Está en la página 1de 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan kebutuhan yang tidak terpisahkan dalam kehidupan
manusia. Kekurangan cairan dan elektrolit yang sering terjadi, banyak disebabkan oleh intake
yang tidak adekuat, output berlebih atau diare. Klien dengan Kekurangan cairan dan elektrolit
akan berdampak pada keadaan fisik yang lemah, turgor kulit kering, membran mukosa yang
pucat, serta konjungtiva yang enemis (tidak berwarna merah muda). Karena cairan dan elektrolit
merupakan kebutuhan yang sangat penting, sehingga apabila terjadi Kekurangan cairan dan
elektrolit, akan mengalami penurunan status kesehatan. Klien dengan Kekurangan cairan dan
elektrolit juga akan mempengaruhi faktor psikologisnya seperti gangguan dalam psikososial
(gambaran diri, konsep diri, ideal diri, harga diri dan peran). Klien cenderung terkena harga diri
rendah karena merasa menjadi manusia yang lemah dan tidak berdaya (lemas) dan merepotkan
orang sekitarnya. Perubahan pada status kesehatan menjadi salah satu alasan penyebab dari
gangguan dalam gambaran diri klien.
Peran perawat dalam mengatasi masalah klien dengan Kekurangan cairan dan elektrolit
bertujuan untuk menyeimbangkan cairan dan elektrolit klien, agar tidak mengalami kekurangan.
Sehingga klien dapat meningkatkan status kesehatan dan dapat menjalankan kembali perannya.
Namun selama di ruangan Lantai V Utara IRNA B RS Fatmawati klien masih terbaring lemah di
tempat tidur. Peran perawat juga bertujuan untuk mengajarkan keluarga dalam merawat klien.
Peran perawat dapat berupa membantu klien dalam mengontrol pemenuhan kebutuhan cairan
dan elektrolit, nutrisi, dan aktivitas klien dan memotivasi klien untuk dapat meningkatkan status
kesehatan, menyeimbangkan cairandan elektrolit, nutrisi dan pemenuhan ADL (Activity Daily
Living) secara mandiri.
Kelompok mengangkat kasus ASKEP dengan Kekurangan cairan dan elektrolit pada Tn. S
karena tertarik pada masalah kebutuhan cairan dan yang terjadi pada klien dengan resiko
ketidakseimbangan elektrolit di ruangan Lantai V Utara IRNA B RS Fatmawati.
B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu mengetahui dan melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan
Kekurangan cairan dan elektrolit.
2. Tujuan Khusus
a.

Mahasiswa mampu memahami konsep dasar tentang Kekurangan cairan dan elektrolit.

b.

Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian pada klien dengan Kekurangan cairan dan
elektrolit.

c.

Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan Kekurangan cairan
dan elektrolit.

d.

Mahasiswa mampu menetukan intervensi keperawatan pada klien dengan Kekurangan cairan
dan elektrolit.

e.

Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada klien dengan Kekurangan


cairan dan elektrolit.

f.

Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien dengan Kekurangan cairan
dan elektrolit.

C. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, kelompok kami menggunakan metode penulisan observasi
langsung melalui wawancara langsung kepada klien dan keluarga. Dan diperkuat dengan studi
kepustakaan yang diambil dari beberapa literatur.
D. Sistematika Penulisan
Bab I berisikan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode
penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II berisikan tinjauan terori. Bab III berisikan

tinjauan kasus yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan
evaluasi. Bab IV berisikan pembahasan. Bab V berisikan penutup yang terdiri dari kesimpulan,
daftar pustaka, lampiran sumber.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Cairan dan Elektrolit

Menurut Asmadi (2008), agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya, manusia
membutuhkan cairan dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat diberbagai jaringan
tubuh. Hal tersebut dapat dicapai dengan serangkaian maneuver fisika kimia yang kompleks. Air
menempati proporsi yang benar dalam tubuh. Air tersimpan dalam dua kompartemen utama
dalam tubuh, yaitu:
1. Cairan intraselular (CIS) adalah cairan yang terdapat dalam sel tubuh dan menyusun sekitar
70% dari total cairan tubuh (total body water [TBW]). CIS merupakan media tempat terjadinya
aktivitas kimia sel (Taylor, 1989). Pada individu dewasa, CIS menyusun sekitar 40% berat tubuh
atau 2/3 dari TBW. Sisaya, yaitu 1/3 TBW atau 20% berat tubuh, berada diluar sel yang disebut
sebagai cairan ekstraseluler (CES) (Price & Wilson, 1986).
2. Cairan Ekstraseluler (CES) merupakan cairan yang terdapat di luar sel dan menyusun sekitar
30% dari total cairan tubuh. CES meliputi cairan intravaskuler, cairan interstisial, dan cairan
transeluler. Cairan interstisial terdapat dalam ruang antar-sel, plasma darah cairan serebrospinal,
limfe serta cairan rongga serosa dan sendi. Akan tetapi, jumlahnya terlalu sedikit untuk berperan
dalam keseimbangan cairan. Guna mempertahankan keseimbangan kimia dan elektrolit serta
mempertahankan pH yang normal, tubuh melakukan mekanisme pertukaran dua arah antara CIS
dan CES. Elektrolit yang berperan adalah anion dan kation.
1. Pergerakan cairan dan elektrolit tubuh
Sirkulasi cairan dan elektrolit terjadi dalam tiga tahap. Pertama, plasma darah bergerak di seluruh
tubuh melalui sistem sirkulasi. Kedua, cairan interstisial dan komponennya bergerak diantara
kapiler darah dan sel. Terakhir, cairan dan substansi bergerak dari cairan interstisial ke dalam sel.
Sedangkan mekanisme pergerakan cairan tubuh berlangsung dalam tiga proses, yaitu:
a. Difusi.
Difusi adalah perpindahan larutan dari area berkonsentrasi rendah dengan melintasi membran
yang memisahkan dua kompartemen sehingga konsentrasi di kedua komparteman itu seimbang.
Kecepatan difusi dipengaruhi oleh tiga hal, yakni ukuran molekul, konsentrasi larutan dan
temperature larutan. Ukuran molekul, konsentrasi larutan dan temperature larutan.
1) Ukuran molekul.
Molekul yang ukurannya lebih besar cenderung bergerak lebih lambat dibandingkan melekul
yang ukurannya kecil.

2) Konsentrasi larutan.
Larutan berkonsentrasi tinggi bergerak lebih cepat dibandingkan larutan berkonsentrasi rendah.
3) Temperature larutan.
Semakin tinggi temperatur larutan, semakin besar kecepatan difusi.
b. Osmosis.
Osmosis adalah perpindahan cairan melintasi membran semipermiabel dari area berkonsentrasi
rendah menuju area yang berkonsentrasi tinggi. Pada proses ini, cairan melintas membran untuk
mengencerkan larutan yang berkonsentrasi tinggi sampai diperoleh keseimbangan pada kedua
sisi membran.
c.

Transpor Aktif.
Transpor aktif adalah proses pengangkutan yang digunakan oleh molekul untuk berpindah
melintas membran sel melawan gradient konsentrasinya. Dengan kata lain, transpor aktif adalah
gerakan partikel dari konsentrasi satu ke konsentrasi lain tanpa memandang tingkatannya. Proses
ini membutuhkan energi dalam bentuk adenion dan kalium dalam ruang ekstrasel dan intrasel
melalui suatu proses yang disebut pompa natrium-kalium.

2. Regulasi Elektrolit
Elektrolit yang terbanyak di dalam tubuh adalah kation dan anion.
a. Kation.
Kation yang terdapat dalam tubuh meliputi :
1) Natrium.
Natrium merupakan kation utama CES. Konsentrasi normal natrium diatur oleh ADH dan
aldosteron (di ekstrasel). Natrium antara dua kompartemen cairan utama. Natrium berperan
dalam pengaturan keseimbangan cairan, hantaran impuls dan kontraksi otot. Fungsi utama
natrium adalah untuk membantu mempertahankan keseimbangan cairan, terutama intrasel dan
ekstrasel, dengan menggunakan sistem pompa natrium-kalium. Regulasi ion natrium dilakukan
dengan asupan natrium, hormon aldosteron dan haluaran urine.
2) Kalium.
Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam CIS. Sumber kalium diperoleh dari pisang,
brokoli, jeruk, dan kentang. Kalium penting untuk mempertahankan keseimbangan asam-basa,

serta mengatur transmisi impuls jantung dan kontraksi otot, Keseimbangan kalium diatur oleh
ginjal dengan perubahan dan penggantian dengan ion kalium ditubulus ginjal.
3) Kalsium.
Sumber kalsium utama terdapat pada susu dan produk-produknya. Fungsi kalsium adalah untuk
pembentukan tulang, transmisi implus saraf, kontraksi otot, pembekuan darah, dan aktivasi
enzim tertentu. Ada tiga bentuk kalsium dalam tubuh yaitu kalsium ion (4,5 mg/100ml), kalsium
yang terikat protein dan tidak bisa berdifusi (5 mg/100ml), serta kalsium sitrat dan kalsium fosfot
(1 mg/100ml). Pengaturan kalsium dilakukan oleh kelenjar paratiroid dan tiroid
4) Magnesium.
Magnesium merupakan kation kedua terbanyak didalam cairan intrasel. Magnesium sangat
penting untuk aktivitas enzim, eksisibilitas neurokimia dan otot. Nilai normal kalsium adalah
1,5-2,5 mEq/It.
b. Anion.
Anion yang terdapat dalam tubuh meliputi:
1) Klorida.
Klorida termasuk salah satu anion terbesar di cairan ekstrasel. Klorida berfungsi
mempertahankan tekanan osmotik darah. Nilai normal klorida adalah 95-105mEq/I.
2) Bikarbonat.
Bikarbonat merupakan buffer kimia dalam tubuh yang terdapat di cairan ekstrasel dan intrasel.
Regulasi bikarbonat dilakukan oleh ginjal. Nilai normal bikarbonat adalah 22-26 mEq/I.
3) Fosfat.
Fosfat merupakan anion bufferdalam cairan intrasel dan ekstrasel. Fosfat berfungsi membantu
pertumbuhan tulang dan gigi serta menjaga keutuhannya. Selain itu, fosfat juga membantu kerja
neurouskular, metabolism karbohidrat dan pengaturan asam-basa. Kerja fosfat ini diatur oleh
hormon paratiroid dan diaktifkan oleh vitamin D.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit
Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit antara lain:
a. Usia.
Pada bayi dan anak-anak, keseimbangan cairan dan elektrolit dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Di antaranya adalah asupan cairan yang besar yang diimbangi dengan haluaran yang besar pula,

metabolisme tubuh yang tinggi, masalah yang muncul akibat imaturitas fungsi ginjal, serta
banyaknya cairan yang keluar melalui ginjal, paru-paru, dan proses penguapan. Pada orang tua
atau lansia, gangguan yang muncul berkaitan dengan masalah ginjal dan jantung terjadi karena
ginjal tidak lagi mampu menagtur konsentrasi urine.
b. Temperatur Lingkungan.
Lingkungan yang panas menstimulasi sistem saraf simpatis dan menyebabkan seseorang
berkeringat. Pada cuaca yang sangat panas, seseorang kehilangan 700-2000ml/air dan 15-30
gram/hari.
c.

Kondisi stress.
Kondisi stres mempengaruhi metabolism sel, konsentrasi glukosa darah, dan glikosis otot.
Kondisi stres mencetuskan pelepasan hormon anti-dieuretik sehingga produksi urine menurun.

d. Keadaan sakit.
Kondisi sakit yang dapat mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit antara lain luka
bakar, gagal ginjal, dan payah jantung.
e.

Diet.
Diet dapat mempengaruhi asupan cairan dan elekrolit. Asupan nutrisi yang tidak adekuat dapt
berpengaruh terhadap kadar albumin serum. Jika albumin serum menurun, cairan interstisial
tidak bisa masuk ke pembuluh darah sehingga terjadi edema.

4. Sistem yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit


a.

Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur kebutuhan cairan dan
elektrolit.hal ini terlihat dalam pada fungsi ginjal,yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi
garam dan darah, pengatur keseimbangan asam basa darah, dan ekskresi bahan buangan atau
kelebihan garam.

b. Kulit
Kulit merupan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan panas.
Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan kemampuan
mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan vasokontraksi. Proses pelepasan
panas dapat dilakuakn dengan cara penguapan . jumlah keringat yang dikeluarkan tergantung
pada banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses pelepasan

panas lainnya dapat dilakukan melalui cara pemancaran panas ke udara sekitar konduksi,yaitu
pengalihan panas kebenda yang disentuh, dan konveksi, yaitu pengalihan udar panas
kepermukaan yang lebih dingin.
c.

Paru
Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan insensible water loss kurang
lebih 400ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat perubahan upaya
kemampuan bernapas.

d. Gastrointestinal
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan cairan
melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan yang hilang dalam
system ini 100-200ml/hari. Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalu system endokrin,
seperti system hormonal, aldosteron, prostaglandin, glukokortikoid, dan mekanisme rasa haus.
e.

ADH
Hormone ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan
keseimbangan air dalam tubuh. Hormone ini dibentuk oleh hipotalamus dihipofisis posterior,
yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritasdan menurunkan cairan ekstrasel.

f.

Aldosteron
Hormone ini berfungsi sebagai absorpsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus
ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini di atur oleh adanya perubhan konsentrasi kalium,
natrium, dan system angiotensin rennin.

g. Prostaglandin
Prostaglandin merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang berfungsi merespon
radang, mengndalikan tekanan darah dan kontraksi uterus, serta mengatur pergerakan
gastrointestul. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.
h. Glukokortikoid
Hormone ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan
volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
i.

Mekanisme rasa haus


Mekanisme rasa haus di atur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan cra merangsang
pelepasan rennin yang dapat menimbulkan produksi angiotensin II sehingga merangsang
hipotalums untuk rasa haus.

5. Pengaturan Volume Cairan Tubuh


Keseimbangan cairan dalam tubuh di hitung dari keseimbangan antara jumlah cairan yang masuk
dan jumlah cairan yang keluar.
a. Asupan cairan
Asupan cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah 2500cc/hari. Asupan cairan dapat
langsung berupa cairan atau ditambah dari makanan lain. Pengaturan mekanisme keseimbangan
cairan ini menggunakan mekanisme haus. Pusat pengaturan rasa haus dalam rangka mengatur
keseimbangan cairan adalah hipotalamus. Apabila terjadi ketidakseimbangan volume cairan
tubuh dimana asupan cairan kurang atau adanya perdarahan, maka curah jantung menurun,
menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah.
b. Pengeluaran cairan
Pengeluran cairan sebagai bagain dalam mengimbangi asupan cairan pada orang dewasa, dalam
kondisi normal adalah 2300 cc. jumlah air yang paling banyak keluar berasal dari ekskresi ginjal,
sebanyak 1500 cc/hari pada orang dewasa. Hasil-hasil penegluaran cairan adalah: urine, keringat
dan feses.
6. Kebutuhan Elektrolit
Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung oksigen, nutrient, dan
sisa metabolesme, seperti karbondioksida yang semuanya disebut dengan ion. Komposisi
elektolit dalam plasma adalah:
a.

Natrium: 135-145 mEq/it

b. Kalium:3,5-5,3 mEq/it
c.

Kalsium:4-5 mEq/it

d. Magnesium:1,5-2,5 mEq/it
e.

Klorida:100-106 mEq/it

f.

Bikarbonat:22-26 mEq/it

g. Fosfat:2,5-4,5 mg/100 ml
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian

Riwayat keperawatan
Pengukuran terhadap pemasukan dan pengeluaran cairan
a.

Pemasukan cairan meliputi

1) Apakah pasien puasa


2) Klien terpasang infuse/obat-obatan
3) Klien terpasang slang makanan
4) Klien dibatasi cairannya
5) Pengeluaran cairan
6) Klien dalam pemberian therapie diuretikat
7) Klien terpasang drainage
8) Klien post op
9) Ada luka bakar
10) Muntah, diare
11) Produksi urin yang berlebihan
12) Timbang berat badan
13) Observasi tanda-tanda vital
14) Observasi warna kulit dan turgor kulit
15) Apakah ada edema
16) Ektremitas dingin
2. Diagnosa keperawatan
a.

Kurang volume cairan bd ketidak mampuan menelan.

b. Kurang volume cairan bd diare.


c.

Kelebihan cairan : edema bd penurunan cardiac output

d. Kelebihan cairan bd kelebihan intake, cairan intravena.


3. Intervensi
a.

Memonitor intake dan output cairan

b. Timbang BB tiap hari


c.

Mengkoreksi keseimbangan cairan dan elektrolit

d. Mempertahankan keseimbangan cairan / elektrolit


e.

Mencegah masalah akibat ketidak seimbangan terapi

f.

Kaji dan dokumentasikan jumlah, warna karakteristik dari muntah, diare, urine, drainage luka

g. Ukur intake dan out put berikan cairan oral bila memungkinkan
h. Kaji tanda-tanda vital, BB, turgor kulit, mukosa
i.

Observasi tanda-tanda kelebihan cairan / kekurangan cairan

j.

Kolaborasi pemberian terapi

BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini kelompok akan menyajikan kasus, yaitu asuhan keperawatan pada Tn. S dengan
diagnosa resiko ketidakseimbangan elektrolit di ruangan Lantai V Selatan IRNA B RSUP
Fatmawati Jakarta. Asuhan keperawatan ini dimulai dari pengkajian, diagnosa, implementasi dan
evaluasi keperawatan yang dilakukan selama 3 hari, yaitu pada tanggal 1416 Mei 2012.
A. Pengkajian
Tanggal masuk

: 13 Mei 2012

Ruangan/kelas/RS

: Lantai V Utara/III/RSUP Fatmawati

No. Register

: 01147691

1. Data Biografi
Nama Lengkap/Panggilan

: Tn. S

Tempat Tanggal Lahir/Umur : Jomabang, 02 Februari 1967 (45 thn)


Jenis Kelamin

: Laki Laki

Agama

: Islam

Bangsa/Suku/Bahasa

: Indonesia/ Jawa/ Indonesia

Pendidikan

: Tamat SD

Pekerjaan

: Pegawai Swasta

Status Perkawinan

: Kawin

Alamat Rumah

: Reni Jaya Blok BC -7/1Pamulang, Tanggerang Selatan

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Secara medis, klien dinyatakan menderita Diare kronik, DM tipe II, TB Post OAT, SUSP B20.
Klien datang ke RS pada tanggal 12 Mei 2012 dengan keluhan diare dan BAB cair yang terjadi
secara berangsur. Klien mengatakan lamanya keluhan kurang lebih sejak 2 bulan yang lalu,
faktor pencetus keluhannya adalah makan tidak teratur, keluhan dapat berkurang apabila klien
minum air putih, dan semakin berat apabila makan makanan yang pedas dan asam.
3. Riwayat Kesehatan Sebelum Sakit
Klien mengatakan selama kanak-kanak tidak pernah menderita penyakit berat, sedangkan di usia
dewasa menderita DM dan TB Post OAT. Penyakit atau keluhan yang sering dialami oleh klien
adalah perut mules, masuk angin dan pegal-pegal, kemudian klien duduk untuk istirahat sebagai
upaya untuk mengatasinya. Klien tidak pernah melakukan operasi apapun dan tidak terbiasa
mengkonsumsi obat-obatan. Klien mengatakan ini adalah pertama kalinya klien dirawat di RS.
Dari silsilah keluarga klien tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit.
4. Pemeriksaan Fisik
a.

Cairan dan Elektrolit


Dari keadaan umum klien tampak penuh perhatian atau responsif, dan penyakit klien termasuk
sakit sedang. Saat dilakukan pengkajian, kesadaran klien adalah kompos mentis atau sadar
penuh, dengan tekanan darah 100/60 mmHg, denyut nadi sebanyak 84 x dalam satu menit,
pernapasan sebanyak 20 x dalam satu menit, dan temperatur suhu mencapai 36,0 C. Dari palpasi,
akral klien dingin. Klien mengatakan terasa pusing. Keseimbangan cairan (Intake Output),
dengan intake cairan atau cairan yang dikonsumsi sebanyak 3000 ml dalam 24 jam, yaitu 1500
ml dari minum dan 1500 ml dari infus (3 kalf/24jam). Dan output cairan atau pengeluaran cairan
adalah 3450 ml dalam 24 jam, yaitu 2700 ml dari urine dan feses, dan 750 ml dari IWL
(Insersible Water Loss). Balance cairan klien adalah 450 ml dalam 24 jam.

b. Eliminasi
Buang air kecil klien sebanyak 67 kali dalam sehari, dengan urine berwarna kuning bening,
berbau khas, setiap BAK rata-rata jumlah urine 150-300 ml. Klien mengatakan diare dengan
buang air besar sebanyak 10 kali dalam sehari dengan feses cair, berbau khas, berwarna kuning,

dan berlendir. Dengan jumlah 100 ml setiap satu kali BAB. Abdomen klien tidak tampak
tegang, tidak kembung, dan tidak ada asites.
c.

Nutrisi & Metabolisme


Postur tubuh klien kurus dengan berat badan 50 kg dan tinggi badan 170 cm. Dari hasil
perhitungan, IMT klien adalah 17,3 sehingga klien tergolong kurus. Berat badan yang ideal
untuk klien dengan tinggi badan 170 cm adalah berkisar 6377 kg. Kulit klien tampak kering,
edema tidak ada dan tidak ada lesi. Mata klien tampak bersih konjungtiva klien merah muda.
Membran mukosa bibir klien lembab, tidak ada pendarahan pada gusi, tidak ada pembengkakan
dan berwarna normal. Klien mengatakan nafsu makan klien baik, mengunyah tidak sulit, namun
terasa mual saat makan dan sering muntah. Tidak ada konstipasi dan tidak teraba massa pada
colon, serta tidak ada asites. Klien mengatakan diare dengan frekuensi 10 kali dalam sehari.
Kekuatan tonus otot klien baik, dengan skala :

5555

4444

4444

4444

Terpasang program pengobatan : infus Ns + KCl 25 meq/8 jam, drip insulin 1 iu/jam. Kuku klien
tampak pink dan kuat. Klien mengatakan ADL dibantu keluarga sebagian. Turgor kulit klien
menurun. Klien mengatakan lemas.
d. Status Oksigenisasi
Pasien tidak tampak sesak, dengan RR 20 x/menit, dan tidak dibantu otot napas. Dari inspeksi,
tidak terpasang alat bantu napas. Dari palpasi, dada berbentuk simetris. Dari perkusi, sonor. Dari
auskultasi, tidak terdengar ronchi dan wizing.
e.

Tingkat Aktivitas
Klien mengatakan kebutuhan makan dan minum bisa dilakukannya sendiri, sedangkan untuk
BAK, BAB dibantu oleh oleh keluarga atau perawat. Untuk personal hygiene, klien mengatakan
dibantu oleh perawat dan keluarga. Kemampuan mobilisasi klien masih lemah.
5. Pemeriksaan Psikososial dan Spiritual

Klien mengatakan sedang senang karena dirawat di ruangan yang bersih dan ditemani oleh
istrinya. Klien tampak ceria. Karakter klien adalah ramah, karena begitu responsif atas
pertanyaan dari perawat. Daya konsentrasi klien baik, ditandai dengan klien dapat mengingat
dengan baik, nama, asal, pekerjaan, dan beberapa hal yang berhubungan dengan pertanyaan
perawat lainnya. Klien mengatakan penyakitnya dapat sembuh dengan segera.
Klien mengatakan dapat menerima keadaaanya sekarang, disayangi oleh keluarganya. Klien
mengatakan ingin menjadi pengusaha. Klien mengatakan seorang ayah dari tiga anaknya. Klien
mengatakan tidak ada hal yang bertentangan dengan agamanya mengenai penyakit. Klien
mengatakan dapat beribadah dengan baik di rumah tetapi sekarang terkendala karena proses
penyakit sekarang.
6. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium (darah) pada tanggal 13 Mei 2012 adalah sebagai berikut :
a.

Hb

: 12,4 g/dL (N: 11,715,5)

b. Ht

: 36 % (N: 3345)

c.

: 4,4 ribu/ul (N: 5,010,0)

Lekosit

d. Trombosit

:243 ribu/ul (N: 150440)

e.

Eritrosit

:3,7 juta/ul (N: 3,85,2)

f.

OT/PT

: 12/8

g. Ureum Darah

: 21 mg/dL (N: 2040)

h. Kreatinin darah

: 1,1 mg/dL (N: 0,61,5)

i.

pH

: 7,431 (N: 7,377,44)

j.

pCO2

: 33 mmHg (N: 35,045,0)

k. pO2

: 76 mmHg (N: 83,0108,0)

l.

: 21,8 mmol/L (N: 21,028,0)

HCO3

m. O2 Saturasi

: 95,8 % (N: 95,099,0)

n. Albumin

: 3,30 g/dl

o. Asam urat darah

: 2,7 mg/dl

p. Na

: 102 mmol/l

q. K

: 2,2 mmol/l

r.

Cl

: 82 mmol/l
7. Terapi

Terapi yang diberikan adalah diit DM biasa yaitu 1900 kkal/hari. obat yang diberikan oleh dokter
antara lain : Corectional dose jac (jam setelah makan), Cardistatin drop 3xCi, New diatab 3x2
tab max 12 tab, dan Ciproflaxacine 2x200 mg. Klien diberi cairan infus NaCl 0,9% + KCl 25
meq /8jam (20tetes per menit). Klien diberikan insulin melalui drip insulin sebanyak 50 ui dL NS
50cc atau 1 ui/jam.

DATA FOKUS
Nama Klien /Usia

: Tn. S / 45 th.

No. Kamar/Ruang

: Lantai V Utara IRNA B

DATA SUBYEKTIF
Klien mengatakan :

DATA OBYEKTIF
Klien terlihat :

1. diare

1. kesadaran compose mentis

2. bab cair

2. TTV: TD:100/60 mmHg

3. lama keluhan > 2 bulan

RR: 20 x/menit

4. mual

N : 84 x/menit

5. muntah

S : 36 C

6. BAB 10 x/24 jam @ 100 ml

3. turgor tidak elastis

7. BAK 67 x/24jam @ 150300 ml 4. stomatis


8. pusing

5. anoreksia

9. lemas

6. akral dingin
7. kekuatan otot
5555
4444
8. kuku tampak pink dan kuat
9. membran mukosa bibir lembab

4444
4444

10. feses : cair, kuning, lendir (+)


11. BB

: 50 kg

12. TB

: 170 cm

13. IMT

: 17,3

14. BBI

: (6377) kg

15. terpasang infuse Ns + KCl 25 meq /8jam


dan drip insulin 1 iu /jam
16. intake cairan : 3000 ml/24jam
17. output cairan: 3450 ml/24jam
18. balance cairan: - 450 ml/24jam
19. klien terlihat lemah
20. Hb

: 12,4 g/dL (N:

11,715,5)
21. Ht

: 36 % (N: 3345)

22. Lekosit

: 4,4 ribu/ul (N:

5,010,0)
23. Trombosit

:243 ribu/ul (N:

150440)
24. Eritrosit

:3,7 juta/ul (N: 3,8

5,2)
25. OT/PT

: 12/8

26. Ureum Darah : 21 mg/dL (N: 2040)


27. Kreatinin darah

: 1,1 mg/dL (N: 0,6

1,5)
28. pH

: 7,431 (N: 7,377,44)

29. pCO2

: 33 mmHg (N: 35,0

45,0)
30. pO2

: 76 mmHg (N: 83,0

108,0)
31. HCO3
28,0)

: 21,8 mmol/L (N: 21,0

32. O2 Saturasi

: 95,8 % (N: 95,099,0)

33. Albumin

: 3,30 g/dl

34. Asam urat darah

: 2,7 mg/dl

35. Na

: 102 mmol/l

36. K

: 2,2 mmol/l

37. Cl

: 82 mmol/l

También podría gustarte