Está en la página 1de 3

KREDENSIAL PERAWAT KOMUNITAS VS WACANA SATU DESA SATU PERAWAT

Ita Apriliyani, S.Kep., Ners


(Mahasiswa Magister Keperawatan Universitas Diponegoro)
Perawat sekarang ini boleh bernafas lega karena sekarang sudah disahkan Undang-undang
keperawatan tahun 2014 yang lalu. Salah satu hal yang dibahas didalam undang-undang keperawatan
adalah proses kredensial perawat. Kredensial merupakan bahasa serapan berasal dari bahasa
Inggris Credentialing yang artinya mandat. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan (PMK)
Nomor 49 Tahun 2013, Kredensial adalah suatu proses menjamin tenaga keperawatan kompeten dalam
memberikan pelayanan keperawatan dan kebidanan kepada pasien sesuai dengan standar profesi. Proses
kredensial merupakan salah satu cara profesi keperawatan mempertahankan standar praktik dan
akuntabilitas persiapan pendidikan anggotanya. Kredensial meliputi pemberian izin praktik (lisensi),
registrasi (pendaftaran), pemberian sertifikat (sertifikasi) dan akreditasi ( Kozier Erb, 1990). Salah satu
tujuan kredensial keperawatan menurut Himpunan Peraturan Perundang-undangan
Bidang Tenaga Kesehatan (2005), adalah melindungi masyarakat atas tindakan keperawatan
yang dilakukan.

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, bagaimana dengan kredensial


perawat komunitas yang selama ini diidentikkan dengan dokter kecil di
Puskesmas yang lebih sering mengerjakan tugas diluar tupoksinya. Sebagai salah satu
contoh yang penulis temukan di satu desa di Kabupaten Purbalingga, dimana terjadi kasus sodomi pada
anak dibawah umur yang dalam penanganannya tidak dijumpai keterlibatan dari perawat puskesmas
terdekat. Disisi lain, adanya wacana satu desa satu perawat merupakan angin segar yang mestinya bisa
direspon dengan baik oleh semua lini profesi ini. Namun hal ini menjadi bias jika proses kredensial
perawatnya juga belum baku (kompetensi tidak disertai dengan kewenangan dan pengakuan). Sudah
saatnya perawat mengenal jatidirinya dengan cara mengembangkan kapasitas diri sesuai passionnya
masing-masing. Bagi perawat komunitas yang keberadaannya sangat dekat dengan masyarakat, proses
kredensial ini harusnya mendapat perhatian dari semua pihak tidak terkecuali organisasi profesi. Ini PR
yang tidak akan bisa selesai jika semua pihak masih memegang egosentris pribadi, dan ketiadaan
minat untuk duduk satu meja dalam rangka menyamakan suhu, semangat khususnya dengan perawat
yang berada di komunitas, sehingga adanya kontinuitas pelayanan keperawatan menjadi lebih bermakna

dan masyarakat akan semakin merasakan kepuasan dalam pelayanan keperawatan disemua tataran
pelayanan.
*****************************
Mohon maaf mbak ita agak telat balas emailnya, sebagai sharing informasi, pengalaman utk saling
membantu, mungkin ini pendapat saya yg masih awam ttg dunia kepenulisan, mohon maaf jika ada
kesalahan dari saya juga.. hehe :
1. (terkait dengan tema sudah menarik, tapi mohon maaf mbak kalo ada frase VS itu menurut saya bisa
diganti dengan kata yang lain, karena terkesan antara variabel kredensial perawat komunitas solah-olah
berlawanan dengan wacana program perawat desa, tapi tergantung mbak ita sebagai penulis yang lebih
berhak menentukan )
2. (artikel bisa ditambah, karena biasanya setiap opini artikel di koran berkisar 700 800 kata, artikel ini
hanya 316 kata/word..)
3. (maksud dari paragraf 1 ke paragraf 2, masih belum ada penghubung, seharusnya ada paragraf
penghubung yang menjelaskan ttg keperawatan komunitas beserta peran dan fungsinya, hehe,, ini kan
bisa menambah perbendaharaan kata artikelx mbk ita ..).
4. (pembahasaan terkait wacana program satu desa satu perawat, mungkin bisa dijelaskan sedikit ttg
apa, bagaimana proses wacana program itu berjalan, dan kaitanya dgn perawat komunitas, sehingga
kredensial bagi perawat di masyarakat sangat diperlukan, mungkin mbak ita lebih baiknya, jika ada data
terkait itu, maksudnya data dari pemerintah yg ingin menggulirkan program tsb)
*******************
Semarang, 08 November 2016
Penulis

DAFTAR REFERENSI PENULISAN :

Asmadi, (2008). Konsep Dasar Keperawatan: Buku kedokteran EGC, Jakarta


Sue C. Delaune, Patricia K. Ladner, (2002). Skills Checklist to Accompany Fundamentals of Nursing Standards
& Practices:Thomson Learning, USA

Undang Undang No 38. tahun 2014 tentang Keperawatan


http://www.inna-ppni.or.id
http://www.academia.ed/Nursing_model
https://medianers.blogspot.co.id/
http://inursecare.com/
http://www.theglobejournal.com/

RIWAYAT PENULIS
DATA PRIBADI

DATA PRIBADI

Nama Lengkap
Jenis Kelamin
Tempat, Tanggal Lahir
Agama
Status
Alamat
No.Telp
E-mail

Ita Apriliyani, S.Kep.,Ners


Perempuan
Purbalingga, 23 April 1982
Islam
Menikah
Karangasem Rt 03 Rw 03 Kertanegara,
Purbalingga 53358
085 910 976 60
gitisya4ever@gmail.com

Pendidikan Formal

RIWAYAT PENDIDIKAN
SD Negeri 2 Karangasem, Kertanegara, Purbalingga

1993

SMP Negeri 1 Bobotsari, Purbalingga

1996

SMU Negeri 1 Bobotsari, Purbalingga, Jawa Tengah

1999

Akademi Keperawatan Mamba'ul Ulum Surakarta

2002

Fakultas

Ilmu

Keperawatan

Universitas

Padjadjaran

Bandung

Magister
Semarang

Keperawatan

Universitas

Diponegoro

2007

Sekarang

También podría gustarte