Está en la página 1de 14

PANDUAN PRAKTIKUM HISTOLOGI II

MODUL SISTEM RESPIRASI DAN IMUNOLOGI


Bagian Histologi PSPD Universitas Abdurrab

Praktikum Histologi II Modul sistem RESPIRASI DAN IMUNOLOGI akan dilaksanakan


pada minggu keDUA sesuai dengan jadwal yang sudah diatur dalam Buku Pedoman Kerja Mahasiswa
(BPKM).
Sasaran Pembelajaran Terminal Praktikum Histologi adalah:
Mahasiswa Kedokteran semester III PSPD Universitas Abdurrab bila dihadapkan kepada
preparat histologi mampu mengidentifikasi dan menjelaskan struktur histologis normal organ limfoid.
Lingkup Praktikum:
Organ Limfoid
Waktu Praktikum:
Sekali pertemuan selama 3x50 menit untuk tiap kelompok
Metoda Praktikum:
A. Kuliah pengantar praktikum
B. Praktikum mempelajari dan mengidentifikasi struktur histologi dengan menggunakan
mikroskop cahaya dengan bimbingan para tutor praktikum
C. Membuat gambar sajian histologis yang dipelajari
Sumber Daya Manusia:
1 orang tutor untuk tiap kelompok dengan jumlah mahasiswa 8-10 mahasiswa/kelompok
Sarana dan Prasarana:
A. Ruang praktikum histologi
B. Preparat histologi
C. Mikroskop cahaya
Evaluasi:
- Kuis.
Sasaran Pembelajaran Penunjang Praktikum Histologi adalah :

I. DASAR TEORI

Sistem Imun merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai macam sel, molekul terlarut
dan berbagai macam organ yang menjalankan fungsi pertahanan tubuh. Tidak seperti sistem
lain yang secara anatomi terintegrasi dengan jelas dan memiliki struktur yang jelas, sistem
limfoid tidak memiliki struktur anatomi yang tegas batas-batasnya. Hal ini dikarenakan sistem
imum bekerja pada seluruh tubuh dan sebagian menumpang pada sistem-sistem lain.
Mahasiswa dapat menyebutkan organ-organ yang dipakai bersama sistem lain dan sistem
imun!
Untuk molekul terlarut (sistem imum humoral) sebagian besar menumpang pada sistem
perderan darah untuk menjalankan fungsi imunitasnya. Hal ini karena sistem vasculer
menjangkau seluruh tubuh sehingga pemanfaatan sistem vasculer dalam menjalankan fungsi
imunitas sangat membantu.
Sementar itu, untuk sistem imun seluler (sel) selain menumpang pada sistem vasculer,
imunitas seluler memiliki sistem peredaran sendiri yang mirip dengan sistem vasculer yang
disebut sistem limfatika. Sistem limfatika terdiri dari seperangkat vasa yang strukturnya mirip
vena yang disebut vasa limfatika. Akan tetapi sistem limfatika ini tidak sepenuhnya berdiri
sendiri seperti sistem cardiovasculer yang merupakan loop tertutup dengan sistem pompa-isap
sendiri, sistem limfatika menumpang dengan sistem cadiovasculer itu sendiri. Vasa limfatika
mendrainase carinan limfe dari cairan intertitial. Sebelum vasa ini mencapai sistem
cardiovasculer, vasa limfatika membentuk perhentian-perhentian pada daerah-daerah tertentu
pada tubuh. Tempat ini semacam stasiun penghentian atau suatu pos komando dalam militer
yang mana di tempat ini banyak berkumpul sel-sel imun. Tempat ini disebut juga limfonodus
(noduslimfatikus).

Gambar 1. Sistem limfatika pada seluruh tubuh, keberadaan limfonodus, dan hubungannya
dengan sistem cardiovasculer.

Vasa limfatika yang membawa cairan limfe menuju nodus limfatikus disebut vasa afferent
sedangkan vasa limfatika yang membawa cairan limfe ke limfonodus lain, ke organ limfoid
lain, ke sistem cardiovasculer disebut vasa efferent.
Anggota sistem imun meliputi sel dan organ, seperti terlihat pada tabel:
Anggota sistem
imun
Sel

Organ

Komponen
Komponen sel darah putih (leukosit):
1. Leukosit polimorfonuklear (granuler)
Netrofil
Eosinofil
Basofil
2. Leukosit mononuklear:
Monosit
Limfosit
3. Pagosit mononukler: sel NK, makrofag jaringan, dll.
4. Sel palsma
Organ limfoid primer: Bone Marrow
Organ limfoid sekunder: Timus, Lien (spleen), Limfonodi, vasa limfatika

JARINGAN LIMFOID
Jaringan limfoid merupakan jaringan ikat yang ditandai dengan sejumlah besar
limfosit. Jaringan ini berada bebas dalam jaringan ikat regular atau dikelilingi oleh simpai,
yang membentuk organ limfoid. Karena limfosit memiliki sangat sedikit sitoplasma, jaringan
limfoid yang terisi penuh dengan sel-sel tersebut, terpulas biru gelap pada irisan sediaan yang
dipulas H&E. Jaringan limfoid pada dasarnya terbentuk dari sel-sel bebas, biasanya dengan
banyak jejaring serat retikular kolagen tipe III yang menyangga sel. jaringan limfoid akan
menyusun organ limfoid (seperti yang tertulis pada tabel keculai pada bone marrow).
Pada sebagian besar organ limfoid, serat rertikular dihasilkan oleh sel fibroblastik
yang disebut sel retikular dengan sejumlah besar prosessus yang menempati serat tersebut.
Timus adalah suatu pengecualian karena sel-selnya disangga oleh retikulum sel-sel epitel
yang tidak biasa.Jejaring serat retikular jaringan limfoid dapat relatif padat sehingga mampu
menahan banyak limfosit, makrofag dan sel plasma bebas. Area jaringan limfoid yang
tersusun lebih longgar dengan ruang yang lebih sedikit dan lebih besar memungkinkan
pergerakan sel-sel tersebut dengan mudah.
Pada jaringan limfoid nodular, sekelompok limfosit tersusun sebagai masa aferis
yang dikenal sebagai nodul limfoid atau folikel limfoid, yang terutama mengandung limfosit
B. Ukuran nodul limfoid sangat bervariasi, yang biasanya berukuran beberapa ratus
mikrometer hingga 1 mm. Nodul tersebut ditemukan bebas dalam banyak jaringan ikat di
tubuh dan nodus limfe, limpa dan tonsil tapi tidak di timus yang memiliki sel T saja. Nodul
limfoid bebas umumnya dijumpai dalam jaringan ikat lapisan mukosa; di tempat ini, nodul
limfoid bersama limfosit bebas membentuk jaringan limfoid terkait-mukosa (MALT). Setiap
folikel limfoid tidak diselubungi oleh jaringan ikat. Sebutkan contoh MALT pada saluruh
tubuh!
Organ limfoid di tubuh manusia teridiri dari organ limfoid primer dan organ limfoid
sekunder. Organ limfoid primer adalah organ tempat diproduksinya sel-sel limfoid sedangkan

organ limfoid sekunder adalah organ tempat pematangan sel-sel limfoid yang dihasilkan oleh
organ limfoid primer.
TIMUS
Timus adalah organ bilateral yang terletak di mediastinum; organ ini mencapai
perkembangan puncaknya semasa usia muda. Seperti sum-sum tulang dan sel-sel B, timus
dianggap sebagai organ limfoid primer atau sentral karena limfosit T terbentuk di tempat
tersebut. Jika semua organ limfoid lainnya hanya berasal dari mesenkim (mesoderm), maka
timus memiliki asal embriologik ganda. Prekursor limfositnya berasal dari sumsum tulang,
tetapi kemudian bergerak memasuki suatu epitel khusus yang telah berkembang dari lapisan
endoderm kantong faringeal ketiga dan keempat embrio.
Timus mencapai perkembangan maksimalnya secara relatif terhadap berat badan
segera setelah lahir; timus mengalami involusi setelah memperoleh ukurannya terbesarnya
saat pubertas, tetapi terus menghasilkan limfosit hingga usia tua (gambaran histologis
terdapat pada tabel preparat histologi).
JARINGAN LIMFOID TERKAIT-MUKOSA (MALT)
Saluran cerna, saluran napas, dan saluran kemih merupakan tempat umum masuknya
patogen karena lumennya terpapar lingkungan luar. Untuk melindungi organisme, jaringan
ikat mukosa saluran ini mengandung sekumpulan besar sel dendritik, limfosit, sel plasma
penyekresi-IgA, APC dan nodul limfoid. Limfosit dan sel dendritik juga terdapat di dalam
epitel yang melapisi lumen tersebut. Sebagian besar limfosit merupakan sel B; di antara selsel T, sel pembantu CD4 mendominasi. Di beberapa tempat, agregat tersebut membentuk
struktur besar yang tampak jelas seperti tonsil dan bercak Peyer di ileum. Agregat serupa
dengan folikel limfoid ditemukan di apendiks. Secara kolektif, jaringan limfoid terkaitmukosa (MALT) merupakan organ limfoid terbesar, yang mengandung hingga 70% dari
semua sel imun tubuh.
TONSIL
Tonsil adalah jaringan limfoid bersimpai tak utuh, yang terdapat dibawah dan
berkontak dengan epitel rongga mulut dan faring. Bergantung pada lokasinya, tonsil-tonsil ini
dinamakan tonsila palatina, faringea, atau lingualis.
Tonsila Palatina, di bagian posterior langit-langit lunak, dilapisi oleh epitel
skuamosa berlapis. Setiap tonsil memiliki 10-20 invaginasi epitel yang mempenetrasi tonsil
ke dalam, yang membentuk kriptus. Jaringan limfoid di tonsil-tonsil tersebut membentuk
suatu pita yang mengandung limfosit bebas dan nodul limfoid, biasanya dengan centrum
germinale. Epitel yang melapisi tonsila palatina dapat menjadi terinfiltrasi sedemikian penuh
oleh sel dendritik dan limfosit sehingga dapat sulit dikenali. Suatu pita jaringan ikat padat
yang bertindak sebagai simpai atau sawar dari penjalaran infeksi tonsil, memisahkan jaringan
limfoid dari struktur yang berdekatan. (Gambaran histologis terdapat pada tabel preparat
histologi)
Tonsila faringea berada di dinding posterior nasofaring dan biasanya ditutupi oleh
epitel kolumner bertingkat bersilia, meskipun area epitel berlapis juga dapat diamati. Tonsila
faringea terdiri atas lipatan mukosa yang mengandung jaringan limfoid difus dan nodul
limfoid dan suatu simpai yang lebih tipis daripada simpai tonsila palatina.
Tonsila lingualis berada di sepanjang permukaan posterior lidah dan dilapisi oleh
epitel skuamosa bertingkat dengan kriptus. Jaringan limfoid tonsil-tonsil ini memiliki banyak

gambaran yang sama dengan gambaran tonsila palatina. Semua epitel tersebut mengandung
limfosit dan sel dendritik intra epitelial.
KELENJAR GETAH BENING (Glandula lymphatica = nodus lymphoydeus)
Kelenjar getah bening adalah struktur berbentuk buncis dan bersimpai, yang
umumnya berdiameter 2-10 mm dan tersebar di seluruh tubuh sepanjang pembuluh limfe.
Kelenjar getah bening ini ditemukan pada ketiak dan selakangan, disepanjang pembuluh besar
leher, dan banyak dijumpai dalam toraks dan abdomen, khususnya dalam mesenterium.
Kelenjar getah bening membentuk sederetan saringan yang penting untuk pertahanan tubuh
terhadap mikroorganisme dan penyebaran sel-sel tumor. Semua limfe yang berasal dari cairan
jaringan, disaring oleh sekurang-kurangnya satu kelenjar getah bening sebelum masuk ke
sirkulasi. Organ berbentuk ginjal ini mempunyai permukaan konveks yang merupakan tempat
masuk pembuluh limfe dan lekukan konkaf, yakni hillum, tempat masuknya arteri dan saraf
dan keluarnya vena dan pembuluh limfe dari organ. Suatu simpai jaringan ikat mengelilingi
kelenjar getah bening, dan menjulurkan trabekula ke bagian dalam organ.
Sel terbanyak di kelenjar getah bening adalah limfosit, makrofag, dan APC lain, sel
plasma dan sel retikular; sel dendritik folikular terdapat di dalam nodul limfoid. Berbagai
susunan sel stroma serabut retikular yang menyangga sel membentuk korteks, medula dan
parakorteks yang menyusup. Gambaran histologis terdapat pada tabel preparat histologi!
LIMPA (spleen = lien)
Limpa adalah organ limfoid terbesar dalam tubuh dan satu-satunya organ yang
terlibat dalam filtrasi darah sehingga limpa merupakan organ penting pada pertahanan
terhadap antigen dalam darah. Organ ini juga menjadi tempat penghancuran eritrosit tua.
Sebagaimana halnya organ limfoid sekunder lainnya, limpa adalah tempat produksi antibodi
dan limfosit aktif, yang dihantarkan ke dalam darah. Suatu partikel inert dalam darah aktif
difagositosis oleh limpa makrofag.
Limpa dikelilingi oleh suatu simpai jaringan ikat padat yang menjadi asal trabekula,
sebagian membagi-bagi parenkim atau pulpa limpa. Trabekula besar berasal dari hillum,
pada permukaan medial limpa; trabekula ini membawa saraf dan arteri ke dalam pulpa limpa
serta vena yang membawa darah kembali ke dalam sirkulasi. Pembuluh limfe yang terbentuk
di pulpa limpa juga meninggalkan hilum melalui trabekula. (Gambaran histologis terdapat
pada tabel preparat histologi)

TABEL PREPARAT HISTOLOGI

Preparat
Histologi
1. Limfonodus

Sajian Histologi
Limfonodus

Tujuan Praktikum dan Struktur yang harus dicari


- Sering disebut dengan kelenjar limfe (kelenjar getah bening)
dengan bentuk kacang polong/kacang bogor dimana
sebagian permukaannya cekung (hilus) dan sebagian
lainnya cembung.
- Seluruh permukaannya dibungkus simpai/kapsul jaringan ikat
fibrosa dan apabila masuk kedalam kelenjar akan
membentuk trabekula, simpai akan menebal bila berada
didaerah hilus.
- Ditemukan 2 vasa (pembuluh getah bening kecil), yaitu:
Vasa eferen: dapat ditemukan pada daerah hilus
kelenjar.
Vasa aferen: dapat ditemukan pada daerah cembung
kelenjar.
- Dijumpai 3 sinus, yaitu:
Sinus kapsularis/marginalis: sinus yang terdapat
dibawah simpai.
Sinus trabekularis/kortikalis: sinus simpai yang masuk
kedalam kelenjar mengikuti trabekula.
Sinus medularis: sinus yang terdapat diantara genjelgenjel medula.
- Kedua sinus biasanya terlihat kosong atau berisi limfosit.
- Disekitar sinus, biasanya dapat ditemukan sel retikulum.
- Limfonodus terdiri dari 2 bagian, yaitu:
Bagian korteks.
Deretan limfonodulus (bangunan membulat yang
berupa kelompokan limfosit).
Sentrum germinativum: merupakan bagian
tengah dan sedikit pucat karena kerumunan
sel-selnya jarang.
Korona: merupakan bagian tepi dan sedikit
lebih gelap karena sel lebih kecil sehingga
kerumunannya padat.
Bagian medula.
Dibentuk oleh genjel-genjel medula/medullary
cords (kerumunan limfosit yang membentuk
kelompokan memanjang, bercabang, dan kadangkadang menyatu dengan limfonodulus.

LIMFONODUS

2. Limpa

Limpa pulasan
perak dan

- Limpa pulasan perak.


Melihat kerangka jaringan ikat retikular dan serat

limpa/lien pulasan
HE

retikulin yang membentuk simpai fibrosa, trabekula,


pulpa merah, pulpa putih, dan sinusoid.
- Limpa pulasan HE.
Simpai fibrosa merupakan jaringan ikat padat kolagen
yang bercabang-cabang membentuk trabekula.
Trabekula berisikan arteri dan vena trabekularis. Vena
masuk kedalam trabekula melalui lubang yang disebut
Stigma Malpighi.
Pulpa putih.
Bagian yang lebih gelap.
Didalamnya terdapat kerumunan sel-sel yang
membentuk bangunan berupa folikel.
Folikel:
Bagian tengah tampak lebih terang karena
selnya tersusun lebih longgar.
Terdapat sebuah arteriol folikularis/sentralis
yang letaknya hampir selalu agak kepinggir
folikel.
Pulpa merah.
Bagian yang lebih terang dan banyak
mengandung sinusoid.
Dapat ditemukan:
Arteri penisili/pulpa yang merupakan sebuah
arteriol.
Arteri hulsen yang berupa pembuluh kapiler
darah dengan selubung epiteloid tebal.
Pembuluh kapiler darah.
Sinus venosus.

LIMPA

3. Tonsila Palatina

Tonsila palatina

- Tonsila palatina mempunyai 2 sisi, yaitu:


Permukaan bebas yang menghadap rongga mulut
Diliputi epitel squamous kompleks non keratin.
Mempunyai sumur-sumur yang disebut dengan
kriptus dan didalam kriptus terdapat benda liur
(dibentuk oleh limfonodulus tonsila palatina).

Permukaan yang melekat pada dinding rongga mulut


bagian belakang.
Diliputi jaringan ikat fibrosa.
- Organ ini tidak mempunyai sinus.

TONSILA PALATINA

4. Timus

Timus anak

- Pada organ ini tidak terdapat limfonodulus.


- Simpai fibrosa yang tipis dan bercabang kedalam membentuk
sekat-sekat sehingga membagi lobus menjadi lobulus.
- Terdapat banyak limfosit yang disebut timosit
- Mempunyai 2 bagian, yaitu:
Bagian korteks.
Daerah yang lebih gelap dengan susunan selnya
yang lebih padat.
Bagian medula.
Daerah yang lebih terang.

Didalam medula dapat ditemukan badan Hassal


yang merupakan bangunan bulat berwarna merah
dengan bagian tengahnya mengalami degenerasi
hialin/hialinisasi
sehingga
terlihat
merah
homogen dan dikelilingi oleh sel epiteloid yang
tersusun sepusat/konsentris.

TIMUS

Referensi:
1. JUNQUEIRAs Basic Histology: Text & Atlas, 11 edition.
2. Atlas Defiore dengan korelasi fungsional, Edisi 11.
3. Buku Penuntun Praktikum Histologi, Wonodirekso S (editor), PT Dian Rakyat, Jakarta, 2003.

LEMBAR KERJA MAHASISWA


PRAKTIKUM II
Gambar 1.

Gambar 2.

Gambar 3.

Gambar 4.

Gambar 5.

Gambar 6.

También podría gustarte