Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Ansietas
Definisi :
Keadaan dimana individu/kelompok mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini)
dan aktivasi system syaraf autonom dalam berespons terhadap ancaman tidak jelas, non
spesifik.
Faktor yang berhubungan
Patofisiologi
Setiap faktor yang mengganggu kebutuhan dasar manusia akan makanan, air,
kenyamanan, dan keamanan.
Situasional
Berhubungan dengan ancaman aktual atau yang dirasakan terhadap konsep diri :
Kehilangan benda-benda yang dimiliki
Kegagalan (atau keberhasilan)
Perubahan dalam status atau prestise
Kurang penghargaan dari orang lain
Dilema etik
Berhubungan dengan kehilangan orang terdekat (aktual atau risti) :
Kematian
Perceraian
Tekanan budaya
Perpindahan
Perpisahan sementara atau permanen
Berhubungan dengan ancaman integritas biologis (aktual atau risti) :
Menjelang kematian
Serangan
Penyakit
Prosedur invasif
Berhubungan dengan perubahan dalam lingkungan (aktual atau risti) :
Perawatan rumah sakit
Perpindahan
Pensiun
Bahaya terhadap keamanan
Polutan lingkungan
Berhubungan dengan perubahan status sosioekonomi (aktual atau risti) :
Pengangguran
Pekerjaan baru
Promosi
Berhubungan dengan transmisi ansietas orang lain terhadap individu.
Maturasional
Bayi/anak
Berhubungan dengan perpisahan
d. Waspada terhadap perhatian anda sendiri dan hindari ansietas yang timbal balik
e. Perlihatkan rasa empati (mis ; datang dengan tenang, menyentuh, membiarkan
menangis, berbicara)
3. Singkirkan stimulasi yang berlebih (mis; tempatkan klien di ruangan yang lebih
tenang); batasi kontak dengan orang lain
4. Apabila ansietas telah berkurang, bantu klien untuk mengenali ansietas dengan tujuan
untuk mulai memahami atau memecahkan masalah
a. Berikan dorongan klien untuk mengingat dan menganalisa peristiwa ansietas serupa.
b. Gali perilaku alternatif apa yang mungkin telah digunakan jika kopingnya maladaptif.
5. Bantu klien yang sedang marah
a. identifikasi adanya marah (mis; perasaan frustasi, ansietas, ketidakberdayaan, adanya
peka rangsang, berbicara meledak-ledak)
b. Kenali reaksi anda terhadap perilaku klien; waspadai perasaan anda sendiri dalam
bekerja dengan individu yang sedang marah.
c. Bantu dalam membuat hubungan antara frustasi dengan perasaan selanjutnya.
d. Sebutkan batasan-batasan dengan jelas; katakan pada individu apa yang benar-benar
diharapkan (mis; Saya tidak dapat membiarkan anda berteriak[melempar benda-benda,
dsb]).
e. Ketika menyebutkan perilaku yang tidak dapat diterima, berikan suatu alternatif (mis;
beri ruangan yang tenang, aktifitas fisik, kesempatan untuk berkomunikasi dari hati ke
hati)
f. Kembangkan strategi modifikasi perilaku; bicarakan dengan seluruh personil yang
terlibat agar konsisten
g. Lakukan interaksi dengan klien apabila dia tidak banyak menuntut atau manipulatif
6. Bila berkenan, berikan aktifitas yang dapat mengurangi ketegangan (mis; aktivitas
fisik, permainan-permainan)
7. Bantu anak yang sedang marah
a. Berikan dorongan pada anak untuk mengungkapkan kemarahannya (mis; Apa yang
kamu rasakan ketika disuntik?, Bagaimana perasaanmu jika Mimin tidak mau bermain
denganmu?)
b. Katakan pada anak bahwa marah adalah hal yang biasa (mis;Saya kadang-kadang
marah jika saya tidak mendapatkan apa yang saya inginkan.)
c. Berikan dorongan dan biarkan anak untuk mengekspresikan marah dalam cara yang
dapat diterima (mis; berbicara keras-keras, memukul mainan, berlari keluar mengelilingi
rumah)
8. Untuk orang-orang yang diidentifikasi mengalami ansietas kronis dan mekanisme
koping maladaptif, rujuk untuk penanganan psikiatrik berkelanjutan
http://nursingart.blogspot.com/2008/08/askep-ansietas.html
Anxiety Disorder
Gangguan Kecemasan
Artikel Psikologi | 04/2008 | Pikirdong | Psikologi
Peringatan
Kecemasan merupakan hal yang normal terjadi pada setiap individu, reaksi umum
terhadap stress kadang dengan disertai kemunculan kecemasan. Namun kecemasan itu
dikatakan menyimpang bila individu tidak dapat meredam (merepresikan) rasa cemas
tersebut dalam situasi dimana kebanyakan orang mampu menanganinya tanpa adanya
kesulitan yang berarti.
Kecemasan dapat muncul pada situasi tertentu seperti berbicara didepan umum, tekanan
pekerjaan yang tinggi, menghadapi ujian. Situasi-situasi tersebut dapat memicu
munculnya kecemasan bahkan rasa takut. Namun, gangguan kecemasan muncul bila rasa
cemas tersebut terus berlangsung lama, terjadi perubahan perilaku, atau terjadinya
perubahan metabolisme tubuh.
Gangguan kecemasan diperkirakan mengidap 1 dari 10 orang. Menurut data National
Institute of Mental Health (2005) di Amerika Serikat terdapat 40 juta orang mengalami
gangguan kecemasan pada usia 18 tahun sampai pada usia lanjut.
Secara fisik beberapa gejala kecemasan ditandai dengan ketegangan pada otot (mudah
pegal), berkeringat, sesak nafas atau tarikan nafas pendek, mudah merasa pusing, dan
dada sering sesak. Pada abad 19, kecemasan dianggap sebagi bentuk dari kerusakan atau
gangguan dari pernafasan, Sigmund Freud mengidentifikasi kecemasan sebagai bentuk
neurosis. Freud meyakini kemunculan rasa cemas diakibatkan sifat instinktif atau
dorongan seksual pada individu tidak tersalurkan secara tepat. Akibatnya, kecemasan
timbul sebagai bentuk pertahanan diri untuk merepresi dorongan-dorongan tersebut. Bila
tahap represi ini tidak tepat memunculkan gangguan neurosis kecemasan.
Ahli psikoanalisa beranggapan bahwa penyebab kecemasan neurotik dengan memasukan
persepsi diri sendiri, dimana individu beranggapan bahwa dirinya dalam
ketidakberdayaan, tidak mampu mengatasi masalah, rasa takut akan perpisahan,
terabaikan dan sebagai bentuk penolakan dari orang yang dicintainya. Perasaan-perasaam
tersebut terletak dalam pikiran bawah sadar yang tidak disadari oleh individu.
Berbeda dengan pendapat psikoanalisa, ahli psikologi teori belajar beranggapan bahwa
kecemasan lebih disebabkan peristiwa eksternal dibandingkan konflik internal dalam
pribadi individu. Adanya pengkondisian yang siap (prepared conditioning) pada individu
membuat individu semakin siap dalam menghadapi pelbagai situasi stressor dikemudian
hari.
Analisis kognitif munculnya kecemasan disebabkan oleh bagaimana individu memikirkan
situasi dan kemungkinan-kemungkinan bahaya yang mungkin dapat muncul. Pikiranpikiran tersebut kadang tidak realistik, individu cenderung untuk menambahkan tingkat
bahaya tersebut dibandingkan pada orang normal yang menilai "tidak begitu berbahaya".
Akibatnya indvidu meningkatkan tingkat kewaspadaan secara berlebihan (tentunya
dengan ada rasa cemas berlebihan) dan mencari-cari tanda bahaya. Misalnya saja suara
bising ditengah malam pada sebuah rumah, individu menginterpretasikan seebagai
perampokan dan sebagainya. Parahnya tingkat kecemasan sangat tergantung pada indvidu
bagaimana melakukan obsesi kecemasannya itu.
Kategori gangguan kecemasan menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders (DSM) IV yang sering dibahas diantaranya adalah;
1) Gangguan panik tanpa agoraphobia
2) Gangguan panik dengan agoraphobia
3) Agoraphobia tanpa riwayat gangguan panik
4) Phobia spesifik
5) Phobia sosial
6) Gangguan obsesif-kompulsif
7) Gangguan stres pasca traumatik
8) Gangguan stres akut
9) Gangguan kecemasan umum
10) Gangguan kecemasan yang tidak terdefinisi
diantara simtom tersebut tidak berpengaruh berat pada beberapa individu, lainnya sangat
mengganggu.
1) Berdebar diiringi dengan detak jantung yang cepat
Kecemasan memicu otak untuk memproduksi adrenalin secara berlebihan pada pembuluh
darah yang menyebabkan detak jantung semakin cepat dan memunculkan rasa berdebar.
Namun dalam beberapa kasus yang ditemukan individu yang mengalami gangguan
kecemasan kontinum detak jantung semakin lambat dibandingkan pada orang normal.
2) Rasa sakit atau nyeri pada dada
Kecemasan meningkatkan tekanan otot pada rongga dada. Beberapa individu dapat
merasakan rasa sakit atau nyeri pada dada, kondisi ini sering diartikan sebagai tanda
serangan jantung yang sebenarnya adalah bukan. Hal ini kadang menimbulkan rasa panik
yang justru memperburuk kondisi sebelumnya.
3) Rasa sesak napas
Ketika rasa cemas muncul, syaraf-syaraf impuls bereaksi berlebihan yang menimbulkan
sensasi dan sesak pernafasan, tarikan nafas menjadi pendek seperti kesulitan bernafas
karena kehilangan udara.
4) Berkeringat secara berlebihan
Selama kecemasan muncul terjadi kenaikan suhu tubuh yang tinggi. Keringat yang
muncul disebabkan otak mempersiapkan perencanaan fight or flight terhadap stressor
5) Kehilangan gairah seksual atau penurunan minat terhadap aktivitas seksual
6) Gangguan tidur
7) Tubuh gemetar
Gemetar adalah hal yang dapat dialami oleh orang-orang yang normal pada situasi yang
menakutkan atau membuatnya gugup, akan tetapi pada individu yang mengalami
gangguan kecemasan rasa takut dan gugup tersebut terekspresikan secara berlebihan, rasa
gemetar pada kaki, atau lengan maupun pada bagian anggota tubuh yang lain.
8) Tangan atau anggota tubuh menjadi dingin dan bekeringat
9) Kecemasan depresi memunculkan ide dan keinginan untuk bunuh diri
10) Gangguan kesehatan seperti sering merasakan sakit kepala (migrain).
Treatment
1) Terapi obat-obatan
2) Psikoterapi
Dalam psikoterapi, psikolog, konselor dan ahli terapis berusaha menyusun terapi
psikologis yang beragam untuk pengobatan yang disesuaikan dengan kepribadian klien.
Penerapan metode dapat secara personal maupun group (perkelompok). Psikiater
berusaha mengkombinasi pengobatan medis dan psikoterapi secara bersamaan. Perlu
untuk diketahui bahwa tidak ada pengobatan jenis gangguan kecemasan ini hanya
menggunakan satu cara saja, dibutuhkan lebih kombinasi untuk menyembuhkan
gangguan kompleks ini.
Terapi yang paling sering digunakan dalam perawatan kecemasan adalah cognitivebehavioural therapy (CBT). Pada CBT diberikan teknik pelatihan pernafasan atau
meditasi ketika kecemasan muncul, teknik ini diberikan untuk penderita kecemasan yang
disertai dengan serangan panik..
Support group juga diberikan dalam CBT, individu ditempatkan dalam group support
yang mendukung proses treatment. Group support dapat berupa sekelompok orang yang
memang telah dipersiapkan oleh konselor/terapis untuk mendukung proses terapi atau
keluarga juga dapat diambil sebagai group support ini.
Mencegah Kemunculan Gangguan Kecemasan
1) Kontrol pernafasan yang baik
Rasa cemas membuat tingkat pernafasan semakin cepat, hal ini disebabkan otak "bekerja"
memutuskan fight or flight ketika respon stres diterima oleh otak. Akibatnya suplai
oksigen untuk jaringan tubuh semakin meningkat, ketidakseimbangan jumlah oksigen
dan karbondiosida di dalam otak membuat tubuh gemetar, kesulitan bernafas, tubuh
menjadi lemah dan gangguan visual. Ambil dalam-dalam sampai memenuhi paru-paru,
lepaskan dengan perlahan-lahan akan membuat tubuh jadi nyaman, mengontrol
pernafasan juga dapat menghindari srangan panik.
2) Melakukan relaksasi
Kecemasan meningkatkan tension otot, tubuh menjadi pegal terutama pada leher, kepala
dan rasa nyeri pada dada. Cara yang dapat ditempuh dengan melakukan teknik relaksasi
dengan cara duduk atau berbaring, lakukan teknik pernafasan, usahakanlah menemukan
kenyamanan selama 30 menit.
3) Intervensi kognitif
Kecemasan timbul akibat ketidakberdayaan dalam menghadapi permasalahan, pikiranpikiran negatif secara terus-menerus berkembang dalam pikiran. caranya adalah dengan
melakukan intervensi pikiran negatif dengan pikiran positif, sugesti diri dengan hal yang
positif, singkirkan pikiran-pikiran yang tidak realistik. Bila tubuh dan pikiran dapat
merasakan kenyamanan maka pikiran-pikiran positif yang lebih konstruktif dapat
meuncul. Ide-ide kreatif dapat dikembangkan dalam menyelesaikan permasalahan.
4) Pendekatan agama
Pendekatan agama akan memberikan rasa nyaman terhadap pikiran, kedekatan terhadap
Tuhan dan doa-doa yang disampaikan akan memberikan harapan-harapan positif.
Dalam Islam, sholat dan metode zikir ditengah malam akan memberikan rasa nyaman
dan rasa percaya diri lebih dalam menghadapi masalah. Rasa cemas akan turun. Tindakan
bunuh diri dilarang dalam Islam, bila iman semakin kuat maka dorongan bunuh diri
(tentamina Suicidum) pada simtom depresi akan hilang. Metode zikir (berupa Asmaul
Husna) juga efektif menyembuhkan insomnia.
5) Pendekatan keluarga
Dukungan (supportif) keluarga efektif mengurangi kecemasan. Jangan ragu untuk
menceritakan permasalahan yang dihadapi bersama-sama anggota keluarga. Ceritakan
masalah yang dihadapi secara tenang, katakan bahwa kondisi Anda saat ini sangat tidak