

También podría gustarte