Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Pankreas manusia mempunyai 1 2 juta pulau langerhans, setiap pulau langerhans hanya
berdiameter 0,3 mm dan tersusun mengelilingi pembuluh darah kapiler.
Pulau langerhans mengandung tiga jenis sel utama, yakni sel-alfa, beta dan delta. Sel
beta yang mencakup kira-kira 60 % dari semua sel terletak terutama ditengah setiap pulau
dan mensekresikan insulin. Granula sel B merupakan bungkusan insulin dalam sitoplasma
sel. Tiap bungkusan bervariasi antara spesies satu dengan yang lain. Dalam sel B ,
molekul insulin membentuk polimer yang juga kompleks dengan seng. Perbedaan dalam
bentuk bungkusan ini mungkin karena perbedaan dalam ukuran polimer atau agregat seng
dari insulin. Insulin disintesis di dalam retikulum endoplasma sel B, kemudian diangkut
ke aparatus golgi, tempat ia dibungkus didalam granula yang diikat membran. Granula ini
bergerak ke dinding sel oleh suatu proses yang tampaknya sel ini yang mengeluarkan
insulin ke daerah luar dengan eksositosis. Kemudian insulin melintasi membran basalis
sel B serta kapiler berdekatan dan endotel fenestrata kapiler untuk mencapai aliran darah
(Ganong, 2005). Sel alfa yang mencakup kira-kira 25 % dari seluruh sel mensekresikan
glukagon. Sel delta yang merupakan 10 % dari seluruh sel mensekresikan somatostatin
(Pearce, 2012)
Fungsi pancreas ada dua, maka disebut organ rangka, yaitu :
a. Fungsi eksokrin, dilaksanakan oleh sel sekretori lobula yang membentuk getah
pancreas berisi enzim dan elektrolit. Jenis-jenis enzim dari pancreas adalah :
1. Amylase ; menguraikan tepung menjadi maltosa atau maltosa dijadikan
polisakarida
dan
polisakarida
dijadikan
sakarida
kemudian
dijadikan
monosakarida.
2. Tripsin ; menganalisa pepton menjadi polipeptida kemudian menjadi asam amino.
3. Lipase ; menguraikan lemak yang sudah diemulsi menjadi asam lemak dan
gliserol gliserin.
b. Fungsi endokrin atau kelenjar tertutup berfungsi membentuk hormon dalam pulau
langerhans yaitu kelompok pulau-pulau kecil yang tersebar antara alveoli-alveoli
pancreas terpisah dan tidak mempunyai saluran.
Oleh karena itu hormon insulin yang dihasilkan pulau langerhans langsung
diserap ke dalam kapiler darah untuk dibawa ke tempat yang membutuhkan hormon
tersebut. Dua hormon penting yang dihasilkan oleh pancreas adalah insulin dan
glukagon
1) Insulin
Insulin adalah protein kecil yang berat molekulnya 5808 untuk manusia. Insulin
terdiri dari dua rantai asam amino, satu sama lain dihubungkan oleh ikatan
disulfide. Sekresi insulin diatur oleh glukosa darah dan asam amino yang
b.)
c.)
2) Glukagon
Glukagon adalah suatu hormon yang disekresikan oleh sel-sel alfa pulau
langerhans mempunyai beberapa fungsi yang berlawanan dengan insulin. Fungsi
yang terpenting adalah : meningkatkan konsentrasi glukosa dalam darah.
Glukagon merupakan protein kecil mempunyai berat molekul 3842 dan terdiri dari
29 rantai asam amino.
Dua efek glukagon pada metabolisme glukosa darah :
a.)
b.)
Peningkatan glukogenesis
Pengatur sekresi glukosa darah perubahan konsentrasi glukosa darah
mempunyai efek yang jelas berlawanan pada sekresi glukagon dibandingkan pada
sekresi insulin, yaitu penurunan glukosa darah dapat menghasilkan sekresi
glukagon, bila glukagon darah turun 70 mg/100 ml darah pancreas mengekresi
glukosa dalam jumlah yang sangat banyak yang cepat memobilisasi glukosa dari
hati. Jadi glukagon membantu melindungi terhadap hypoglikemia.
2.2 Definisi Diabetes Melitus
Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik
pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah (Mansjoer dkk,2009). Sedangkan menurut
Francis dan John (2012), Diabetes Mellitus klinis adalah suatu sindroma gangguan
metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi
sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau keduanya.
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi
sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin
atau kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddarth, 2013). Diabetes mellitus
merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa
dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner & Suddarth, 2013).
Diabetes Mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor
lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia
kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO, 2015).Diabetes Mellitus
adalah suatu penyakit kronis yang ditemukan di seluruh dunia dengan prevalensi
penduduk yang bervariasi dari 1 6 % (Adam, 2014).
Dari berbagai definisi tersebut didapatkan kesimpulan bahwa diabetes mellitus adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan hormonal (hormon insulin yang
dihasilkan oleh pankreas) dan melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat dimana
seseorang tidak dapat memproduksi cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin
yang diproduksi dengan baik.
Sementara itu National Diabetes Data Group of The National Institutes of Health
mengklasifikasikan diabetes mellitus sebagai berikut :
1. Diabetes Melitus tipe I atau IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus) atau tipe
juvenil
Yaitu ditandai dengan kerusakan insulin dan ketergantungan pada terapi insulin untuk
mempertahankan hidup. Diabetes melitus tipe I juga disebut juvenile onset, karena
kebanyakan terjadi sebelum umur 20 tahun. Pada tipe ini terjadi destruksi sel beta
pankreas dan menjurus ke defisiensi insulin absolut. Mereka cenderung mengalami
komplikasi metabolik akut berupa ketosis dan ketoasidosis.
2. Diabetes Melitus tipe II atau NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes melitus)
Dikenal dengan maturity concept, dimana tidak terjadi defisiensi insulin secara
absolut melainkan relatif oleh karena gangguan sekresi insulin bersama resistensi
insulin. Terjadi pada semua umur, lebih sering pada usia dewasa dan ada
ini berkaitan dengan berkurangnya pelepasan insulin dari selsel beta, lambatnya
pelepasan insulin dan penurunan sensitifitas perifer terhadap insulin (Long, 2006).
Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa
oleh hati. Sel beta tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya
(terjadi defisiensi relatif insulin).
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic diperkirakan
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola
familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam
kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja
insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel
tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa
menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan
insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat
reseptor yang responsif insulin pada membran sel.
Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan
system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang
cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang
beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price,2012). Diabetes
Mellitus tipe II disebut juga Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau
Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok
heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang
dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak.
Menurut Sjaifoellah (2006), Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya
DM tipe II, diantaranya adalah:
a.
b.
Obesitas
c.
Riwayat keluarga
d.
Kelompok etnis
e.
Gaya hidup
autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur oleh
hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati
meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah
makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam
urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi
ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini
dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien
akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan
(polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan
kelemahan.
Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa
yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam
amino dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi
tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu
akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton
yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang
menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan.
Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti
nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani
akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin
bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan
metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan
disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang
penting.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan
dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin
akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin
dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di
dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi
intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk
mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin
yang disekresikan.
Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin
yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau
sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi
diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM
tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah
pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya.
Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun
demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya
yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK). Diabetes tipe
II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 30 tahun dan
obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun-tahun)
dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya
dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan,
iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi vagina
atau pandangan yang kabur (jika kadra glukosanya sangat tinggi)( Pearce, 2012).
b.
c.
d.
Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini disebabkan
kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama mendapat
peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein.
e.
Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa sarbitol fruktasi) yang
disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari
lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
2.
a.
Kalium
: 3,6-5,6mEg/l
b.
Natrium : 137-145mEq/l
c.
Klorida
: 98-107mEg/l
Pemeriksaan hematologi
a. Laju endap darah (LED)
Normalnya LED pada pria antara 0 15 mm/jam dan pada wanita antara 0 20
mm/jam. Namun pada penderita diabetes melitus nilainya akan meningkat.
b. Hemoglobin
Normalnya Hb pada pria antara 13,0 16,0 dan pada wanita antara 12,0 14,0.
Namun pada penderita diabetes melitus nilainya akan menurun.
c. Leukosit
Normalnya leukosit pada yang dihasilkan tubuh bernilai antara 5.000 10.000/ul.
Namun pada penderita diabetes melitus nilainya akan meningkat.
d. Trombosit
Normalnya trombosit pada pria yang dihasilkan tubuh bernilai antara 150.000
400.000/ul. Namun pada penderita diabetes melitus nilainya akan meningkat.
3. Pemeriksaan gula darah
Orang dengan diabetes melitus kadar gula darahnya meningkat lebih dari 200 mg/dl.
Pemeriksaan gula darah antara lain :
a. Gula Darah Puasa ( GDP )
Pemeriksaan gula darah dimana pasien sebelum melakukan pengambilan darah
dipuasakan selama 8 12 jam. Semua pemberian obat dihentikan terlebih dahulu.
b. Gula Darah 2 jam Post Prandial (GD 2PP)
Pemeriksaan gula darah yang tidak dapat distandarkankan karena makanan yang
dimakan baik jenis maupun jumlahnya sulit diawasi dalam jangka waktu 2 jam,
BAIK
SEDANG
BURUK
R
GDP
80 100
110 125
126
GD 2PP
mg/dl
80 144
mg/dl
145 179
mg/dl
180
GDS
mg/dl
<
110
mg/dl
110 199
mg/dl
200
mg/dl
mg/dl
Tabel 2.1 Nilai Parameter Gula Darah
mg/dl
4. Pemeriksaan leukosit
Normalnya kadar leukosit dalam tubuh berdasarkan jenisnya :
a.
Basofil
:01%
b.
Eusinofil : 1 3%
c.
N. Segmen: 50 75 %
d. N. Batang : 2 3 %
e.
Limfosit : 25 40 %
f.
Monosit : 3 7 %
5. Pemeriksaan Urine
Pemeriksaan urine dikombinasikan dengan pemeriksaan glukosa darah untuk
memantau kadar glukosa darah pada periode waktu diantara pemeriksaan darah.
6. Pemeriksaan HbA1c
Kadar HbA1c merupakan kontrol glukosa jangka panjang, menggambarkan
kondisi 8-12 minggu sebelumnya, karena paruh waktu eritrosit 120 hari( Kee JL, 2003
), karena mencerminkan keadaan glikemik selama 2-3 bulan maka pemeriksaan
HbA1c dianjurkan dilakukan setiap 3 bulan (Darwis Y, 2005, Soegondo S, 2004).
Peningkatan kadar HbA1c >8% mengindikasikan DM yang tidak terkendali dan
beresiko tinggi untuk menjadikan komplikasi jangka panjang seperti nefropati,
retinopati, atau kardiopati, Penurunan 1% dari HbA1c akan menurunkan komplikasi
sebesar 35% (Soewondo P, 2014).
Pemeriksaan HbA1c dianjurkan untuk dilakukan secara rutin pada pasien DM.
Pemeriksaan pertama untuk mengetahui keadaan glikemik pada tahap awal
penanganan, pemeriksaan selanjutnya merupakan pemantauan terhadap keberhasilan
pengendalian (Kee JL, 2013)
PARAMETE
BAIK
SEDANG
BURUK
R
HbA1c
2,5 6,0 %
6,1 8,00
> 8,00 %
%
Tabel 2.2 Nilai Parameter HbA1c
2.7 Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan Diabetes Mellitus adalah untuk mengatur
glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan kronik. Jika klien berhasil
mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau
hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga
faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral
dan insulin. Penyuluhan kesehatan awal dan berkelanjutan penting dalam membantu klien
mengatasi kondisi ini.
1.
Perencanaan makan
Standar yang dianjurkan adalah makan dengan komposisi seimbangan dalam hal
Karbohidrat (KH), Protein, lemak yang sesuai kecukupan gizi :
a.
KH 60 70 %
b.
Protein 10 15 %
c.
Lemak 20 25 %
Pasien kurus
b)
Pasien nermal
c)
Pasien gemuk
2)
3)
4)
5)
6)
7)
2)
3)
Diit DM I
: 1100 kalori
2)
Diit DM II
: 1300 kalori
3)
Diit DM III
: 1500 kalori
4)
Diit DM IV
: 1700 kalori
5)
Diit DM V
: 1900 kalori
6)
Diit DM VI
: 2100 kalori
7)
Diit DM VII
: 2300 kalori
8)
Keterangan :
Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk
Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal
Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja, atau diabetes
komplikasi.
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J yaitu:
a) J I
ditambah
b) J II
c) J III
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi
penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of relative
body weight (BBR= berat badan normal) dengan rumus:
BB (Kg)
BBR =
X 100 %
TB (cm) 100
a. Kurus (underweight)
: BBR < 90 %
b. Normal (ideal)
: BBR 90 110 %
c. Gemuk (overweight)
d. Obesitas ringan
e. Obesitas sedang
f. Obesitas berat
g. Morbid
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM yang
bekerja biasa adalah:
a. kurus
BB X 40 60 kalori sehari
b. Normal
BB X 30 kalori sehari
c. Gemuk
BB X 20 kalori sehari
d. Obesitas
2. Latihan jasmani
Dianjurkan latihian jasmani secara teratur (3 4 x seminggu) selama kurang lebih 30
menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit penyerta. Latihian
yang dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki, jogging, lari, renang, bersepeda dan
mendayung. Sespat muingkain zona sasaran yaitu 75 85 % denyut nadi maksimal :
DNM = 220-umur (dalam tahun).
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah:
i.
ii.
iii.
b) Insulin
Indikasi penggunaan insulin :
1)
DM tipe I
2)
DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
3)
DM kehamilan
4)
5)
6)
7)
8)
DM operasi
9)
DM patah tulang
suntikan
Merokok tidak hanya berkontribusi pada penyakit jantung dan menyebabkan penyakit
paru-paru tetapi juga terkaitt jjuga dengan diabetes. Merokok lebih dari 20 batang
sehari dapat meningkatkan resiko diabetes lebih darii tiga kali lipat dibandingkan
yang tidak merokok. Merokok secara lagsung menurunkan
kemampuan utuk
Akut
a.
b.
Neuropati diabetik
b.
Retinopati diabetik
c.
Nefropati diabetik
d.
Proteinuria
e.
Kelainan koroner
f.
Grade 0
2)
Grade I
3)
Grade II
4)
Grade III
terjadi abses
5)
Grade IV
6)
Grade V
tubuh, alamat, orang terdekat yang mudah dihubungi, hubungan dengan klien, tanggal
masuk rumah sakit, diagnosa medis, dan nomer rekam medis.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama luka yang tidak kunjung sembuh dan kelemahan tubuh.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang merupakan pengkajian riwayat kesehatan yang kaji dari
awal klien mengalami sakit, selama sakit, sampai pengkajian di rumah sakit. Biasanya
klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal pada kulit yang disertai
bisul/lalu tidak sembuh-sembuh, kesemutan/rasa berat, mata kabur, kelemahan tubuh.
Disamping itu klien juga mengeluh poliurea, polidipsi, anorexia, mual dan muntah,
BB menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri perut, kramotot, gangguan
tidur/istirahat, haus-haus, pusing-pusing/sakit kepala, kesulitan orgasme pada wanita
dan masalah impoten pada pria.
4. Riwayat Kesehatan Terdahulu
a. Riwayat hipertensi/infark miocard akut dan diabetes gestasional
b. Riwayat ISK berulang.
c. Penggunaan obat-obat seperti steroid, dimetik (tiazid), dilantin dan penoborbital.
d. Riwayat mengkonsumsi glukosa/karbohidrat berlebihan
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya pasien diabetes melitus mengalami sakit diabetes melitus karena adanya
riwayat anggota keluarga yang menderita diabetes melitus juga.
6. Riwayat lingkungan
Riwayat pengkajian lingkungan merupakan pengkajian untuk mengkaji keadaan
lingkungan tempat tinggal sekitar yang bertujuan mengetahui apakah ada hal hal
yang dimungkinkan menjadi penyebab terjadinya penyakit.
7. Pemeriksaan Fisik
1.
Aktivitas / istirahat
Gejala
-
Tanda
2.
Sirkulasi
Gejala
Tanda
- Takikardia
3.
Disritmia
Krekels
Integritas Ego
Gejala
-
Tanda
Eliminasi
Gejala
-
Diare
Tanda
5.
Makanan / cairan
Gejala
Mual / muntah
Haus
Tanda
Nyeri / kenyamanan
Gejala
Pernafasan
Gejala
-
8.
Lapar udara
Frekuensi pernafasan
Keamanan
Gejala
-
Tanda
-
:
:
Demam, diaphoresis
8. Pemeriksaan Penujang
a. Pemeriksaan elektrolit pada penderita diabetes mellitus bisa kurang maupun lebih
dari kadar normal.
b. Laju endap darah (LED) pada penderita diabetes melitus nilainya akan meningkat.
c. Hemoglobin pada penderita diabetes melitus nilainya akan menurun.
d. Leukosit pada penderita diabetes melitus nilainya akan meningkat.
e. Trombosit pada penderita diabetes melitus nilainya akan meningkat (dehidrasi)
f. Gula darah pada pasien diabetes melitus akan meningkat lebih dari 200 mg/dl.
g. Pemeriksaan Urine pada pasien diabetes melitus biasanya terdapat gula dan aseton
positif, berat jenis dan osmolaritas meningkat.
h. Pemeriksaan HbA1c pada penderita diabetes ditemuka kadar HbA1c dalam tubuh
antara 6,1 8,00 %. Peningkatan kadar HbA1c >8% mengindikasikan DM yang
tidak terkendali dan beresiko tinggi untuk menjadikan komplikasi jangka panjang
i. Insulin darah menurun sampai tidak ada (pada tipe I), normal sampai meningkat
pada tipe II yang mengindikasikan insufisiensi insulin
j. Pemeriksaan fungsi tiroid terdapat peningkatan aktivitas hormon tiroid yang
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin
k. Kultur dan sensitivitas kemungkinan ditemukan
d. Insulin
Contoh regular insulin, cristalin zink, dan semilente, NPH (Netral Protamine
Hagerdon), PZI (Protamine Zinc Insulin)
Analisa Data
NO
1.
Data
Penyebab
DS : - Klien mengeluh agen injuri fisik
Masalah
Nyeri akut
inflamasi/ Resiko
infeksi
tinggi
DS : Pasien mengatakan
Ketidakseimbangan
ketidakmampuan
tubuh mengabsorbsi
zat-zat
kebutuhan
gizi
berhubungan dengan
faktor biologis.
antropometri
(BB
kesulitan
dalam
menelan makanan)
4.
5.
menungkat (>370C)
Ht meningkat
Kosentrasi
urine
meningkat
Nadi (>100x/mnt),
TD menurun,
Klien
tampak
volume cairan
lemah.
DS : - klien mengeluh luka Faktor
atau peradangan.
DO
-terlihat
luka/peradangan
Kekurangan
mekanik: Kerusakan
dan
Adanya
perubahan sensabilitas
dan
kerusakan (neuropati)
otot,
bergerak.
Secara penuh.
-
Melambatnya
pergerakan
7.
Tampak perubahan
perubahan perifer
sensasi/rasa
DO
darah Ketidakefektifan
terganggu, perfusi
jaringan
perifer
perubahan
Kelambatan
penyembuhan.
Perubahan
suhu
(>37OC)
8.
Nadi
lemah
(<60x/menit)
: -klien mengeluh glukosa
DS
ketidaknyamanan
saat menurun
beeraktivitas
-
Klien
mlaporkan
keletihan.
DO : -TD tidak normal
Klien
tampak
lemah.
DS : - klien mengatakan
tidak mengetahui perihal
:
Tidak
mengenal
(Familiar)
penyakitnya.
DO
Defisiensi
-klien
tampak
kebingungan
pengetahuan
dengan
sumber informasi
tentang
penyakit DM tipe 2.
-
10.
penyakit
DM tipe 2.
DS : Melaporkan keletihan Status penyakit
atau
kelemahan
Kelemahan fisik
secara
verbal , pusing
DO : Pasien nampak lemah,
11.
lelah.
DS : -klien mengeluh tidak
mampu beraktifitas secara
care
penyakitnya
penuh.
DO : - klien tampak susah
beraktifitas.
-
Klien
tampak
lemah.
B. Diagnose Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik.
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Proses inflamasi/ peradangan.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh mengabsorbsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor
biologis.
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan dehidrasi ekstra sel.
C. Intervensi Keperawatan
No.
Dx
1.
Hasil (NOC)
Setelah
dilakukan 1. Manajemen nyeri
asuhan
selama
keperawatan
2x
24
diharapkan
jam
nyeri
Rasional
nyeri
ketidaknyamanan, khususnya
sampai
tigkat
pada
mereka
mampu
1. Tingkat nyeri
efektif
yang
tidak
berkomunikasi
kenyamanan
3. Pengendalian nyeri
dan
hasil:
kualitas,
1. Klien
mampu
mengontrol nyeri.
atau
mengurangi
berkurang :
2. Tingkat
1. Meringankan
durasi,
keparahan
frekuensi,
intensitas,
penyakit,
faktor presipitasinya.
atau
dan
pada
2. Klien
mampu
nyeri
mengenali
(skala,
berapa
intensitas,tanda)
3. Klien menyatakan
rasa
nyaman
setelah
nyeri
berkurang
4. Klien
lama
akan
ketidaknyamanan prosedur.
d. Gunakan
tindakan
melaporkan
2. Memberikan
sedatif,
memantau
respons
nyeri
berkurang dengan
pasien,
menggunakan
memberikan dukungan
manajemen nyeri.
b. Libatkan
pasien
pengambilan
dalam
keputussan
dan
fisiologis
yang
dibutuhkan
selama
prosedur
diagnostik
keperawatan
atau terapeutik.
untuk
mengoptimalkan
respon
anakgesik
agens
yang
farmakologi
dari analgesik.
b. Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan
nhyeri secara teratur.
c. Monitior TTVsebelum dan
2.
Setelah
asuhan
sesudah.
dilakukan 1. Manajemen lingkungan
keperawatan a. Sediakan lingkungan yang aman
1. Memantau
pasien
agar
keadaan
tidak
selama
2x
24
diharapkan
jam
untuk pasien
terpapar
oleh
lingkungan
yang
dapat
1. Pengendalian resiko
2. Control Infeksi
fungsi kognitif.
peradangan.
memperburuk
berbahaya.
d. Berikan penjelasan pada pasien
bebas
dari
adanya
infeksi.
2. Klien
perubahan
status
2. Wound Care
menjelaskan
metode
a. Untuk
untuk
mencegah infeksi.
3. Klien
mampu
b. Bersihkan
mengenali
perubahan
luka
dan
perkembangannya
salin
cairan
mampu
di
dari
lingkungan
cairan
tubuh
menjelaskan faktor
resiko
luka
merupakan
kesehatan.
4. Klien
keadaan
dengan b. Normal
normal salin
status
mengetahui
c. Agar
steril
tidak
terjadi
perilaku personal.
oleh
d. Ajarkan klien dan keluarga
kuman
atau
bakteri
luka
dan keluarga
e. Berikan penjelasan kepada
klien dan keluarga mengenai
tanda dan gejala dari infeksi
f. Kolaborasi
antibiotic
3.
Infection Control
a. Bersihkan
untuk
mencegah
timbulnya infeksi.
pengunjung
a.
Meminimalkan
risiko infeksi
sabun
anti
b.
meminimalkan
sekeliling pasien
tindakan
keperawatan
e. Gunakan
universal
tangan
selma
c.
mengurangi
mikroba bakteri yang
dapat
infeksi
menyebabkan
k. Ajarkan
keluarga
bagaimana
mencegah
infeksi
3.
Setelah
asuhan
keperawatan
selama
2x24
jam
diharapkan:
Gizi
Asupan
makanan
dan Cairan
Gizi
dan
nutrisi
yang
dibutuhkan pasien.
pasien
untuk
meningkatkan intake Fe
d. Anjurkan
c. Massa Tubuh
pasien
untuk
vitamin C
e. Berikan substansi gula
peningkatan
berat
badan
sesuai
dengan tujuan
sesuai
tinggi
serat
tinggi badan
g. Berikan
terpilih
makanan
(
yang
sudah
c. Mampumengidentif
kebutuhan
nutrisi
d. Tidak
kalori
c. Anjurkan
Asupan Gizi
ikasi
asupan
a. Status
b. Status
menyediakan
gizi)
h. Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
ada
tanda
tanda malnutrisi
kandungan kalori
peningkatan fungsi
dari
menelan
f. Tidak
penurunan
kebutuhan nutrisi
terjadi
berat
kemampuan
pasien
menganalisis
data
2. untuk mengumpulkan
dan
e. Menunjukkan
pengecapan
harian.
meminimalkan
kurang gizi.
adanya
yang
biasa
dilakukan
d. Monitor interaksi anak
atau
orangtua
selama
makan
e. Monitor
lingkungan
selama makan
f. Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak selama
jam makan
g. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
h. Monitor turgor kulit
i. Monitor
rambut
kekeringan,
kusam,
dan
mudah patah
j. Monitor
mual
dan
muntah
k. Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
l. Monitor
makanan
kesukaan
m. Monitor
pertumbuhan
dan perkembangan
n. Monitor
pucat,
kemerahan,
dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
o. Monitor
kalori
dan
intake nuntrisi
p. Catat
adanya
hiperemik,
edema,
hipertonik
jika
berwarna
4.
lidah
magenta,
scarlet
dilakukan 1. Manajemen Asam-Basa
Setelah
tindakan
keperawatan
selama
1x24
jam
a. Monitor
status
(kelembapan
1. Meningkatkan
hidrasi
membrane
keseimbangan
asam-
diharapkam
Risiko
komplikasi
Kekurangan
cairan
ortostatis.
ketidakseimbangan
kriteria hasil :
1. Tidak
ada
tanda-
kalori
2. Meningkatkan
perlunya
mempertahankan
asupan cairan yang
klien
d. Berikan cairan elektrolit
adekuat
keseimbangan
elektrolit
dan
mencegah komplikasi
akibat
dari
kadar
a. Monitor
respons
tidak diharapkan
pasien 3. Mengumpulkan
asam-basa
2. Pasien menyatakan
akibat
atau
data
tidak
keseimbangan
menganalisis
dan
elektrolit
4. Meningkatkan
keseimbangan
cairan
gejala
kelebihan
volume
cairan.
dan
mencegah
komplikasi
kadar
akibat
cairan
yang
tidak diharapkan
status
cairan 5. Mengumpulkan
dan
menganalisis
cairan
6. Manajemen Cairan/Elektrolit
data
keseimbangan cairan
intake
cairan
dan
mencegah komplikasi
akibat perubahan kadar
cairan dan elektrolit
dan
eliminasi
7. Manajemen Hipovolemia
a. Monitor
tingkat
Hb
hematokrit
b. Tawarkan makanan
dapat
dan
7. Mengembangkan
yang
mendukung
penyembuhan klien
8. Terapi Intravena (IV)
a. Kolaborasikan
volume
cairan
intravaskular
pada
pasien
yang
mengalami penurunan
pemberian
volume cairan
cairan IV
8. Memberikan
dan
b. Pemberian cairan IV
memantau cairan dan
c. Berikan cairan IV pada suhu
obat intravena
ruangan
d. Pelihara IV line
9. Manajemen Nutrisi
a. Dorong
pasien
untuk
lainnya
untuk
9. Membantu
menyediakan
atau
asupan
10. Mengumpulkan
dan
menganalisis
data
pasien
untuk
mencegah
11. Manajemen Syok, Volume
a. Kolaborasi
guna
atau
meminimalkan
dengan dokter
pemberian
malnutrisi
obat
georetik
11. Meningkatkan
keadekuatan
mengalami
gangguan
5.
Setelah
asuhan
keperawatan
selama
2x24
diharapkan
integritas
jam
kerusakan
jaringan
teratasi
tanda
dan
gejala
infeksi
b. Kaji
intravaskular
yang
berat
1. Pencegahan
dan
mendeteksi
dini
tubuh,
denyut
jaringan
penampilan
praktik
normal
2. Pencegahan ulkus dekubitus
2. Mencegah
b. Tidak ada tandaa. Kaji faktor yang dapat
dekubitus
tanda infeksi
c. Ketebalan
dan
meningkatkan
kerentanan
individu
tekstur
jaringan
normal
d. Klien menunjukkan
pemahaman dalam
proses
volume
luka
a. Integritas jaringan
b. Penyembuhan luka
a. Perfusi
a. Pantau
perfusi
perbaikan
untuk
menjaga
hygiene personal
c. Lindungi
pasien
terhadap
beresiko.
ulkus
pada
yang
penyembuhan luka
luka
dan
meningkatkan
terapi
antibiotic
penyembuhan luka.
kepada klien
b. Pertahankan
teknik
isolasi
bila diperlukan.
6.
Setelah
posisi
tubuh bagus
meningkat
mobilitas.
d. Ajarkan teknik ambulasi dan
berpindah yang nyaman.
e. Instruksikan pasien untuk
2. klien
mengerti
tujuan
dari
peningkatan
menggunakan
mandiri.
2. Promosi mekanika tubuh.
a. Instruksikan pasien
untuk
memperhatikan
mobilitas
4. klien
dan
2. Memfasilitasi
penggunaan
postur
bantu mobilisasi.
saat beraktivitas
c. Berikan penguatan
positif
selama aktifitas.
3. Terapi latihan fisik: mobilitas.
a. Ajari pasien untuk melakukan
terapi fisik dan okupasi untuk
mempertahankan
dan
meningkatkan mobilitas.
b. Ubah posisi pasien minimal
3. Menggunakan
pergerakan
tubuh
setiap 2 jam.
c. Berikan analgesic
7.
Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan
selama
2x24
jam
diharapkan
ketidakefektifan perfusi
jaringan
perifer
teratasi:
a. Status sirkulasi
b. Perfusi jaringan
Dengan Kriteria Hasil :
1. Klien
dapat
mendemonstrasikan
status sirkulasi (TD
dbn)
2. Klien
kemampuan
mempertahankan
memulai latihan fisik.
fleksi bilitas sendi.
d. Ajarkan pasien senam diabet.
1. Manajemen sensasi perifer.
1. Mencegah
atau
a. Kaji ulkus statis dan gejala
meminimalkan cidera
selulitis.
atau
b. Pantau
pembedaan
ketidaknyamanan
ketajaman atau ketumpulan
pada pasien.
atau panas atau dingin.
c. Pantau parestesia.
d. Anjurkan pasien untuk
memantau bagian tubuh saat
pasien mandi, duduk dan
berbaring.
2. Surveilans kulit.
a. Lakukan
pengkajian
komprehensif
terhadap 2. Mengumpulkan
fisik.
c. Beri
(memproses
informasi, membuat
keputusan
dengan
benar).
3.
Menunjukkan
fungsi
sensori
tingkat
melakukan
obat
latihan
nyeri
diharapkan
jam
masalah
teratasi:
1. Toleransi aktivitas
untuk
mempertahankan
integritas kulit.
analgesic.
d. Instruksikan keluarga untuk
mengobservasi kulit.
e. Monitor
adanya
tromboplebitis.
1. Manajemen energy
a. Tentukan penyebab keletihan
b. Pantau
kardiorespiratori
respon
terhadap
aktivitas
2. Energy
psikomotorik
pasien
data
atau
keperawatan
2x24
dan
menganalisis
kognitif
selama
sebelum
sirkulasi perifer.
b. Pantau
mendemonstrasikan
8.
1. Mengatur
energy
klien
untuk
memulihkan keadaan
klien sehingga dapat
beraktivitas kembali.
3. Kebugaran fisik
Dengan Kriteria Hasil:
1. Mentoleransi
aktivitas
terhadap aktivitas
d. Pantau respon nutrisi untuk
yang
bisasa
dilakukan,
yang
dibuktikan
oleh
toleransi
memastikan
sumber-sumber
2. Respons
fisiologis
terhadap
gerakan
aktivitas,
yang
ketahanan,
penghematan
energy,
sehari-hari.
kebugaran
fisik,
energy
psikomotorik.
2. Klien menunjukkan
toleransi aktivitas
3. Klien
mendemonstrasikan
penghematan
energy.
memakan
2. Terapi aktifitas.
a. Bantu
klien
dalam
mengidentifikasi
aktifitas
medis
merencanakan
9.
dalam
program
pasien
pemahaman tentang
DM tipe II.
2. Paisen dan keluarga
informasi
tentang
pada
kondisi
mampu
melaksanakan
prosedur
d. Sediakan
dengan
benar.
3. Pasien dan keluarga
mampu
menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan perawat.
hidup
yang
mungkin
2. Mempersiapkan
pasien
untuk
memahami
dan
mempersiapkan
secara
akan datang.
c. Gambarkan tanda dan gejala
yang
biasanya
terhadap
mental
prosedur
dan penanganan.
muncul
atau
second
saling
percaya.
3. Membantu
b. Bangun kredibilitas sebagai
perencanaan,
guru.
c. Ciptakan lingkungan yang
intervensi,
kondusif untuk belajar.
d. Ikut sertakan keluarga dan
orang terdekat.
10.
implementasi
evaluasi
dan
program
penyuluhan.
dilakukan 1. Terapi Aktivitas
1. Memprogamkan dan
a. Observasi
adanya
asuhan
keperawatan
membantu
dalam
pembatasan klien dalam
selama
2x24
jam
aktivitas fisik.
beraktivitas.
diharapkan
masalah
b. Monitor nutrisi dan sumber
teratasi:
energy yang adekuat.
a. Toleransi aktivitas
c. Monitor
respon
b. Penghematan
kardiovaskuler
terhadap
energy
aktifitas.
Dengan kriteria hasil :
d. Bantu aktifitas sehari-hari
Setelah
1. Kecemasan
menurun.
2. Glukosa
darah
adekuat
3. Istirahat cukup
4. Klien
mampu
mempertahankan
kemampuan
berkosentrasi.
5. TD
dbn
(120/80mmHg), S :
37oC, RR : 1620x/mnt, N : 7090x/mnt.
sesuai kebutuhan.
2. Manajemen energy.
a. Ajarkan pasien dan keluarga
untuk mengenali tanda dan
gejala keletihan.
b. Ajarkan pengaturan aktifitas
dan teknik manajemen waktu
untuk mencegah keletihan.
c. Kurangi ketidaknyamanan
2. Mengatur
penggunaan
energy
keletihan
dan mengoptimalkan
energy.
tentang
cara
meningkatkan
makanan
untuk
asupan
yang
berenergi
tinggi.
3. Manajemen alam perasaan.
a. Bantu aktifitas sehari-hari.
b. Batasi stimulus lingkungan
untuk
relaksasi.
c. Tentukan
memfasilitasi
3. Memberikan
persepsi
tentang
kelemahan.
d. Beri
dukungan
11.
pasien
penyebab
keamanan stabilisasi,
pemulihan
pemeliharaan
positif
dan
pada
pasien.
mendasar
dan
sikat
relaksasi
perawatan
pribadi
secara mandiri.
2. Klien
mampu
mempertahankan
gigi,
sabun
mandi,
mandi
dan
penyembuhan.
yang terapiutik.
kebersihan pribadi.
3. Perawatan
diri
aktifitas
3. Klien mampu untuk
kehidupan sehari-hari (AKS).
melakukan aktifitas
a. Memonitor
kemampuan
kehidupan seharipasien untuk beraktifitas.
hari.
b. Menyediakan
kebutuhan
4. Klien
mampu
3. Kemampuan untuk
pasien dalam melakukan
menyiapkan
melakukan tugas fisik
aktifitas.
makanan
dengan
c. Memfasilitasi pemeliharaan
yang paling mendasar
mandiri.
sepenuhnya
mengasumsikan
diri.
dapat
perawatan
dan
perawatan
aktifitas
pribadi
secara mandiri.
BAB 3
Aplikasi Teori
Tn. M berusia 35 tahun datang ke rumah sakit dan mengeluh kalau malam sering sekali
bolak balik ke kamar mandi, sehingga saat bangun tidur terasa lemas. Karena lemas
klien sering merasa haus. Tn. M mengatakan sering sekali makan makanan olahan daging
dan makanan manis. Tiga hari sebelum masuk rumah sakit Tn. M terkena paku di tumit
kaki kirinya namun hanya dibersihkan dengan air hangat. Keesokan harinya luka pada
tumit menjadi membengkak dan mengeluarkan nanah dan oleh keluarga segera
diperiksakan ke dokter praktek dan hanya diberikan obat oral. TD: 140/100mmHg, Na: 88
x/menit, RR: 24x/menit, T: 38,50C TB: 171 cm, dan BB 65 kg.
3.1.
PENGKAJIAN
1.
IDENTITAS PASIEN
a.
Nama
: Tn. M
c.
: SD
Pendidikan terakhir
d. Agama
: Islam
e.
Status perkawinan
: Menikah
f.
: 171 cm/75 kg
g.
Penampilan umum
h.
i.
Alamat
j.
k.
: Istri klien
l.
Tanggal masuk RS
: 23 Maret 2016
m. Tanggal pengkajian
: 23 Maret 2016
n.
Diagnosa medis
: Diabetes mellitus
o.
No. RM
: 99.10.10
2. KELUHAN UTAMA
Klien mengeluh ada luka bernanah di tumit kaki kiri dan nyeri pada luka.
3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Tiga hari sebelum masuk RS (tanggal 20 Maret 2016) kaki klien tertusuk paku. Pada
awalnya luka klien hanya dibersihkan dengan air hangat. Keesokan harinya luka
bertambah besar, membusuk, dan mengeluarkan nanah. Klien hanya diperiksa ke
dokter praktek dan diberi obat oral. Luka klien bertambah parah dan klien dirujuk ke
RSU untuk dirawat. Pada saat pengkajian tanggal 23 Maret 2016 luka pada kaki klien
masih basah. Luka dengan kedalaman 0,5 cm, lebar 3 cm, dolor (+), kolor (+), tumor
(+), rubor (+), dan fungsiolasea (+). Klien mengatakan nyeri tersebut sering dirasakan
oleh klien apabila klien melakukan pergerakan/banyak bergerak dan nyeri berkurang
apabila klien beristirahat. Klien mengatakan badannya panas dan lemas. Klien juga
mengeluh sering sekali merasa , haus, dan bolak balik ke kamar mandi di malam
hari dan lemas di pagi hari.
4. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi, jantung koroner,
atau diabetes melitus.
5. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Ayah dari Tn. M memiliki penyakit diabetes mellitus dan hal itu baru diketahui saat
ayah dari Tn. M meninggal dunia.
6. RIWAYAT LINGKUNGAN
Tipe tempat tinggal permanent dengan jumlah kamar ada 3. Jumlah orang yang
tinggal di rumah sebanyak 4 orang, dengan kondisi tempat tinggal penerangan cukup,
kebersihan dan kerapihan cukup, sirkulasi udara cukup, keadaan kamar mandi cukup
baik tidak terlalu tinggi dan tidak licin.
7.
c.
d. Pola eliminasi
- Sebelum sakit pasien BAB 1x/hari dengan konsentrasi padat, bau khas dan
warnanya kuning kecoklatan. BAK 900 1000 cc/hari dengan warna kuning
pekat dan bau khas.
- Selama sakit pasien BAB 1x/hari dengan konsistensi padat, bau khas dan
warnanya kuning kecoklatan BAK 2200 - 2400 cc/hari dengan warna kuning
pekat dan bau khas.
e.
g.
h.
i.
j.
k.
8.
PEMERIKSAAN FISIK
a.
Survey umum
1) Keadaan umum
: Lemah
2) Kesadaran
: composmentis
TD
: 140/100 mmHg
HR
: 88 x/menit
RR
: 24 x/menit
Suhu
: 38,50C
4) Antropometri
b.
TB
: 171 cm
BB
: 65 kg
a) Kulit
: Bentuk bulat lonjong, posisi tegak lurus dengan bahu, tidak ada
c) Telinga
d) Hidung
e) Mulut
: Gigi utuh, kebersihan cukup baik, mukosa mulut kering, caries tidak
ada
f) Leher
- I : denyut jantung normal, tidak ada dorongan, ictus cordis tidak tampak
- P : tidak ada pulsasi, ictus cordis teraba di midklavikula intercosta 5
- P : ukuran dan bentuk jantung dalam batas normal
- A : terdengar suara lup dan dup, suara jantung tunggal. S1 da S2 normal.
c) Paru paru
-
: Simetris
: Sonor ka/ki
: vesikuler ka/ki
e. Abdomen
-
: Bentuk simetris
: Tympani
f.
Genetalia
g.
h.
Ekstremitas
-
Atas
kesegala arah
-
Bawah
tampak sulit digerakan karena adanya luka di telapak kaki. Luka kedalaman
0,5 cm, lebar 3 cm, dolor (+), kolor (+), tumor (+), rubor (+), dan fungsiolasea
(+)
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Elektrolit
a.
Kalium
b.
Natrium
c.
Klorida
GDP
b.
c.
GDS
Pemeriksaan HbA1c
Basofil
: 0 % (Normal : 0 1 %)
b.
Eusinofil
: 0,5 % (Normal : 1 3 %)
c.
N. Segmen
: 47 % (50 75 %)
d. N. Batang
: 1 % (2 3%)
e.
Limfosit
: 23 % (25 40 %)
f.
Monosit
: 2 % (Normal : 3 7 %)
10.
TERAPI
Pronalges 3 x 10 ml (IM)
Insulin 15 16 unit
ANALISA DATA
No
1.
Tgl/jam
Rabu/23
Maret
2016
08.00
Data
Problem
DS:
Nyeri Akut
1. Klien mengatakan
nyeri di sekitar
tumit kirinya
2. Klien mengatakan
kaki kirinya
sedikit kaku dan
tidak nyaman saat
digerakkan
3. - P : luka di tumit
kiri
Q : ditekan
R : menjalar ke
kedua kaki
S:5
T : saat kaki
digerakkan
DO :
1. Klien meringis
saat kaki kiri
digerakkan
Etiologi
Agen cidera: fisik
Rabu/23
Maret
2016
08.00
WIB
DS:
Hipertermi
1. Klien mengatakan
kalau malam
sering sekali
bolak balik ke
kamar mandi
kurang lebih 2200
- 2400 cc/hari
2. Klien mengatakan
saat bangun tidur
terasa lemas
3. Klien merasakan
sering sekali haus
4. Klien mengatakan
saat ini badanya
terasa panas dan
lemas
DO :
1. Membran mukosa
mulut kering,
konjungtiva
anemis, turgor
kulit kembali 5
detik, kulit kering
2. Klien tampak
lemas dan pucat
3. TTV : TD
140/100mmHg, N
88 x/menit, RR
24x/menit, T:
38,50C
4. Elektrolit: Ka
2,9mEg/l (normal
: 3,6-5,6 mEg.l),
Na 117meq/l
(normal 137-145
mEq/l), Cl
82mEg/l
(normal : 98107mEg/l)
5. BAK 2200
2400 cc/hari
Dehidrasi
Intake : Output =
3.
Rabu/23
Maret
2016
08.00
WIB
GCS
composmetis)
D : dietary (BAK
2200 2400 cc/hari
Intake : Output =
2725 : 3525 = - 625,
ketidakmampua
n
tubuh n
mengabsorbsi
zat-zat
gizi
berhubungan
dengan
biologis
Ketidakseimbanga
faktor
nutrisi
kurang
dari kebutuhan
Rabu/23
Maret
2016
08.00
WIB
porsi sedikit.)
DS:
Gangguan
1. Klien mengatakan integritas kulit
tidak nyaman
dengan
dipasangnya infus
2. Klien mengeluh
luka di kaki kiri
DO :
1. Terpasang infus
NaCl 20
tetes/menit di
tangan kanan
2. Klien meringis
saat kaki kiri
digerakkan .Ada
luka di tumit kiri
Proses peradangan
No.
Dx
1.
Nama
: Tn. M
Umur
: 37 tahun
Hari/Tanggal
Rabu/
Maret 2016
07.30 WIB
Kriteria Hasil
23 Setelah
dilakukan 1. Pemberian
tindakan keperawatan
selama
NOC
1x24jam
Analgesik
a. Minta pasien
Rasional
paraf
1. Untuk
Ns.
menggunakan
agens-
Zain
untuk menilai
agens
nyeri
farmakologi
kriteria hasil :
ketidaknyama
untuk
1. Mampu mengontrol
nan
mengurangi
nyeri
(tahu
penyebab
nyeri,
skala 0-10
b. Memberi obat
atau
menghilangkan nyeri.
2. Manajemen
menggunakan
Medikasi
teknik
nonfarmakologi,
untuk
mengurangi
nyeri,
mencari
a. Hadir di deket
pasien
untuk
memenuhi
2. Untuk mem-
kebutuhan
bantuan).
2. Melaporkan bahwa
berkurang
dengan
manajemen nyeri.
3. Mampu mengenali
nyeri
(skala,
intensitas, frekuensi
nyaman
dan
aktivitas
lain
untuk
rasa
setelah
nyeri berkurang.
penggunaan
obat
resep
atau
obat
bebas secara
relaksasi
aman
3. Manajemen
dan
efektif
Nyeri
a. Intruksikan
pasien
dan tanda).
4. Menyatakan
fasilitasi
rasa
membantu
menggunakan
nyaman
pada
anti nyeri.
mampu
nyeri
atau
untuk
menginformas
ikann kepada
perwat
jika
peredaan
nyeri
4. Bantuan
kan
pada tingkat
ke-nyamanan
yang
dapat
diterima oleh
pasien
pasien
(patientcontrolled
atau
mengurangi
yang
dikendalikan
oleh
meringan-
myeri sampai
tidak
dapat tercapai
analgesia
3. Untuk
4. Untuk
analgesia )
memudahkan pengendalian
5. Manajemen
pemberian
Sedasi
dan
a. Laporkan
pengaturan
kepada dokter
analgesik
jika
tindakan
oleh pasien.
tidak
atau
jika
berikan
keluhan
saat
sedatif,
ini merupakan
meman-tau
perubahan
respon
yang bermakna
pasien,
dari
memberi-kan
pengalaman
dukungan
nyeri
fisiologis
pasien
dimasa lalu
dan
yang
dibutuhkan
selama
prosedur
diagnostik
atau
2.
Rabu/
23 Setelah
Maret 20160
7.30 WIB
tindakan
selama
terapeutik.
1. Untuk
keperawatn a. Pantau
1x24
jam
diharapkan
hipertermia
suhu
minimal
dua
jam
dapat
sesuai
sekali
dengan
kebutuhan
hasil :
b. Pantau warna
1. Suhu tubuh dalam
kulit dan suhu
rentang normal (36
c. Anjurkan
C).
asupan cairan
penatalaksan
aan
pasien
yang
mengalami
hiperperiksia
akibat faktor
selain
lingkungan
Ns.
zain
2. N (100x/m), RR
(20-50
x/m),
Dalam
rentang
normal.
3. Tidak
perubahan
2 liter sehari
2. Untuk
mencapai
2.Regulasi Suhu
ada
warna
oral, sedikitnya
atau
a. Gunakan
mempertahan
waslap dingin
kan
(atau
tubuh dalam
kantong
es yan di balut
rentang
dengan kain) di
normal
suhu
aksila, kening
tengkuk,
dan
lipat paha
b. Ajarkan pasien/
keluarga dalam
mengukur suhu
untuk
mencegah dan
mengenali
secara
dini
hipertermia.
3.Pemantauan
TTV
a. Observasi
TTV
b. Berikan obat
antipiretik,
jika
perlu
gunakan
matras dingin
c. Dan mandi air
3. Untuk
mengumpulk
an
dan
menganalisis
hangat untuk
data
mengatasi
kardiovaskul
gangguan
er pernapasan
suhu
dan
tubuh,
jika perlu
suhu
tubuh untuk
menentukan
serta
mencegah
komplikasi
3.
Rabu/
Maret 2016
07.30 WIB
23 Setelah
dilakukan 1. Manajemen
tindakan keperawatan
selama
1x24
jam
1. Untuk
nutrisi
Ns Zain
membantu
a. Pantau nilai
atau
diharapkan
laboraturium,
menyediakan
ketidakseimbangan
khususnya
asupanmaka
transferin,
nan
dan
albumin dan
cairan
diet
elektrolit
seimbang.
nutrisi
kurang
dari
hasil :
1. Adanya
2. Terapi nutrisi
peningkatan
berat
badan
sesuai
dengan tujuan.
2. Berat badan ideal
sesuai
dengan
tinggi badan.
a.Buat
2. Untuk
pemberian
perencanaan
makanan dan
makan dengan
cairan untuk
pasien
yang
mendukung
masik
dalam
proses
jadwal makan,
metabolik
lingkungan
pasien yang
mengidentifikasi
makan,
malnutrisi
kebutuhan nutrisi.
kesukaaan dan
atau beresiko
ketidaksukaan
tinggi
pasien
terhadap
3. Mampu
serta
suhu makanan
malnutrisi.
peningkatan fungsi
pengecapan
dan 3. Pemantauan
menelan.
6. Tidak
penurunan
badan.
nutrisi
mengumpulk
dan
3. Untuk
keluarga
an
dan
menganalisis
tentang
data
makanan yang
untuk
pasien
bergizi
dan
tidak mahal
mencegah
dan
meminimalk
an
kurang
gizi.
4. Bantuan
4. Untuk
menaikan berat
memfasilitas
badan
i pencapaian
a. Diskusikan
dengan
kenaikan
ahli
gizi
berat badan.
dalam
menentukan
kebutuhan
protein pasien
yang
mengalami
ketidakadekuat
an
asupan
protain
atau
kehilangan
4.
Rabu/
Maret 2016
07.30 WIB
protein.
dilakukan 1. Pelindunga
23 Setelah
1. Pencegahan
tindakan keperawatan
infeksi
dan
selama
e. Pantau
mendeteksi
2x24
jam
diharapkan gangguan
tanda
gejala
pada
teratasi:
c. Integritas jaringan
d. Penyembuhan luka
infeksi
jaringan.
jaringan
normal
g. Tidak ada tandatanda infeksi
h. Ketebalan
f. Kaji
dan
suhu
tubuh,
denyut
jantung,
drainase,
penampilan
dan
luka
dini infeksi
tekstur
jaringan
normal
i. Klien
laboratoriu
m
menunjukkan
h. Amati
pemahaman dalam
proses
g. Pantau hasil
perbaikan
kulit
dan
mencegah
terjadinya cidera
j. Klien
menunjukkan
proses
penyembuhan luka
penampilan
praktik
hygiene
untuk
perlindunga
n
terhadap
infeksi.
2. Pencegahan
2. Mencegah
ulkus dekubitus
ulkus
d. Kaji faktor
dekubitus
yang dapat
pada individu
meningkatk
yang
an
beresiko.
kerentanan
terhadap
terjadinya
ulkus
e. Jelaskan
kepada
pasien
dan
keluarga
untuk
menjaga
hygiene
personal
f. Lindungi
pasien
terhadap
kontaminasi
silang agar
3. Mencegah
komplikasi
luka
dan
tidak terjadi
meningkatk
infeksi
an
3. Perawatan luka
penyembuha
c. Berikan
n luka.
terapi
antibiotic
kepada
klien
d. Pertahankan
teknik
isolasi
bila
diperlukan.
Implementasi
1. Meminta pasien
untuk
menilai
nyeri
Paraf
atau Ns.
Zain
09.00 WIB
23-03-2016
09.30 WIB
10.00 WIB
Zain
liter sehari
10.15 WIB
10.30 WIB
23-03-2016
10.30 WIB
11.00 WIB
khususnya Ns.
Zain
protein
pasien
yang
mengalami
protain
1. Kaji suhu tubuh, denyut jantung, drainase, Ns.Zain
penampilan luka
2. Pantau hasil laboratorium
3. Amati
12.15 WIB
penampilan
praktik
hygiene
untuk
12.30 WIB
12.40WIB
: Tn.M
Umur
: 37 tahun
Tanggal / Waktu
23-03-2016
14.40WIB
23-03-2016
14.40WIB
23-03-2016
14.40WIB
Evaluasi
Paraf
S = pasien mengatakan bahwa anaknya sudah tidak Ns. Zain
nyeri pada kaki kirinya.
O = pasien tampak lebih bebas bergerak dan namun
masih nampak peradangan pada kaki kirinya
A = Tujuan belum tercapai
P = Intervensi dilanjutkan , tetap dimonitoring
S = pasien mengatakan bahwa ia sudah tidak Ns. Zain
mengalami panas
O = Suhu 36 C, N 80x/mt
A = Tujuan tercapai
P =Intervensi perlu dimonitoring
S = pasien mengatakan bahwa nafsu makannya Ns. Zain
meningkat, BAK berkurang.
O = BB : 66 kg, TB : 175 kg, BAK 2100 2400
cc/hari
23-03-2016
14.40WIB
Ns.Zain
BAB 4
Pembahasan
Setelah penulis mampelajari tinjauan teori dan membandingkannya dengan tinjauan
kasus, maka penulis mendapat beberapa kesenjangan dan persamaan selama dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn.M dengan penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 yang
antara lain :
Pengkajian.
Pengkajian yang dilakukan meliputi pengumpulan data yang dilakukan dengan
anamneses mulai dari data demografi, pengkajian pola Gordon hingga pemeriksaan fisik
persystem dab head to toe.
Diagnosa.
Setelah data tersebut didapat kemudian dirumuskan diagnosa keparawatan
pasien melalui analisa data dan didapatkan diagnosa keperawatan pasien antara lain :
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (infeksi)
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses peradangan
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhbungan dengan asupan
nutrisi berkurang
4. Resiko infeksi berhubungan dengan proses peradangan
Keempat diagnose di atas di dapatkan pada landasan teori, keadaan tersebut
menunjukkan bahwa keadaan pasien benar mengalami penyakit Diabetes tipe 2. Keenam
diagnosa tersebut tidak muncul karena pasien tidak mengalami tanda-tanda yang
menunjukkan gejala timbulnya masalah masalah di atas seperti adanya adanya keletihan.
Dalam pengkajian dan perumusan diagnosa keperawatan perlu dilakukan hubungan interaksi
yang baik dan komunikasi terapeutik dengan pasien dan keluarga karena menimblkan
perasaan rendah diri pada pasien.
Untuk diagnosa pertama yaitu hipertermia berhubungan dengan dehidrasi. Saya
mengambil diagnosa ini karena melihat keadaan suhu dan tekanan darah pasien yang tinggi.
Ketika seseorang sudah mencapai suhu lebih dari 38 0C maka orang tersebut dikatakan
hipertermia (peningkatan suhu tubuh). Pada kasus ini juga pasien mengalami pucat dan lemas
serta sering merasa haus dan buang air kecil.
Kemudian diagnosa kedua yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera: fisik.
Hal ini diangkat berdasarkan keluhan dari pasien yang mengeluh terjadi nyeri karena adanya
luka pada tumit kirinya. Sehingga untuk mengatasi masalah nyeri penulis menambahkan
diagnosa tersebut. Sedangkan agen cidera fisik dipilih berdasarkan terdapatnya luka pada
tumit.
Diagnosa ketiga yaitu risiko infeksi berhubungan dengan prses peradangan. Diagnosa
ini diambil berdasarkan adanya luka pada kaki kiri pasien. Adanya infus dapat menimbulkan
resiko untuk terkena infeksi apabila pemasangan dan perawatan infus tidak dilakukan secara
aseptik serta faktor faktor luar tidak mendukung.
Pada kasus ini penulis tidak mengangkat diagnosa utama yaitu kebutuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh karena pada pasien tidak ditemukan adanya gejala-gejala deficit
nutrisi, seperti : penurunan berat badan, penurunan nafsu makan. Sedangkan kekurangan
volume cairan tidak diambil karena sudah ada infus dan pemberian cairan 2500 cc/hari pada
implementasi diagnosa ke 2 untuk mengatasi kebutuhan cairan.
Perencanaan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan seluruh tindakan keperawatan yang dilakukan selalu berorientasi pada
rencana yang telah dibuat terlebih dahulu. Pelaksanaan tindakan keperawatan yang
berdasarkan teoritis ada yang belum terlaksana, semua, ini disebabkan karena keadaan/sifat
klien yang berbeda dan jenis perawatan yang dilaksanakan di ruang perawatan disesuaikan
dengan keadaan dan sarana serta fasilitas yang tersedia.
Untuk diagnosa pertama (hipertermia berhubungan dengan dehidrasi) pada intervensi
ada 8 perencanaan, yaitu memonitor temperatur setiap 2 jam sekali, memonitor TTV dan
perubahan warna kulit, serta tanda tanda hipertermia, Diagnose ke dua dilakukan intervensi
dengan melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi, mengajarkan tentang teknik
nonfarmakologi (teknik napas dalam).
BAB 5
Penutup
5.1 Kesimpulan
1. Diabetes mellitus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan hormonal
dan melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat dimana seseorang tidak dapat
memproduksi cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin yang
diproduksi dengan.
poliphagi, mata kabur, luka sulit sembuh, infeksi, berat badan menurun, lemas,
lekas lelah dan tenaga kurang.
5. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan gula darah,
pemeriksaan Hb, dan pemeriksaan urin.
6. Komplikasi diabetes mellitus dapat menimbulkan
kulit
berhubungan
dengan
penurunan
imonologis,
kelelahan
Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat memahami materi yang telah kami susun
ini, dan dapat menginterpretasikan di dalam melakukan tindakan
keperawatan dalam praktik, khususnya pada pasien yang menagalami
Daftar Pustaka
Adam, JMF. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 5. Jakarta: FK-UI
Anonim.2013. www.emedicinehealth.com. Diabetes Mellitus .Diakses pada tanggal 27 Maret
2015 pukul 17:05 WIB
Brunner & Suddarth. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 vol.1.
Jakarta:EGC
Huda, Amin, Hardhi Kusuma.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis& NANDA.Ed.Revisi. Yogyakarta : MediAction
Kee JL. 2013.Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik Cetakan 1 Edisi 8. Jakarta;
EGC
Long, Barbara. 2006. Perawatan Medikal Bedah , Ikatan Alumni Pendidikan Padjajaran
Bandung.
Mansjoer dkk.2010.Kapita Selekta Kedokteran Edisi 4. Jakarta: Media Aesculapius FKUI
Price, Silvia.2013.Patofisiologi Konsep Klinis Proses PenyakitJakarta:EGC.
Soewondo P. 2014. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus. Jakarta: Media Aesculapius FKUI
Wilkinson, Judith.2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC
danKriteria hasil NOC Edisi 9.Jakarta:EGC.
World Health Organization.2015.Diabetes Mellitus. Jakarta :EGC