Está en la página 1de 13

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL FISIKA

MATERI KALOR KELAS X IPA 3 MA NEGERI 2 LUBUKLINGGAU


TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Fitria Rahmatika1, Tri Ariani2, Endang Lovisia3
Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika
dan Ilmu Alam, STKIP-PGRI Lubuklinggau
Jl. Mayor Toha Lubuklinggau, Indonesia
ABSTRACT
This thesis entitled "Analysis of Problem Solving Difficulties Students in
Grades Matter Physics Heat 3 MA State X IPA 2 Lubuklinggau in the school
year 2015/2016". This study aims to determine the difficulty, the factors
that cause as well as how to overcome the difficulties in solving physics
students. This study used descriptive qualitative method. The subjects
were students of class X IPA 3. Subject interview that two students have
high difficulty, two students have difficulty being, and two students have
difficulty low. The data collection is done by observations, questionnaires
and interviews. The result showed that the difficulties experienced by
students is difficult concepts by 54% and the difficulties count by 42%.
Contributing factor because students are not accustomed to work on the
problems of the concept of heat, the students did not attempt to ask the
teacher and students are less interested in learning the material on the
concept of heat, numeracy low student, students rely on textbooks loaned
from school, students do not do themselves the task of teachers and
students often do not check the answer before being collected, as well as
students rarely perform computation exercises in our spare time. How to
overcome the difficulties of students in solving heat the material that is the
routine way of learning, confidence, cultivate curiosity, assume that
physics is important, routine exercises, as well as the use of textbooks.
Keywords: Analysis, Concept Difficulty, Difficulty Count
A. PENDAHULUAN
Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi antara guru dengan siswa, siswa
dengan siswa, siswa dengan sumber belajar dalam mencapai tujuan pembelajaran,
sedangkan yang menjadi masalah adalah bagaimana proses komunikasi itu berjalan efektif
agar pesan yang ingin disampaikan dapat diterima secara utuh. Guru dituntut untuk
mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa sehingga
memudahkan siswa untuk menerima pesan yang disampaikan oleh guru.

Pembelajaran fisika bertujuan agar siswa mampu menguasai berbagai konsep dan
prinsip fisika untuk mengembangkan pengetahuan, serta keterampilan berhitung sehingga
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran fisika juga dimaksudkan
untuk pembentukan sikap positif terhadap fisika, yaitu merasa tertarik untuk mempelajari
fisika lebih lanjut. Banyak siswa yang dalam kenyataannya tidak tertarik pada
pembelajaran fisika, hal ini terlihat pada proses pembelajaran berlangsung. Siswa
beranggapan bahwa fisika itu sulit karena banyak teori dan rumus-rumus yang harus
dipelajari, hal ini berdampak pada rendahnya prestasi siswa terhadap pelajaran fisika
sehingga siswa sering mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan
oleh guru.
Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan dengan Ibu Sovia Adiningsih,
S.Pd., yang merupakan salah satu guru fisika kelas X di MA Negeri 2 Lubuklinggau,
kesulitan yang sering dialami siswa dalam proses pengerjaan soal yaitu kesulitan dalam
pemahaman konsep, contohnya ketika guru memberi pertanyaan tentang perbedaan
konduksi, konveksi dan radiasi banyak siswa yang masih keliru dalam menjawabnya,
jawaban pengertian antara satu sama lain yang mereka berikan sering tertukar. Selain itu,
kesulitan yang sering dialami siswa yaitu kesulitan dalam melakukan perhitungan,
contohnya ketika guru memberi pertanyaan yang membutuhkan perhitungan, rumus yang
yang digunakan siswa sudah tepat namun siswa kurang teliti menggunakan operasi
perhitungan matematis dalam penyelesaian soal. Hal tersebut disebabkan karena
kurangnya ketertarikan siswa mempelajari fisika, banyaknya siswa yang mengalami
kesulitan dalam mempelajarinya, serta waktu yang digunakan dalam kegiatan belajar
fisika terbatas hanya satu kali pertemuan sedangkan yang harus dipelajari berupa
pemahaman konsep dan praktikum.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Fisika Materi
Kalor Kelas X IPA 3 MA Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka yang
menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam menyelesaikan soal fisika?
2. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan siswa sulit menyelesaikan soal fisika?
3. Bagaimana cara mengatasi kesulitan yang dihadapi siswa dalam menyelesaikan soal
fisika?

Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui :
1. Mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam menyelesaikan soal fisika.
2. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan siswa sulit menyelesaikan soal fisika.
3. Memberi solusi untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi siswa dalam menyelesaikan
soal fisika.
Hasil pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat
antara lain:
1. Guru, dapat memberi gambaran kepada guru mengenai faktor penyebab kesulitan
yang dialami siswa sehingga dapat dicari solusinya serta menyempurnakan kualitas
pembelajaran, yaitu dengan memilih metode pengajaran yang tepat, dan lain
sebagainya.
2. Siswa, dapat mengetahui letak kesulitan yang mereka alami dalam mempelajari
materi Kalor serta siswa lebih termotivasi untuk belajar.
3. Sekolah dapat memberi masukkan bagi sekolah agar lebih memperhatikan fasilitas
yang mendukung kegiatan belajar mengajar siswa serta memberi masukkan dalam
pembaruan proses pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
4. Peneliti, dapat memperoleh jawaban dari permasalahan yang ada serta menambah
wawasan dan pengalaman yang menjadikan peneliti lebih siap untuk menjadi guru
fisika yang profesional.
B. LANDASAN TEORI
1. Pengertian Belajar
Menurut Zubainur (2012:61) belajar merupakan pemberian situasi masalah
kepada siswa yang dapat mereka bayangkan atau memiliki hubungan dengan dunia
nyata. Nyata yang dimaksudkan selain dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa,
juga dapat dibayangkan (nyata dalam pikiran) siswa, sehingga proses pembelajaran
dapat memberi kesempatan kepada siswa mengkonstruksi pemahamannya. Menurut
Suprihatiningrum (2013:14) belajar adalah proses perubahan tingkah laku berikut
adanya pengalaman. Pembentukan tingkah laku meliputi perubahan keterampilan,
kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi. Dari beberapa pendapat di
atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku
disertai oleh adanya pengalaman. Pembentukan tingkah laku meliputi perubahan
keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, serta pemahaman.

2. Analisis
Menurut Waridah (2014:34) analisis merupakan penelitian yang dilakukan secara
menyeluruh terhadap suatu hal maupun peristiwa. Sedangkan menurut Dimyanti dan
Mujiono (2013:203) analisis merupakan kemampuan menjabarkan isi pelajaran ke
bagian-bagian yang menjadi unsur pokok. Jadi dapat disimpulkan bahwa analisis
merupakan suatu penyelidikan yang dilakukan untuk mengetahui keadaan dan
penyebab sebenarnya terhadap suatu peristiwa yang terjadi.
3. Kesulitan Menyelesaikan Soal Fisika
Menurut Freedman dan Young (2002:1) fisika merupakan dasar dari semua ilmu
rekayasa dan teknologi. Insinyur dapat merancang alat-alat praktis apabila telah
mengerti prinsip-prinsip dasar yang digunakan dari ilmu fisika. Mempelajari fisika
merupakan suatu petualangan, ilmu yang begitu menantang, bermanfaat dan memberi
kepuasan batin. Fisika merupakan ilmu eksperimental. Dalam belajar Fisika, idealnya
siswa bisa mendapatkan kebermaknaan terhadap konsep yang dipelajari sehingga
siswa dapat mengaplikasikan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
a. Faktor-Faktor Penyebab Siswa Mengalami Kesulitan dalam Menyelesaikan
Soal
Menurut Listiyana (2012:17) kesulitan yang dialami siswa dalam
menyelesaikan soal uraian disebabkan oleh beberapa faktor berikut: 1. Kesulitan
dalam komunikasi matematis; kesulitan ini disebabkan karena siswa malas
menuliskan apa yang diketahui dan yang ditanyakan sehingga dalam menuliskan
jawaban kurang lengkap. Selain itu siswa juga kurang terbiasa mengerjakan soal
dengan langkah terperinci dan urut sehingga mengalami kesulitan dalam
mengerjakan soal tersebut. 2. Kesulitan dalam menerapkan konsep; kesulitan ini
disebabkan karena siswa kurang memahami konsep yang diajarkan oleh guru dan
faktor lupa yang dialami masing-masing siswa. 3. Kesulitan dalam melakukan
perhitungan; kesulitan disebabkan karena siswa kurang teliti dalam perhitungan,
kadang siswa salah memasukkan angka ke rumus yang digunakan.
Penelitian ini akan membahas dua jenis kesulitan yang dihadapi siswa
ketika mengerjakan soal fisika, yaitu kesulitan konsep dan kesulitan hitung.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan

pengertian

dari dua jenis

kesulitan yang diteliti, yaitu: 1. Kesulitan konsep; merupakan kesulitan dalam


memahami konsep sehingga siswa kesulitan dalam mempelajari prinsip fisika.

2. Kesulitan hitung; merupakan kesulitan dalam menyelesaikan operasi hitung


matematis yang digunakan dalam penyelesaian soal.
b. Kiat Mengatasi Kesulitan Siswa dalam Mengerjakan Soal
Menurut Syah (2012:188) banyak alternatif yang dapat dilakukan untuk
mengatasi kesulitan. Akan tetapi, sebelum pilihan diambil diharapkan terlebih
dahulu untuk peneliti melakukan beberapa langkah penting yang meliputi:
1) Menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian kesulitan dan
hubungan antar bagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar
mengenai kesulitan yang dihadapi siswa, 2) Mengidentifikasi dan menemukan
bidang kecakapan tertentu yang dimiliki siswa sehingga memerlukan perbaikan,
3) Menyusun program perbaikan khususnya program remedial teaching
(pengajaran perbaikan).
c. Soal Tes Uraian
Menurut Syah (2012:208) soal tes adalah alat pengukur prestasi belajar yang
jawabannya tidak dinilai dengan skor atau angka pasti, seperti yang digunakan
untuk evaluasi objektif. Sedangkan menurut Arifin (2012:125) tes uraian
menuntut siswa untuk menguraikan, mengorganisasikan, dan menyatakan
jawaban dengan kata-katanya sendiri dalam bentuk teknik dan
berbeda

antara

satu

sama

gaya

yang

lain. Dari beberapa pendapat diatas dapat

disimpulkan bahwa tes uraian adalah pernyataan yang menuntut siswa


menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan serta memberi alasan
dengan menggunakan kata-katanya sendiri.
C. METODOLOGI PENELITIAN
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif, menurut Arikunto (2010:3) penelitian deskriptif
merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau halhal lain yang hsilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Penelitian ini akan
mendeskripsikan tentang analisis kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal uraian
fisika materi kalor. Penelitian bersifat kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, dan tindakan dengan cara dideskripsi dalam bentuk kata-kata atau bahasa.
Data yang diperoleh akan diuraikan kembali yang kemudian dianalisis. Deskriptif

kualitatif dalam penelitian ini dilakukan dengan memaparkan dan menganalisis jenis
kesulitan yang diperoleh dari hasil pekerjaan siswa.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian diambil berdasarkan teknik purposive sampling. Menurut Arikunto
(2010:33) teknik purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang
didasarkan adanya tujuan tertentu. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga minggu
dimulai dari tanggal 09 Mei sampai 28 Mei 2016 di MA Negeri 2 Lubuklinggau,
dilakukan selama tiga kali pertemuan.
3. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data
Menurut Arikunto (2010:193) alat yang digunakan untuk memperoleh data disebut
instrumen penelitian. Secara umum, teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah:
a. Observasi
Menurut Sugiyono (2015:203) teknik pengumpulan observasi digunakan bila
penelitian berkenaan dengan perilaku manusia. Pada proses observasi peneliti
memberikan tes tertulis. Tes tertulis digunakan untuk mendiagnosis kesulitan yang
dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal fisika, serta mengetahui kemampuan
siswa dalam mengorganisasi pengetahuannya ketika memecahkan masalah.
Instrumen tes yang baik harus memenuhi persyaratan uji validitas, reliabilitas, daya
pembeda dan tingkat kesukaran.
b. Angket
Menurut Sugiyono (2015:199) angket merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawab. Angket diberikan kepada seluruh siswa. Angket
yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup yaitu terdiri atas
pertanyaan dengan sejumlah jawaban tertentu sebagai pilihan. Lembar angket
sebelumnya divalidasi oleh dua dosen ahli fisika dan satu guru yang mengajar bidang
studi fisika.
c. Wawancara
Menurut Sugiyono (2015:317) wawancara merupakan salah satu teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, Wawancara dilakukan kepada enam
siswa, yaitu dua siswa yang mengalami kesulitan yang rendah, dua siswa yang

mengalami kesulitan sedang dan dua siswa mengalami kesulitan tertinggi. Enam
siswa tersebut telah mewakili seluruh subjek penelitian.
4. Teknik Analisis Data
Menurut Miles dan Huberman (dalam sugiyono, 2015:337) mengemukakan bahwa
aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam
analisis data yaitu data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan
conclusion drawing/verification (penarikan kesimpulan atau verifikasi).
a. Data Reduction (Reduksi Data)
Reduksi data dalam penelitian ini dilakukan dengan mencocokkan antara hasil
jawaban siswa dan kunci jawaban. Jawaban yang ditulis siswa dianalisis kemudian
ditentukan siswa yang mengalami kesulitan konsep dan kesulitan hitung.
b. Data Display (Penyajian Data)
Data yang disajikan dalam penelitian ini yaitu hasil observasi berupa tes, hasil
penyebaran angket dan hasil wawancara yang ditampilkan dalam bentuk uraian
singkat dan tabel.
c. Conclusion Drawing/Verification (Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi)
Hasil simpulan dari penelitian ini yaitu rekapitulasi persentase siswa kesulitan
konsep sebesar 54% dan kesulitan hitung sebesar 42%. Faktor penyebabnya
karena siswa tidak terbiasa mengerjakan soal mengenai konsep kalor, siswa tidak
berusaha bertanya kepada guru dan siswa kurang tertarik dalam mempelajari
materi mengenai konsep kalor, kemampuan berhitung siswa rendah, siswa hanya
mengandalkan buku paket yang dipinjamkan dari sekolah, siswa tidak
mengerjakan sendiri tugas dari guru dan siswa sering tidak memeriksa kembali
jawaban sebelum dikumpulkan, serta siswa jarang melakukan latihan soal
perhitungan pada waktu luang. Cara mengatasi kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal materi kalor yaitu dengan cara rutin belajar, percaya diri,
menumbuhkan rasa ingin tahu, menganggap bahwa fisika itu penting, serta
penggunaan buku paket.
5. Keabsahan Data
Penelitian ini menggunakan triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data,
masing-masing instrumen dapat digunakan jika keabsahan datanya valid dan akurat.
Triangulasi dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan
teknik yang berbeda. Untuk mencapai kredibilitas penelitian ini membandingkan data
hasil observasi dengan data hasil angket dan hasil wawancara. Membandingkan apa

yang dikatakan subjek didepan umum dengan yang dikatakan secara pribadi. Data
diperoleh dengan observasi, dicek melalui wawancara dan angket kemudian data hasil
penelitian digabungkan sehingga saling melengkapi.
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
a. Analisis Data Hasil Observasi
Data observasi kemudian dilakukan perhitungan tingkat pencapaian Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) siswa, dapat dilhat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Tingkat Pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Siswa
Kriteria Penguasaan
Tuntas
Tidak Tuntas

Rentang Nilai
75-100
0-74

Jumlah Siswa
3
28

Berdasarkan perhitungan (selengkapnya lampiran B) terdapat 3 orang siswa


yang mencapai kriteria tuntas artinya hanya 9,68% siswa yang mampu
menyelesaikan soal-soal materi kalor tersebut dari seluruh subjek penelitian dan
ada 28 orang yang mencapai kriteria tidak tuntas artinya 90,32% siswa kurang
mampu menyelesaikan soal-soal materi kalor dari seluruh subjek penelitian.
Berdasarkan analisis hasil jawaban siswa dapat diketahui kesulitan-kesulitan
siswa dalam menyelesaikan soal fisika materi kalor. Soal nomor satu didasarkan
pada indikator kesulitan siswa menyelesaikan soal yang berhubungan dengan
konsep. Seluruh siswa mengalami kesulitan konsep sehingga persentase kesulitan
konsep yang dialami siswa ketika mengerjakan soal nomor satu yaitu 100%. Soal
nomor dua berada pada indikator kesulitan siswa yaitu kesulitan memahami
konsep. Persentase siswa yang mengalami kesulitan konsep ketika mengerjakan
soal nomor dua yaitu 96,78%. Soal nomor tiga ini berada pada indikator kesulitan
hitung. Persentase siswa yang mengalami kesulitan hitung ketika mengerjakan
soal nomor tiga yaitu 54,83%. Soal nomor empat ini berada pada indikator
kesulitan konsep dan kesulitan hitung. Persentase siswa yang mengalami kesulitan
ketika mengerjakan soal nomor empat yaitu kesulitan konsep 54,83% dan
kesulitan hitung 48,38%. Soal nomor lima ini berada pada indikator kesulitan
konsep dan kesulitan hitung. Persentase siswa yang mengalami kesulitan ketika
mengerjakan soal nomor lima yaitu kesulitan konsep 3,22% dan kesulitan hitung

54,84%. Soal nomor enam ini berada pada indikator kesulitan konsep dan hitung.
Persentase siswa yang mengalami kesulitan ketika mengerjakan soal nomor enam
yaitu kesulitan konsep 9,68% dan kesulitan hitung 29,03%. Soal nomor tujuh ini
berada pada indikator kesulitan hitung. Persentase siswa yang mengalami
kesulitan ketika mengerjakan soal nomor tujuh yaitu kesulitan konsep 6,45% dan
kesulitan hitung 19,35%.
b. Analisis Data Angket
Angket diberikan kepada seluruh siswa. Angket digunakan untuk untuk
memberikan informasi tentang respon siswa mengenai faktor-faktor penyebab
siswa kesulitan menyelesaikan soal fisika khususnya materi kalor. Angket
menggunakan skala likert. Pernyataan positif; alternatif jawaban selalu diberi skor
4, alternatif jawaban sering diberi skor 3, alternatif jawaban kadang-kadang diberi
skor 2, alternatif jawaban tidak pernah diberi skor 1. Sedangkan pernyataan
negatif; alternatif jawaban tidak pernah diberi skor 4, alternatif jawaban kadangkadang diberi skor 3, alternatif jawaban sering diberi skor 2, alternatif jawaban
selalu diberi skor 1.
c. Analisis Data Wawancara
Wawancara dilakukan dengan enam siswa yang mewakili seluruh subjek
penelitian. Siswa yang ditentukan sebagai subjek merupakan siswa yang paling
banyak mengalami kesulitan konsep dan hitung. Pedoman wawancara terdiri atas
15 pertanyaan. Hasil wawancara dapat memberikan informasi mengenai faktor
penyebab serta solusi mengatasi kesulitan siswa menyelesaikan soal fisika.
2. Pembahasan
Penelitian ini membahas mengenai analisis kesulitan siswa dalam menyelesaikan
soal fisika materi kalor, bertujuan untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi siswa
dalam menyelesaikan soal fisika, faktor penyebab siswa kesulitan menyelesaikan soal
fisika serta cara mengatasi kesulitan yang dihadapi siswa dalam menyelesaikan soal
fisika.
Kesulitan konsep merupakan kesulitan yang dialami siswa ketika menyelesaikan
soal uraian materi kalor yang berhubungan dengan konsep, pada soal nomor satu,
siswa kesulitan dalam membedakan konduksi, konveksi dan radiasi. Banyak siswa
yang salah menerjemahkan soal, beberapa siswa memberi jawaban yang benar-benar
tidak sesuai dengan apa yang ditanya. Bahkan banyak pula siswa yang tidak merespon
soal tersebut. Sedangkan pada soal nomor dua, siswa kesulitan ketika menjawab soal

mengenai perbedaan konduktor dan isolator, mereka menjawab berdasarkan pemikiran


sendiri tanpa mengacu pada konsep yang telah guru ajarkan dan siswa pun kesulitan
ketika disuruh untuk menyebutkan lima contoh konduktor dan isolator, banyak siswa
yang menjawab contoh tidak sesuai dengan yang ditanyakan pada soal, ada pula siswa
yang hanya mampu menjawab tiga contoh.
Kesulitan hitung merupakan kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal
perhitungan. Pada penelitian ini soal perhitungan dimulai dari soal nomor tiga hingga
nomor tujuh. Dari kelima soal yang diberi kesulitan yang siswa alami dari masingmasing soal hampir sama. Kesulitan dalam soal perhitungan yang sering ditemukan
yaitu siswa kesulitan dalam mengkonversi satuan yang diketahui dalam soal sehingga
mengakibatkan jawaban yang diproleh siswa kurang tepat. Siswa juga kurang teliti
dalam melakukan operasi hitung matematis, siswa sering kesulitan dalam melakukan
penjumlahan dan pengurangan bilangan desimal, perkalian dan pembagian pada
bilangan biasa, bilangan desimal, maupun bilangan berpangkat. Siswa juga kesulitan
dalam operasi hitung bentuk akar, serta proses pengerjaan yang dilakukan oleh
beberapa siswa ketika menjawab soal tidak menggunakan langkah-langkah
penyelesaian soal dengan benar sehingga hasil jawaban siswa sering keliru.
Faktor yang menyebabkan siswa kesulitan ketika menyelesaikan soal yang
menanyakan tentang konsep pada penelitian ini yaitu karena siswa tidak terbiasa
untuk menyelesaikan soal yang berhubungan dengan konsep kalor. Siswa tidak
mengerjakan sendiri soal mengenai konsep kalor dan siswa sering bertanya kepada
teman. Siswa tidak berusaha bertanya kepada guru ketika ada materi yang tidak
dimengerti mengenai konsep kalor. Siswa kurang tertarik dalam mempelajari materi
mengenai konsep kalor, karena ketika menjelaskan konsep kalor guru tidak
menggunakan alat peraga sehingga siswa merasa sulit untuk memahami.
Faktor yang menyebabkan siswa kesulitan ketika menyelesaikan soal yang
membutuhkan perhitungan matematis pada penelitian ini yaitu karena kemampuan
berhitung siswa rendah. Siswa hanya mengandalkan buku paket yang dipinjamkan
dari sekolah, sehingga siswa sering mengalami kesulitan ketika menyelesaikan soal
karena soal yang diberi guru tidak ada contohnya di buku tersebut. Siswa tidak
mengerjakan sendiri tugas dari guru yang berkaitan dengan soal hitungan materi kalor.
Siswa kesulitan dalam mengkonversi satuan, melakukan perkalian dan pembagian

pada bilangan desimal, serta melakukan operasi hitung bilangan berpangkat dan akar.
Siswa jarang melakukan latihan-latihan soal perhitungan materi kalor ketika di rumah
atau pada waktu luang, siswa akan belajar hanya apabila guru memberi pekerjaan
rumah.
Solusi untuk faktor penyebab kesulitan konsep pada penelitian ini yaitu rutin
belajar; siswa diharapkan untuk sering mempelajari kembali konsep-konsep materi
kalor yang telah diajarkan guru disekolah. Siswa harus meluangkan sedikit waktunya
untuk belajar dirumah ketika waktu luang. Belajar bukan hanya diperoleh ketika
proses belajar mengajar disekolah saja, tetapi siswa juga dapat memperoleh
pengetahuan mengenai konsep kalor diluar jam sekolah, seperti belajar sendiri
dirumah dengan menggunakan buku paket sebagai acuan atau dengan melakukan
browsing di internet, bila siswa masih mengalami kesulitan maka siswa juga bisa
bertanya kepada teman, saudara, orang tua yang lebih memahami materi yang belum
siswa pahami, dan siswa juga bisa mengikuti bimbingan belajar diluar jam sekolah.
Kemudian percaya diri; banyak siswa yang tidak percaya dengan kemampuan mereka
sendiri ketika mengerjakan soal. Selanjutnya Menumbuhkan rasa ingin tahu;
kebanyakan siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal konsep kalor karena minimnya
rasa ingin tahu siswa. Siswa hanya menerima apa yang guru jelaskan tidak ingin
mempelajari lebih jauh. Siswa tidak berusaha bertanya kepada guru mengenai konsep
yang belum mereka pahami. Menganggap bahwa fisika itu penting; hal yang mudah
diingat siswa merupakan hal yang menurut mereka penting dalam hidupnya. Maka
dari itu siswa harus menanamkan dalam benaknya bahwa ilmu yang berhubungan
dengan konsep fisika itu merupakan ilmu yang penting, agar siswa tertarik untuk
mempelajarinya. Siswa harus memulai untuk meningkatkan intensitas belajarnya,
semakin sering interaksi belajar yang dilakukan siswa terhadap konsep fisika maka
setidaknya akan menumbuhkan sedikit rasa gemar siswa dalam mempelajari konsep
fisika.
Solusi untuk faktor penyebab kesulitan hitung yaitu rutin latihan soal; soal
perhitungan materi kalor sangat bervariasi, soal diperoleh bukan hanya dari guru
ketika proses pembelajaran namun juga bisa didapat dari buku-buku paket bahkan dari
internet. Banyak cara yang dapat siswa lakukan untuk memperoleh contoh soal
perhitungan konsep kalor. Ketika menyelesaikan soal dibutuhkan langkah pengerjaan

yang baik. Berdasarkan hasil penyebaran angket dan wawancara siswa masih jarang
sekali mengerjakan latihan-latihan soal perhitungan materi kalor dirumah pada waktu
luang, beberapa siswa hanya akan belajar bila diberi tugas oleh guru. Karena
kurangnya intensitas siswa melakukan latihan soal sehingga masih banyak siswa yang
memiliki kemampuan berhitung rendah, siswa sering kesulitan dalam melakukan
perkalian dan pembagian pecahan biasa maupun desimal, dan siswa juga sering
kesulitan dalam mengkonversi satuan. Selanjutnya penggunaan buku paket; banyak
siswa hanya mengandalkan buku paket yang dipinjamkan dari sekolah, padahal buku
tersebut hanya dipinjamkan ketika proses pembelajaran berlangsung. Kemudian
percaya diri; percaya diri juga dibutuhkan ketika mengerjakan soal perhitungan materi
kalor, karena berdasarkan penelitian masih banyak siswa yang tidak percaya dengan
kemampuan mereka sendiri ketika mengerjakan soal. Siswa lebih tergantung kepada
teman yang mereka anggap lebih pandai.
E. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dari hasil penelitian mengenai kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal fisika materi kalor kelas X IPA 3 MA Negeri 2 Lubuklinggau tahun
pelajaran 2015/2016, dapat disimpulkan bahwa:
1. Kesulitan- kesulitan yang dialami siswa ketika menyelesaikan soal fisika materi kalor
yaitu kesulitan konsep, berdasarkan analisis perhitungan diperoleh persentase
kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal yang berhubungan dengan konsep kalor
sebesar 54% dengan kriteria tingkat kesulitan sedang. Serta kesulitan hitung,
persentase kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal yang berhubungan dengan
operasi hitung sebesar 42% dengan kriteria tingkat kesulitan sedang.
2. Faktor penyebab siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal fisika materi kalor yaitu
kesulitan konsep disebabkan karena siswa tidak terbiasa untuk menyelesaikan soal
yang berhubungan dengan konsep kalor, siswa tidak mengerjakan sendiri soal
mengenai konsep kalor, siswa tidak berusaha bertanya kepada guru ketika ada materi
yang tidak dimengerti mengenai konsep kalor, dan siswa kurang tertarik dalam
mempelajari materi mengenai konsep kalor. Kesulitan hitung disebabkan karena
kemampuan berhitung siswa rendah, siswa hanya mengandalkan buku paket yang
dipinjamkan dari sekolah, siswa tidak mengerjakan sendiri tugas dari guru, siswa
kesulitan dalam mengkonversi satuan, melakukan perkalian dan pembagian pada
bilangan desimal, serta melakukan operasi hitung bilangan berpangkat dan akar, dan

siswa jarang melakukan latihan-latihan soal perhitungan ketika di rumah atau pada
waktu luang.
3. Beberapa solusi mengatasi kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal materi kalor
yaitu kesulitan konsep dapat diatasi dengan cara rutin belajar, percaya diri,
menumbuhkan rasa ingin tahu, dan menganggap bahwa fisika itu penting. Kesulitan
hitung dapat diatasi dengan rutin latihan soal, penggunaan buku paket, serta percaya
diri.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Freedman dan Young. 2002. Fisika Universitas. Jakarta: Erlangga.
Listiyana, Faridha. 2012. Analisis Kesulitan Siswa dalam Meyelesaikan Soal Rumus-Rumus
Segitiga pada Materi Trigonometri Kelas X SMA N 1 Cawas Kabupaten Klaten.
Naskah
Publikasi:
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta. [ Online ]
http://eprints.ums.ac.id/27342/12/NASKAH_PUBLIKASI.pdf. [10 Maret 2016].
Syah, Muhibbin. 2012. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Waridah, E. dan Suzana. 2014. Kamus Bahasa Indonesia. Bandung: Ruang Kata.
Zubainur, C. M. 2012. Penerapan Pendekatan Matematika Realistik dalam Mengkonstruksi
Algoritma Perkalian Siswa SD. Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu. Vol.13. No.2.
[ Online ] http://www.serambimekkah.ac.id./ download/september-2012.pdf. [17 Maret
2016].

También podría gustarte