Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Pendahuluan
Kemajuan andrologi juga mempermudah klasifikasi penyebab infertilitas
pria. Penyebab infertilitas pria diklasifikasikan berdasarkan gangguan
produksi sperma, gangguan fungsi sperma, gangguan transportasi
sperma, dan penyebab idiopatik2,6. Gangguan produksi sperma bisa
terjadi pratestis, misalnya hipogonadisme, kelebihan estrogen, kelebihan
androgen, kelebihan glukokortikoid, dan hipotiroidisme. Bisa terjadi pula di
daerah testis, misalnya gangguan maturasi, hipospermatogenesis,
sindroma sel sertoli, sindroma Klinefelter, kriptorkidisme, orkhitis, dan
lain-lain. Kelainan di luar organ testis seperti varikokel dan hidrokel
menyebabkan gangguan produksi sperma2.
Sebab infertilitas pria yang lain adalah gangguan fungsi sperma. Keadaan
ini bisa disebabkan adanya pyospermia, hemospermia, adanya antibodi
anti sperma, nekrozoospermia, dan astenozoospermia2.
Selain hal tersebut, infertilitas pria bisa disebabkan oleh gangguan
transportasi sperma, antara lain kelainan anatomi dari saluran-saluran
yang dilewati sperma. Kelainan anatomi itu bisa berupa agenesis vas
deferens maupun vesika seminars, hipospadia dan epispadia, obstruksi
vas deferens/epididimis yang bisa disebabkan TB epididimis, gonokokal
epididimis, pasca trauma, klamidial epididimis, serta mikoplasma
epididimis. Kelainan anatomi didapat bisa karena tindakan vasektomi
BAB II
ANALISIS SPERMA
Pemeriksaan sperma (lebih tepatnya analisis semen) adalah pemeriksaan
yang dilakukan untuk mengukur jumlah serta kualitas semen dan sperma
seorang pria. Pengertian semen berbeda dengan sperma. Secara
keseluruhan, cairan putih dan kental yang keluar dari alat kelamin pria
saat ejakulasi disebut semen. Sedangkan 'makhluk' kecil yang berenangrenang di dalam semen disebut sperma.
Analisis semen merupakan salah satu pemeriksaan tahap pertama untuk
menentukan kesuburan pria. Pemeriksaan ini dapat membantu
menentukan apakah ada masalah pada sistim produksi sperma atau pada
kualitas sperma, yang menjadi biang ketidaksuburan. Perlu diketahui,
hampir setengah pasangan yang tidak berhasil memperoleh keturunan,
disebabkan karena ketidaksuburan pasangan prianya.
Gerakan Sperma (Sperm Motility) dikatakan normal jika 40% atau lebih
sperma dapat bergerak normal. tetapi, beberapa pusat laboratorium
mengatakan bahwa nilai normal adalah 60% atau lebih.
Contoh kesimpulan dalam pemeriksaan sperma :
-Jumlah Sperma : Oligozoospermia
- Motilitas
: Nekrozoospermia
- Morfologi
: Teraozoospermia
- Viabilitas
: Buruk
-Viskositas
: Normal
c. Coitus Condomatosus
Pengeluaran sperma dangan cara ini dilarang dan sangat tidak
diperkenankan. Karena sebagian besar karet kondom mengandung bahan
spermiacidal, yaitu bahan yang dapat mematikan sperma
d. Reflux poscital
Adalah suatu cara Coitus dimana setelah sperma keluar dan masuk
kevagina, sperma tersebut dibilas demga pz atau cairan lainnya. Hal ini
akan timbul kekeliruan dalam volume konsentrasi dan viskositas.
e. Massage prostat
Adalah suatu cara pengeluaran dengan cara memijat kelenjar prostat
lewat rectum, disini jelas akan timbul kekeliruan dalam penafsiran pH,
konsentrasi dan sebagainya yang keluar adalah cairan prostat.
Jadi cara memperoleh sperma yang paling baik adalah dengan onani
meskipun faktor psikis ada pengaruhnya. Hal ini dapat terjadi pada orang
desa, orang tertentu yang tidak bisa melakukan onani atau orang yang
tidak mengerti tentang onani.
Biasanya orang kota lebih gampang dari pada orang desa, orang muda
lebih mudah dari pada orang tua, orang yang tidak di sunat lebih
gampang daripada orang yang di sunat, juga pengaruh religius.
Cara memperoleh sperma sebagai pilihan kedua adalah dengan cara
Coitus Interuptus bila alasan religius cara pertama tidak memungkinkan.
Pada kondisi dimana pria tidak dapat mengeluarkan sperma di
laboratorium, maka boleh yang bersangkutan dapat mengeluarkan di
tempat lain, misalnya di rumah/hotel dekat dengan laboratorium dengan
memperhatikan hal-hal berikut :
1. Masturbasi tidak diperkenankan memakai bahan pelicin seperti
sabun, minyak dan lain-lainnya.
2. Wadah penampung harus terbuat dari gelas yang sudah dicuci
bersih dan dibilas berulang-ulang untuk menghilangkan sisa
sabun/ditergen yang di pakai. Botol sebaiknya bermulut lebar,
mempunyai volume 20-50 ml. Sebaiknya wadah dalam keadaan
steril dan sudah dipersiapkan oleh laboratorium pemeriksa.
3. Tidak diperkenankan menampung sperma kedalam kondom.
4. Gelas penampung ditutup cukup dengan penutup atau dengan
kertas
5. Sperma yang sudah tertampung segera diserahkan kepada petugas
laboratorium dalam waktu setengah sampai satu jam.
Mikroskopik
Pada pemeriksaan mikroskopik, semen diperiksa morfologi, motilitas,
jumlah sperma, adanya sel-sel bukan sperma, dan aglutinasi sperma.
Motilitas sperma diperiksa dengan beberapa cara. Dalam beberapa tahun,
telah diperkenalkan beberapa cara pemeriksaan ciri gerak sperma
manusia yang objektif, termasuk pemotretan jangka waktu (time
exposure) dan mikrografi komputer yang menggunakan kamera video
serta cara-cara menggunakan teknologi laser7.
Cara klasifikasi sederhana yang biasa dipakai adalah bahan semen satu
tetes dibubuhkan pada slide dan ditutup dengan gelas penutup.
Pemeriksaan dilakukan dengan mikroskop biasa, pembesaran 400 kali,
kondensor diturunkan, cahaya minimal, atau memakai mikroskop fase
kontras. Pemeriksaan dilakukan pada suhu kamar4.
Lapangan pandang diperiksa secara sistematik dan motililas sperma yang
dijumpai dicatat. Kategori yang dipakai untuk mengklasifikasi motilitas
sperma disebut (a), (b), (c), (d), dan didefinisikan sebagai berikut1,3,22:
Kategori (a) jika sperma bergerak cepat dan lurus ke muka. Kategori (b)
jika geraknya lambat atau sulit maju lurus atau bergerak tidak lurus.
Kategori (c) jika tidak bergerak maju. Kategori (d) jika sperma tidak
bergerak. Biasanya empat sampai enam lapangan pandang yang
diperiksa untuk memperoleh seratus sperma secara berurutan yang
kemudian diklasifikasi sehingga menghasilkan persentase setiap kategori
motilitas. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan ulang dengan tetesan
sperma kedua yang diperlakukan dengan tatacara sama.
Pemeriksaan mikroskopik berikutnya adalah memeriksa jumlah sperma.
Pemeriksaan dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara kasar dan
penghitungan dalam kamar hitung. Penentuan secara kasar dilakukan
dengan menghitung jumlah spermatozoa rata-rata pada beberapa
lapangan pandang pembesaran objektif 40 kali, kemudian mengalikan
angka tersebut dengan 106. Jika ada 40 sperma/lapangan maka jumlah
sperma secara kasar kira-kira 40 juta/ml2,4,6.
Setelah menghitung jumlah sperma secara kasar, dilanjutkan
pemeriksaan selular yang bukan sperma. Elemen bukan sperma juga
dilihat antara lain sel epitel gepeng dari saluran uretra, sel spermatogenik,
dan lekosit. Jumlah sel tersebut ditaksir dalam setiap lapangan pandangan
pada sediaan basah seperti penghitungan jumlah sperma4.
Jika jumlah sel tersebut melebihi 1 juta/ml atau satu setiap lapangan
pandangan dengan pembesaran objektif 40 kali, dilakukan pemulasan
khusus untuk membedakan antara lekosit yang peroksidase positif
dengan sel lain. Jika lekosit lebih dari 1 juta/ml mungkin perlu
pemeriksaan untuk menentukan apakah orang tersebut menderita infeksi.
Walaupun tidak ada sel lekosit, tidak mengesampingkan kemungkinan
infeksi.
BAB III
3.1 KESIMPULAN
Jumlah sperma memang merupakan salah satu faktor penting untuk
mendukung keberhasilan pembuahan. Untuk mengetahui apakah sperma
yang dimiliki memenuhi syarat, memang diperlukan analisis sperma dan
cairan mani (semen) di laboratorium.
Testosteron memang berpengaruh pada rendahnya nada suara pria.
Namun, testosteron dalam kadar yang tinggi justru bisa menekan produksi
sperma," kata Leigh Simmon, PhD, pakar biologi evolusi dari University of
Western Australia.
3.2 SARAN
Dari hasil diatas untuk mendapatkan sampel yang baik dan layak uji
maka pemeriksa harus mengikuti prosedur dari agar hasil yang didapat
bisa sesuai dan tepat sehingga dapat memberikan terapi yang tepat