Está en la página 1de 39

MAKALAH PENGOBATAN SENDIRI

SELESMA, INFLUENZA, DAN


RHINITIS ALERGI

OLEH :
KELAS A
KELOMPOK IX
ANDI ASDARIAH
ADRIANA SIDUPA
RISNAWATI AMDAL

N211116707
N211116708
N211116709

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016

BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO), pengobatan sendiri
(swamedikasi) adalah pemilihan dan penggunaan obat modern dan obat
tradisional oleh seseorang untuk mengatasi penyakit atau gejala penyakit.
Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan-keluhan
dan penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat seperti influenza.
Swamedikasi menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan
keterjangkauan pengobatan (Depkes, 2006).
Pengetahuan pengobatan sendiri umumnya masih rendah dan
kesadaran masyarakat untuk membaca label pada kemasan obat juga masih
kecil. Sumber informasi utama untuk melakukan pengobatan sendiri umumnya
berasal dari media massa (Supardi dan Notosiswoyo, 2005).
Pada pelaksanaannya swamedikasi dapat menjadi sumber terjadinya
kesalahan pengobatan (medication error) karena keterbatasan pengetahuan
masyarakat akan obat dan penggunaannya. Dalam hal ini Apoteker dituntut
untuk dapat memberikan informasi yang tepat kepada masyarakat sehingga
masyarakat dapat terhindar dari penyalahgunaan obat (drug abuse) dan
pengguna salahan obat (drug misuse). Masyarakat cenderung hanya tahu merk
dagang obat tanpa tahu zat berkhasiatnya (Depkes, 2006)
Bila digunakan secara benar, obat bebas dan obat bebas terbatas
seharusnya bisa sangat membantu masyarakat dalam pengobatan

sendiri

secara aman dan efektif. Namun sayang-nya, seringkali dijumpai bahwa


pengobatan sendiri menjadi sangat boros karena mengkomsumsi obat-obat
yang sebenarnya tidak dibutuhkan, atau malah bisa berbahaya misalnya karena
penggunaan yang tidak sesuai dengan aturan pakai. Bagaimanapun, obat bebas
dan bebas terbatas bukan berarti bebas efek samping, sehingga pemakaiannya
pun harus sesuai dengan indikasi, lama pemakaian yang benar, disertai dengan
pengetahuan pengguna tentang risiko efek samping dan kontraindikasinya
(Suryawati, 1997)
Oleh karena itu pada makalah ini akan dibahas tentang penggunaan
obat selesma, influenza, dan

rhinitis alergi untuk memberikan informasi

kepada masyarakat agar dapat melakukan pengobatan sendiri yang sesuai


dengan aturan, karena pada pelaksanaan pengobatan sendiri dapat menjadi
sumber terjadinya kesalahan pengobatan yang disebabkan keterbatasan
pengetahuan masyarakat akan obat dan penggunaannya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Patofisiologi Selesma, Influenza, dan Rhinitis Alergi
II.1.1

SELESMA
Definisi
Nasofaringitis, juga disebut selesma atau common cold,
merupakan peradangan hidung, faring, hipofaring, uvula, dan tonsil
yang umumnya disebabkan oleh infeksi virus. Nasofaringitis sering
digolongkan sebagai salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan
atas (ISPA) (Soepardi EA, 2007).
Common cold adalah penyakit virus dengan gejala
dominan meler, mampet, bersin, nyeri tenggorokan, dan batuk.
Gejala sistemik (nyeri otot, demam) jarang atau ringan. Terdapat
lebih dari 200 virus penyebab common cold dan yang tersering
adalah Rhinovirus, khususnya pada orang dewasa (Pujiarto, 2014).
Patofisiologi
Penyakit ini menular melalui droplet saat batuk, bersin,
dan berbicara. Tempat utama dari inokulasi virus dapat terjadi di
selaput konjungtiva, mayoritas berakibat dari inhalasi atau selfinoculation dari virus ke mukosa hidung. Setelah itu, infeksi di
epitel

respiratorius

terjadi,

virus

menyebar

secara

lokal

menyebabkan peningkatan sekresi nasal. Gejala seperti hidung


tersumbat, nyeri tenggorokan dan bersin mulai terjadi pada hari
3

kedua atau ketiga dan disebabkan oleh kerusakan selular dan iritasi.
Pada hari kelima, terjadi kerusakan epitel sampai maksimal setelah
itu pada hari kesepuluh terjadi regenerasi. Nasofaringitis dengan
etiologi virus biasanya bersifat akut, sembuh sendiri dalam waktu
4-10 hari (Fletcher J, 2004)
Gejala
Gejala yang timbul dapat meliputi gejala rhinitis seperti
bersin berulang, hidung tersumbat, ingus encer, demam, nyeri
kepala, diikuti oleh gejala faringitis seperti nyeri tenggorok dan
sulit menelan (Soepardi EA, 2007).
Saat virus menginfeksi hidung dan sinus, maka rongga
hidung memproduksi lendir yang bening. Lendir ini membantu
membersihkan virus dari rongga hidung dan sinus. Setelah 2 - 3
hari, sel-sel kekebalan tubuh melawan, sehingga mengubah warna
lendir menjadi putih atau kekuningan. Saat bakteri yang biasa
hidup di rongga hidung tumbuh kembali, maka lendir akan berubah
warna menjadi kehijauan (Pujiarto, 2014).
II.1.2

INFLUENZA
Definisi
Influenza (flu) adalah penyakit pernapasan menular yang
disebabkan oleh virus influenza yang dapat menyebabkan penyakit
ringan sampai penyakit berat (Abelson, 2009). Influenza adalah
infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus influenza, dan

menyebar dengan mudah dari orang keorang. Virus ini beredar di


seluruh dunia dan dapat mempengaruhi orang tanpa memandang
usia dan jenis kelamin (WHO, 2009).
Flu adalah penyakit yang menyerang bagian hidung,
tenggorokan dan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi virus
influenza. Penyakit ini dapat menyebar dengan mudah dari satu
orang ke orang lain. Umumnya, penyebaran terjadi melalui udara,
dari batuk atau bersin. Virus flu juga dapat disebarkan melalui
kontak langsung dengan penderita atau kontak dengan benda-benda
yang digunakan oleh penderita (WHO, 2012).
Gejala
Gejala yang dialami pada saat flu, antara lain demam,
menggigil, batuk, sakit kepala, nyeri otot dan nyeri sendi, malaise
parah (rasa tidak enak badan), sakit tenggorokan dan hidung berair.
Gejala tersebut dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu satu
minggu tanpa perlu menggunakan obat-obatan. Akan tetapi, gejala
dapat muncul lebih parah pada orang-orang dengan sisitem imun
yang rendah atau pada penderita penyakit kronis (WHO, 2012).
Patofisiologi
Virus influenza masuk ke dalam saluran napas melalui
droplet, kemudian menempel dan menembus sel epitel saluran
napas di trakea dan bronkus. Infeksi dapat terjadi bila virus
menembus lapisan mukosa non-spesifik saluran napas dan

terhindar dari inhibitor non-spesifik serta antibodi lokal yang


spesifik. Daerah yang diserang adalah sel epitel silindris bersilia.
Selanjutnya terjadi edema lokal dan infiltrasi oleh sel limfosit,
histiosit, sel plasma dan polimorfonuklear. Nekrosis sel epitel ini
terjadi pada hari pertama setelah gejala timbul. Perbaikan epitel
dimulai pada hari ke-3 dan ke-5 dengan terlihatnya mitosis sel pada
lapisan basal. Respons pseudometaplastik dari epitelium yang
undifferentiated timbul. Puncaknya dicapai pada hari ke9 sampai
ke-15 setelah awitan penyakit. Setelah 15 hari, tampak produksi
mukus dan silia kembali seperti sediakala. (Angon C, 2016)
II.1.3

Rhinitis Alergi
Defenisi
Rinitis alergi merupakan suatu kumpulan gejala kelainan
hidung yang disebabkan proses inflamasi yang diperantarai oleh
imunoglobulin E (IgE) akibat paparan alergen pada mukosa hidung
(Pinto JM, 2003).
Rinitis alergi menurut WHO (2001) adalah kelainan pada
hidung setelah mukosa hidung terpapar oleh alergen yang
diperantarai oleh IgE dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal
pada hidung dan hidung tersumbat.
Patofisiologi
Rinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi yang
diawali dengan tahap sensitisasi dan diikuti dengan reaksi alergi.

Reaksi alergi terdiri dari 2 fase yaitu (Benjamini E., Coico R.,
Sunshine G., 2000) :
1.

Immediate Phase Allergic Reaction atau Reaksi Alergi Fase


Cepat (RAFC) yang berlangsung sejak kontak dengan alergen
sampai 1 jam setelahnya. Munculnya segera dalam 5-30
menit, setelah terpapar dengan alergen spesifik dan gejalanya
terdiri dari bersin-bersin, rinore karena hambatan hidung dan
atau bronkospasme. Hal ini berhubungan dengan pelepasan
amin vasoaktif seperti histamin.

2.

Late Phase Allergic Reaction atau Reaksi Alergi Fase Lambat


(RAFL) yang berlangsung 2-4 jam dengan puncak 6-8 jam
(fase

hiperreaktifitas)

setelah

pemaparan

dan

dapat

berlangsung sampai 24-48 jam. Muncul dalam 2-8 jam


setelah terpapar alergen tanpa pemaparan tambahan. Hal ini
berhubungan dengan infiltrasi sel-sel peradangan, eosinofil,
neutrofil, basofil, monosit dan CD4 + sel T pada tempat
deposisi antigen yang menyebabkan pembengkakan, kongesti
dan sekret kental.
Reaksi awal terjadi ketika alergen diudara memasuki
hidung selama inhalasi dan kemudian diproses oleh limfosit, yang
menghasilkan antigen spesifik IgE. Hal ini menyebabkan sensititasi
pada orang yang secara genetik reantan terahdap alergen tersebut.
Pada saat terjadi paparan ulang melalui hidung, IgE yang berkaitan
dengan sel mast berinteraksi dengan alergen dari udara, dan
memicu mediator dan memicu mediator inflamasi. Mediator ini
menyebabkan vasodilatasi, peningkatan permeabilitas vaskular, dan
produksi sekresi nasal. Histamin menyebabkan rinorea, gatal,
bersin, dan hidung tersumbat. Dari 4-8 jam setelah paparan
terhadap alergen pertama kali, dapat terjadi reaksi fase lambat,
yang diperkirakan disebabkan terutama oleh sel mast dan limfosit

helper yang berasal dari timus. Respons inflamasi ini dapat menjadi
penyebab gejala kronik yang menetap termasuk kongesti hidung.
Gejala
Gejala klinis rhinitis alergi yang khas ialah terdapatnya
serangan bersin yang berulang. Bersin merupakan gejala normal,
yang merupakan mekanisme fisiologik, yaitu proses pembersihan
diri (self eleaning process). Bersin dianggap patologik, bila
terjdinya lebih dari lima kali setiap serangan, terutama merupakan
gejala pada reaksi alergi fase cepat dan kadang-kadang pada reaksi
alergi fase lambat sebagai akibat pelepasan histamin (Ghani, 2007).
Gejala lain ialah keluar ingus (rinore) yang encer dan
banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadangkadang disertai dengan banyak air mata keluar (lakrimasi).Sering
kali gejala yang timbul tidak lengkap, terutama pada anak. Kadangkadang keluhan hidung tersumbat merupakan keluhan utama atau
satu-satunya gejala 1-ang diutarakan oleh pasien (Ghani,2007).
II.1I.1 Penatalaksaan terapi selesma
a. Non farmakologi
Karena nasofaringitis pada umumnya disebabkan oleh
infeksi virus self-limiting, tatalaksana hanya bersifat suportif;
ini mencakup edukasi pasien untuk hidrasi yang adekuat,
istirahat yang cukup, dan menjaga pola makan yang sehat.
Berkumur dengan air garam dapat memberikan rasa nyaman di
tenggorokan (WHO, 2007)
b. Farmakologi
Adapun obat-obat yang digunakan untuk penanganan
selesma yaitu sebagai berikut :

Vitamin
Menurut Linus Pauling, vitamin C bisa mencegah
dan mengurangkan selsema biasa. Vitamin C pada dosis
tinggi

(1-1,5

mg)

berkhasiat

meringankan

gejala,

mempersingkat lamanya infeksi dan sebagai stimulan


sistem imun. Pada dosis tinggi limfosit dirangsang
perbanyakan aktivitasnya sehingga pembasmian virus
berlangsung lebih cepat.
-

Dekongestan
Dekongestan.

Dekongestan

merupakan

zat

simpatomimetik yang bekerja pada reseptor adrenergik


pada

mukosa

hidung

menyebabkan

vasokonstriksi,

menciutkan mukosa yang membengkak dan memperbaiki


ventilasi, agar tidak menyumbat jalannya nafas.
Berdasarkan sasaran terapi, idealnya obat selesma
pilihan

adalah

dekongestan

nasal.

Sebab

dengan

dekongestan nasal, sumbatan nasal maupun keluarnya


cairan nasal dapat dikurangi, sehingga rentetan gejala
berikutnya juga berkurang.
-

Anti histamin
Antihistamin. Histamin adalah bahan kimia alami
tubuh yang dapat menimbulkan sejumlah perubahan dalam
tubuh, termasuk radang. Radang ditandai oleh warna
kemerahan (artinya darah mengalir ke jaringan yang
meradang), bengkak (artinya cairan bocor dan masuk ke
jaringan), dan nyeri (tanda bahwa bahan-bahan kimia
tubuh dilepaskan ke jaringan, yang memicu reaksi ujung
saraf).Histamin selama ini diketahui merupakan pemeran
utama dalam reaksi alergi, yang melibatkan produksi
lendir, pembengkakan jaringan, dan penyempitan saluran
pernapasan. Meskipun demikian tetap saja belum banyak

yang diketahui tentang peran histamin dalam infeksi virus,


seperti selesma dan flu. Virus memicu dilepaskannya
substansi radang, seperti histamin, yang memicu bersin,
nyeri tenggorokan, dan hidung tersumbat yang sangat
lazim dijumpai, tetapi tidak diharapkan. Antihistamin
dapat membatasi aktivitas histamin sehingga peradangan
yang tak diinginkan dapat dipersingkat.
-

Analgetik
Analgetika. senyawa yang dalam dosis terapetik
meringankan atau menekan rasa nyeri, tanpa memiliki
kerja anestesi umum.

Antitusif
Infeksi virus dapat memproduksi sekret dalam
jumlah besar pada saluran pernapasan sehingga terjadi
batuk. Fungsi batuk ini adalah mengeluarkan sputum dan
bakteri. Ketika batuk tidak produktif dapat ditekan dengan
antitusif yang bekerja dengan menekan sistem saraf pusat.
Beberapa antitusif yang dapat diperoleh tanpa resep dokter
diantaranya,difenhidramin HCl dan dextrometorpan yang
terbukti efektif untuk pilek

II.1I.2 Penatalaksaan terapi influenza


a. Non farmakologi(Angon C, 2016)
- Istirahat Cukup. Pastikan tubuh mendapat cukup istirahat di
tempat tidur. Rehat sejenak dari rutinitas sehari-hari dan
usahakan untuk mengurangi stres. Ingat, tubuh Anda perlu

beristirahat agar mampu mengatasi penyakit ini.


Cukupi Kebutuhan Cairan Tubuh. Minumlah banyak cairan,
terutama air putih, jus buah segar, atau teh herbal panas.

10

Konsumsi Vitamin C. Vitamin C dalam dosis tertentu, meski


tidak untuk mengobati, setidaknya bisa mengurangi keparahan
penyakit atau memperpendek selang waktu terjadinya gejala.
Minyak esensial. Menggunakan minyak esensial yang

mengandung eucalyptus dan menthol telah lama dimanfaatkan


untuk mengatasi batuk pilek dan flu. Menthol banyak terdapat
dalam minyak peppermint, sedang eucalyptus terdapat pada
minyak eucalyptus.Selain itu, agar Anda tidak menjadi sumber
penularan, penyakit batuk pilek atau influenza jangan lupa:
Untuk sementara waktu kurangi kontak dengan orang lain serta
menutup mulut dan hidup saat batuk atau bersin.

b. Terapi farmakologi (Tjay, T.H,2002)


- Antihistamin, Antihistamin dapat menghambat kerja
histamin yang menyebabkan terjadinya reaksi alergi. Zat
yang

biasa

pengobatan

digunakan
flu

dan

sebagai
salesma

antihistamin

dalam

adalahKlorfeniramin

maleat atau CTM. Zat ini hampir selalu ada di setiap


komposisi obat flu untuk mengatasi kemungkinan kejadian
-

flu karena alergi.


Dekongestan, dekongestan mempunyai efek mengurangi
hidung

tersumbat,

Penggunaan

dekongestan

dapat

mengurangi tekanan dan sumbatan, bukan dengan


mengeringkan

lender,

tetapi

dengan

mengerutkan

pembuluh darah dalam hidung agar tidak menyumbat jalan


-

napas.
Konsumsi multivitamin (vitamin C) setiap hari sangat baik
untuk membantu meningkatkan stamina tubuh dan
11

mencegah penyakit yang tidak diperlukan. Yang terpenting


adalah vitamin C, karena dengan makan vitamin C paling
tidak Anda menyimpan buah-buahan dan sayuran dalam
-

tubuh yang menjadi benteng serangan virus


Antipiretik (Parasetamol/ asetaminofen), Asetaminofen
atau

parasetamol

berkhasiat

analgetika antipiretika,

maksudnya berkhasiat menghilangkan rasa nyeri atau sakit


dan menurunkan panas. Senyawa obat ini juga banyak
dipakai pada obat-obat turun panas untuk anak-anak. Obat
flu yang mengandung asetaminofen atau parasetamol
cocok digunakan untuk flu yang disertai sakit kepala atau
demam.
II.1I.3 Penatalaksaan terapi rhinitis alergi
a. Non farmakologi
Salah satu terapi alergi adalah pencegahan terhadap
paparan allergen. Namun, pencegahan alergi tidak mudah,
apalagi jika allergen penyebabnya belum bisa dipastikan.
Rumah harus kerap dibersihkan, tidak boleh memelihara
binatang, sebaiknya tidak menggunakan bantal atau kasur
kapuk (diganti dengan busa atau springbed) dan sebaiknya
tidak menggunakan karpet. Jika memungkinkan, perlu
digunakan penyaring udara berupa Air Conditioner (AC) atau
High Efficiency Particulate Air (HEPA) filter. Hindarkan

12

berada dekat bunga-bunga pada musim penyerbukan, dan


gunakan masker pada saat berkebun (Ikawati, 2011).
b. Terapi farmakologi
Tujuan terapi farmakologi untuk rinitis alergi adalah
mencegah dan mengurangi atau meminimalkan gejala. Obatobat yang digunakan antara lain adalah: antihistamin,
dekongestan nasal, kortikosteroid nasal, antikolinergik dan
golongan kromolin (Ikawati, 2011).
-

Antihistamin bekerja dengan baik untuk mengobati gejala


alergi, terutama bila gejala tidak sering terjadi atau tidak

berlangsung lama.
Dekongestan adalah golongan obat untuk mengatasi

gejala-gejala seperti hidung tersumbat.


Imunoterapi, Jika obat-obat tadi

sifatnya

hanya

mengurangi gejala (tidak bisa menghilangkan sama sekali


sifat alerginya), maka imunoterapi adalah pengobatan
yang bersifat menghilangkan sifat sensitivitas tubuh
terhadap allergen
II.1II.1 Swamedikasi selesma, influenza, dan rhinitis alergi
a. Obat obat sintetis
1. ALERFED SYRUP (Medicastore.com)

13

a. Nama obat : Alerfed syrup


b. Kandungan : Per 5 ml: Triprolidin HCL 1,25 mg, Pseudoefedrin
HCL 30 mg
c. Indikasi : Gejala-gejala yang berkaitan dengan influenza,
sinusitis, dan alergi, mengurangi pembengkakan pada mukosa
hidung.
d. Kontra indakasi : Tekanan darah tinggi atau hipertensi berat
e. Perhatian : Diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit jantung,
hipertiroidsme,

peningkatan

tekanan

dalam

bola

mata

pembesaran prostat. Dan dapat menganggu kemampuan


mengendarai dan mengoperasikan mesin
f. Interaksi obat :
antihipertensi, antidepresan
simpatomimetik lainnya seoerti

trisklik,

dekongestan penakan nafsu

makan,psikostimulan deperti Amfetamin, obat-obat penghambat


mono amin oksidase.
g. Efek Samping : Mengantuk, gangguan tidur, kemerahan pada
kulit, kering pada mulut, hidung dan tenggorokan adakalanya
terjadi retensi.
h. Kemasan : Sirup 60 ml
i. Dosis: Dewasa dan anak yang berusia di atas 12 tahun : 3 kali
sehari 10 ml. Anak berusia 6-12 tahun : kli sehari 5 ml
14

j. Penyajian : Dikomsumsi bersamaan dengan makanan atau tidak


k. Golongan : Bebas Terbatas
l. Diproduksi : Guardian Phamatama

2. ANADEX TABLET (Medicastore)

a. Nama obat : Anadex tablet


b. Kandungan : Per tablet : paracetamol 500 mg dextromethorphan
HBr

15

mg,

clhlorpheniramine

malete

mg,

Phenylpropanolamine HCL 15 mg
c. Indikasi : Flu, masuk angin, batuk. Demam dan nyeri
d. Kontra Indikasi : Hipertirodisme, tekanan daranh tinggi,
pemyakit koroner, MAOI (penghambat mono amin oksidase),
penyakit ginjal.
e. Perhatian: Penyakit jantung, diabetes, glaukoma, gangguan
fungsi

hati

atau

ginjal,

kehamilan,

dapat

menganggu

kemampuan mengendarai dan menjalankan mesin.


f. Interaksi obat: Anthistamin bisa mempotensiasi depressan
susunan saraf pusat lainnya. Aksi diperpanjang oleh MAOI.
Pengunaan Parasetamol jangka panjang bisa mempetensiasi
antikoagulan oral.

15

g. Efek Samping : Mengantuk pusing . mulut kering kejang seperti


epilepsi (pada dosis besar kemerahan pada kulit.
h. Kemasan : Tablet 25x 4 biji.
i. Dosis : dewasa 4-4 kali sehari 1-2 tablet. Anak berusia 6-12
tahun 3-4 kali sehari 1 tablet
j. Penyajian : Dikomsumsi bersamaan dengan makanan atau tidak
k. Golongan : Bebas Terbatas
l. Pabrik : Interbat

3. Actifed Merah

a. Nama obat : Actifed Plus Cough Suppressant (Actifed Merah)


b. Komposisi: setiap 1 sendok takar (5 mL) mengandung :
Triprolidine HCl 1.25 mg, Pseudoephedrine HCl 30 mg,
Dextromethorphan HBr 10 mg
c. Dosis : Dewasa & anak 12 thn keatas (3 x sehari 5 ml); 6-12 thn
(3 x sehari 2,5 ml ); 2-6 thn (3 x sehari 1,25 ml)
d. Indikasi: rhinitis alergi, selesma dan batuk kering.
e. Kontraindikasi: Penderita yang peka terhadap

obat

simpatomimetik, hipertensi berat.


f. Perhatian: gangguan fungsi hati dan ginjal, glaukoma,
hipertiroid, hipertensi,

16

g. Efek Samping: Sakit kepala, mengantuk, tremor, takikardia,


aritmia, mulut kering, palpitasi, gangguan pencernaan
h. Interaksi
obat:
alkohol,
antihipertensi,
antidepresan,
dekongestan, MAO.
i. Mekanisme kerja : Triprolidine membantu meringankan gejala
yang penyebabnya secara keseluruhan maupun sebagian
tergantung pada pelepasan histamine. Senyawa dari golongan
pyrolidine ini bekerja sebagai antagonis kompetitif untuk
reseptor histamine H1 dan mampu menekan system saraf pusat,
sehingga menyebabkan kantuk. Pseudoephedrine mempunyai
aktivitas simpatomimetik langsung maupun tidak langsung dan
merupakan dekongestan saluran pernapasan bagian atas.
Dextromethorphan memiliki kerja antitusif. Mengontrol batuk
dengan menekan pusat batuk.
j. Golongan obat : Obat Bebas Terbatas
k. Diproduksi oleh Glaxo Wellcome
l. No Reg : DTL9932004337A1
4. Actifed Kuning

a. Nama obat : Actifed Syrup (Actifed kuning)


b. Komposisi: Triprolidin HCl 1,25,mg, pseudoefedrin HCl 30 mg

17

c. Dosis : Dewasa & anak 12 thn keatas (3 x sehari 10 ml); 612 thn (3 x sehari 5 ml ); 2-6 thn (3 x sehari 2,5 ml); 6 bln-2 thn
(3 x sehari 1,25 ml)
d. Indikasi: rhinitis alergi, selesma.
e. Kontraindikasi: Penderita yang

peka

terhadap

obat

simpatomimetik, hipertensi berat


f. Perhatian: gangguan fungsi hati dan ginjal, glaukoma,
hipertiroid.
g. Efek Samping: Sakit kepala, mengantuk, insomnia, tremor,
takikardia, aritmia, mulut kering, palpitasi.
h. Interaksi obat: antihipertensi, antidepresan, dekongestan, MAO.
i. Mekanisme kerja : Triprolidine membantu meringankan gejala
yang penyebabnya secara keseluruhan maupun sebagian
tergantung pada pelepasan histamine. Senyawa dari golongan
pyrolidine ini bekerja sebagai antagonis kompetitif untuk
reseptor histamine H1 dan mampu menekan system saraf pusat,
sehingga menyebabkan kantuk. Pseudoephedrine mempunyai
aktivitas simpatomimetik langsung maupun tidak langsung dan
merupakan dekongestan saluran pernapasan bagian atas.
j. Golongan obat : Obat Bebas Terbatas
k. Reg No. : DTL9932004437A1
l. Diproduksi oleh Glaxo Wellcome

5. CTM (Klorfeniramin maleat/klorfenon)

18

a. Nama obat : CTM


b. Indikasi : Anti alergi
c. Efek samping :Mengantuk, pusing, gangguan sekresi
saluran napas, Mual dan muntah (jarang)
d. Aturan pemakaian:
Klorfenon / klorfeniramin maleat (CTM) Dewasa : 1
tablet (2 mg) setiap 6-8 jam, Anak : < 12 tahun tablet
(12,5 mg) setiap 6-8 jam
e. Golongan obat : Obat bebas terbatas
f. No.reg.DTL8104001701A1
g. Diproduksi oleh PT. Grubros Farm

6. Sanmol tablet (medicastore)

19

a.
b.
c.
d.

Nama obat : Sanmol tablet


Komposisis : paracetamol 500 mg
Indikasi : Menurunkan demam, mengurangi rasa sakit
Aturan pemakaian : Dewasa : 1 tablet (500 mg) 3 4 kali sehari,
(setiap 4 6 jam), 6-12 tahun : - 1 tablet (250-500 mg), 3 4

kali sehari
e. Efek samping :Efek samping yang dialami ringan seperti mual
dan pusing
f. Kontra Indikasi : hepersensifitas, penderita gangguan fungsi hati,
pecandu alcohol
g. Golongan obat : Obat Bebas
h. No.Reg : DBL7622235610A
i. Diproduksi oleh PT SANBE FARMA

7. Sanmol syrup

20

a. Nama Obat : Sanmol syrup


b. Indikasi : Dapat meringankan rasa sakit di keadaan

sakit kepala,

sakit gigi serta menurunkan demam.


c. Kontra Indikasi : Penderita gangguan pada fungsi hati yang berat
d. Efek samping : Penggunaan dalam jangka waktu yang lama dan
dosis besar dapat menyebabkan kerusakan pada hati. Terjadi reaksi
sensitivitas
e. Perhatian : Hati-hati penggunaan obat ini khususnya pada penderita
ginjal. Bila setelah 2 hari demam belum menurun atau setelah 5 hari
nyeri belum menghilang, segera hubungi Unit Pelayanan Kesehatan
terdekat. Penggunaan obat ini pada penderita yang menggunakan
alkohol, bisa meningkatkan risiko kerusakan terhadap fungsi hati.
f. Dosis :
0-1 tahun = 1/2 sendok takar (2,5 ml) 3-4x sehari
1-2 tahun = 1 sendok takar (5 ml) 3-4x sehari
2-6 tahun = 1-2 sendok takar (5-10 ml) 3-4x sehari
6-9 tahun = 2-3 sendok takar (10-15 ml) 3-4x sehari
9-12 tahun = 3-4 sendok takar (15-20 ml) 3-4x sehari
atau sesuai petunjuk dokter
g. Golongan Obat Bebas
h. No.reg : DBL7622235037A1.
i. Diproduksi oleh : PT. Caprifarmindo Labs, Bandung - Indonesia
untuk PT. Sanbe Farma, Bandung - Indonesia.
8.

Disudrin sirup

21

a.
b.
c.
d.

Nama Obat : Disudrin Sirup


Komposisi : Pseudoefedrine HCl
Indikasi : Meringankan gejala selesma dan alergi
Dosis : Sirup: Anak 6-12 tahun : 3 kali sehari 1 sendok
takar. Anak 2-6 tahun : 3 kali sehari sendok takar.
Tablet: Anak > 12 tahun : 3 kali sehari1 tablet . Anak 6-12

tahun : 3 kali sehari tablet


e. Kontra Indikasi : Hipertensi berat, penggunaan bersama
dengan terapi MAOI
f. Perhatian : Gangguan fungsi hati dan ginjal, glaukoma,
hipertrofi prostat, gangguan KV, DM. Anak < 2 tahun.
Hamil, laktasi
g. Efek samping : Mengantuk, sakit kepala, insomnia,
eksitasi SSP, tremor, takikardi, aritmia, mulut kering,
palpitasi, obstruksi saluran kemih
h. Golongan obat bebas terbatas
i. Diproduksi oleh : Medifarma/ Pediatrica
j. Reg. No : DTL0214708236A1

9. Procold

22

a. Komposisi : Paracetamol 500 mg, Pseudoefedrine HCl 30


mg, Klorfeniramin maleat 2 mg.
b. Indikasi : meringankan gejala flu seperti demam, sakit
kepala, hidung tersumbat dan bersin-bersin.
c. Dosis : Dewasa 3 x 1 tablet sehari, anak-anak 6-12 tahun
tablet
d. Kontraindikasi : hipersensitif terhadap komponen obat.
e. Perhatian : penggunan pada penderita dengan gangguan
fungsi hati dan ginjal, glaukoma, hipertrofi prostate,
hipertiroid, gangguan jantung, dan diabetes militus.
f. Golongan obat bebas terbatas
g. No.Reg : DTL7211616604A1
h. Diproduksi oleh PT. Kalbe Farma TBK

10. Stop Cold

23

a. Nama obat : Stop Cold


b. Komposisi : Paracetamol 500mg, Pseudoefedrine HCl 30
mg, Cllorpheniramine Maleat 2mg, Guefenesin 50mg.
c. Indikasi : Untuk meringankan gejala flu seperti : demam,
sakit kepala, hidung tersumbat, dan bersin bersin yang
disertai batuk.
d. Dosis : 3 kali sehari 1 tablet.
e. Efek samping : Mengantuk, gangguan pencernaan,
insomnia, gelisah, eksitasi, tremor, takikardi, aritmia
ventrikuler, mulut kering, palpitasi, sulit berkemih.
f. Kontra Indikasi : Penderita yang hipersensitif terhadap
komponen obat ini.
g. Perhatian dan peringtan : Hati hati penggunaan pada
penderita dengan gangguan fungsi hati dan ginjal,
glaucoma, hipertrofi prostat, hipertiroid, gangguan
jantung dan diabetes mellitus. Tidak dianjurkan untuk
anak dibawah 6 tahun, wanita hamil dan menyusui,
kecuali atas petunjuk dokter.
h. Golongan : Obat bebas Terbatas
i. Reg. No. DTL7204509116A1
j. Diproduksi oleh PT Prafa Citeureup, Bogor, Indonesia

24

b. Obat-obat herbal
1. Tolak Angin

b. Nama obat : Tolak angin Flu


c. Komposisi: Amoni Fructus (kapulaga), Foeniculli Fructus (adas),
Isorae Fructus (kayu ules), Myristicae Semen (pala), Burmanni
Cortex (kayu manis), Centellae Herba (pegagan), Caryophylli
Folium (cengkeh), Parkiae Semen (kedawung), Oryza sativa
(beras), Menthae arvensitis Herba (poko), Usneae thallus (kayu
angin), Zingiberis Rhizoma(jahe), ekstrak Panax Radix, serta
bahan-bahan lain
d. Indikasi: meringankan gejala flu dan memelihara daya tahan tubuh
e. Dosis : dewasa 3-4 x sachet, anak-anak tidak dianjurkan
f. Penyajian : Langsung diminum atau dicampur dengan minuman

25

g. Perhatian : Wanita hamil dan gangguan ginjal


h. Pabrik : Sido Muncul
i. No. Reg, POM TR 032622221

2. Stimuno

STIMUNO

adalah

imunomodulator

dari

herbal

alami

membantu meningkatkan daya tahan tubuh. Stimuno terdaftar sebagai


FITOFARMAKA , dibuat dari ekstrak tanaman Phyllanthus niruri
(meniran) yang terstandarisasi dan telah melalui berbagai uji pra-klinik
dan klinik. Sebagai imunomodulator (pengatur sistem imun), Stimuno
membantu merangsang tubuh memproduksi lebih banyak antibodi dan
mengaktifkan sistem kekebalan tubuh agar daya tahan tubuh bekerja
optimal.
Komposisi : Tiap 5 ml Stimuno Sirup mengandung ekstrak Phyllanthus
niruri 25mg. Tiap kapsul Stimuno mengandung Phyllanthus niruri 50 mg
Indikasi: Membantu memperbaiki dan meningkatkan daya tahan tubuh
Aturan penunggunaan : Pencegahan 1 kapsul per hari. Pada saat sakit
3x sehari Perjalan (Traveling) 2 x sehar
No.Reg : POM FF 041300411
Diproduksi oleh PT. Dexa Medica

26

3. Stimuno sirup

a. Nama : Stimuno syrup


b. Indikasi: Membantu memperbaiki dan meningkatkan daya tahan
c.

tubuh
Dosis Pemakaian : Sirup untuk anak-anak usia 1 tahun ke atas 1

sendok takar (5 ml), 1-3 kali sehari.


d. Komposisi Setiap 1 sendok takar (5 ml) sirup STIMUNO
mengandung 25 mg ekstrak Phyllanthus niruri
e. No. Reg: POM FF 041600421
f. Di produksi Oleh : PT Dexa Medica

4. Jahe Merah Super Madu (Yudhi N, 2009)

27

a. Khasiat :Jahe merah super merah adalah salah satu produk


kesehatan yang dapat anda mengkomsumsi untuk membantu
menyegarakan dan menyehatkan badan, terbukti banyak memiliki
manfaat yng baik untuk kesehatan, salah satunya yaitu untuk
meringankan gejala-gejala flu, pilek dan demam.
b. Komposisi/Kandungan : Sari jahe merah ,Umbi mahkota dewa,
Gula aren, gula tebu, Gingseng
c. Cara/Aturan pemakaian :Untuk menikmati manfaat dan khasiat dari
minuman sehat yang satu ini, cukup buka 1 sachet jahe merah super
amanah, lalu tuangkan ke dalam gelas, selanjutnya, tunagkan air
panas ke dalam gelas tersebut, lalu aduk hingga merata. Setelahnya,
tunggu hingga suhuair panas agak turun (menjdi hangat), lalu
minuman siap dinikmati.
d. Halal MUI No 031300510809. Izin Depkes : P.IRT. 812327601223
e. Produksi : UD Cipta Mandiri Abadi Bogor.
c. Tanaman herbal
1. Mengkudu (Morinda Citrifolia)

28

a. Kandungan Kimia : Buah mengkudu mengandung skopoletin,


rutin,

polisakarida,

asam

askorbat,

-karoten,

1-arginin,

proxironin, dan proxeroninase, iridoid, asperolusid, iridoid


antrakinon, asam lemak, kalsium, vitamin B, asam amino,
glikosida, dan juga glukosa (Sjabana dan Bahalwan, 2002;
Wijayakusuma dan Dalimartha, 1995). Selain itu juga dikandung
senyawa-senyawa seperti, morindon, rubiadin, dan flavonoid
(Bangun dan Sarwono, 2002).
b. Khasiat : mengkudu bagi kesehatan adalah untuk mengobati
tekanan darah tinggi, batuk, obat masuk angin, obat flu asma,
cacingan, diabetes melitus (kencing manis), meredakan demam.,
dan obat demam
c. Cara penggunaan : Mengkudu 1 buah dan Kencur 1 rimpang di
rebus dengan 2 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 1
gelas, saring. Kemudian diminum ramuan herbal 2 x 1 hari, pagi
dan sore.
2. Buah jeruk nipis (Citri aurantifoliae Fructus)

29

a. Kandungan Kimia :Asam sitral; Minyak atsiri; Linna; Lisasetat;


d-limonen;

L-linaliol;

Dihidrokumarinalkohol;

Terpenool;

Pinen; Kamfen. (plantamor.2016)


b. Kegunaan : Influenza, rhinitis alergi
c. Cara pemakaian : Air Jeruk nipis 1 sendok makan, diberi
sedikit kapur sirih, diaduk lalu diminum 2 kali sehari.
3. Daun sirih (Piper betle)

Kandungan Kimia : Minyak menguap (betIephenol), seskuiterpen.


Indikasi: batuk berdahak dan tidak berdahak, sariawan, bronkitis,
selesma, keputihan, sakit gigi, demam berdarah, bau mulut, haid tidak

teratur, asma, radang tenggorokan, gusi bengkak.


Cara penggunaan : 10 lembar daun sirih + 25 gram rimpang kunyit
(dipotong-potong) setelah dicuci bersih direbus dengan 600 cc air
hingga tersisa 300 cc, disaring, tambahkan madu atau gula. Airnya

diminum 2-3 kali minum 100-150 cc.


4. Jahe (Zingiber officinale)

30

Kandungan kimia : Minyak atsiri, damar, mineral sineol, fellandren,


kamfer, borneol, zingiberin, zingiberol, gigerol ( misalnya di bagian
bagian merah),zingeron, lipidas, asam aminos, niacin, vitamin A, B1,

C dan protein.
Indikasi: meredakan nyeri dan pegal linu, mencegah kemandulan,
memperkuat imunitas tubuh, meredakan nyeri otot, alergi nyeri haid,

influenza, selesma.
Cara Penggunaan : Jahe (10gr), cabe (25gr), laos (5gr), rimpang kunyit
(5 gr) dicampur dengan lempuyang (25gr), gula aren secukupnya
ditumbuk jadi satu , lalu direbus dengan air liter, biarkan hingga

tersisa liter, diminum 3x sehari


5. Kembang sepatu(Hibiscus rosa-sinensis)

31

a. Kandungan Kimia : Mengandung

berbagai senyawa seperti

flavonoida, cyanidin diglucosid, taraxeryl acetat, saponin,


polifenol, tanin, saponin, hibisetin, Ca-oksalat, dan peroxidase.
b. Kasiat : Di dalamnya ada terdapat kandungan vitamin C yang
membantu melawan virus penyebab pilek.
c. Cara penggunaan : Ambil 3 akar dari tanaman kembang sepatu,
cuci bersih kemudian tumbuk hingga halus. Rebus dalam 2 gelas
air mendidih selama 30 menit, kemudian saring. Minum airnya
sekaligus.

BAB III
PEMBAHASAN
Pengobatan sendiri (swamedikasi) adalah pemilihan dan penggunaan
obat modern dan obat tradisional oleh seseorang untuk mengatasi penyakit atau
gejala penyakit, Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhankeluhan dan penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat seperti selesma,
influenza, dan rhinits alergi.

32

Obat-obatan yang dapat digunakan pada pengobatan sendiri sering


disebut sebagai over the counter drugs (OTC). Bagi sebagian orang, obat-obat
OTC dapat berbahaya ketika digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan
obat lain. Tetapi bagi sebagian lainnya, obat-obat OTC sangat bermanfaat
dalam pengobatan sendiri untuk mengatasi penyakit ringan hingga sedang
seperti selesma, influenza, dan rhinits alergi.
Selesma atau common cold, merupakan peradangan hidung, faring,
hipofaring, uvula, dan tonsil yang umumnya disebabkan oleh infeksi virus.
Common cold adalah penyakit virus dengan gejala dominan meler, mampet,
bersin, nyeri tenggorokan, dan batuk. Gejala sistemik (nyeri otot, demam)
jarang atau ringan.
Flu adalah penyakit yang menyerang bagian hidung, tenggorokan dan
paru-paru yang disebabkan oleh infeksi virus influenza. Penyakit ini dapat
menyebar dengan mudah dari satu orang ke orang lain. Umumnya, penyebaran
terjadi melalui udara, dari batuk atau bersin. Virus flu juga dapat disebarkan
melalui kontak langsung dengan penderita atau kontak dengan benda-benda
yang digunakan oleh penderita.
Rhinitis alergi adalah kelainan pada hidung setelah mukosa hidung
terpapar oleh alergen yang diperantarai oleh IgE dengan gejala bersin-bersin,
rinore, rasa gatal pada hidung dan hidung tersumbat.
Selesma, influenza, dan rhinitis alergi merupakan penyakit gangguan
saluran pernapasan yang ditandai dengan gejala-gejala yang serupa / sama.
Salesma gejalanya yaitu : sakit kepala, keluar cairan hidung (meler), hidung

33

tersumbat, sakit tenggorokan, batuk kering, dan batuk berdahak. Sedangkan


influenza merupakan tanda-tanda selesma berat, demam, ngilu pada sendi dan
otot. Rhinitis alergi juga merupakan selesma menetap dan gejalanya hidung
gatal.
Terapi non farmakologi dari penyakit selesma, influenza, dan rhinitis
alergi adalah mencakup edukasi pasien istirahat yang cukup, perbanyak minum
air putih, dan menjaga pola makan yang sehat, berkumur dengan air garam
dapat memberikan rasa nyaman di tenggorokan,dan menghirup uap air hangat.
Dari penyakit tersebut juga telah tersedia obat-obat untuk membantu
kita dalam pengobatan sendiri, diantaranya Antihistamin. Antihistamin dapat
menghambat kerja histamin yang menyebabkan terjadinya reaksi alergi. Zat
yang biasa digunakan sebagai antihistamin dalam pengobatan flu dan salesma
adalah Klorfeniramin maleat atau CTM. Zat ini hampir selalu ada di setiap
komposisi obat flu untuk mengatasi kemungkinan kejadian flu karena alergi.
Dekongestan, dekongestan mempunyai efek mengurangi hidung
tersumbat, Penggunaan dekongestan dapat mengurangi tekanan dan sumbatan,
bukan dengan mengeringkan lender, tetapi dengan mengerutkan pembuluh
darah dalam hidung agar tidak menyumbat jalan napas.
Konsumsi multivitamin misalnya (vitamin C), mengkomsumsi setiap
hari sangat baik untuk membantu meningkatkan stamina tubuh dan mencegah
penyakit yang tidak diperlukan. Yang terpenting adalah vitamin C, karena
dengan makan vitamin C paling tidak Anda menyimpan buah-buahan dan
sayuran dalam tubuh yang menjadi benteng serangan virus

34

Antipiretik misalnya (Parasetamol/ asetaminofen), Asetaminofen atau


parasetamol

berkhasiat

analgetika antipiretika, maksudnya berkhasiat

menghilangkan rasa nyeri atau sakit dan menurunkan panas. Senyawa obat ini
juga banyak dipakai pada obat-obat turun panas untuk anak-anak. Obat flu
yang mengandung asetaminofen atau parasetamol cocok digunakan untuk flu
yang disertai sakit kepala atau demam.
Komposisi obat selesma bisa dekongestan dikombinasi analgesik,
dekongestan dikombinasi antitusif, dekongestan dikombinasi ekspektoran, bisa
juga analgesik dikombinasi antitusif. Komposisi obat influenza yaitu :
dekongestan dikombinasi analgetik antipiretik. Sedangkan komposisi obat
rhinitis alergi adalah dekongestan dikombinasi analgetik, dikombinasi
antihistamin.
Pengobatan sendiri harus dilakukan sesuai dengan penyakit yang
dialami. Pelaksanaannya sedapat mungkin harus memenuhi kriteria pengobatan
sendiri yang sesuai aturan. Pengobatan sendiri yang sesuai dengan aturan
mencakup 4 kriteria antara lain:

a. Tepat golongan obat, yaitu menggunakan golongan obat bebas dan obat
bebas terbatas.

b. Tepat kelas terapi obat, yaitu menggunakan obat yang termasuk dalam
kelas terapi yang sesuai dengan keluhannya
c. Tepat dosis obat, yaitu menggunakan obat dengan dosis sekali dan sehari
pakai sesuai dengan umur.
d. Tepat lama penggunaan obat, yaitu apabila berlanjut segera berkonsultasi
dengan dokter

35

BAB IV
PENUTUP
IV.1

Kesimpulan
1. Pengobatan sendiri (swamedikasi) adalah pemilihan dan penggunaan
obat modern dan obat tradisional oleh seseorang untuk mengatasi
penyakit atau gejala penyakit.
2. Selesma, influenza, dan rhinitis alergi merupakan penyakit gangguan
saluran pernapasan yang ditandai dengan gejala-gejala yang serupa /
sama.
3. Dari penyakit tersebut telah tersedia obat-obat untuk membantu kita
dalam pengobatan sendiri, diantaranya
antiinflamasi, dan vitamin.

36

Antihistamin, dekongestan,

IV.2

Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan

dan pertimbangan bagi para apoteker dalam membantu masyarakat dalam hal
pengobatan sendiri untuk meminimalkan kesalahan pengobatan

DAFTAR PUSTAKA
Abelson, B., 2009, Flu Shots, Antibiotics, & Your Immune System, (online),
(http://www.drabelson.com/PDF/Flu.pdf).
Angon C, 2016, Resep Kuno Pengobatan Influenza dan Selesma, Available from:
Resep Obat Kuno _ Saluran Pernafasan. Diakses tanggal 02/10/16
Bangun, A.P., dan Sarwono, B., 2002, Sehat dengan Ramuan Tradisional: Khasiat
dan Manfaat Mengkudu, Agromedia Pustaka, Jakarta.

Benjamini E., Coico R., Sunshine G., 2000. Immunology: A Short Course. 4th ed.
John Wiley & sons. Available from: URL http:// www.wiley.com.
Departemen Kesehatan RI, 2006. Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Obat
Bebas Terbatas. Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Departemen Kesehatan
Fletcher J, Dudlick M. Textbook of Pediatric Infectious Diseases. 5th ed.
Philadelphia: Elsevier 2004: p. 161-164.

37

Ghani Abla, 2007. PENATALAKSA'\'A AN RHINIT'S ALERGI TERKINI,


Sp.THT-KL (K) Swarna Dwipa Palembang 19 - 20 Oktober 2007
Pinto JM, Naclerio RM. Allergic Rhinitis. In: Snow JB, Ballenger JJ editors.
Ballengers Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery, 16th Ed.
New York: BC Decker; 2003. p. 708-39.
Pujiarto, Purnamawati Sujud, 2004. INHEALTH, 2004. BATUK PILEK
(COMMON COLD) PADA ANAK InHealth Gazette.
Sjabana, D. Dan Bahalwan, R.R., 2002, Seri Referensi Herbal : pesona
Tradisional dan Ilmiah Buah mengkudu (Morinda citrifolia, L). Salemba
Medika, Jakarta
Soepardi EA, et al. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
dan Leher. Edisi keenam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI 2007: p.140, 217.
Supardi, S., dan Notosiswoyo, M., 2005, Pengobatan sendiri sakit kepala, demam,
batuk dan pilek pada masyarakat desa Ciwalen, Kecamatan
Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Majalah Ilmu
Kefarmasian, Vol. 2, 134-144
Suryawati, S., 1997, Etika Promosi Obat Bebas dan Bebas Terbatas, Disampaikan
dalam Simposium Nasional Obat Bebas dan Bebas Terbatas 23 Juni 1997
WHO. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
yang Cenderung Menjadi Epidemi dan Pandemi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.2007.<http://www.who.int/csr/resources/publications/WHO_C
DS_EPR_2007_8bahasa.pdf>

38

También podría gustarte