Está en la página 1de 11

Askep ansietas

Ansietas
Definisi :
Keadaan dimana individu/kelompok mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini)
dan aktivasi system syaraf autonom dalam berespons terhadap ancaman tidak jelas, non
spesifik.
Faktor yang berhubungan
Patofisiologi
Setiap faktor yang mengganggu kebutuhan dasar manusia akan makanan, air,
kenyamanan, dan keamanan.
Situasional
Berhubungan dengan ancaman aktual atau yang dirasakan terhadap konsep diri :
Kehilangan benda-benda yang dimiliki
Kegagalan (atau keberhasilan)
Perubahan dalam status atau prestise
Kurang penghargaan dari orang lain
Dilema etik
Berhubungan dengan kehilangan orang terdekat (aktual atau risti) :
Kematian
Perceraian
Tekanan budaya
Perpindahan
Perpisahan sementara atau permanen
Berhubungan dengan ancaman integritas biologis (aktual atau risti) :
Menjelang kematian
Serangan
Penyakit
Prosedur invasif
Berhubungan dengan perubahan dalam lingkungan (aktual atau risti) :
Perawatan rumah sakit
Perpindahan
Pensiun
Bahaya terhadap keamanan
Polutan lingkungan
Berhubungan dengan perubahan status sosioekonomi (aktual atau risti) :
Pengangguran
Pekerjaan baru
Promosi
Berhubungan dengan transmisi ansietas orang lain terhadap individu.
Maturasional
Bayi/anak
Berhubungan dengan perpisahan

Berhubungan dengan lingkungan atau orang asing


Berhubungan dengan perubahan hubungan sebaya
Remaja
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri :
Perkembangan seksual
Perubahan hubungan dengan teman sebaya
Dewasa
Berhubungan dengan konsep diri :
Kehamilan
Menjadi orang tua
Perubahan karir
Efek penuaan
Lansia
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri :
Kehilangan sensori
Kehilangan motorik
Masalah finansial
Perubahan pensiun
Data yang harus ada :
Fisiologi
Peningkatan frekwensi denyut jantung
Insomnia
Kenaikan tekanan darah
Keletihan dan kelamahan
Peningkatan frekwensi pernapasan
Semburat merah atau pucat
Diaforesis
Mulut kering
Dilatasi pupil
Pegal-pegal dan nyeri
Perubahan tinggi suara/suara tremor
Gemetar
Kegelisahan
Palpitasi
Pingsan/pusing
Mual-mual atau muntah
Parestesia
Sering berkemih
Bercak kemerahan
Diare
Emosional

Klien mengaku tentang


Keprihatinan
Ketidak-berdayaan
Kehilangan kontrol
Kegelisahan
Ketegangan atau menjadi sangat gembira
Ketidakmampuan untuk rileks
Ketidakberuntungan yang diantisipasi
Klien memperlihatkan
Peka rangsang/tidak sabar
Mengkritik diri sendiri dan orang lain
Marah meledak-ledak
Menarik diri
Menangis
Kurang inisiatif
Kecenderungan menyalahkan orang lain
Mencela diri sendiri
Reaksi terkejut
Kognitif
Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi
Kurang waspada terhadap lingkungan sekitar
Pelupa
Melamun
Berorientasi pada masa lalu
Pikiran buntu
Terlalu perhatian
Kriteria hasil
Seseorang akan :
1. Menggambarkan ansietas dan pola kopingnya
2. Menghubungkan peningkatan psikologi dan kenyamanan fisiologis
3. Menggunakan mekanisme koping yang efektif dalam menangani ansietas
Intervensi
1. Kaji ansietas : ringan, sedang, berat
2. Memberikan ketentraman dan kenyamanan hati
a. Tinggal bersama klien
b. Jangan atau meminta klien untuk membuat keputusan
c. Berbicara dengan tenang dan perlahan, menggunakan kalimat yang pendak dan
sederhana

d. Waspada terhadap perhatian anda sendiri dan hindari ansietas yang timbal balik
e. Perlihatkan rasa empati (mis ; datang dengan tenang, menyentuh, membiarkan
menangis, berbicara)
3. Singkirkan stimulasi yang berlebih (mis; tempatkan klien di ruangan yang lebih
tenang); batasi kontak dengan orang lain
4. Apabila ansietas telah berkurang, bantu klien untuk mengenali ansietas dengan tujuan
untuk mulai memahami atau memecahkan masalah
a. Berikan dorongan klien untuk mengingat dan menganalisa peristiwa ansietas serupa.
b. Gali perilaku alternatif apa yang mungkin telah digunakan jika kopingnya maladaptif.
5. Bantu klien yang sedang marah
a. identifikasi adanya marah (mis; perasaan frustasi, ansietas, ketidakberdayaan, adanya
peka rangsang, berbicara meledak-ledak)
b. Kenali reaksi anda terhadap perilaku klien; waspadai perasaan anda sendiri dalam
bekerja dengan individu yang sedang marah.
c. Bantu dalam membuat hubungan antara frustasi dengan perasaan selanjutnya.
d. Sebutkan batasan-batasan dengan jelas; katakan pada individu apa yang benar-benar
diharapkan (mis; Saya tidak dapat membiarkan anda berteriak[melempar benda-benda,
dsb]).
e. Ketika menyebutkan perilaku yang tidak dapat diterima, berikan suatu alternatif (mis;
beri ruangan yang tenang, aktifitas fisik, kesempatan untuk berkomunikasi dari hati ke
hati)
f. Kembangkan strategi modifikasi perilaku; bicarakan dengan seluruh personil yang
terlibat agar konsisten
g. Lakukan interaksi dengan klien apabila dia tidak banyak menuntut atau manipulatif
6. Bila berkenan, berikan aktifitas yang dapat mengurangi ketegangan (mis; aktivitas
fisik, permainan-permainan)
7. Bantu anak yang sedang marah
a. Berikan dorongan pada anak untuk mengungkapkan kemarahannya (mis; Apa yang
kamu rasakan ketika disuntik?, Bagaimana perasaanmu jika Mimin tidak mau bermain
denganmu?)
b. Katakan pada anak bahwa marah adalah hal yang biasa (mis;Saya kadang-kadang
marah jika saya tidak mendapatkan apa yang saya inginkan.)
c. Berikan dorongan dan biarkan anak untuk mengekspresikan marah dalam cara yang
dapat diterima (mis; berbicara keras-keras, memukul mainan, berlari keluar mengelilingi
rumah)
8. Untuk orang-orang yang diidentifikasi mengalami ansietas kronis dan mekanisme
koping maladaptif, rujuk untuk penanganan psikiatrik berkelanjutan
http://nursingart.blogspot.com/2008/08/askep-ansietas.html

Anxiety Disorder
Gangguan Kecemasan
Artikel Psikologi | 04/2008 | Pikirdong | Psikologi

Peringatan

Website pikirdong hanya memberikan informasi semata mengenai beberapa simtom,


artikel psikologi, kesehatan, termasuk kemungkinan di dalamnya tersebut nama-nama
alat test psikologi atau obat-obatan. Artikel ini tidak boleh dijadikan sebagai rujukan atau
acuan untuk diagnosa ke dokter. Perbedaan diagnosa dan informasi yang Anda peroleh
selama perawatan tanyakanlah pada mereka yang berkompeten dibidangnya. Janganlah
ragu apa yang mereka katakan bila berbeda dengan informasi yang kami sampaikan.
Tanyakanlah informasi secara jelas pada mereka yang telah terjun secara profesional
dibidangnya.

Kecemasan merupakan hal yang normal terjadi pada setiap individu, reaksi umum
terhadap stress kadang dengan disertai kemunculan kecemasan. Namun kecemasan itu
dikatakan menyimpang bila individu tidak dapat meredam (merepresikan) rasa cemas
tersebut dalam situasi dimana kebanyakan orang mampu menanganinya tanpa adanya
kesulitan yang berarti.
Kecemasan dapat muncul pada situasi tertentu seperti berbicara didepan umum, tekanan
pekerjaan yang tinggi, menghadapi ujian. Situasi-situasi tersebut dapat memicu
munculnya kecemasan bahkan rasa takut. Namun, gangguan kecemasan muncul bila rasa
cemas tersebut terus berlangsung lama, terjadi perubahan perilaku, atau terjadinya
perubahan metabolisme tubuh.
Gangguan kecemasan diperkirakan mengidap 1 dari 10 orang. Menurut data National
Institute of Mental Health (2005) di Amerika Serikat terdapat 40 juta orang mengalami
gangguan kecemasan pada usia 18 tahun sampai pada usia lanjut.

Secara fisik beberapa gejala kecemasan ditandai dengan ketegangan pada otot (mudah
pegal), berkeringat, sesak nafas atau tarikan nafas pendek, mudah merasa pusing, dan
dada sering sesak. Pada abad 19, kecemasan dianggap sebagi bentuk dari kerusakan atau
gangguan dari pernafasan, Sigmund Freud mengidentifikasi kecemasan sebagai bentuk
neurosis. Freud meyakini kemunculan rasa cemas diakibatkan sifat instinktif atau

dorongan seksual pada individu tidak tersalurkan secara tepat. Akibatnya, kecemasan
timbul sebagai bentuk pertahanan diri untuk merepresi dorongan-dorongan tersebut. Bila
tahap represi ini tidak tepat memunculkan gangguan neurosis kecemasan.
Ahli psikoanalisa beranggapan bahwa penyebab kecemasan neurotik dengan memasukan
persepsi diri sendiri, dimana individu beranggapan bahwa dirinya dalam
ketidakberdayaan, tidak mampu mengatasi masalah, rasa takut akan perpisahan,
terabaikan dan sebagai bentuk penolakan dari orang yang dicintainya. Perasaan-perasaam
tersebut terletak dalam pikiran bawah sadar yang tidak disadari oleh individu.
Berbeda dengan pendapat psikoanalisa, ahli psikologi teori belajar beranggapan bahwa
kecemasan lebih disebabkan peristiwa eksternal dibandingkan konflik internal dalam
pribadi individu. Adanya pengkondisian yang siap (prepared conditioning) pada individu
membuat individu semakin siap dalam menghadapi pelbagai situasi stressor dikemudian
hari.
Analisis kognitif munculnya kecemasan disebabkan oleh bagaimana individu memikirkan
situasi dan kemungkinan-kemungkinan bahaya yang mungkin dapat muncul. Pikiranpikiran tersebut kadang tidak realistik, individu cenderung untuk menambahkan tingkat
bahaya tersebut dibandingkan pada orang normal yang menilai "tidak begitu berbahaya".
Akibatnya indvidu meningkatkan tingkat kewaspadaan secara berlebihan (tentunya
dengan ada rasa cemas berlebihan) dan mencari-cari tanda bahaya. Misalnya saja suara
bising ditengah malam pada sebuah rumah, individu menginterpretasikan seebagai
perampokan dan sebagainya. Parahnya tingkat kecemasan sangat tergantung pada indvidu
bagaimana melakukan obsesi kecemasannya itu.
Kategori gangguan kecemasan menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders (DSM) IV yang sering dibahas diantaranya adalah;
1) Gangguan panik tanpa agoraphobia
2) Gangguan panik dengan agoraphobia
3) Agoraphobia tanpa riwayat gangguan panik
4) Phobia spesifik
5) Phobia sosial
6) Gangguan obsesif-kompulsif
7) Gangguan stres pasca traumatik
8) Gangguan stres akut
9) Gangguan kecemasan umum
10) Gangguan kecemasan yang tidak terdefinisi

Gejala Umum Kecemasan


Setiap orang mempunyai reaksi yang berbeda terhadap stres tergantung pada kondisi
masing-masing individu, beberapa simtom yang muncul tidaklah sama. Kadang beberapa

diantara simtom tersebut tidak berpengaruh berat pada beberapa individu, lainnya sangat
mengganggu.
1) Berdebar diiringi dengan detak jantung yang cepat
Kecemasan memicu otak untuk memproduksi adrenalin secara berlebihan pada pembuluh
darah yang menyebabkan detak jantung semakin cepat dan memunculkan rasa berdebar.
Namun dalam beberapa kasus yang ditemukan individu yang mengalami gangguan
kecemasan kontinum detak jantung semakin lambat dibandingkan pada orang normal.
2) Rasa sakit atau nyeri pada dada
Kecemasan meningkatkan tekanan otot pada rongga dada. Beberapa individu dapat
merasakan rasa sakit atau nyeri pada dada, kondisi ini sering diartikan sebagai tanda
serangan jantung yang sebenarnya adalah bukan. Hal ini kadang menimbulkan rasa panik
yang justru memperburuk kondisi sebelumnya.
3) Rasa sesak napas
Ketika rasa cemas muncul, syaraf-syaraf impuls bereaksi berlebihan yang menimbulkan
sensasi dan sesak pernafasan, tarikan nafas menjadi pendek seperti kesulitan bernafas
karena kehilangan udara.
4) Berkeringat secara berlebihan
Selama kecemasan muncul terjadi kenaikan suhu tubuh yang tinggi. Keringat yang
muncul disebabkan otak mempersiapkan perencanaan fight or flight terhadap stressor
5) Kehilangan gairah seksual atau penurunan minat terhadap aktivitas seksual
6) Gangguan tidur
7) Tubuh gemetar
Gemetar adalah hal yang dapat dialami oleh orang-orang yang normal pada situasi yang
menakutkan atau membuatnya gugup, akan tetapi pada individu yang mengalami
gangguan kecemasan rasa takut dan gugup tersebut terekspresikan secara berlebihan, rasa
gemetar pada kaki, atau lengan maupun pada bagian anggota tubuh yang lain.
8) Tangan atau anggota tubuh menjadi dingin dan bekeringat
9) Kecemasan depresi memunculkan ide dan keinginan untuk bunuh diri
10) Gangguan kesehatan seperti sering merasakan sakit kepala (migrain).
Treatment
1) Terapi obat-obatan

Neurotransmiter utama terhadap gangguan kecemasan dengan melihat hasil laboratorium


dengan mencheck peningkatan norepinefrin, serotonin dan gamma aminobutryc acid
(GABA). Dengan positron emission tomography (PET) juga ditemukan kelainan
(disregulasi) pembuluh darah serebral.
Biasanya untuk kecemasan dokter menganjurkan penggunaan obat psikoleptik, yaitu
benzodiazepines dalam dosis rendah. Jenis obat-obat ini adalah Diazepam,
Klordiazepoksid, Lorazepam, Klobazam, Bromazepam, Oksazolam, Klorazepat,
Alprazolam atau Prazepam.
Penggunaan obat anti kecemasan haruslah melalui kontrol dari dokter secara ketat,
penggunaan obat-obat antiansietas dapat mengakibatkan beberapa efek samping. Pasien
dengan riwayat penyakit hati kronik, ginjal dan paru haruslah diperhatikan pemakaian
obat-obatan ini. Pada anak dan orangtua dapat juga memberikan reaksi seperti yang tidak
diharapkan (paradoxes reaction) seperti meningkatkan kegelisahan, ketegangan otot,
disinhibisi atau gangguan tidur.
Beberapa efek samping penggunaan obat antiansietas
- Sedative (rasa mengantuk, kewaspadaan menurun, kerja psikomotorik menurun, dan
kemampuan kognitif melemah)
- Rasa lemas dan cepat lelah
- Adiktif walaupun sifatnya lebih ringan dari narkotika. Ketergantungan obat biasanya
terjadi pada individu peminum alkohol, pengguna narkoba (maksimum pemberian obat
selama 3 bulan)
- Penghentian obat secara mendadak memberikan gejala putus obat (rebound
phenomenon) seperti kegelisahan, keringat dingin, bingung, tremor, palpitasi atau
insomnia.

2) Psikoterapi
Dalam psikoterapi, psikolog, konselor dan ahli terapis berusaha menyusun terapi
psikologis yang beragam untuk pengobatan yang disesuaikan dengan kepribadian klien.
Penerapan metode dapat secara personal maupun group (perkelompok). Psikiater
berusaha mengkombinasi pengobatan medis dan psikoterapi secara bersamaan. Perlu
untuk diketahui bahwa tidak ada pengobatan jenis gangguan kecemasan ini hanya
menggunakan satu cara saja, dibutuhkan lebih kombinasi untuk menyembuhkan
gangguan kompleks ini.
Terapi yang paling sering digunakan dalam perawatan kecemasan adalah cognitivebehavioural therapy (CBT). Pada CBT diberikan teknik pelatihan pernafasan atau
meditasi ketika kecemasan muncul, teknik ini diberikan untuk penderita kecemasan yang
disertai dengan serangan panik..

Support group juga diberikan dalam CBT, individu ditempatkan dalam group support
yang mendukung proses treatment. Group support dapat berupa sekelompok orang yang
memang telah dipersiapkan oleh konselor/terapis untuk mendukung proses terapi atau
keluarga juga dapat diambil sebagai group support ini.
Mencegah Kemunculan Gangguan Kecemasan
1) Kontrol pernafasan yang baik
Rasa cemas membuat tingkat pernafasan semakin cepat, hal ini disebabkan otak "bekerja"
memutuskan fight or flight ketika respon stres diterima oleh otak. Akibatnya suplai
oksigen untuk jaringan tubuh semakin meningkat, ketidakseimbangan jumlah oksigen
dan karbondiosida di dalam otak membuat tubuh gemetar, kesulitan bernafas, tubuh
menjadi lemah dan gangguan visual. Ambil dalam-dalam sampai memenuhi paru-paru,
lepaskan dengan perlahan-lahan akan membuat tubuh jadi nyaman, mengontrol
pernafasan juga dapat menghindari srangan panik.
2) Melakukan relaksasi
Kecemasan meningkatkan tension otot, tubuh menjadi pegal terutama pada leher, kepala
dan rasa nyeri pada dada. Cara yang dapat ditempuh dengan melakukan teknik relaksasi
dengan cara duduk atau berbaring, lakukan teknik pernafasan, usahakanlah menemukan
kenyamanan selama 30 menit.
3) Intervensi kognitif
Kecemasan timbul akibat ketidakberdayaan dalam menghadapi permasalahan, pikiranpikiran negatif secara terus-menerus berkembang dalam pikiran. caranya adalah dengan
melakukan intervensi pikiran negatif dengan pikiran positif, sugesti diri dengan hal yang
positif, singkirkan pikiran-pikiran yang tidak realistik. Bila tubuh dan pikiran dapat
merasakan kenyamanan maka pikiran-pikiran positif yang lebih konstruktif dapat
meuncul. Ide-ide kreatif dapat dikembangkan dalam menyelesaikan permasalahan.
4) Pendekatan agama
Pendekatan agama akan memberikan rasa nyaman terhadap pikiran, kedekatan terhadap
Tuhan dan doa-doa yang disampaikan akan memberikan harapan-harapan positif.
Dalam Islam, sholat dan metode zikir ditengah malam akan memberikan rasa nyaman
dan rasa percaya diri lebih dalam menghadapi masalah. Rasa cemas akan turun. Tindakan
bunuh diri dilarang dalam Islam, bila iman semakin kuat maka dorongan bunuh diri
(tentamina Suicidum) pada simtom depresi akan hilang. Metode zikir (berupa Asmaul
Husna) juga efektif menyembuhkan insomnia.
5) Pendekatan keluarga
Dukungan (supportif) keluarga efektif mengurangi kecemasan. Jangan ragu untuk
menceritakan permasalahan yang dihadapi bersama-sama anggota keluarga. Ceritakan
masalah yang dihadapi secara tenang, katakan bahwa kondisi Anda saat ini sangat tidak

menguntungkan dan membutuhkan dukungan anggota keluarga lainnya. Mereka akan


berusaha bersama-sama Anda untuk memecahakan masalah Anda yang terbaik.
6) Olahraga
Olahraga tidak hanya baik untuk kesehatan. Olaharaga akan menyalurkan tumpukan stres
secara positif. Lakukan olahraga yang tidak memberatkan, dan memberikan rasa nyaman
kepada diri Anda. [PD]
http://www.pikirdong.org/psikologi/psi18axdi.php

También podría gustarte