Está en la página 1de 40

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

DI PT. PLN USB (SUB REGION BALI)


1

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Manajemen sebagai salah satu ilmu perilaku yang mencakup aspek sosial

dan eksak tidak terlepas dari tanggung jawab keselamatan dan kesehatan kerja,
baik segi perencanaan maupun pengambilan keputusan dan organisasi.
Baik kecelakaan kerja, gangguan kesehatan, maupun pencemaran
lingkungan harus merupakan bagian dari biaya produksi. Sekalipun sifatnya
sosial, setiap kecelakaan atau tingkat keparahannya tidak dapat dilepaskan dari
faktor ekonomi dalam suatu lingkungan kerja. Pencegahan kecelakaan dan
pemeliharaan hygiene dan kesehatan kerja tidak saja dinilai dari segi biaya
pencegahannya, tetapi juga dari segi manusianya.
Antara biaya kecelakaan dan biaya pencegahan terdapat beberapa pokok
yang berakar pada manajemen. Pokok pokok ini menentukan kebijaksanaan
perusahaan yang mengendalikan operasi. Kebijakan ini melahirkan satu atau dua
kemungkinan : hasil yang baik dan atau hasil yang merugikan sebagai akibat
kecelakaan. Untuk memperkecil kerugian ini, segala upaya perlu diadakan.
Selama biaya pencegahan masih lebih kecil dibanding faedahnya, perlu diadakan
usaha untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja.
1.1

Pengertian Keselamatan Kerja


Keselamatan kerja adalah suatu usaha pencegahan terhadap kecelakaan

kerja yang dapat mengakibatkan berbagai kerugian, baik kerugian harta benda
(rusaknya peralatan) maupun kerugian jiwa manusia (luka ringan, luka berat,
cacat atau tewas). Keselamatan kerja bertalian dengan keselamatan manusia,
mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja /
lingkungan kerja serta cara cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja
menyangkut segenap proses produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa,
keselamatan kerja adalah tugas untuk semua orang yang bekerja. Keselamatan
kerja adalah dari, oleh dan untuk setiap tenaga kerja serta orang lainnya juga

mayarakat pada umumnya. Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja
mengingat resiko bahayanya, adalah penerapan teknologi, terutama teknologi
yang lebih maju dan mutakhir.
1.2

Pengertian Kesehatan Kerja


Kesehatan kerja adalah ilmu kesehatan yang dimanifestasikan dalam

lingkungan masyarakat tenaga kerja dengan tujuan untuk meningkatkan dan


memelihara derajat kesehatan terhadap gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
penyakit umum dan penyakit akibat kerja.
2

Prosedur Keselamatan Kerja pada Instalasi Tegangan Tinggi


Prosedur kerja atau petunjuk kerja untuk keselamatan kerja adalah suatu

tata cara yang disusun secara sistematis dengan tujuan untuk menerapkan
peraturan peraturan keselamatan kerja dengan mudah dan jelas, sehinggan dapat
digunakan sebagai pedoman oleh para pekerja dan para pengawas serta
penanggung jawab pekerjaan untuk menyelenggarakan kerja yang aman bagi
manusia dan peralatan listrik yang termasuk dalam ruang lingkup pekerjaannya.
Prosedur keselamatan kerja sangat erat kaitannya dengan hal hal keamanan
personil, kelayakan peralatan kerja, dan keamanan peralatan listrik tegangan
tinggi berhubungan erat dengan keandalan sistem operasi dan kontinuitas
penyaluran tenaga listrik.
Kegiatan keselamatan kerja direncanakan / dipersiapkan sebelum
pekerjaan dimulai yang dalam pelaksanaannya merupakan prosedur atau langkah
langkah berurutan sedemikian rupa sehingga pelaksanaan pekerjaan pada
instalasi listrik tegangan tinggi berjalan aman dan lancar.
Kegiatan manuver peralatan instalasi listrik tegangan tinggi merupakan
tahapan pelaksanaan pekerjaan dari suatu rencana kerja pemeliharaan / perbaikan
instalasi transmisi / gardu induk yang telah disetujui bersama oleh PLN Sektor,
Unit Pengatur Beban (UPB) dan Area Pengatur Distribusi (APD). Pada waktu
pemeliharaan peralatan gardu induk dan SUTT, kegiatan keselamatan kerja dan
kegiatan manuver peralatan instalasi listrik sudah menjadi kegiatan rutin bagi

operator gardu induk bersama sama dengan Unit Pengatur Beban / Dispatcher
SCADA.
Rutinitas yang sudah berlangsung lama dan bersifat monoton ini
cenderung memberi peluang terjadinya kesalahan manuver atau kesalahan
prosedur pelaksanaan pekerjaan yang pada akhirnya juga dapat menimbulkan
kecelakaan kerja.perubahan organisasi PT. PLN (Persero) yang secara umum
menuntut agar perusahaan dikelola secara lebih profesional, efektif, efisien dan
andal, maka dalam upaya meningkatkan keandalan dan keselamatan kerja serta
pelayanan kepada konsumen, perlu adany suatu prosedur dalam melaksanakan
pekerjaan pada instalasi tegangan tinggi, khususnya yang menyangkut
keselamatan kerja. Dengan menerapkan prosedur ini secara benar dan sungguh
sungguh, disertai rasa kesadaran yang tinggi diharapkan akan didapat suatu zero
accident.
3

Struktur Organisasi dan Tugas Pokok Unit Transmisi dan Gardu


Induk
Unit Transmisi dan Gardu Induk (UTRAGI), adalah merupakan unit

pelaksana real time yang merupakan kepanjangan tangan dari PLN sektor yang
bersangkutan dalam melaksanakan operasi dan pemeliharaan instalasi tenaga
listrik tegangan tinggi (gardu induk dan transmisi) dilingkungan kerjanya. Dengan
tujuan agar diperoleh kelangsungan penyaluran tenaga listrik secara handal.
Di Unit Transmisi dan Gardu Induk inilah prosedur keselamatan kerja
pada instalasi tegangan tinggi / ekstra tinggi diterapkan / dilaksanakan. Supaya
dapat melaksanakan prosedur keselamatan kerja dengan baik, diperlukan job
description yang benar pada para pelaksana dan pengawas. Pelaksanaan ini harus
sesuai dengan peraturan dan buku petunjuk yang dikeluarkan dan diedarkan oleh
P.T. PLN (Persero). Dalam hal ini petunjuk dan peraturan ini telah diuji dan
disahkan oleh para ahli K3 dengan menggunakan peraturan yang ketat dan
menyeluruh, mengingat keselamatan kerja adalah tujuan utama dari pekerjaan
yang dilaksanakan.

Kepala Transmisi dan Gardu


Induk

Penyelia Menengah

Penyelia Dasar

Kepala Seksi
Operasi

Kepala Seksi Pemeliharaan


Transmisi dan GI

Kepala Seksi Tata


Usaha

Gardu Induk

Juru Administrasi
Pengusahaan Transmisi
dan GI

Teknisi Transmisi

Juru I Tata Usaha


Teknisi Gardu
Induk

Juru Satuan
Pengamatan

Keterangan :
Perintah langsung

Juru II Tata Usaha

Perintah tidak langsung

Gambar 1

Struktur Organisasi Unit Transmisi dan Gardu Induk

Tugas Pokok Unit transmisi dan Gardu Induk


Unit Transmisi dan Gardu Induk mempunyai tugas pokok melaksanakan

operasi dan pemeliharaan transmisi dan gardu induk. Untuk melaksanakan tugas
pokok sebagai unsur pelaksana, Unit transmisi dan Gardu Induk mempunyai
fungsi :
a.

pengoperasian transmisi tenaga listrik dan gardu induk

b.

pemeliharaan transmisi tenaga listrik dan gardu induk

c.

penanganan gangguan transmisi tenaga listrik dan gardu induk

d.

pelaporan keadaan transmisi tenaga listrik dan gardu induk

e.

penanganan pengadaan material / jasa sesuai kebutuhn dan


kewenagannya

f.

pengawasan kesehatan dan keselamatan kerja

untuk melaksanakan fungsi tersebut, transmisi dan gardu induk terdiri dari tiga
seksi, yaitu :
1.
a.

Seksi Operasi, mempunyai tugas :


membuat pedoman dan petunjuk dalam bidangnya untuk
kelancaran pelaksanaan pekerjaan

b.

melaksanakan operasi penyaluran tenaga listrik, yaitu sebagai


petugas pemeliharaan dan tenaga ahli dalam bidang transmisi

c.

mencatat data pengusahaan penyaluran tenaga listrik dan unjuk


kerja peralatan transmisi dan gardu induk

d.

membuat usulan rencan operasi berdasarkan kondisi dan


kemampuan operasi transmisi dan gardu induk

e.

melaksanakan pengawasan Kesehatan dan Keselamatan Kerja


(K3) pada setiap pekerjaan pemeliharaan

f.

membuat laporan berkala sesuai bidang tugasnya

g.

melaksanakan tanggung jawab pokoknya

2.

Seksi Pemeliharaan, mempunyai tugas jabatan :

a.

Membuat pedoman dan petunjuk dalam bidangnya untuk kelancaran


pelaksanaan pekerjaan

b.

Melaksanakan pemeliharaan rutin Transmisi dan Gardu Induk

c.

Membuat usulan rencana pemeliharaan Transmisi dan Gardu Induk

d.

Menghimpun data kerusakan dan gangguan peralatan Transmisi dan


Gardu Induk sebagai bahan masukan untuk evaluasi kinerja peralatan

e.

Membuat usulan rencana peningkatan keandalan dairi kinerja


peralatan Transmisi dan Gardu lnduk berdasarkan evaluasi yang dilakukan

f.

Membuat laporan berkala sesuai bidang tugasnya

g.

Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lain sesuai kewajiban dan


tanggung jawab pokoknya

3.

Seksi Tata Usaha, mempunyai tugas jabatan :

a.

Membuat pcdoman dan petunjuk dalarn bidangnya untuk kelancaran


pelaksana pekerjaan

b.

Melaksanakan

tata

Usaha

kesekretariatan.

keuangan

dan

kepegawaian pada Transmisi dan Gardu Induk


c.

Melaksanakan pengadaan barang/jasa pekerjaan yang meliputi


pengadaan material pemeliharaan dan jasa sesuai kewenangan Unit Transmisi dan
Gardu Induk

d.

Melaksanakan pembinaan keamanan dan ketertiban Transmisi dan


Gardu Induk

e.

Membuat Laporan berkala sesuai bidang tugasnya

f.

Melaksanakan tugas-tugas kedinasan Iain sesuai kewajiban dan


tanggung jawab pokoknya

Penunjukan Pengawas dan Tanggung Jawabnya


Untuk menerapkan prosedur keselamatan kerja pada instalasi tegangan

tinggi di unit unit transmisi dan gardu induk, maka perlu ditunjuk para
pengawas yang terdiri dari :
a.

Pengawas Manuver, yaitu Kepala Seksi Operasi Unit TRAGI

b.

Pengawas Pekerjaan, yaitu Kepala Seksi Pemeliharaan Unit TRAGI

c.

Pengawas K3, yaitu Petugas Pemeliharaan Senior yang mempunyai


pengalaman dan keahlian dalam bidang pemeliharaan dan pencegahan
kecelakaan dari Unit TRAGI maupun kantor Sektor

d.

Penanggungjawab Pekerjaan, yaitu kepala Unit TRAGI

4.1 Tugas dan Tanggung Jawab


Pengawas Manuver

Prosedur
Keselamatan Kerja
pada Instalasi
Tegangan Tinggi

Pengawas Pekerjaan

Pengawas K3

Penanggung Jawab

Gambar 2 Para pengawas untuk melaksanakan prosedur keselamatan kerja pada instalasi tegangan
tinggi.

Tugas dan tanggung jawab para pengawas tersebut adalah sebagai berikut :

Pengawas Manuver

Mengawasi pelaksanaan manuver, mengawasi pemasangan atau pelepasan


sistem pentanahan, menjaga keamanan instalasi dan menghindari kesalahan
manuver yang dilakukan pelaksana manuver (operator)

Mengawasi

Pegawas Pekerjaan
pelaksanaan

pemeliharaan

instalasi

yang

meliputi

metode

pelaksanaan pemakaian alat kerja, pemakaian material, lama pekerjaan (waktu)

dan pemasangan pentanahan lokal sehingga pekerjaan pemeliharaan berlangsung


tertib, efektif dan efisien.

Pengawas Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Mengawasi kondisi / tempat tempat yang berbahaya (unsafe condition) dan


tingkah laku / sikap yang berbahaya dari para pelaksana (unsafe act). Mengawasi
pemakaian alat alat keselamatan kerja, melaksanakan pemeriksaan kondisi
petugas sebelum bekerja, pemasangan rambu rambu pengamandan mencegah
terjadinya kecelakaan kerja.

Penanggung Jawab Pekerjaan

Mengkoordinir seluruh kegiatan pemeliharaan dan melakukan koordinasi


dengan unit lain apabila diperlukan.
5

Prosedur Keselamatan Kerja pada Instalasi Tegangan Tinggi


Untuk menerapkan prosedur keselamatan kerja pada pekerjaan instalasi

tegangan tinggi seperti halnya yang telah diterapkan pada Unit unit transmisi
dan gardu induk di lingkungan PT. PLN (Persero) P3B, maka diperlukan tahapan
tahapan sebagai berikut :

Tahap I

: Persiapan

Tahap II

: Pembebasan tegangan dan pelaksanaan pekerjaan

Tahap III

: Pekerjan selesai dan pemberian tegangan

5.1 Tahap I : Persiapan


Hal hal yang harus dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut :

Melakukan koordinasi dengan unit terkait

Membuat rencana kerja, baik untuk pemeliharaan maupun


perbaikan

Menyiapkan / memeriksa peralatan kerja dan material yang


diperlukan

Menyiapkan / memeriksa peralatan keselamatan kerja yang


diperlukan

Membuat / mengeluarkan Surat Perintah Kerja (SPK)

Memeriksa kesiapan personil yang akan melaksanakan pekerjaan

Memberikan

penjelasan

mengenai

pekerjaan

yang

akan

dilaksanakan dan cara cara melaksanakannya dan cara cara


melaksanakannya dengan baik dan aman
Memberikan penjelasan mengenai macam alat kerja dan alat

pengaman kerja / pelindung diri yang harus dipakai


Menjelaskan tempat tempat yang rawan terhadap bahaya

kecelakaan kerja

Membuat rencana pengamanan terhadap instalasi yang dikerjakan

Membagi tugas sesuai dengan kemampuan, keahlian dan


pengalaman masing masing
Menyusun langkah langkah untuk manuver pembebasan

tegangan

5.2 Tahap II : Pembebasan Tegangan dan Pelaksanaan Pekerjaan


Hal hal yang harus dilakukan pada tahap Pembebasan Tegangan dan
Pelaksanaan Pekerjaan adalah sebagai berikut :

Melaksanakan manuver pembebasan tegangan sampai dengan


masuknya PMS tanah

Memeriksa tegangan pada peralatan instalasi yang akan


dikerjakan menggunakan tester tegangan

Memasang

pentanahan

setempat

(pentanahan

portable),

pentanahan ini berguna untuk memotong arus yang datang dari sisi hulu.

Memasang pengaman tambahan (pengaman berlapis) yaitu :


Memasang kunci / gembok mekanik PMS untuk
menghindari penutupan switch secara tidak sengaja

Memutus supply tegangan untuk motor penggerak PMS


(melepas sekering MCB), hal ini sangat berguna untuk melakukan antisipasi
akan adanya arus yang datang dari switch yang menutup tidak disengaja

Memasang sekat sekat isolasi / partisi atau selubung


isolasi pada peralatan / lokasi yang memungkinkan terjadi penggerakan
(pisau pisau PMS yang terbuka dan lain lain)
Memasang rambu rambu pengaman (tanda

tanda peringatan) daerah berbahaya dan daerah aman


Membuat / mengeluarkan Pernyataan Bebas

Tegangan. Dengan dikeluarkannya surat ini berarti peralatan / instalasi sudah


aman dan siap untuk dikerjakan
Melaksanakan pekerjaan sesuai rencana (pekerjaan

hanya dilaksanakan oleh personil yang telah ditunjuk dan diperiksa pada saat
persiapan)

Mengawasi pelaksanaan pekerjaan (pengawasan


pekerjaan dan pengawasan K3)
Jika dibuat sebuah diagram, maka dapat dilihat sebagai berikut :
Penguncian Pemisah

Pengetesan Tegangan

Pentanahan

Pemasangan Rambu dan Pengaman Berlapis

Pelaksanaan Pekerjaan
Gambar 3 Urutan pengamanan pekerjaan pembebasan tegangan

5.3 Tahap III : Pekerjaan Selesai dan Pemberian Tegangan

10

Hal hal yang harus dilaksanakan pada tahap ketiga ini adalah sebagi
berikut :
Pemeriksaan hasil pekerjaan

pengawas

pekerjaan

meneliti

kembali

lokasi

pekerjaan

sekelilingnya secara cermat, misalnya hasil pekerjaan, benda- benda asing,


peralatan dan perlengkapan kerja lainnya yang mungkin masih tertinggal
Pelepasan

pentanahan

setempat

(pentanahan

portable)

lepaskan seluruh klem yang terpasang pada


sistem pentanahan setempat yang terpasang pada instalasi dengan
menggunakan stock arde (tongkat pentanahan).

Pentanahan

dilepaskan

terlebih

dahulu

dibagian instalasi keudian pada bagian sistem pentanahan / arde.

Menyimpan peralatan pada tempatnya


Pelepasan tanda / rambu pengaman

setelah sistem pentanahan setempat dilepas, maka


peralatan pengaman lainnya seperti kunci kunci, rambu rambu dapat
dilepas

fuse / sekering MCB untuk motor PMS dimasukkan


kembali

pengawas pekerjaan memberitahu kepada semua


pelaksana bahwa instalasi sudah tidak aman lagi untuk dilakukan pekerjaan

Membuat pernyataan bahwa pekerjaan telah selesai

setelah pekerjaan selesai sesuai dengan prosedur, pengawas


pekerjaan mengeluarkan pernyataan selesai pekerjaan

Persiapan pemberian tegangan


Pengawas Pekerjaan, Pengawas Manuver dan Pengawas K3
melaksanakan pemeriksaan ulang terhadap kondisi instalasi untuk persiapan
pemberian tegangan

Manuver pemberian tegangan

11

setelah diperiksa bahwa pekerjaan dilaksanakan dengan baikdan


instalasi siap untuk dinormalkan / diberi tegangandan dibebani, maka
selanjutnya dilaporkan ke PIOP Sektor dan Piket UPB. Berdasarkan perintah
Piket UPB / APD operator melakukan manuver pemberian tegangan.

Saat melaksanakan manuver KSO (Pengawas Manuver) mencatat,


mengawasi / memantau pelaksanaan manuver sesuai perintah UPB / APD.

6
6.1

SOP Manuver Pembebasan dan Pemberian Tegangan


SOP Manuver Pembebasan Tegangan
PMT (pemutus tenaga) lebih dulu dikeluarkan kemudian

diperiksa apakah PMT yang dikeluarkan tadi sudah terbuka sempurna, dilihat
dari penunjukkan indikator O (keluar) atau I (masuk) atau indikator lain
yang menunjukkan apakah PMT membuka atau menutup.
PMS PMS (pemisah) rel dan line dikeluarkan kemudian

diperiksa secara visual apakah kontak kontak PMS tersebut telah keluar
sempurna.
Load Break Switch (LBS) rel dan lin dikeluarkan kemudian

diperiksa secara visual apakah kontak kontak LBS tersebut telah keluar
sempurna.

PMS telah dimasukkan, kemudian diperiksa secara visual


apakah kontak kontak PMS tanah tersebut telah masuk.

Setelah manuveer pembebasan tegangan posisi peralatan


harus dijaga tetap (tidak berubah) misalnya melepaskan sekering atau
pengaman lebur sistem kendali, mengunci tuas tuas penggerak, memasang
plat isolasi pengaman diantara kontak.

Pelaksanaan manuver oleh operator atas perintah / ijin piket


UPB untuk sisi tegangan tinggi dan piket APD untuk sisi tegangan menengah.

6.2 SOP Manuver Pemberian Tegangan

PMS (pemisah) tanah lebih dulu dikeluarkan

12

Semua pengaman lebur (fuse) yang dikeluarkan harus dipasang

kembali

PMS PMS rel dan line dimasukkan

PMT (pemutus tenaga) dimasukkan

Pelaksana manuver oleh operator atas perintah / ijin piket UPB


untuk sisi tegangan tinggi dan piket APD untuk sisi tegangan menengah.

TAHAP I

PERSIAPAN

TAHAP II

PEMBEBASAN
TEGANGAN DAN
PELAKSANAAN
PEKERJAAN

TAHAP III

PEKERJAAN SELESAI
DAN PEMBERIAN
TEGANGAN

Gambar 4 tahapan prosedur keselamatan kerja


pada instalasi tegangan tinggi

Daerah Berbahaya dan Jarak Aman


Daerah berbahaya (danger zone) adalah suatu tempat (daerah) disekitar

peralatan yang bertegangan, dimana batas jaraknya tidak boleh dilanggar untuk
keamanan. Batas jarak daerah berbahaya sampai pada daerah yang aman
tergantung dari besarnya nominal tegangan sistem.
Sedangkan jarak aman (safety distance) adalah jarak diluar daerah
berbahaya yang mana manusia dapat menjangkau tanpa ada resiko terkena
tegangan yang dialirkan dari peralatan yang bertegangan.
Menurut Electrical Safety Advice (ESA), jarak aman diperlihatkan pada
tabel berikut :

13

Tabel 1 Jarak minimum aman dalam melaksanakan pekerjaan instalasi sistem bertegangan

Sistem Tegangan (kV)


1 52

Jarak Aman (cm)


50

60 72.5

75

80 100

100

100 145

120

150 170

140

220 245

210

275 420

350

Gambar 5 Daerah berbahaya dan jarak aman untuk pekerjaan bertegangan

JARAK AMAN

DAERAH
BERBAHAYA

14

Gambar 6 Daerah berbahaya dan jarak aman untuk pekerjaan bertegangan

Manuver Tegangan Tinggi


Manuver adalah suatu prosedur untuk mengubah posisi jaringan / instalasi

dari kondisi tidak operasi atau keluar dari sistem ke kondisi operasi atau masuk
kedalam sistem.
Dalam manuver terjadi suatu kegiatan operasi pembukaan dan penutupan
PMT, CB, PMS, fuse atau bentuk kegiatan lain dalam pemutusan / penyambungan
sirkit listrik serta pelepasan dan pemasangan sistem pentanahan. Prosedur
manuver dikenal juga dengan istilah lain yaitu Prosedur Switching.
1.

Tujuan Manuver
Setiap manuver bertujuan untuk :
kebutuhan sistem, keamanan / keselamatan personil dan keamanan /
keselamatan instalasi / peralatan

2.

Pemberi Perintah / Ijin Manuver


Pemberi perintah manuver terdiri dari :

a.

Penyaluran dan Pusat Pengaturan Beban Jawa Bali (P3B) atau


JCC (Java Control Centre) untuk sistem SUTET 500 kV

b.

Unit Pengatur Beban (UPB) atau ACC (Area Control Centre)


untuk sistem SUTT 150 kV

c.

Area Pengatur Distribusi (APD) atau DCC (Distribution


Control Centre) untuk sistem SUTM 20 kV

3.

Pelaksana Manuver
Pelaksana manuver terdiri dari :

a.

Operator Gardu Induk

b.

Operator pusat pusat listrik (pembangkit listrik)

c.

P3B (JCC)

d.

UPB (ACC)

15

e.
9

APD (DCC)
Macam macam Manuver

9.1 Manuver Pembebasan Tegangan

Gambar 7 Diagram garis tunggal manuver pembebasan tegangan

Prosedur Manuver Pembebasan Tegangan :


1.

a. membuka PMT
b. mengecek secara visual, apakah PMT sudah terbuka dengan sempurna

2. a. membuka PMS Rel I


b. menecek secara visual, apakah PMS tersebut sudah dibuka dengan sempurna
3. a. membuka PMS Len
b. mengecek secara visual, apakah PMS Len tersebut sudah terbuka dengan
sempurna
4. a. memeriksa ada atau tidaknya tegangan pada kV meter
b. memeriksa tegangan dengan menggunakan tester tegangan

16

5. a. jika tegangan sudah tidak ada, maka PMS tanah ditutup


b. mengunci tuas tuas penggerak
c. memasang rambu rambu pada mimic panel
9.2 Manuver Pemberian Tegangan

Gambar 8 Diagram garis tunggal manuver pemberian tegangan

Prosedur manuver pemberian tegangan :


1.

a. membuka PMS tanah


b. mengecek secara visual apakah PMS tanah tersebut sudah terbuka dengan
sempurna

2. a. menutup PMS Len


b. memeriksa secara visual apakah PMS Len tersebut sudah menutup dengan
sempurna
3. a. menutup PMS Rel I
b. memeriksa secara visual apakah PMS Rel I tersebut sudah menutup dengan
sempurna

17

4. a. menutup PMT
b. memeriksa secara visual apakah PMT tersebut sudah menutup secara
sempurna
c. melepas rambu peringatan pada mimic panel
9.3 Manuver Pemindahan Operasi dari Rel I ke Rel II atau Sebaliknya
Untuk manuver pemindahan operasi dari rel I ke rel II atau sebaliknya, ada
dua macam prosedur yaitu prosedur tanpa pemadaman beban dan prosedur dengan
pemadaman beban.
1. Tanpa Pemadaman Beban

Gambar 9 Diagram garis tunggal manuver pemindahan operasi


dari rel I ke rel II atau sebaliknya tanpa pemadaman beban.

Keterangan gambar :
a = PMS Rel I Kopel

d = PMS Rel II Beban

b = PMS Rel II Kopel

e = PMT Kopel

c = PMS Rel I Beban

f = PMT Beban

Urutan manuver pemindahan beban ke rel II :


1.

menutup PMS Rel I Kopel

2.

menutup PMS Rel II Kopel

3.

menutup PMT Kopel

4.

menutup PMS Rel II Beban

18

5.

membuka PMT Kopel

6.

membuka PMS Rel I Kopel

7.

membuka PMS Rel II Kopel


2. Dengan Pemadaman Beban

Gambar 10 Diagram garis tunggal manuver pemindahan operasi


dari rel I ke rel II atau sebaliknya dengan pemadaman beban.

Keterangan gambar :
a = PMS Rel I
b = PMS Rel II
c = PMT
Urutsn manuver pemindahan beban ke rel II :
1. membuka PMT
2. membuka PMS Rel I
3. menutup PMS Rel II
4. Menutup PMT
9.4 Manuver Pemberian dan Pembebasan Tegangan pada Penghantar yang
Dioperasikan Pararel dan Disuatu sisi Menggunakan PMS

19

Gambar 11 Diagram garis tunggal manuver pemberian dan pembebasan tegangan pada penghantar
yang dioperasikan pararel dan disuatu sisi menggunakan PMS

Langkah Manuver Pembebasan Tegangan Penghantar I :


1. membuka PMS Len di GI B
2. membuka PMT Len I di GI A
3. membuka PMS Rel dan Len I di GI A
4. menutup PMS Tanah di GI A dan GI B
Langkah Manuver Pemberian Tegangan Penghantar I :
1. membuka PMS Tanah di GI B dan GI A
2. menutup PMS Rel dan Len I di GI A
3. menutup PMT Len I di GI A
4. menutup PMS LEN I di GI B
10 Potensi Bahaya dan Pencegahan Kecelakaan dalam Manuver
Setiap potensi bahaya dalam manuver dapat menimbulkan suatu
kecelakaan jika potensi bahaya tersebut tidak diantisipasi sebelumnya. Seluruh
potensi bahaya yang ada dalam kegiatan manuver dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu :

20

a.

potensi bahaya yang disebabkan oleh sikap / tingkah laku manusia


yang tidak aman (unsafe act)

b.

potensi bahaya yang disebabkan oleh kondisi / keadaan tempat


kerja dan peralatan kerja serta instalasi yang tidak aman (unsafe condition)

10.1

Potensi Bahaya yang Disebabkan oleh Unsafe Act

a. isi, maksud dan tujuan perintah manuver kurang jelas / kurang bisa dimengerti
oleh penerima perintah manuver (operator)
b. salah melaksanakan perintah manuver
c. melaksanakan manuver dengan cara yang tidak aman / ceroboh
d. melaksanakan manuver tidak sesuai dengan prosedur / SOP yang berlaku
10.2

Potensi Bahaya yang Disebabkan oleh Unsafe Condition

a.

adanya tegangan / arus listrik yang membahayakan

b.

kemungkinan timbulnya ledakan / kebakaran pada peralatan, misalnya


pada PMT, PMS, CT, PT dan sebagainya jika terjadi kesalahan dalam
manuver atau adanya kegagalan kerja dari peralatan yang digunakan.

c.

Adanya semburan minyak panas dari PMT yang menggunakan


minyak, jika PMT tersebut meledak karena gangguan

d.

Adanya peralatan / instalasi yang kondisinya kurang baik (baik


peralatan yang terpasang maupun peralatan kerja dan peralatan keselamatan
kerja)

e.

Sistem penerangan yang kurang baik sehingga obyek kerja dan


peralatan kurang jelas terlihat

f.

Cuaca buruk

g.

Adanya gangguan peralatan komunikasi

11 Pencegahan Kecelakaan dalam Manuver


Untuk mencegah terjadinya kecelakaan dalam manuver, maka potensi
bahaya yang ada dalam manuver harus diantisipasi / dihilangkan atau minimal

21

dikurangi sampai sekecil kecilnya. Berikut ini merupakan beberapa usaha / cara
cara untuk mencegah terjadinya kecelakaan dalam manuver.
Tabel 2 Potensi Bahaya Kecelakaan dan Pencegahannya

No.

Potensi Bahaya yang

Pencegahan Kecelakaan

Dapat Menimbulkan
Kecelakaan
YANG DISEBABKAN
OLEH UNSAFE ACT
1.

Isi, maksud dan tujuan Mengkonfirmasikan kembali perintah manuver


manuverkurang

jelas, tersebut kepada pemberi perintah (dispatcher),

kurang dimengerti oleh sehingga perintah dapat dimengerti dengan baik


penerima

perintah

/ dan jelas maksud serta tujuannya.

operator
2

salah

melaksanakan a.

perintah manuver

salah satu penyebab kesalahan manuver


adalah karena pelaksana manuver / operator
mengabaikan isi perintah manuver secara
mendetil, olek karena itu isi perintah
manuver harus dicatat dalam buku khusus /
buku catatan manuver.

b.

Buku catatan manuver tersebut harus


dibawa ke lokasi / tempat peralatan yang
akan dimanuver, sebagai panduan untuk
melaksanakan

manuver,

serta

untuk

menghindari kelalaian perintah.


c.

pelaksana manuver harus diawasi oleh


pengawas manuver.

.3.

melaksanakan

manuver a.

dalam melaksanakan manuver, pelaksana

dengan cara yang tidak

manuver / operator harus selalu waspada

aman / ceroboh dan tidak

terhadap bahaya bahaya yang muncul dan

sesuai dengan prosedur /

selalu penuh kehati hatian

22

SOP yang berlaku

b.

bersikap tenang, aman dan tidak ceroboh

c.

jangan melaksanakan manuver dengan


sikapayang tidak aman, misalnya sambil
bergurau, makan, merokok dan sebagainya.

d.

Pelaksana manuver agar selalu menjaga


jarak aman terhadap peralatan.

e.

Pelaksana manuver harus sesuai dengan


prosedur / SOP yang berlaku.

f.

Menggunakan peralatan pelindung diri.

g.

Pelaksana manuver harus diawasi oleh


pengawas manuver.

h.

Sebelum memasukkan PMT / PMS,


operator

harus

mengecek

dulu

apakah

instalasi peralatan sudah siap untuk diberi


tegangan.
YANG DISEBABKAN
OLEH

UNSAFE

CONDITION
1.

adanya tegangan / arus


listrik
membahayakan

yang a. pelaksana manuver harus berada pada jarak


aman dari peralatan yang bertegangan
b. pelaksana

manuver

harus

menggunakan

pelindung diri
c. pelaksana manuver tidak boleh berada pada
daerah bahaya maupun menyentuh peralatan
bertegangan
d. pelaksana manuver jangan sampai keliru
membuka / menutup PMT, PMS maupun
PMS tanah
e. sebelum

mengeluarkan

PMS

Rel,

Len

maupun PMS Kabel, pelaksana manuver

23

harus mengecek secara visual apakah PMT


sudah terbuka atau belum
f. antara PMT, PMS dan PMS Tanah, sebaiknya
dilengkapi dengan sistem interlock, sehingga
kesalahan operasi / salah urutan dapat
dihindari
g. sebelum memasukkan PMS Tanah, operator
harus mengecek dulu apakah sudah bebas
tegangan atau belum dengan menggunakan
tester tegangan
2

kemungkinan timbulnya
ledakan / kebakaran pada a. pada waktu menutup / memasukkan kembali
peralatan, misalnya pada

PMT yang trip karena suatu gangguan

PMT, PMS, CT, PT dan

dengan cara lokal harus berhati hati dan

sebagainya jika terjadi

selalu memakai pelindung diri.

kesalahan
manuver

dalam b. Setelah terjadi ganggun, pelaksana manuver


atau

kegagalan

kerja

peralatan

adanya

hanya memasukkan kembali PMT yang yang

dari

benar benar siap untuk dioperasikan, yaitu :

yang

Tidak terjadi kerusakan / cacat pada

digunakan

PMT dan peralatan pendukung PMT


Tidak terdapat indikasi gangguan
berat
c. pada saat melaksanakan manuver, harus
diawasi pengawas manuver
d. pemasukan PMT secara lokal setelah trip
agar dihindari, kecuali dapat dipertanggung
jawabkan atau dalam keadaan darurat

3.

Sistem penerangan yang


kurang
obyek

baik
kerja

sehingga a.
dan

peralatan kurang jelas b.

memasang

penerangan

permanen

pada

switchyard dengan luminasi yang baik


pelaksana

manuver

harus

membawa

24

terlihat
4.

penerangan portable

Cuaca buruk
a. tidak diperkenankan bekerja I switchyard
pada saat cuaca buruk
b. menginformasikan

kondisi

cuaca

buruk

kepada pemberi perintah manuver, sehingga


manuver dapat ditunda
5.

Adanya

gangguan

peralatan komunikasi

a. menunda pelaksanaan manuver jika perintah


manuver tidak diterima dengan jelas
b. melakukan

komunikasi

ulang

dengan

pemberi perintah manuver

12 Persyaratan Umum Pentanahan


Dalam melaksanakan pekerjaan pentanahan sebagai pengaman dalam
melakukan pekerjaan instalasi tegangan tinggi harus memperhatikan hal hal
berikut :
1.

Pentanahan utama harus difungsikan / dipasang pada daerah bebas


tegangan dan bila mungkin diletakkan diantara tempat kerja dan titik titik
pemisah. Pembumian dapat diambil dari sistem pentanahan instalasi tetapi
bukan dari pentanahan tegangan rendah.

2.

Penampang hantaran antara titik pentanahan dengan titik pembumian


harus cukup sehingga dapat menyalurkan dengan aman arus gangguan
maupun arus yang tidak disengaja.

3.

kawat pentanahan portable yang digunakan di pusat pembangkit atau


gardu induk harus mempunyai penampang tidak kurang dari 65 mm2 setara
tembaga.

25

4.

pada gardu induk yang besar perlu dipasang lebih dari satu kawat
pentanahan pada setiap titik pentanaha, sesuai dengan fault level gardu induk
yang bersangkutan.

5.

pemasangan kawat tanah seyogyanya didahului dengan pemasukan


pemisah tanah.

6.

pelaksanaan pentanahan harus menerima perintah langsung dari pejabat


yang berhak, baik secara tertulis, secara lisan, maupun melalui alat
komunikasi. Perintah tersebut harus dicatat oleh pelaksana pentanahan,
kemudian dibacakan kembali untuk mendapat konfirmasi sebelum dapat
dilaksanakan.

7.

pemberi perintah pentanahan harus membuat rencana pentanahan secara


tertulis dan terinci urutan pekerjaannya.

8.

alat pentanahan portable harus disimpan ditempat khususyang terhindar


dari bahaya bahaya yang merusak, alat tersebut hanya dikeluarkan dari
tempat penyimpanan apabila ada perintah untuk menggunakannya. Dan
setelah selesai dipergunakan, alat tersebut harus dikembalikan ketempat
penyimpanannya.

9.

alat pentanahan portable harus diperiksa setiap triwulan sekali, dan hasil
pemeriksaannya dicatat dalam kartu pemeliharaan yang bersangkutan.
Pemeriksaan juga harus dilaksanakan sebelum digunakan. Setiap alat
pentanahan portable yag rusak harus ditarik dari pemakaian.

10.

pejabat pemberi perintah pentanahanwajib mengatur dan mengambil


langkah langkah yang perlu, guna menjamin bahwa pelaksanaan pentanahn
berada pada jarak yang aman dari bagian bagian yang bertegangan.

11.

sebagai pengamanan tambahan, pejabat pemberi perintah pentanahan


haruslah memperhitungkan adanya cukup rele proteksi yang akan segera
bekerja pada rangkaian rangkaian yang bersebelahan, bilamana terjadi
kesalahan dalam pelaksanaan pentanahan.

12.

pelaksanaan pemasangan alat pentanahan portable sebaiknya dilaksanakan


oleh 2 orang satu sebagai pelaksana dan satu sebagai pengawas.

26

13.

kawat pelepas muatan untuk pentanahan pada tower harus mempunyai


penampang kawat minimal 25 mm2 setara tembaga.

14.

pada saat membawa peralatan pelepas muatan keatas traverse agar


diperhatikan jangan sampai melampaui jarak aman yang diijinkan.

13 Peralatan Keselamatan Kerja yang Diperlukan


Peralatan keselamatan kerja yang diperlukan untuk menerapkan prosedur
keselamatan kerja pada instalasi tegangan tinggi / ekstra tinggi adalah
sebagai berikut :
Tabel 3 Peralatan Keselamatan Kerja dan Fungsinya

No. Nama Peralatan


1.
Shackel
stock

Terbuat

Fungsi / Kegunaan
dari bahan isolasi,

bentuknya

(tongkat

merupakan tongkat dan ujungnya dilengkapi besi

penghubung)

melengkung kedalam dan keluar juga dilengkapi


kawat pentanahan. (gambar 4.12).

Gunanya untuk mengeluarkan / memasukkan


PMS / LBS.

Cara pemakaian :

Pilih shackelstock yang sesuai dengan tegangan


kerja.

Sebelum

digunakan,

alat

pentanahan

schackelstock harus dipasang terlebih dahulu.

2.

PMS tanah

Pakailah sarung tangan dan sepatu berisolasi.

Alat

ini

dipergunakan

sebagai

pengaman

pad

penyulang / penghantar terhadap tegangan sisa.


Cara penggunaan :
PMS pentanahan dimasukkan setelah penyulang /
penghantar tersebut bebas dari tegangan kerja.
Digunakan untuk mengetanahkan peralatan instalasi

27

3.

Alat pentanahan (gambar 4.13 dan gambar 4.14)


portable
Terbuat dari bahan non konduktor, berbentuk seperti

4.

Voltage
(alat

tester galah dan pada ujungnya terdapat alat yang dapat


tes menyalakan indikator tegangan (gambar 4.15).

tegangan)

Berfungsi untuk meyakinkan apakah penyulang


penyulang / alat alat listrik lainnya yang telah
dibebaskan dari tegangan kerja masih bertegangan atau
sudah bebas, hal ini dapat dilihat pada indikator
tegangan alat tersebut.
Macamnya :

5.

Rambu rambu

Pita / rantai yang terbuat dari bahan non

pengaman / tanda

konduktor yang berwarna merah, dilengkapi dengan

peringatan

tonggak dipasang

tonggak / patok untuk menyangga dan


sebagai

pembatas

daerah

kerja

pemeliharaan.

Bendera merah dipasang pada tonggak tonggak


didaerah atau lokasi yang berbahaya (diluar lokasi
pemeliharaan)

Bendera hijau dipasang pada tonggak tonggak


didaerah atau lokasi pekerjaan yang aman

Tanda tanda peringatan yang bertuliskan


peringatan atau larangan

Daerah berbahaya dipasang tanda peringatan


awas berbahaya ada tegangan

Tanda peringatan jangan dimasukkan sedang


dikerjakan dipasang pada PMT dan PMS dari daerah
yang diisolir.

Sistem pemasangan rantai /pita pengaman ada 2

28

macam : sistim pengaman terbuka, yaitu menutup


daerah yang berbahaya disekitar tempat pekerjan.

Sistim pengaman tertutup, yaitu menutup /


mengelilingi daerah pekerjaan dan hanya disediakan
pintu masuk ketempat pekerjaan tersebut.

Pemberian

tanda

tanda

dilakukan

oleh

pengawas pekerjaan dan pengawas K3.


6.

Topi pengaman / Terbuat dari bahan non konduktor.


helm
Fungsinya :
Melindungi kepala dari benturan / jatuhan benda keras
dan tajam.

7.

Pakaian kerja

Dapat menyerap keringat dan memenuhi syarat untuk


pekerjaan

dibengkel,

regu

jaga

maupun

regu

pemeliharaan yang berfungsi untuk melindungi diri.


8.

Sarung tangan

Untuk melindungi tangan pada saat bekerja. Macamnya :


sarung tangan isolasi tahan tegangan, sarung tangan
tahan panas, sarung tangan kulit dan lain lain.

9.

Kaca mata

Untuk melindungi mata pada waktu melaksanakan


pekerjaan juga melindungi mata dari cahaya cahaya
yang dapat merusak mata.

10.

Sabuk pengaman Dipakai untuk pengamanan para petugas yang bekerja


memanjat ketempat tempat yang tinggi seperti tower,
tiang menara, busbar dan lain sebagainya.
Terbuat dari karet atau kulit atau juga dari bahan lain

11.

Sepatu kerja

yang bersifat non konduktor dengan sol atau alas tanpa

29

paku dan lars yang tinggi yang berfungsi melindungi


kaki pada saat melakukan pekerjaan. Macamnya : sepatu
tahan tegangan, sepatu tahan pukul, sepatu tahan licin
dan sebagainya.
Untuk mengamankan petugas dari gangguan pernapasan
12.

Masker

hidung terhadap kotoran / debu debu atau bahan kimia.

(respirator)
Bangku yang terisolasi terhadap tanah yang berfungsi
13.

Bangku isolator

sebagai

alat

bantu

bagi

petugas

pada

waktu

melaksanakan pekerjaan.
Melindungi telinga dari kebisingan. Macamnya : ear
14.

Alat

penutup muff, ear plug, plug band.

telinga

(ear

protector)

15.

Peralatan

Terdiri dari masker hidung lengkap dengan


saluran oksigen serta tabung oksigen

pernapasan

Kegunaannya untuk memberikan pertolongan

(breathing

pada orang yang terjebak pada ruangan yang

apparatus)

terancam kebakaran (penuh asap)

Untuk pekerjaan pada tangki minyak atau pada


ruangan yang mengandung gas beracun

Untuk bekerja pada tempat tempat yang


tercemar / kekurangan oksigen

Berfungsi untuk melinduni dada dari radiasi panas pada


waktu mengelas listrik
16.

Penutup

dada

untuk las listrik

Berfungsi untuk melindungi petugas yang sedang


melaksanakan pekerjaan dilapangan pada waktu hujan.

30

17.

Jas hujan

Gambar 12 Shackel stock (tongkat penghubung)

31

Gambar 13 Alat pentanahan portable

Gambar 14 Alat pentanahan portable

32

Gambar 15 Voltage tester (alat tes tegangan)

14 Petunjuk

Pelaksanaan

Pemasangan

Pentanahan

Setempat

pada

Pekerjaan Pemeliharaan Transmisi Tegangan Tinggi


Pentanahan peralatan tegangan tingi dilaksanakan sebagai bagian dari
tindakan pengamanan guna melindungi personil yang sedang bekerja atau

33

menguji / mencoba suatu peralatan, terhadap pengaruh / bahaya yang diakibatkan


oleh pemberian tegangan tak sengaja atau tegangan induksi.
Hasil perlindungan yang diperoleh dengan pentanahan tergantung dari kombinasi
keadaan sebagai berikut :
1.

kesempurnaan pemasangan pentanahan dan kemampuannya untuk


memikul / menyalurkan arus gangguan ketanah, sampai bekerjanya sistem
proteksi yang bersangkutan.

2.

kecepatan bekerjanya sistem proteksi yang bersangkutan.

3.

besarnya tegangan sistem, gradien tegangan sampai ditempat


pentanahan dan besarnya tingkat arus gangguan (fault level) pada tempat
bekerja.
Ketentuan ini berlaku sebagai petunjuk dalam menempatkan / memasang

peralatan pentanahan untuk melindungi personil yang sedang bekerja atau


menguji peralatan sistem tegangan tinggi.
Peralatan tegangan tinggi pada tempat pekerjaan yang akan dilaksanakan
harus telah diberi tanda pengenal. Tanda tersebut harus tetap efektif selama
pekejaan berlangsung.
Bahaya utama terhadap personil yang memasang peralatan pentanahan
pada peralatan tegangan tinggi adalah kejutan listrik (electrical shock), terbakar
atau terjatuh sebagai akibat dari :

pemasangan pentanahan pada peralatan tegangan tinggi yang masih


bertegangan

sambungan pentanahan yang tidak baik atau peralatan pentanahan yang


tidak memenuhi syarat.

Salah cara (metoda) atau salah urutan tahap pelaksanaan pemasangan /


pelepasan peralatan pentanahan.

Salah

cara

melaksanakan

pemasangan

atau

pelepasan

peralatan

pentanahan.

Tidak sengaja menyinggung peralatan tegangan tinggi yang bertegangan


karena kehilangan kendali atau karena kesulitan dalam penanganan peralatan
pentanahan yang portable.

34

15 Pekerjaan pada Tiang Tegangan Tinggi


Pekerjaan pada tiang tegangan tinggi merujuk kepada petunjuk pentanahan
pada instalasi tegangan tinggi. Pekerjaan tiang ada beberapa macam, yaitu :
1.

Bekerja pada tiang tidak termasuk penyambungan atau pelepasan


konduktor

Gambar 16 bekerja pada tiang tidak termasuk pekerjaan


melepas atau memasang konduktor

2.

Melepas sementara dan memasang kembali jembatan pada tiang penegang

35

Gambar 17 Melepas sementara dan memasang


kembali jembatan pada tiang penegang

3.

Melepas mur baut terminal jembatan dan menurunkan konduktor sampai


ke tanah pada tiang penegang

36

Gambar 18 Melepas mur baut terminal jembatan dan menurunkan


konduktor sampai ke tanah pada tiang penegang

4.

Menaikkan konduktor sampai ke traverse pada tiang penegang dan


memasang mur baut pada terminal jembatan

37

Gambar 19 Menaikkan konduktor sampai ke traverse pada tiang penegang


dan memasang mur baut pada terminal jembatan

5.

Melepas jembatan untuk memisahkan rangkaian secara permanen atau


membuat seksi pada tiang penegang

38

Gambar 20 Melepas jembatan untuk memisahkan rangkaian


secara permanen atau membuat seksi pada tiang penegang

39

40

También podría gustarte