Está en la página 1de 2

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN DEMAM TIFOID

PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT


KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2013
Demam tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi
dan paratyphi ditandai dengan keluhan dan gejala penyakit yang tidak khas, berupa demam
yang berlangsung lama, sakit kepala, nyeri sendi, sakit tenggorokan, sembelit (biasanya pada
dewasa), penurunan nafsu makan, nyeri perut, terkadang nyeri saat buang air kecil dan batuk
yang disertai darah dari hidung, serta bintik-bintik kecil merah muda di dada dan perut pada
minggu kedua selama 2-5 hari (hanya terjadi pada sekitar 10%).Masa inkubasi penyakit
tergantung pada besarnya jumlah bakteri yang menginfeksi, biasanya berlangsung 3 hari
sampai dengan 1 bulan, rata-rata berlangsung 8-14 hari (WHO, 2003).
Gambaran klinis tifoid sangat bervariasi, dari gejala yang ringan sekali (sehingga
tidak terdiagnosis) dan dengan gejala yang khas (sindrom demam tifoid) sampai dengan
gejala klinis berat yang disertai komplikasi. Gambaran klinis juga bervariasi berdasarkan
daerah atau negara dan waktu kejadian. Gambaran klinis di negara berkembang bisa jadi
berbeda dengan negara maju, dan gambaran klinis pada tahun 2000 di daerah atau negara
yang sama bisa berbeda dengan kejadian pada tahun 1960 (Menkes, 2006).
Pada tahun 2000 diperkirakan demam tifoid menyebabkan lebih dari 21,6 juta
kesakitan dan 216.510 kematian, dan paratifoid menyebabkan lebih dari lima juta kesakitan.
Insidensi lebih dari 100/100000 penduduk per tahun terjadi di wilayah Asia Selatan, Asia
Tengah, Asia Tenggara dan wilayah bagian selatan Afrika. Dari jumlah tersebut, 70-80%
kasus dan kematian terjadi di Asia, dimana penyakit ini menjadi endemik (WHO, 2003).
Berdasarkan penelitian Buckle yang melakukan sistematik review pada beberapa
negara, angka kejadian demam tifoid dari tahun 1980 sampai dengan tahun 2009 bahwa ratarata angka kejadian demam tifoid dari 0,1/100.000 penduduk di Negara Eropa Timur dan
Eropa Tengah serta Asia sampai dengan 724,6/100.000 penduduk di Wilayah sub Afrika
Selatan. Sedangkan rata-rata angka kejadian paratifoid dari 0,8/100.000 penduduk di sub
Afrika dan Asia Selatan. Berdasarkan review tersebut, diperkirakan pada tahun 2010 angka
kejadian demam tifoid sebesar 13,5 juta atau antara 9,1-17,8 juta (Buckle et al., 2012).
Di Indonesia demam tifoid masih sangat endemis dan terjadi sepanjang tahun di
seluruh wilayah. Angka kejadian masih tinggi, berkisar antara 350-810/100.000 penduduk.
Demikian juga dari telaah kasus demam tifoid di rumah sakit besar di Indonesia,
menunjukkan angka kesakitan cenderung meningkat setiap tahun dengan rata-rata
500/100.000 penduduk. Angka kematian diperkirakan sebesar 0,6-5% (Menkes, 2006).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 bahwa prevalensi demam tifoid
klinis nasional adalah 1,6%, tersebar diseluruh kelompok umur dan merata pada umur
dewasa. Prevalensi tifoid klinis banyak ditemukan pada kelompok umur sekolah (5-14 tahun)
yaitu 1,9%, terendah pada bayi (0,8%) dan relatif lebih tinggi di wilayah pedesaan (1,8%)
dibandingkan perkotaan (1,2%). Prevalensi tifoid cenderung lebih tinggi pada kelompok
dengan pendidikan rendah (6,6%) dibandingkan kelompok berpendidikan tinggi (2,1%)
(Balitbangkes, 2008).
Demam tifoid juga masih menjadi masalah kesehatan utama di Kabupaten Kebumen.
Hal ini bisa dilihat pada kasus KLB Kabupaten Kebumen, data 10 besar penyakit dan
peningkatan kasus demam tifoid dari tahun ke tahun. Berdasarkan data dari profil Dinas
Kesehatan Kabupaten Kebumen, Kejadian Luar Biasa (KLB) demam tifoid terjadi pada tahun
2007 sampai dengan 2010 sebagaimana tersaji pada gambar 2 berikut :

Gambar 1. Attack Rate KLB Demam Tifoid Kabupaten Kebumen Tahun 2007-2011

También podría gustarte