Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
OLEH :
KELAS A
KELOMPOK IX
ANDI ASDARIAH
ADRIANA SIDUPA
RISNAWATI AMDAL
N211116707
N211116708
N211116709
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO), pengobatan sendiri
(swamedikasi) adalah pemilihan dan penggunaan obat modern dan obat
tradisional oleh seseorang untuk mengatasi penyakit atau gejala penyakit.
Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan-keluhan
dan penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat seperti influenza.
Swamedikasi menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan
keterjangkauan pengobatan (Depkes, 2006).
Pengetahuan pengobatan sendiri umumnya masih rendah dan
kesadaran masyarakat untuk membaca label pada kemasan obat juga masih
kecil. Sumber informasi utama untuk melakukan pengobatan sendiri umumnya
berasal dari media massa (Supardi dan Notosiswoyo, 2005).
Pada pelaksanaannya swamedikasi dapat menjadi sumber terjadinya
kesalahan pengobatan (medication error) karena keterbatasan pengetahuan
masyarakat akan obat dan penggunaannya. Dalam hal ini Apoteker dituntut
untuk dapat memberikan informasi yang tepat kepada masyarakat sehingga
masyarakat dapat terhindar dari penyalahgunaan obat (drug abuse) dan
pengguna salahan obat (drug misuse). Masyarakat cenderung hanya tahu merk
dagang obat tanpa tahu zat berkhasiatnya (Depkes, 2006)
Bila digunakan secara benar, obat bebas dan obat bebas terbatas
seharusnya bisa sangat membantu masyarakat dalam pengobatan
sendiri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Patofisiologi Selesma, Influenza, dan Rhinitis Alergi
II.1.1
SELESMA
Definisi
Nasofaringitis, juga disebut selesma atau common cold,
merupakan peradangan hidung, faring, hipofaring, uvula, dan tonsil
yang umumnya disebabkan oleh infeksi virus. Nasofaringitis sering
digolongkan sebagai salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan
atas (ISPA) (Soepardi EA, 2007).
Common cold adalah penyakit virus dengan gejala
dominan meler, mampet, bersin, nyeri tenggorokan, dan batuk.
Gejala sistemik (nyeri otot, demam) jarang atau ringan. Terdapat
lebih dari 200 virus penyebab common cold dan yang tersering
adalah Rhinovirus, khususnya pada orang dewasa (Pujiarto, 2014).
Patofisiologi
Penyakit ini menular melalui droplet saat batuk, bersin,
dan berbicara. Tempat utama dari inokulasi virus dapat terjadi di
selaput konjungtiva, mayoritas berakibat dari inhalasi atau selfinoculation dari virus ke mukosa hidung. Setelah itu, infeksi di
epitel
respiratorius
terjadi,
virus
menyebar
secara
lokal
kedua atau ketiga dan disebabkan oleh kerusakan selular dan iritasi.
Pada hari kelima, terjadi kerusakan epitel sampai maksimal setelah
itu pada hari kesepuluh terjadi regenerasi. Nasofaringitis dengan
etiologi virus biasanya bersifat akut, sembuh sendiri dalam waktu
4-10 hari (Fletcher J, 2004)
Gejala
Gejala yang timbul dapat meliputi gejala rhinitis seperti
bersin berulang, hidung tersumbat, ingus encer, demam, nyeri
kepala, diikuti oleh gejala faringitis seperti nyeri tenggorok dan
sulit menelan (Soepardi EA, 2007).
Saat virus menginfeksi hidung dan sinus, maka rongga
hidung memproduksi lendir yang bening. Lendir ini membantu
membersihkan virus dari rongga hidung dan sinus. Setelah 2 - 3
hari, sel-sel kekebalan tubuh melawan, sehingga mengubah warna
lendir menjadi putih atau kekuningan. Saat bakteri yang biasa
hidup di rongga hidung tumbuh kembali, maka lendir akan berubah
warna menjadi kehijauan (Pujiarto, 2014).
II.1.2
INFLUENZA
Definisi
Influenza (flu) adalah penyakit pernapasan menular yang
disebabkan oleh virus influenza yang dapat menyebabkan penyakit
ringan sampai penyakit berat (Abelson, 2009). Influenza adalah
infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus influenza, dan
Rhinitis Alergi
Defenisi
Rinitis alergi merupakan suatu kumpulan gejala kelainan
hidung yang disebabkan proses inflamasi yang diperantarai oleh
imunoglobulin E (IgE) akibat paparan alergen pada mukosa hidung
(Pinto JM, 2003).
Rinitis alergi menurut WHO (2001) adalah kelainan pada
hidung setelah mukosa hidung terpapar oleh alergen yang
diperantarai oleh IgE dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal
pada hidung dan hidung tersumbat.
Patofisiologi
Rinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi yang
diawali dengan tahap sensitisasi dan diikuti dengan reaksi alergi.
Reaksi alergi terdiri dari 2 fase yaitu (Benjamini E., Coico R.,
Sunshine G., 2000) :
1.
2.
hiperreaktifitas)
setelah
pemaparan
dan
dapat
helper yang berasal dari timus. Respons inflamasi ini dapat menjadi
penyebab gejala kronik yang menetap termasuk kongesti hidung.
Gejala
Gejala klinis rhinitis alergi yang khas ialah terdapatnya
serangan bersin yang berulang. Bersin merupakan gejala normal,
yang merupakan mekanisme fisiologik, yaitu proses pembersihan
diri (self eleaning process). Bersin dianggap patologik, bila
terjdinya lebih dari lima kali setiap serangan, terutama merupakan
gejala pada reaksi alergi fase cepat dan kadang-kadang pada reaksi
alergi fase lambat sebagai akibat pelepasan histamin (Ghani, 2007).
Gejala lain ialah keluar ingus (rinore) yang encer dan
banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadangkadang disertai dengan banyak air mata keluar (lakrimasi).Sering
kali gejala yang timbul tidak lengkap, terutama pada anak. Kadangkadang keluhan hidung tersumbat merupakan keluhan utama atau
satu-satunya gejala 1-ang diutarakan oleh pasien (Ghani,2007).
II.1I.1 Penatalaksaan terapi selesma
a. Non farmakologi
Karena nasofaringitis pada umumnya disebabkan oleh
infeksi virus self-limiting, tatalaksana hanya bersifat suportif;
ini mencakup edukasi pasien untuk hidrasi yang adekuat,
istirahat yang cukup, dan menjaga pola makan yang sehat.
Berkumur dengan air garam dapat memberikan rasa nyaman di
tenggorokan (WHO, 2007)
b. Farmakologi
Adapun obat-obat yang digunakan untuk penanganan
selesma yaitu sebagai berikut :
Vitamin
Menurut Linus Pauling, vitamin C bisa mencegah
dan mengurangkan selsema biasa. Vitamin C pada dosis
tinggi
(1-1,5
mg)
berkhasiat
meringankan
gejala,
Dekongestan
Dekongestan.
Dekongestan
merupakan
zat
mukosa
hidung
menyebabkan
vasokonstriksi,
adalah
dekongestan
nasal.
Sebab
dengan
Anti histamin
Antihistamin. Histamin adalah bahan kimia alami
tubuh yang dapat menimbulkan sejumlah perubahan dalam
tubuh, termasuk radang. Radang ditandai oleh warna
kemerahan (artinya darah mengalir ke jaringan yang
meradang), bengkak (artinya cairan bocor dan masuk ke
jaringan), dan nyeri (tanda bahwa bahan-bahan kimia
tubuh dilepaskan ke jaringan, yang memicu reaksi ujung
saraf).Histamin selama ini diketahui merupakan pemeran
utama dalam reaksi alergi, yang melibatkan produksi
lendir, pembengkakan jaringan, dan penyempitan saluran
pernapasan. Meskipun demikian tetap saja belum banyak
Analgetik
Analgetika. senyawa yang dalam dosis terapetik
meringankan atau menekan rasa nyeri, tanpa memiliki
kerja anestesi umum.
Antitusif
Infeksi virus dapat memproduksi sekret dalam
jumlah besar pada saluran pernapasan sehingga terjadi
batuk. Fungsi batuk ini adalah mengeluarkan sputum dan
bakteri. Ketika batuk tidak produktif dapat ditekan dengan
antitusif yang bekerja dengan menekan sistem saraf pusat.
Beberapa antitusif yang dapat diperoleh tanpa resep dokter
diantaranya,difenhidramin HCl dan dextrometorpan yang
terbukti efektif untuk pilek
10
biasa
pengobatan
digunakan
flu
dan
sebagai
salesma
antihistamin
dalam
adalahKlorfeniramin
tersumbat,
Penggunaan
dekongestan
dapat
lender,
tetapi
dengan
mengerutkan
napas.
Konsumsi multivitamin (vitamin C) setiap hari sangat baik
untuk membantu meningkatkan stamina tubuh dan
11
parasetamol
berkhasiat
analgetika antipiretika,
12
berlangsung lama.
Dekongestan adalah golongan obat untuk mengatasi
sifatnya
hanya
13
peningkatan
tekanan
dalam
bola
mata
trisklik,
15
mg,
clhlorpheniramine
malete
mg,
Phenylpropanolamine HCL 15 mg
c. Indikasi : Flu, masuk angin, batuk. Demam dan nyeri
d. Kontra Indikasi : Hipertirodisme, tekanan daranh tinggi,
pemyakit koroner, MAOI (penghambat mono amin oksidase),
penyakit ginjal.
e. Perhatian: Penyakit jantung, diabetes, glaukoma, gangguan
fungsi
hati
atau
ginjal,
kehamilan,
dapat
menganggu
15
3. Actifed Merah
obat
16
17
c. Dosis : Dewasa & anak 12 thn keatas (3 x sehari 10 ml); 612 thn (3 x sehari 5 ml ); 2-6 thn (3 x sehari 2,5 ml); 6 bln-2 thn
(3 x sehari 1,25 ml)
d. Indikasi: rhinitis alergi, selesma.
e. Kontraindikasi: Penderita yang
peka
terhadap
obat
18
19
a.
b.
c.
d.
kali sehari
e. Efek samping :Efek samping yang dialami ringan seperti mual
dan pusing
f. Kontra Indikasi : hepersensifitas, penderita gangguan fungsi hati,
pecandu alcohol
g. Golongan obat : Obat Bebas
h. No.Reg : DBL7622235610A
i. Diproduksi oleh PT SANBE FARMA
7. Sanmol syrup
20
sakit kepala,
Disudrin sirup
21
a.
b.
c.
d.
9. Procold
22
23
24
b. Obat-obat herbal
1. Tolak Angin
25
2. Stimuno
STIMUNO
adalah
imunomodulator
dari
herbal
alami
26
3. Stimuno sirup
tubuh
Dosis Pemakaian : Sirup untuk anak-anak usia 1 tahun ke atas 1
27
28
polisakarida,
asam
askorbat,
-karoten,
1-arginin,
29
L-linaliol;
Dihidrokumarinalkohol;
Terpenool;
30
C dan protein.
Indikasi: meredakan nyeri dan pegal linu, mencegah kemandulan,
memperkuat imunitas tubuh, meredakan nyeri otot, alergi nyeri haid,
influenza, selesma.
Cara Penggunaan : Jahe (10gr), cabe (25gr), laos (5gr), rimpang kunyit
(5 gr) dicampur dengan lempuyang (25gr), gula aren secukupnya
ditumbuk jadi satu , lalu direbus dengan air liter, biarkan hingga
31
BAB III
PEMBAHASAN
Pengobatan sendiri (swamedikasi) adalah pemilihan dan penggunaan
obat modern dan obat tradisional oleh seseorang untuk mengatasi penyakit atau
gejala penyakit, Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhankeluhan dan penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat seperti selesma,
influenza, dan rhinits alergi.
32
33
34
berkhasiat
menghilangkan rasa nyeri atau sakit dan menurunkan panas. Senyawa obat ini
juga banyak dipakai pada obat-obat turun panas untuk anak-anak. Obat flu
yang mengandung asetaminofen atau parasetamol cocok digunakan untuk flu
yang disertai sakit kepala atau demam.
Komposisi obat selesma bisa dekongestan dikombinasi analgesik,
dekongestan dikombinasi antitusif, dekongestan dikombinasi ekspektoran, bisa
juga analgesik dikombinasi antitusif. Komposisi obat influenza yaitu :
dekongestan dikombinasi analgetik antipiretik. Sedangkan komposisi obat
rhinitis alergi adalah dekongestan dikombinasi analgetik, dikombinasi
antihistamin.
Pengobatan sendiri harus dilakukan sesuai dengan penyakit yang
dialami. Pelaksanaannya sedapat mungkin harus memenuhi kriteria pengobatan
sendiri yang sesuai aturan. Pengobatan sendiri yang sesuai dengan aturan
mencakup 4 kriteria antara lain:
a. Tepat golongan obat, yaitu menggunakan golongan obat bebas dan obat
bebas terbatas.
b. Tepat kelas terapi obat, yaitu menggunakan obat yang termasuk dalam
kelas terapi yang sesuai dengan keluhannya
c. Tepat dosis obat, yaitu menggunakan obat dengan dosis sekali dan sehari
pakai sesuai dengan umur.
d. Tepat lama penggunaan obat, yaitu apabila berlanjut segera berkonsultasi
dengan dokter
35
BAB IV
PENUTUP
IV.1
Kesimpulan
1. Pengobatan sendiri (swamedikasi) adalah pemilihan dan penggunaan
obat modern dan obat tradisional oleh seseorang untuk mengatasi
penyakit atau gejala penyakit.
2. Selesma, influenza, dan rhinitis alergi merupakan penyakit gangguan
saluran pernapasan yang ditandai dengan gejala-gejala yang serupa /
sama.
3. Dari penyakit tersebut telah tersedia obat-obat untuk membantu kita
dalam pengobatan sendiri, diantaranya
antiinflamasi, dan vitamin.
36
Antihistamin, dekongestan,
IV.2
Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan
dan pertimbangan bagi para apoteker dalam membantu masyarakat dalam hal
pengobatan sendiri untuk meminimalkan kesalahan pengobatan
DAFTAR PUSTAKA
Abelson, B., 2009, Flu Shots, Antibiotics, & Your Immune System, (online),
(http://www.drabelson.com/PDF/Flu.pdf).
Angon C, 2016, Resep Kuno Pengobatan Influenza dan Selesma, Available from:
Resep Obat Kuno _ Saluran Pernafasan. Diakses tanggal 02/10/16
Bangun, A.P., dan Sarwono, B., 2002, Sehat dengan Ramuan Tradisional: Khasiat
dan Manfaat Mengkudu, Agromedia Pustaka, Jakarta.
Benjamini E., Coico R., Sunshine G., 2000. Immunology: A Short Course. 4th ed.
John Wiley & sons. Available from: URL http:// www.wiley.com.
Departemen Kesehatan RI, 2006. Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Obat
Bebas Terbatas. Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Departemen Kesehatan
Fletcher J, Dudlick M. Textbook of Pediatric Infectious Diseases. 5th ed.
Philadelphia: Elsevier 2004: p. 161-164.
37
38