Está en la página 1de 7

v{!

to

f$ enoc.trl, voL.Jt, No.3, tsss

105

B padatahappraimplantasi
Efekperlakuanrubratoksin
danfetus
terhadapperkembangan
embriopraimplantasi
SwissWebster
mencit(Mus musculus)
danSriSudarwati*.
TienW. Surjono**,
Ramadhan
Sumarmin*,
"Jurusan Biologi, IKIP Padang
" Jurusan Biologi, FMIPA, lnstitutTeknologiBandung,Jl. Ganesa 10 Bandung, 40132
1999
1999;diterima:29
Desember
25 Desember
Masuk:3Aguslus1999;revisimasuk:

Sari
RubratoksinB adalah metabolit sekunderyang dihasilkan olch Penicillium rubrun dan Penicilliu,npurpurogerurn, yaitu kapang
yangacapkaliterdapatsebagaipencemnrserealia,terulamapadabahanmakanandan pakan tcmak. RubratoksinB dosis tunggal0,8
dan0,9 mg/kg berat badan diberikan secaraintraperitonealpada mencit Swiss Websterumur kebuntingan0 hari atau 2 hari (tahap
praimplantasi).
Mcncit kontrol hanya diberi propilen glikol sebagaipelarut rubratoksinB. Et'ek perlakuanlerhadapperkcmbangan
embriopraimplantasidiamati pada umur kebuntingan3,5 hari, sedangkanterhadapfetus pada umur kebuntingan 18 hari. I{asil
pengamatan
menunjukkanbahwa perkembanganembrio praimplantasiterhambat,ditandai oleh berkurangnyajumlah blastosista
tampakbahwajumlah
akhirdanjumlah sel penyusunnya,sefia masih adanyatahapperkembanganawal. Padatahappascaimplantasi
implantasidanjumlah fetus hidup menurun,kematianintrauterusmeningkat,dan muncul kelainanberupalangit-langitbercelahpada
fetus.Secaraumum, hasil pengamatanyang diperoleh berbeda nyata dari kontrol dan sejalan dengan besarnyadosis rubratoksin B
yangdiberikan.Pada perlakuan umur kebuntingan0 hari, embrio lebih banyak terhambatpada tahap 1-8 sel dan morula tjdak
mampat,sedangkanpada perlakuan umur kebuntingan 2 hari terjadi pergeseranhambatan ke tahap yang lebih tua, terutama pada
morula mampat. Terbukti bahwa perlakuan rubratoksin B pada tahap praimplantasi menghambat perkembangan embrio
praimplantasiyang mengakibatkanpenurunanjumlah implantasi dan jumlah letus hidup, serla mampu memunculkan kelainan
perkembanganpada lbtus.
Kata kunci:efek rubratoksin B; embrio; fetus; malfonnasi; mencir; perlakuan tahap praimplantasi.

Abstract
Effectsof preimplantationtreatmcnlsof rubratoxin B on the developmentof preimplant"ationembryosand
fctusesof SwissWebstermouse(Mus musculus)
Rubratoxin B is a sccondary metabolite of Penicilliwn rubnt,w md Penicillirun purpurogenum, which moulds are oflen
contaminalingcereals,particularly food and feed. Single dosagesof rubratoxinB 0.8 and 0.9 mg/kg body weight were administered
intraperitoneally
to Swiss Webster mice on day 0 or day 2 of gestabon(preimplantationstage).Control mice were given propylene
glycolonly as rubratoxinB solvent.The effectsof thoselreatments<lnpreimplantationembryoswere observedon gestationday 3.5,
'il'he
results revealed that the development of preimplantation
whereasthose on I'etuseswere observed on day 18 of gestation.
embryoswas inhibited, shown by the decreasednumber of latc blas&rcystsand the presenceof earlier developmentalstages.In the
postimplantation
stagetheseoccurred:reductionin the number of inrplantationsites and live fetuses,increasedintrauterinedeath,
and cleft palate in the fetuses.In general, the results of the parametersobtained differed significantly compared to the controls and
were dose related.In the treatment on gestation day 0, most of the prr:implantartiondevelopmentaldelays occurred at earlier stages,
i.e. 1-8 cells stage and uncompacted morulae, whereas in the groups treated c'n gestation day 2 inhibition shifted to older stages,
predominantlyat compacted morulae. It is concluded that preimplantation treartmentsof rubratoxin B inhibit the preimplantation
and
development
of the embryos,and consequentlydecrease(he numberof implantattionsites,as well as the number of live I'etuses,
is able to induce fetal malformation.
Key words: effectsof rubratoxin B; embryos;fetuses; malformation; nouse; preimplantation treatmenl

Pendahuluan

Rubratoksin
B adalahsuatumikotoksinyangmerupakan
metabolit sekunder dari Penicilliunt. rubrum dan
Penicilliuntpurpurogenum.Kedua jenis kapang ini
acapkalitumbuhdan mencemaribiji-bijian dan serealia,

yang merupakanbahan makanandan pakan ternak,


misalnyajagung,kacang,biji bungamatahari,gandum,
yangtersimpandalamruanganberkelembaban
danbera,s,
tinggi. Selain terdapatdi alam, rubratoksinB dapat
diproduksidi laboratoriumbila keduajenis kapangitu
dikultur pada suhu 25oC selamatiga minggu, dalam

PROC. ITB, VOL, 31, NO. 3. 1999

106

medium khusus yang mengandunggandum serta ragi,


dan selanjutnyadiisolasi[3].
Efek rubratoksinB terhadaphewan,terutamaunggasdan
ternak, telah banyak dilaporkan. Pemberian pakan yang
terkontaminasioleh P. rubrum kepada unggas, tcrnak,
babi, kuda, dan mcncit terbukti rnenimbulkanberbagai
cfek patologis, tcrulama berupa kerusakanhati dan ginjal
Perlakuan serupa pada kuda menyebabkan
[0].
perdarahanlambung dan usus halus, kentsakanjaringan
otak, scrtainkoordinasisistcrnsarafp usat[22].
Terhadap hcwan pcrcobaan, rubratoksin B dapat
rnernunculkan efck tcratogenik bentpa berbagai
rnalforrnasi pada fetus. Kcrnunculan malforrnasi itu
tcrgantung pada bcsarnya dosis rubratoksin B yang
dibcrikan dan urnur kcbuntingan induk saat mendapat
perlakuan.Beberapakclainan yang sering didapat bila
rubratoksinB diberikan pada lahap organogenesisialah
cksensefali, kclainan pina, kelainan rahang, hernia
unrbilikalis(ornfalosel).dan rnatalcrbuka 15,l,201.
Rubratoksin B mcrupakan cmbriosida yang cfeknya
lebih parah bila dibcrikan pada awal kcbuntingan,
dibandingkandenganpadaumur kebuntinganyang lebih
lanjut [7,20]. Pcmbcrian rubratoksin B pada umur
kebuntinganawal juga menirnbulkan kelainan rangka
yang sangatnyatapadafctus mcncit [20].
Etek pcrlakuannrbra(lksin B pada tahaporganogenesi.s
tcrhadap pcrkcmbangan pralahir tclah banyak
dilaporkan.bahkanpcngaruhnyatcrhadappcrkembangan
pascalahir
ataupcrilakupun sudahditcliti [191.Hasilnya
rnenunjukkan adanya bcrbagai kelainan ekstcrnal,
internal,rangka,dan penyimpanganpcrilaku. Scjauh ini
belum ada laporan mengcnai pengaruh perlakuan
rubratoksin B pada tahap praimplantasi terhadap
perkembangan
cmbrio praimplantasidan fetus.
Russel dan Russel tl3l menyatakan bahwa suatu
teratogenyang bekcrja pada enrbrio tahap praimplantasi
(zigot, pembelahan, blastososista) atau tahap
praorganogencsisakan rnenyebabkan embrio itu mati
atau tumbuh nonnal (hukum all or nothing), tergantung
pada dcrajat kemsakan yang dialaminya. Namun,
beberapa teratogcn seperti siklofosfamida [8],
akrilamidaI l], etilnitrosourea[l2], dan adriamisinF4l
dapat menimbulkankelainan pcrkembanganpada fetus
bila diberikanpada tahappraimplantasi.Oleh karenaitu,
perlu dilakukan pcnelitian mengenai elek rubratoksin B,
yang diberikan pada tahap praimplantasi, terhadap
perkcmbangan
embrio prairnplantasitennasukjumlah sel
penlusun blastosista,terhadap penampilan reproduksi
induk, serta kemunculan kelainan perkembanganpada
letus.

Bahan dan cara kerja

2,1 Bahan
Hewan percobaanyang digunakan ialah mencit Swiss
Wcbster yang diperoleh dari Jurusan Farmasi-ITB.

Pemeliharaan dilakukan di Rumah Hewan Jurusan


BiologiJTB, dalam ruangan yang diberi penerangan
listrik selarna 12 jam (pukul 06.00 - 18.00). Suhu
ruangan rata-rata selama pemeliharaan ialah minirnum
22,86" C dan maksimum 26,83o C, dan ratarata
kelembabanrelatif 8.1,78Vo.Pakanbutiran (CP55l, PT
CharoenPokphandIndonesia)dan air minum berupaair
ledengdiberikan secaraad libinmu
Bahan yang diuji adalahrubratoksinB produksi Makor
ChemicalLtd.. Jenrsalcm.

2.2 Cara kerja


Mencit betinadcwasadara (umur 8-10 minggu), dengan
berat badan 25-30 gram, pada saat estrus dikawinkan
(l:l) denganrncncitjantan umur 12-1.1minggu pada
sore hari. Kccsokan paginya mencit yang bersumbat
vagina dinyatakanbunting 0 hari. Sclanjutnya,mencit
bunting dikelompokkanmenjadi kelompok kontrol dan
kelornpokpcrlakuan.
Pada umur kcbuntingan 0 atau 2 hari, mcncit perlakuan
disuntik secara intraperitonealdengan rubratoksin B
yang dilarutkan dalarn propilen glikol dalam
akuabidestilata(l:l v/v). Dosis yang diberikan adalah
dosis tunggal 0,8 dan 0,9 mg/kg berat badarr (b.b.)
dcnganvolumc penyuntikan0, lml/10 g b.b. Pada umur
kebuntinganyang sama dengan kelompok pcrlakuan,
mencit kontrol dibcri pelarut rubratoksin B dengan
volumc dan carapcnyuntikanyang sarna.
Penelitiantcrdiri ata,sdua percobaan:
'rubratoksin
I Untuk melihat cfek
B terhadap
perkernbangan
ernbrio prairnplantasidan jumlah sel
penyusunblastosistaakhir.
Induk mencit dibunuh dengan cara dislokasi lcher
padaumur kebuntingan3,5 hari. Utcrus,oviduk, dan
ovarium dikeluarkan dari rongga abdomen. Setelah
dipisahkan dari ovarium, uterus dan oviduk dibilas
(flushed)denganlamtan Hanks menggunakanjarum
ukuran 30 G yang ditumpulkan dan dipasangpada
syringe tuberkulin. Ovarium diamati untuk
penghitungan korpus luteurn. Selanjutnya, embrio
yang diperoleh dikelompokkanrnenurut Setiorini t
al. |71dengan beberapamodifikasi,yaitu:
a embrio yang mengalami kelambatan perkembanganatau belum mencapaitahap blastosista
akhir (1-8 sel); morula tidak marnpat;blastosista
awal; dan bla.stosista
sedang),
b embrio tahapblastosistaakhir, dan
c

embrio yang mengalami kelainan perkembangan


(abnormal). Selanjutnya, terhadap blastosista
akhir dilahrkan metode pewamaan krornosom
menurut Tarkowski tzl)
dengan beberapa
modifika.si, unfuk penghitungan jumlah sel
penyusunnya.

to7

PR0C.t7-8, VOL. .t1, N0. 3, 1999

2 Untuk mengetahuipenampilan rcproduksi induk dan


kelainanperkembanganpada fetus.
Induk mencit dibunuh pada umur kebuntingan 18
hari, kemudian dilakukan pengamatandan analisis
jumlah
implantasi,
kchilangan
terhadap
praimplantasi, jumlah fetus hidup, kematian
intrauterus(fetus mati dan embrio yang diresorpsi),
dan berat badan fetus. Fcfus yang mengalami
kelainan perkembangan dan jenis kclainan yang
munculdiarnatidan dianalisispula .

blastosistaakhir [16]. Pada pcnclitian ini sekitar 507o


atau lebih embrio kontrol telah berada di tahap
blastosistaakhir, scdangkanembrio pedakuan hanya
ll,97Va - 29,351o.Persentascblastosistaakhir menumn
secara sangat nyata dari kontrol pada semua kelompok
perlakuan, terutama pada kclornpok pedakuan umur
kebuntingan2 hari dengan dosis 0,9 mg/kg b.b., serta
sejalan dengan besarnya dosis mbratoksin B yang
diberikan,untnk semuakclornpokperlaliuan.
Embrio tahap l-8 scl ditcrnrrkanpada pcrlakuan umur
kebuntingan0 hari dcngan riosis 0,8 rng/kg b.b. dan
perscntasckcberadaannya
sangatnyaladari kontrol. Pada
kelompok ktlnl.rolsudahtidak ada lagi cmbrio tahap l-8
scl, dcmikian pula pada scrnua kelorrrpok pcrlakuan
lainnya.

Analisis data parametrik dilakukan dengan uji sidik


ragarnyang dilanjutkan clcnganuji beda nyala terkccil
(BNT). Data noupararnetrikdirrji dcngan Wilcoxon's
rank surn tcst. Dcrajat signifikansi ditcntukan pada
p<0,05(nyata)dan p<0,01 (sangatnyata).Data dianalisis
atasdasarunit anakan (litter unit), yang berarti bahwa
semua nilai purata yang dicanturnkan dalam hasil
pengarnatan
atlalahpuratadari puratatiap anakan(mcan
of thc littcr rncan).
3

Morula tidak rnanrpatmasih tcrdapat.sccarasangatnyata


harnpirpada scmuakclornpclkpcrlakuan,terutamapada
pcrlakuan urnur kcbuntingan 0 hari. Patla pcrlakuan
umur kcbuntingan2 hari, crnbrio tahapini hanyaterdapat
pada dosis tcrtinggi saja. llarnbatan yang tcrjadi pada
tahap momla mampat llaling banyak dan sangat nyata
didapat pada pedakuan umur kebuntingan 2 hu|
sedangkanpada pedakuan umur kcbuntingan 0 hari,
rncskipunpada dosis 0,8 mg/kg b.b. sccaranyata lebih
tinggi dari kontrol, namunkcrnunculannyarcndahscperti
juga halnyapadakontrol" Hai ini terjadi karcnapada saat
perlakuan tli umur kcbuntirrgan0 hari, cmbrio rnasih
bcrada pada tahap satu sel, sedangkan pada rrmur
kebuntingan2 hari sudah rnocapailahap 8-16 scl atau
tahap momla tl6l.
Olch karena itu, hambatan
perkcrnbanganpada pcrl:*uan umur 2 hari tcrjadi pada
tahap yang lebih tua daripadabila pcrlakuan dibcrikan
padaumur kcbuntingan0 hari.

llasil dan pembahasan

DariTabel I dapatdibacabahwarutrratoksinB dosis0,8


dan0,9 rng/kgb.b. yang dibcrikan sccarainfraperitoncal
padatahapprairnplantasiurnur kcbuntingan0 atau2 hari
dan mcryebabkan kelainan perkcrntelahmengharrrbat
banganernbrio prairnplanlasi.l-larntlatanpcrkcrnbangan
ditandai dengan bcrkurangnya jumlah ernbrio yang
berhasil nrcncapai tahap blastosista akhir, schingga
masih tcrdapat cnrbrio tahap l-8 sel, morula tidak
manlpat, morula rnarnpat, blastosisla awal, dan
blastosistascdang. Pada urnrrr 3,5 hari, sehamsnya
sebagianbesar dari crnbrio sudah rncncapai tahap

yang diamatipadaumur kebunlingan3,5 haridari indukmoncityangdiberi


Tabel1 Keadaanperkembanganembriopraimplantasi
perlakuanrubraloksinB pada umurkebuntingannol atau dua hari
Puratapersentaseembrioyang mengalamihambalanperkembangan,
blaslosistaakhirdan embrio
abnormal(lumlah)
Umur
Dosis
Jumlah
(
m
g
/
k
g
kebuntingan
b . b . ) induk Embrioyanglerhambalperkembangannya
padalahap Blastosista
saal
penaKuan
(hari)

1-8
sel

0 (konlrol)
0,8
0 (kontrol)
0,9

Blaslosista

akhir
Tanpa
Berdegenerasi
zona
pelusida

Tidak
mampal

Mampal

4,17
(4)

13,54
(13)

22,92
(22)

59,37
(57)

1 4 , 1 3- ' ,
(13)

9,78'

(s)

13,04
(12)

8,69"
(8)

29,35"
(27)

5,44',

(14)
0

8,26
(10)

20,66
(25)

24,79
(30)

1 0 , 17 '
(12)

7,63

11,86'
(14)

16,95'
(20)

22,O3"
(26)

8
8

Morula

Purala

(e)

Awal

Sedang

1,65

(s4)

(2)

I,65
(2)

20,34(24)
0

4,80

(s)

12,5
( 13 )

23,08
(24)

59,62
(62)

0.8

19,23"
(20)

16,23
(17)

20,19
(21)

28,85"
(30)

13,64"
(14)

0 (konlrol)

8,26
(10)

18,18
(22)

23,97
(29)

49,59
(60)

3,42"
(41

4 )7"

11,97"
( 14 )

10,26"

21,37.'
(25)

(s)

/,ot

44,64

(10)

(7)

(13)

1,92
(2)

zona
pelusida
emono
(umlah)

(2)

Tolal

(s)

0 (konlrol)

0.9

persenlaso

Embrioabnormal

2,17
(2)
0
0

(37)

15,38"
(16)

40,17
(47)

50,43"

(se)

':berbedanyatadarikontrolpadap<0,05":berbedasangatnyatadarikonlrolpadap<Q,A1(Wilcoxonbranksumtesg

108

PROC.tTB, VOL.3t,NO.3, 1999

Fersentase
blastosistaawal dan blastosistasedangpada
Selain menghambat perkembangan embrio praimkelompok pedakuan,terutamapada perlakuanumur
plantasi, rubratoksin B juga mengakibatkanterdapatnya
kebuntingan2 hui dosis 0,9 mg/kg b.b. (3,42Eo embrio abnormal, yang pada kelompok kontrol tidak
bla.stosistaawal dan 4,27Vo blastosistasedang), pernah muncul, Embrio abnormal yang paling banyak
umumnyalebih rendahdan berbedanyatahinggasangat ditemukandan kejadiannyasangatnyata adalah embrio
nyata dari kontrol (l2,5%osarnpai 24,79%;o).
Lebih
yang berdegenerasi, pada perlakuan dengan dosis
rendahnyapersentaseini disebabkanoleh banyaknya tertinggi yang diberikan pada umur kebuntingan 0 hari
embrio yang perkembangannya
terhambatpada tahapdan terutamapada perlakuanumur kebuntinganZ han.
tahapsebelumnya,
terutamapadatahapmorulamampat.
Perlakuandengan dosis 0,9 mg/kg b.b. menrunculkan
31,360/o
embrio abnormalpadaumur kebuntingan0 hari,
Pola hambatanperkembangan
pada pedakuanumur
kebuntingan
0 hari atau2 hari,danterjadinyapergeseran dan 50.4"37opada perlakuan umur kebuntingan 2 hut.
Selain itu, ditemukan pula embrio tanpa zona pelusida
hambatanke arah tahapperkembangan
yang lebih tua
pada perlakuanumur kebuntingan2 hari, ditunjukkan yang menyebar pada semua kelompok perlakuan, dan
pada umumnya sangatnyata lebih banyak tlari kontrol.
padaGambarI, yaitu padaperlakuandosis0,8 mg/kg
b.b. Pola hambatanperkembangan
yang didapatsesuai Terdapatnyazona pelusida tanpa embrio, yang muncul
denganhasil pengamatanbeberapapeneliti terdahulu hanya pada perlakuanurnur kebuntingan0 hari dengan
dosis 0,8 mg/kg b.b.. tidak dianggap sebagaikelainan,
yang menggunakanteratogenyang lain pada mencit
melainkan sebagaiernbrio yang terlalu cepat menehs.
Kud;ddydanICR [6,13,17].
(a) eo

!
I

50

rontrot
0,8ms/ksb.b

10

8
t-20

12346C
Perkembangan embrio

(b) eo

fl kontrol
J 0,smg/kgb.b

s0
ao

so
20
10

123i{56

Perkembangan
embrio
Keterangan: Perkembangan
mbriotahap :
1:1-8sl
2 : Morulalidak mampat
3 : Morulamampal
4 : Blaslosistaawal
5 : Blastosislasedang
6 : Blastosistaakhir
. Pola hambatanperkembanganmbrlo praimplanlasi
&Cttp*laluan rubratoksin(b) dosistunggal0,8 mg/kgb.b. yang
diborikansecaraintraperiloneal
pada mencilumuikebuntingan
0 hari (a) dan 2 hari (b) serla pergesranhambatanke lah;p
perkembangan
yang l6bihlua pada perlakuanumur kebuntingan
2 hari (b)

Hal ini berbedaCenganlaporanpcnclitianSetiorini el a/.


[7] yang menganggapzona pelusida tanpa ernbrio
sebagaisuatu kelainan.Ernbrio abnormal yang didapat
dalampenelitianini senrpadenganhasil yang dilaporkan
oleh sejumlah peneliti terdahulu yang menggunakan
teratogenyang berbedadan mencitgalur lain [1,6].

Meningkatnya persentaseembrio yang terhambat dan


abnormal perkembangannya dapat secara langsung
disebabkanoleh rubratoksin B yang rnasuk ke dalam
cairandi dalamronggauterusatauoviduk, melalui sekret
kelenjar, lalu masuk ke dalam blastosista. Hal ini
didasarkanpada laporan Kulangara & Crutchfield [g]
yang menyatakanbahwa ion dan molekul kecil yang
disuntikkankepadainduk mencit bunting ternyatadapat
ditemukan di dalam rongga oviduk, uterus, dan cairan
blastosista.Bahkan, molekul besar seperti protein pun,
yang diberikan kepada induk, dapat ditemukan pada
embrio mencitdi oviduk dan di dalam blastosistakelinci.
Oleh karena nutrisi embrio tahap praimplantasi
bergantungpada sekret kelenjar oviduk dan uterus, maka
perkembangan embrio dapat terganggu oleh adanya
rubratoksin B di dalarn bahan nutrisi embrio itu. Selain
itu, menurutFabro & Sieber [15] senyawadenganberat
molekul 17000 dapat masuk ke dalarn blastosista,
sehinggarubratoksinB yang memiliki beratmolekul 518
sangaf besar kemungkinannya dapat masuk ke dalam
blastosista yang antara lain akan menghambat
pembelahan sel embrio. Hambatan perkernbangan itu
dapat juga merupakan akibat tidak langsung dari
rubratoksin B karena adanya gangguan fisiologis induk,
sebabrubratoksin B dilaporkan juga dapat merusak hati
dan ginjal, serta dapat mengganggu siklus Krebs di
dalam tubuh dan juga rnengakibatkan disagrega.si
polisom [3,41.
Hasil penghitunganjumlah sel yang menyusunblastosista akhir menunjukkan penurunan secara nyata dari
kontrol pada sernua kelompok perlakuan dan juga
antarperlakuan,serta sejalandengan besarnyadosis yang
diberikan (Tabel 2). Pada Gambar 2 rampak bahwa

PRUC.ITB, t/OL. 31,NO. 3. l9q9

1(}9

Tabel2 Jurnlahsel yang mnyusunblastosistaakhirpada perlakuanrubraloksinB umur kebunlingannol alau dua hari
yang diamatipada umur kebunlingan3.5 hari
Umurkebunlingan
saal prlakuan
(hari)

Dosis
(mg/kg
hh\

J u m l a hi n d u k Kisaranjumlah
yang diamali blastosistaakhir
liap induk

Jumlah
blastosisla
yang diamali

Rala-ratajumlah
sel blaslosisla
akhir

4-8

42

62,23t 3,03a

0,8

tl

z- o

'A

55,64+ 3,50b

0,9

1-4

16

5 2 , 1 3+ 2 , 6 4c

0
(konlrol0

4-8

44

6 0 , 0 5* 2 , 6 1a

0,8

27

5 7 , 3 8+ 2 ,1 8b

0,9

1a

5 3 , 7 8r 3 , 3 3a

(kontrol)
n

n-?

Angkayang diikutihurufyang sama tidakborbcdanyalaherdasarkan


uji BN1T(BedaNyataTerkecil)pada p < 0,05

{-{-

-l

62t-60t-.
rr8I
,sl
,'4
E 52I
I
50J

0 hari
2 hari

48I
qo l-Kontrol

0.8

0.9
ljosrs(nE/kgbb)

2 Pengaruh
B dosislungglal
Gambar
rubraloksin
0,8atau0.9
padamencit
b.b.yangdiberikan
secaraintraperitonal
mg/kg
jumlahselyang
nolalauduaharilerhadap
umurkebuntingan
menyusun
blastosista
akhir.
harnbatan
tcrhadapjurnlah scl tcrscbut lcbih parah bila
rubratoksin
B diberikan pada urnur kcbuntingan0 hari.
Pcnumnanjurnlah scl pcnyusun blastosista akhir
dilaporkanpula pada pcrlakuan dcngan sikofoslamida
[8], rnetilrncrkurikloridadan rncrkuriklorida [6], scrta
mitornisin C 13l yang dibcrikan pada tahap
praimplantasi.
Pcnurunanjurnlah scl ini discbabkanolch
terhambatnyapcmbclahan sel, yang antara lain
diakibatkan
oleh terharnbatnyainisiasi translasimRNA
olehmbratoksinB untuk menghasilkanprotcin trrbulin.
Proteinmbulin merupakankornponenrnikrotubul yang
berperan dalam proscs pcmbelahan sel 12,231.
proses translasi dapat juga di.sebabkan
Tcrhambatnya
oleh rubratoksin B yang mcnyebabkan disagregasi
Polisom[2zl].
Terhadap perkembangan pascairnplantasi, ternyata
rubratoksinB yang dibcrikan pada tahap prairnplantasi
dapat menunrnkanjumlah fetus hidup pada semua
kelompokperlakuansecarasangatnyata.Demikian pula
halnya dengan mcningkatnya kcmatian intrautenrs,
terutama berupa cmbrio yang diresorbsi, yang
kejadiannyasangatnyata hampir pada semua kelompok
perlakuan(Tabel 3). Juniah implantasimenurun sccara
nyata pada pcrlakuan umur kebuntingan 0 hari dan
menjadisangatnyata pada perlakuan umur kebuntingan
2 hari.Menunrnnyajumlah implantasi oleh rubratoksin

R daplt rJikaitkandcngankcrja rubraloksinR tcrhlrlap


pcrkcmbangancrnbrio prairnplantasi,yakni rncnurunkan
junrlah blastosistaakhir. Untuk dapat bcrimplantlsi,
cmbrio harusrnampurnencapailahap blaslosisraakhir.
Oleh karena itu, bcrkurangnyacmbrio yang berhasil
rnencapaitahap terscbut akan mcnycbabkanlnenurunnya jumlah irnplantasi.Kchilanganpraimplanlasijugu
rncrringkat sangat nyata pada scmua kclornpok pcrlakuan, lcmtama pada pcrkkuan umur kcbuntingan 2
hari, disebabkanolch banyaknyacrnbrio yang terharnbat
pcrkcrnbangannyapada lahap praimplantasi dan juga
olch mcningkatnya junilah ernbrio yang abnorntal.
Sccaraurnum,dibandingkandcngankontrol, sernuaef-ck
rubratoksinB tcrhadappcnampilanrcproduksiinduk dan
pcrkcrnbangan
pascairnplantasi rncrnpcrlihatkankcjadian
yang sejalandcnganpeningkatandosisyang dibcrikan.
BerbedadcnganpcrnyataanRusscl & Russcl [3] yang
rncngcrnukakan
hukumall or nolhing,lcrnyalaperlakrran
dcngan rubratoksin B pada tahap prairnplantasidapat
rncmunculkankclainan pcrkcrnbanganpada I'etusurnur
l8 hari. Kclainanpcrkernbangan
yang rnunculialah club
ftxlt dan langit-langit bercclah (Tabcl 4). Langit-langit
bcrcelah muncul, baik pada kelompok pcrlakuan urnur
kcbuntingan0 hari maupun 2 hari, tetepi hanya pada
pcilakuan dcngandosis tcrtinggi saja, dan kernunculannya sangat nyata pada perlalcuanumur kebunttngan2
hari. Kelainan ini tidak didapatpada kelornpokkontrol.
Kemunculanclub foot tidak mcmperlihatkanperbcdaan
yang nyata dari kontrol, rneskipunpada perlakuanumur
kebuntingan2 hari kejadiannyacendemng mcningkat
dan sejalandenganbesarnyadosis rubratoksinB yang
diberikan. Dalam penelitian ini, club foot, sepertijuga
perdarahan, mungkin muncul secara spontan sebab
kejadiannya rendah dan tidak seJalu sejalan dengan
besamya dosis, serta ditemukan pula pada kelompok
kontrol.
Penelitian dengan rubratoksin B ini mendukung hasil
penelitianNagaoet al. [13,14],bahwa perlakuandengan
teratogenpada tahapprairnplantasimasih dapatmemunculkan kelainan perkembanganpada fetus, mcskipun
teratogenyang digunakannyaberbeda.

PROC. ITB, VOL.31, NO. 3, 1999

110

Tabel 3 Penampilanrproduksimencilyang diberirubratokslnB padaumur kebunlingannol atau dua hari dan diamalipada umur
kebunlingan18 hari

Kematianinlraulerus
Dosis Jumlah Jumlah Jumlah Kehilangan
Umur
a
Kebuntingan (mg/kg i n d u k korpus rmpran- praimplanluteum
lasl
lasl
saal
Jumlah Jumlah Total
penaKuan
felus
embno
XrSD ItSD
l%l
(%l
(hari)
diresorpsi mali
@
@

0
(konlrol)

0,8

122
(15,2s
r
0,89)

119
( 1 4 , 8 6I
1,13)

129

110
( 1 3 , 3 8I
1,69)'

/l(q+

0,93)
0,9

124
/16 (+

108

( 1 3 ,rs

(v"l

('/4

Fetushidup
Jumlah
fetus

f/4

IA

(13,28)*

Berat
badan
felus (g)
XlSD
@

(2,46\
19
(1s,14)*

(2"4e1 (7,62)'

119
(100)

'l,242+.
0,023

101
(e2,70)"

1,233
r
0,032

0,s3)

2,O7)',

0
(kontrol)

125
( 1 5 , 6 3*
1,19)

120
( 1 4 , 8 6*
0,ee)

5
(3,13)

1
(0,6e)

0,8

100
( 1 5 , 5t
1 , 6 0r '

21
(17,23\*

I
(s,07)"

0.9

121
( 1 5 , 1r 3
0,89)
120
( 1 5 , 2r5
1,04)

74
(9 ,2s1
2,76\"

46
(40,74)*

20
2
22
52
1,276 t
(30,04)* (4,47) (34,51)-(66,72)" 0,053

induk(g)
Jumlahfelus
dengan kelainan X T S D
perkembangan*
@
dan perdarahan

(v"l
2
(1,34)

1
(0,6e)

24,84 t
2.14

1 8 , 4 4*
2,29*

(s,2s)'

20,34r
2,82*

2
(1,67)

23,56i
2,18

2
(1,74)

19 , 1 5*
2,29*

10
( 18 , 1s ) *

14,84x
4,77

17
7
84
24
1 , 2 O t7
( 1 4 , 6 e ) * ( 6 , 6 7 ) ' (21,36)" ( 7 s , 1 6 ) " 0 , 0 2 6
0

Prlambanan
berat

119
1 , 2 2 3t
(99,31) 0,057

1l
2
89
1,152
*
(1,7s) ( 1 0 , 8 6 ) - ( 8 s , 1 4 ) " 0 , 0 1 5

':berbedanyatadarikontrolpadap<0,05,":berbedasangalnyaladarlkonlrolpadap<0,01(@:Ulit-Sludenl,a:Wilcoxonsrank
surn lesl), # : kelainanprkmbanganberupa langll-langilbrcslah dan club fool

Tabel 4 Kelainanprkmbangandan perdarahanpada felus mencltumur kebuntingan18 hari yang induknyadiberiperlakuan


rubraloksinB pada umur kebunlingannol atau dua hari
Umur
kebuntingan
saal perlakuan
(hari)

Dosis
(m/kg
bb)

Jumlah
induk yang
diamali

Jumlahfelus
yangdiamatl

Jumlahfelus dengan
kelainanperkembangan

(/"\

Jumlahletus
oengan
perdarahan

(/")
Club foot

119

1
(0,56)

(konlrol)

0,8

101

0,9

84

(o,74)
2

119

(kontrol)

: 0,8

89

0,9

52

Langit-langit
bercelah
1
(0,78)
0

(3,75)

1
(0,78)

2
(1.67)

1
(0.96)

1
(0.78)

4
(2,52)

6
(15,63)"

" : berbedasangal nyala dari konlrol pada p < O,O1(Wilcoxon'sranK sum test'l

Kesimpulan

pada
Rubratoksin
B yangdiberikansecaraintraperitoneal
tahap praimplantasimencit (Mus musculus) Swiss
Websterumur kebuntingan0 hari alau 2 harr, dengan
dosis tunggal 0,8 atau 0,9 mg/kg b.b., menyebabkan
hambatan dan kelainan perkembangan embrio
praimplantasi,serta berkurangnyajumlah sel yang

menyusunblastosistaakhir. Terhadapperkembangan
pascaimplantasi,
rubratoksin B memrrunkanjurnlah
implanta.sidan jumlah fetus hidup, meningkatkan
kematianinFauterus,sertadapatmemunculkan
kelainan
perkembangan
padafefus.

PROC t?'B t/]L, 31, N0" 3, 1999

5 Ucapanterima kasih
Penulismengucapkanterima kasih kcpada Departetnen
Pendidikandan KebudayaanRI atas bantuanbiaya dari
penelitianini.
ProyckTJRGEuntuk pelaksanaarr

6 Daftarpustaka
1. Darnranto.
W , Kabir, IrJ., lnouye,NI.,Takagishi,Y.
& \'arnarrurra,ll. Efltcts ol 2-mcthoxyethanoland
rurt-'tlioxvacctic
atrid on prcinplantation mouse
ernbryrrs
itr vrtro Em'iron.Metl.,38"33-36(1994).
2. Dcsarah,D.. I-{aycs,A.W. & Ho, l.K. Ellect of
triph0sphatase
activitics
nrbraroxinB 0n aclcflosinc
'l'oxicol.
Appl. Pharnracol..39,71-19.
in thc nx>rrsc.
(Ie77).
l.

t{aycs.A.W. 1977. Rubratoxins.In Mycotoxin in


hunrun antl ctnima! health (Y.1. Rodrick., C.W.
Hesscltrnc& M.A. Mehlntcrt, editors), Pathotox
(1977).
Publ..ParkForestSouth,-505-523

4. tlaycs,A.W. & I{annan,C.J. Etl'ectof ntbratoxin B


andaflatoxinon oxygenconsutnplionof Krebs cyclc
'fttxicol.
Appl. Pharmacol.,25,3041
internrcdiates
.
(1973).
5. Hood. R.D., Ines, J.E. & Ilaves,A.W. Etfects of
rubratoxinB on prenalaldeveloprrrcntin mice, Brzll.
En vi r oil. (' on tant. 7-oxico 1., 10. 200-207( I 973).
lnouye, M. Etfects of
6. Kajiwara, Y. &
methylmercury and Inerctric chloride on
preinrplantation
mouseembryosin vivo, T'eratology,
33.231-237(1986).
1. Koshakji. R.P., Wilson, B.J. & Ilarbison, R.D.
Effect of rubratoxin B on prenatal growth and
nt in ntice. Res. Conmr Pathol.
developrrre
Pharntac
ol., 5, 5U -59211973).
8. Kulangara,A.C. & Cmtchtield. F.L. Passageof
bovine semrn albunrin from the mother to rabbit
blastocysts.J. EnrbryoL Exp. Morph.,30, 411482
(t9t3).
N., Spindle, A., Kafayarna,S.& Kabo,
9. Mat.sunroto,
H. Cultureand transferof embryosas testingsystem
for ernbryotoxicityof chernicals.Cong.Anom.,24,
3s3-372( 1984)
10. Moss, M.O. The mbratoxins, toxic metabolitesof
Penicillium rubnmt Stoll. In Microbial toxins Part
VI: Fungaltoxin (G. Kadis, editor).AcademicPress,
New York, 392-407(1971).
11. Nagao, T. Devekrpmental abnormalities due to
rnouse paternal germ cell,
exposure of
preirnplantatiorr ernbryos and organogenetic
embryos to acrylamide. Cong. Anont.. y, 3546
(l994).

111

12. Nagao, T. Exposure of ethylnitrosourea before


implantation induced congenital malfonnation in
mousefetrrses.
Cong.Anonr.,36,83-94(1996).

1 3 .Nagao,T., Ishuzuka,Y. & Mitzutani. M. Effects of


mitomycin C [reatmcntbcftrre implantationon the
developmentof mouseernbryos.Cong.Anont.,26,
93-l0l 0986).
t4. Nagao, T., Shiote, M. & Sato, M. 'Ireatrnent of
preimplantationrnouse ernbryos with adriamycirr,
rnethylmcthancsulphonatc,
and rctirroicacid induccd
congenitaldcfcct.Cong.Anom.,37,2l-29 ( 1997).
1 5 .Nishimura, H. & Tanirnura,'I'. Cl.inical aspeds o.f
tlLeterabqenicity o.fdnq,s. ,funcricanElscvicr Publ.
C o . I n c .N e r vY o r k . ( 1 9 7 6 ) .
l 6 Rugh, R. I'he nouse. It.s reprctchrctittn anil
BurgcssPriblisltingCo., Minneapolis.
clcv,elopment.

( r968).
u.s.A.44-102
1 7 .Setiorini,R., Inouye,M. & Oda, S. Et'fectsof zirrc
chklride, mcrcuric chloride, and cadrnium chloride
on preimplantationux)usgcrnbryosin vito. Environ.
M e d . .3 5 , 1 3 5 - 1 3 81 1 9 9 ri .

1 8 ,Spielmann,H., Eibs.H.G. & Mcrker, H.J. EtTecrs


of
treatn)entbefore irnplantationon
cyclophosprhamide
lhe developrncntof rat ernbryosafter inrplantation.
l. Erubryol.E.rp.lt'lorph..41, 65-78 (1977).
'I.W.,
'I.
Kihara, & T'animura,T. Effects o[
1 9 .Surjono,
prenatal nrbratoxin B exposure on behaviour and
function in postnatalrnice.(Abstract\.Clong.Anont.,
28 (3), 2:3r-232(1988).

20. Surjono, T.W., Syarif, T., Sudarwati,S. & Okada,


K. Sensitive period for rubratoxin B induced
rnalformation in ICR mice. Cong Anont., 297-3M
(l985).

2 l Tarkowski, A.K.

An air drying method for


chromosomc preparation from mouse e{'gs
Cytog enetic, 5. 394-400( I 966).

22. Wyllie, T.D. & Morehouse,L"G. Mycotoxicfirngi,


ruycotoxins,nrycoioxicoses.Vol.l. Marcel Dekker
I n c . ,N c w Y o r k ,( 1 9 7 7 ) .

23. Walson, S.4. & Hayes.A.W. Binding of rubratoxin


B to mousehcpatic microsornesand in vitro effects
of the mycotoxin on polysomc binding to
microsomalmembranesas mcasurcdby the activitiy
of an enzyme catalyzing disulphide intcrchange.
Toxicon,19, 5()9-5l6 ( l98l ).
24. Watson,S.A. & Hayes,A.W. Effectsof alterationin
rnetabolismon rubratoxin B toxicity in vitro and in
the isolated rat parenchymal cell. To.vicol. AppI.
Pharmacol,,61, 5M-516 ( 1982).

También podría gustarte