Está en la página 1de 6

FISIKA LABORATORIUM-ANALISA STRUKTUR BATUAN BAWAH TANAH DENGAN METODE MAGNETIK DI

LAPANGAN GOR PERTAMINA ITS (2016) 1-6

ANALISA STRUKTUR BATUAN BAWAH TANAH


DENGAN METODE MAGNETIK DI LAPANGAN
GOR PERTAMINA ITS
Rizky Firmansyah, Nurul Azizah, Dani Uripan., Suyatno
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: kangyatno@physics.its.ac.id
AbstrakTelah dilakukan percobaan yang berjudul di processing. Koreksi pada metode magnetik terdiri atas koreksi
Lapangan GOR Pertamina ITS yang bertujuan untuk harian (diurnal), koreksi topografi (terrain) dan koreksi
menganalisa struktur batuan bawah permukaan tanah lainnya. Sedangkan untuk interpretasi dari hasil pengolahan
lapangan GOR Pertamina ITS. Pada percobaan ini data dengan menggunakan software diperoleh peta anomali
dilakukan beberapa tahap yaitu kalibrasi alat, magnetic[1].
pengambilan data, pengolahan data, dan interpretasi data.
Percobaan dilakukan di lapangan gor pertamina ITS
Metode ini didasarkan pada perbedaan tingkat
dengan beberapa alat dan bahan yaitu magnetometer, magnetisasi suatu batuan yang diinduksi oleh medan magnet
meteran, kompas geologi, GPS, stopwatch. Data yang bumi. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya perbedaan sifat
didapatkan dari percobaan ini adalah nilai medan magnet kemagnetan suatu material. Kemampuan untuk termagnetisasi
total, noise, dan waktu. Selain pengukuran nilai medan tergantung dari suseptibilitas magnetik masing-masing batuan.
magnet total, dilakukan juga pengukuran sumbu x dan y Harga suseptibilitas ini sangat penting di dalam pencarian
dengan menggunakan GPS pada setiap titik pengukuran. benda anomali karena sifat yang khas untuk setiap jenis
Setelah didapatkan data nilai potensial, XY, dan data yang mineral atau mineral logam. Harganya akan semakin besar
setelah dikoreksi, kemudian diolah dengan menggunakan bila jumlah kandungan mineral magnetik pada batuan semakin
software surfer 11 sehingga diperoleh hasil keluaran banya[1].
berupa peta kontur anomali magnetik. Dari percobaan
yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan yaitu
Pengukuran magnetik dilakukan pada lintasan ukur
nilai anomali magnetik bawah permukaan tanah lapangan yang tersedia dengan interval antar titik ukur 10 m dan jarak
GOR Pertamina ITS adalah -39500 hingga -28500 nT dan
lintasan 40m. Batuan dengan kandungan mineral-mineral
terdapat sebaran batuan-batuan konduktif di bawah tertentu dapat dikenali dengan baik dalam eksplorasi
permukaan tanah.
geomagnet yang dimunculkan sebagai anomali yang diperoleh
merupakan hasil distorsi pada medan magnetik yang
Kata KunciAnomali magnetic, magnetometer, medan
diakibatkan oleh material magnetik kerak bumi atau mungkin
magnet, noise
juga bagian atas mantel[2].

I. PENDAHULUAN

alam metode geomagnetik ini, bumi diyakini


sebagai batang magnet raksasa dimana medan
magnet utama bumi dihasilkan. Kerak bumi
menghasilkan medan magnet jauh lebih kecil
daripada medan utama magnet yang dihasilkan
bumi secara keseluruhan. Teramatinya medan magnet pada
bagian bumi tertentu, biasanya disebut anomali magnetik yang
dipengaruhi suseptibilitas batuan tersebut dan remanen
magnetiknya. Berdasarkan pada anomali magnetik batuan ini,
pendugaan sebaran batuan yang dipetakan baik secara lateral
maupun vertikal.
Eksplorasi menggunakan metode magnetik, pada
dasarnya terdiri atas tiga tahap yaitu akuisisi data lapangan,
processing, dan interpretasi. Setiap tahap terdiri dari beberapa
perlakuan atau kegiatan. Pada tahap akuisisi, dilakukan
penentuan titik pengamatan dari pengukuran dengan satu atau
dua alat. Untuk koreksi data pengukuran dilakukan pada tahap

Metode magnetik memiliki kesamaan latar belakang


fisika dengan gravitasi. Kedua metode sama-sama berdasarkan
kepada teori potensial, sehingga keduanya sering disebut
sebagai metode potensial. Namun demikian, ditinjau dari segi
besaran fisika yang terlibat, keduanya mempunyai perbedaan
yang mendasar. Dalam magnetik harus mempertimbangkan
variasi arah dan besaran vektor magnetisasi, sedangkan dalam
gravitasi hanya ditinjau variasi besar vektor percepatan
gravitasi. Data pengamatan magnetik lebih menunjukkan sifat
residual kompleks. Dengan demikian metode magnetik
memiliki variasi terhadap waktu lebih besar. Pengukuran
intensitas medan magnetik bisa dilakukan melalui darat, laut,
dan udara. Metode magnetik sering digunakan dalam
eksplorasi pendahuluan minyak bumi, panas bumi, dan batuan
mineral serta bisa diterapkan pada pencarian prospek bendabenda arkeologi[2].
Dalam survei magnetik, peralatan paling utama yang
digunakan adalah magnetometer. Magnetometer digunakan

FISIKA LABORATORIUM-ANALISA STRUKTUR BATUAN BAWAH TANAH DENGAN METODE MAGNETIK DI


LAPANGAN GOR PERTAMINA ITS (2016) 1-6
untuk mengukur kuat medan magnetik di lokasi survei. Salah
satu jenis magnetometer adalah Proton Precission
Magnetometer (PPM) yang digunakan untuk mengukur nilai
kuat medan magnetik total. Sebagai pendukung, peralatan lain
yang digunakan dalam survei magnetik adalah GPS. GPS
digunakan untuk mengukur posisi titik pengukuran meliputi
bujur, lintang, ketinggian, dan waktu[2].
Hasil dari pengukuran geomagnetik adalah berupa
profil atau peta kontur magnetik. Pada umumnya peta anomali
magnetik mempunyai pola yang kompleks. Berdasarkan hal
tersebut maka interpretasi dalam metode magnetik relatif lebih
sulit. Dalam melakukan pengukuran geomagnetik, peralatan
paling utama yang digunakan adalah magnetometer. Peralatan
ini digunakan untuk mengukur kuat medan magnetik di lokasi
survei. Salah satu jenisnya adalah Proton Precisssion
Magnetometer (PPM) yang digunakan untuk mengukur nilai
kuat medan magnetik total. Peralatan lain yang bersifat
pendukung di dalam survei magnetik adalah Global
Positioning System (GPS) . Peralatan ini digunakan untuk
mengukur posisi titik pengukuran yang meliputi bujur, lintang,
ketinggian, dan waktu. GPS ini dalam penentuan posisi suatu
titik lokasi menggunakan bantuan satelit. Penggunaan sinyal
satelit karena sinyal satelit menjangkau daerah yang sangat
luas dan tidak terganggu oleh gunung, bukit, lembah, dan
jurang[2].
Magnetometer adalah instrumen geofisika yang
digunakan untuk mengukur kekuatan medan magnet Bumi,
pengukuran medan magnet Bumi ini bertujuan untuk
mengetahui lokasi deposit mineral, situs arkeologi, material di
bawah tanah, atau objek dibawah permukaan laut seperti kapal
selam atau kapal karam dan lain sebagainya[3].
Prinsip kerja Proton Procession Magnetometer
adalah dengan proton yang ada pada semua atom memintal
atau berputar pada sumbu axis yang sejajar dengan medan
magnet Bumi. Normalnya, proton cenderung untuk sejajar
dengan medan magnet Bumi. Ketika subjek diinduksi medan
magnet (dibuat sedemikian), maka proton dengan sendirinya
akan menyesuaikan dengan medan yang baru. Dan ketika
medan baru itu dihentikan maka proton akan kembali seperti
semula yang sejajar dengan medan magnet Bumi. Saat terjadi
perubahan kesejajaran, perputaran proton berpresesi, dan
putarannya semakin melambat. Frekuensi pada saat presesi
berbanding lurus dengan kuat medan magnet Bumi. Rasio
Gyromagnetic proton adalah 0,042576 Hertz / nano Tesla.
Sebagai contoh, pada area dengan kekuatan medan sebesar
57.780 nT maka frekuensi presesi menjadi 2460 Hz[3].
Komponen sensor pada proton precession
magnetometer adalah tabung silinder yang berisi cairan penuh
atom hidrogen yang dikelilingi oleh lilitan kabel. Cairan yang
digunakan umumnya terdiri dari air, kerosin, dan alkohol.
Sensor tersebut dihubungkan dengan kabel ke unit yang berisi
sebuah power supply, sebuah saklar elektronik, sebuah
amplifier, dan sebuah pencatat frekuensi[4].

Ketika saklar ditutup, arus DC mengalir dari baterai


ke lilitan, kemudian memproduksi kuat medan magnet dalam
silinder tersebut. Atom hidrogen (proton) yang berputar seperti
dipol magnet, menjadi sejajar dengan arah medan (sepanjang
sumbu silinder). Daya listrik kemudian memotong lilitan
dengan membuka saklar. Karena medan magnet Bumi
menghasilkan torsi (tenaga putaran) pada putaran atom
hydrogen, maka atom hydrogen memulai presesi disekitar arah
total medan Bumi. Presesi tersebut menunjukkan medan
magnet dalam berbagai wktu (time-varying) yang mana
menginduksi sedikit arus AC pada lilitan tersebut. Frekuensi
pada arus AC memiliki persamaan dengan frekuensi presesi
atom tersebut. Karena frekuensi presesi berbanding dengan
kuat medan total dan karena konstanta perbandingan
diketahui, maka kuat medan total dapat ditetapkan dengan
akurat[4].
Jika dua kutub magnet m1 dan m2 dipisahkan pada
jarak r, besarnya gaya magnet yang timbul di antara keduanya
diberikan oleh persamaan berikut :

1 m 1 m2
(1)
r2
dengan = permeabilitas magnetik
F=

Kuat medan magnet H didefinisikan sebagai gaya magnet per


satuan kuat kutub magnet. Kuat medan magnet pada suatu titik
yang berada pada jarak r dari kutub magnet m dapat
dinyatakan sebagai :

H=

1m
.(2)
r2

Jika suatu bahan magnetik ditempatkan dalam medan


magnetik H, bahan tersebut akan termagnetisasi. Intensitas
magnetisasi (M) berkaitan dengan kuat medan magnetik
melalui konstansta kesebandingan ks , yang dikenal sebagai
suseptibilitas magnetik. Hubungan intensitas magnetisasi
dengan suseptibilitas magnetik diungkapkan dalam :

M =kH .. (3)

[5]

Berdasarkan respon suatu bahan terhadap medan


magnetik luar, bahan magnetik dapat dikelompokkan ke dalam
tiga jenis :
1. Diamagnetik
Bahan diamagnetik mempunyai nilai suseptibilitas
magnetik yang kecil. Bahan diamagnetik memiliki arah
magnetisasi yang berlawanan dengan arah medan
magnetik luar sehingga bahan diamagnetik mempunyai
nilai suseptibilitas magnetik negatif. Suseptibilitas
magnetik bahan diamagnetik tidak bergantung pada
temperatur. Contoh mineral yang termasuk diamagnetik
adalah bismuth, grafit, gipsum, marmer, kuarsa.
2. Paramagnetik
Bahan paramagnetik memiliki nilasi suseptibilitas
magnetik yang kecil dan positif. Arah magnetisasi dari
bahan paramagnetik sama dengan dengan arah medan
magnetik luar sehingga memiliki suseptibilitas

FISIKA LABORATORIUM-ANALISA STRUKTUR BATUAN BAWAH TANAH DENGAN METODE MAGNETIK DI


LAPANGAN GOR PERTAMINA ITS (2016) 1-6
magnetik positif. Nilai suseptibilitas magnetik bahan
paramagnetik bergantung pada temperatur.
3. Ferromagnetik
(termasuk
ferrimagnetik,
antiferromagnetik)
Bahan ferromagnetik memiliki nilai suseptibilitas
magnetik positif dan besar. Seperti halnya bahan
paramagnetik, sifat kemagnetan bahan ferromagnetik
dipengaruhi oleh temperatur. Contoh mineral yang
termasuk diamagnetik adalah besi, nikel, kobalt[5].
Berdasarkan hasil pengamatan variasi medan magnet bumi
ada 2 macam :
1. Variasi sekular merupakan variasi yang ditimbulkan
oleh adanya perubahan internal bumi. Perubahannya
bisa sangat lambat (orde puluhan sampai dengan
ratusan) untuk dapat mempengaruhi hasil survei
magnetik
2. Variasi diurnal (harian) merupakan variasi yang
ditimbulkan secara dominan oleh gangguan matahari.
Radiasi ultraviolet matahari menimbulkan ionisasi
lapisan ionosfir, yang menyebabkan adanya elektronelektron yang terlempar dari matahari akan
menimbulkan fluktuasi arus sebagai sumber medan
magnet[5].
Sifat perubahan harian ini acak, tetapi secara periodik
rata-rata selama 24 jam. Variasi lain adalah badai magnetik.
Sumber penyebabnya sama yaitu akibat aktivitas matahari.
Perubahannya sangat cepat sehingga mengaburkan
pengamatan.
Medan magnet bumi terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Medan Magnetik Utama
Medan magnetik utama ini tidak konstan dalam waktu
dan berubah relatif lamban dan asal perubahan dari
perubahan internal dalam bumi, yang dapat
dihubungkan dengan perubahan arus konveksi dalam
inti, perubahan inti mantel, perubahan dalam laju
perputaran bumi.
2. Medan Luar
Merupakan bagian kecil medan utama, yaitu sisa 1%
medan magnetik bumi, berasal dari luar bumi yang
berhubungan dengan arus listrik yang mengalir dalam
lapisan terionisasi atmosfir luar. Perubahan medan ini
terhadap waktu jauh lebih cepat daripada medan
permanen.
3. Anomali Magnetik Lokal
Dekat permukaan kerak bumi merupakan penyebab
perubahan dalam medan utama yang biasanya jauh
lebih kecil dari medan utama, relatif konstan dalam
waktu dan tempat. Perubahan ini dapat dihubungkan
dengan perubahan kandungan mineral magnetik dalam
batu-batuan dekat permukaan. Kadang-kadang anomali
ini cukup besar sehingga besar medan menjadi dua kali
lipat dibanding medan utama dangkal. Pada umumnya
anomali ini tidak menyebar kedaerah luas karena
sumbernya tidak terletak terlalu dalam[5].
Berdasarkan sifat medan magnet bumi dan sifat kemagnetan
bahan pembentuk batuan, maka bentuk medan magnetik yang
timbulkan oleh benda menyebabnya tergantung pada :

Inklinasi medan medan magnet bumi sekitar


anomali.
Geometri benda anomali.
Kecenderungan arah dipol magnet di dalam
anomali.
Orientasi arah dipol magnet terhadap arah medan
bumi[5]

II. METODE
Pada percobaan yang berjudul ANALISA STRUKTUR
BATUAN BAWAH TANAH DENGAN METODE
MAGNETIK DI LAPANGAN GOR PERTAMINA ITS
digunakan beberapa alat dan bahan yaitu magnetometer yang
digunakan untuk mengukur kuat medan magnetic di lokasi
survei. Salah satu jenisnya adalah PPM (Proton Precisssion
Magnetometer) yang digunakan untuk mengukur nilai kuat
medan magnetik total, stopwatch untuk mengetahui variasi
medan magnetik terhadap waktu, dan GPS (Global
Positioning System) yang digunakan untuk mengetahui posisi
lintang dan bujur atau posisi XY di setiap titik pengukuran,
kompas geologi untuk mengetahui arah utara dan selatan dari
medan magnet bumi, buku kerja untuk mencatat data dan
PC/Laptop dengan software, meteran yang digunakan untuk
mengukur panjang lintasan di lokasi survei, dan paying
digunakan untuk melindungi alat dari pancaran sinar radiasi
matahari secara langsung.

Gambar 1. Profil tanah daerah observasi

Gambar 2. Instrumen pengukuran geomagnet

FISIKA LABORATORIUM-ANALISA STRUKTUR BATUAN BAWAH TANAH DENGAN METODE MAGNETIK DI


LAPANGAN GOR PERTAMINA ITS (2016) 1-6

A. Kalibrasi alat
Sebelum melakukan pengukuran potensial diri, perlu
dilakukan kalibrasi alat. Tujuan dari pengkalibrasian alat
adalah untuk memperoleh data lapangan yang baik. Kalib
B. Pengambilan data
Pengambilan data dilakukan di lapangan gor pertamina ITS
dengan panjang tiap lintasan 60 m dan griding tiap titik
pengukuran adalah 3 m. Jarak antara titik awal pengukuran
dengan base station adalah 5 m.
Data-data yang dicatat dalam survei geomagnetik antara lain :
1. Waktu : meliputi hari, tanggal, jam
2. Data geomagnetik :
a. Medan total : Dilakukan tiga kali pengukuran pada tiap
titik pengukuran untuk mengurangi gangguan lokal
(noise).
b. Medan vertikal : dua orientasi yaitu utara-selatan dan
timur-barat dengan masing-masing minimal lima kali
pengukuran pada setiap titik pengamatan
c. Variasi harian
d. Medan utama bumi (IGRF)

Sehingga diperoleh nilai potensial listrik setelah dikoreksi


dengan menggunakan rumus sebagai berikut,

H=V ratarata + Koreksi harian .. ( 2 )


C. Interpretasi data
Data magnetik yang telah terkoreksi diinterpretasikan
secara kualitatif. Interpretasi secara kualitatif dilakukan
dengan mempergunakan software surfer 11 sehingga
didapatkan peta kontur anomaly medan magnetik yang
kemudian akan diinterpetasi lebih lanjut untuk menduga
kondisi bawah permukaan lapangan gor pertamina ITS.
Adapun flowchart yang digunakan pada percobaan ini
sebagai berikut.
Mulai

Survei Lapangan dan design pengukuran dibuat

3. Posisi titik pengukuran dilakukan dengan mengatur GPS


dengan desain akuisisi data seperti pada Gambar 2.

Peralatan disiapkan dan dipastikan dalam keadaan baik

4. Kondisi cuaca dan topografi lapangan seperti pada


Gambar 1

Kalibrasi alat
Panjang lintasan diukur dan ditentukan titik pengukuran & base station
Pengambilan data posisi dengan GPS

Pengukuran intensitas magnetic


Pengolahan data pada Ms Excel (Koreksi data)
Pengolahan data dengan software Surfer 11
Pengolahan data dengan software Oasis

Gambar 2. Model lintasan pengambilan data Magnetik


Hasil

C. Pengolahan data
Data yang diperoleh di lapangan adalah medan magnet total
titap titik pengukuran dan noise. Medan magnet total tiap titik
pengukuran bukan nilai sesungguhnya dari nilai yang
dikehendaki karena medan magnet total merupakan kontribusi
dari medan magnet utama bumi, medan magnet eksternal, dan
anomali medan magnetik bumi. Jadi diperlukan beberapa
koreksi untuk mendapat nilai medan magnet sesungguhnya.
Rumus yang digunakan untuk koreksi variasi harian adalah
sebagai berikut,

Koreksi harian=V ratarata V base .(1)

Selesai

Gambar 3. Flowchart percobaan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Dari hasil penelitian ANALISA STRUKTUR BATUAN
BAWAH TANAH DENGAN METODE MAGNETIK DI
LAPANGAN GOR PERTAMINA ITS yang telah dilakukan
di lapangan GOR Pertamina ITS diperoleh data berupa nilai
besaran tegangan dalam satuan mV. Pengambilan data

FISIKA LABORATORIUM-ANALISA STRUKTUR BATUAN BAWAH TANAH DENGAN METODE MAGNETIK DI


LAPANGAN GOR PERTAMINA ITS (2016) 1-6
dilakukan dengan spasi griding 3 m dengan jumlah data 63.
Berikut sample data yang didapatkan,
Tabel 1. Sample Data Hasil Percobaan
No.
X
Y
1
2
3
4
5
6
7

112.792783
112.7927467
112.7927105
112.7926834
112.7926562
112.7926199
112.7925928

-7.284126859
-7.284127003
-7.284127146
-7.284127254
-7.28411832
-7.284118464
-7.284118571

H
-38906.875
-39227.3125
-39547.75
-39547.75
-39227.3125
-39227.3125
-38906.875

Berdasarkan tabel 1, posisi XY diketahui dari GPS dengan


pengukuran setiap titik. Posisi XY akan menentukan proses
interpretasi data secara kualitatif ketika diinput ke dalam
software surfer 11. H menyatakan nilai medan magnet
bumi setelah dikoreksi dengan koreksi variasi harian dan
koreksi IGRF. Koreksi variasi harian dilakukan pada
percobaan ini dikarenakan hasil bacaan nilai potensial listrik
pada PPM tidak menunjukkan hasil yang sebenarnya
melainkan terdapat pengaruh dari dalam dan luar bumi.
Sehingga diperlukan koreksi variasi harian untuk
menghilangkan faktor eksternal berupa efek pancaran radiasi
sinar matahari karena pengukuran dilakukan di lapangan
terbuka dengan interval waktu yang berbeda. Koreksi
topografi tidak dilakukan pada percobaan ini karena tidak ada
perbedaan ketinggian antara titik pengukuran dengan base
station sehingga diasumsikan tanah berbentuk datar
sebagaiman terlihat pada gambar 3.
Setelah didapatkan semua data pengukuran, maka data
berupa posisi XY dan nilai potensial yang telah dikoreksi (
H diolah dengan software surfer 11 hingga
menghasilkan peta kontur anomali magnetik sebagai berikut,

Berdasarkan peta kontur pada Gambar 4 terdapat empat


buah kontur tertutup dimana yang artinya ada empat daerah
yang memiliki anomali magnetik tertinggi. Nilai anomali
magnetic yang didapatkan pada hasil pengukuran adalah
-39500 nT sebagai nilai minimum hingga -28500 nT sebagai
nilai maksimum. Anomali yang cukup tinggi (-30500 - -28500
nT) berada ada bagian kanan peta, sedangkan bagian kiri peta
umumnya mempunyai nilai anomali magnetik yang sedikit
rendah (< -33000 nT). Hasil yang diporeh pada pengukuran
didapatkan nilai anomali magnetic yang sangat kecil yakni di
bawah nol sehingga daerah yang memiliki anomali magnetik
dibawah nol (anomali negatif) mengindikasikan magnet
bersifat dwi-kutub dan terdapat batuan-batuan tertentu yang
bersifat konduktif di bawah permukaan.
Data pengukuran nilai anomali magnetik yang diperoleh
dikoreksi dengan koreksi variasi harian. Hasil yang didapatkan
bahwa nilai variasi harian yang sangat besar sehingga peta
kontur anomali magnetik yang dihasilkan tidak begitu bagus
dan nilai anomali medan magnetik menunjukkan nilai negative
yang mengindikasikan adanya error saat perhitungan

H.

Setekah didapatkan peta kontur anomaly magnetic,


diperlukan software untuk melakukan kokesi selain koreksi
variasi harian dan IGRF yaitu dengan menggunakan Oasis
Montaj, Oasis Montaj merupakan software yang digunakan
untuk melakukan koreksi reduce to pole (RTP) dan upward
continuation (UC) untuk data yang kita punya. Sebenarnya
selain reduce to pole, masih ada filter reduce to equator (RTE)
dan downward continuation (DC). Kita dapat memilih salah
satu RTP atau RTE, dan juga UC ataupun DC. Pada data yang
diperoleh, filtering yang paling baik adalah kombinasi antara
reduce to pole (reduksi ke kutub) dan upward continuation
(kontinuasi ke atas). Jadi filtering itu tergantung dari lokasi
pengukuran dan data. Setelah melalui proses filtering
didapatkan

Gambar 5. Peta hasil RTP dan upward continuation

Gambar 4. Distribusi nilai medan magnet bumi dengan jarak


pengukuran 5 m

Berdasarkan Gambar 5 diperoleh peta hasil RTP dan


upward continuation. Peta yang dihasilkan lebih halus dan
detail dengan tujuan tidak memecah gambar atau tetap
mempertahankan gambar aslinya karena magnet terdiri dari
kutub utara dan selatan. Pada gambar tersebut terdapat
informasi mengenai batuan-batuan konduktif di bawah
permukaan tanah. Untuk mengetahuinya, perlu dilakukan

FISIKA LABORATORIUM-ANALISA STRUKTUR BATUAN BAWAH TANAH DENGAN METODE MAGNETIK DI


LAPANGAN GOR PERTAMINA ITS (2016) 1-6
pemodelan dengan cara slicing pada filtering RTP dan upward
continuation yang kemudian diinput ke software surfer 11 dan
setelah itu diinput ke Mag2DC. Adanya keterbatasan waktu,
maka proses pengolahan data hanya terselesaikan hingga
proses filtering RTP dan upward continuation sehingga
struktur-strukur batuan di bawah permukaan tidak teramati
dengan jelas den spesifik dari tiap jenis batuan dan
kedalamannya.

STRUKTUR BAWAH TANAH DENGAN METODE


MAGNETIK DI LAPANGAN GOR PERTAMINA ITS yang
telah membimbing selama praktikum tak lupa juga terima
kasih kepada Bapak Dosen FISIKA FMIPA ITS yang telah
memberikan bantuan secara moril selama praktikum. Serta
terima kasih untuk teman-teman praktikum yang selalu
senantiasa bekerja sama demi kelancaran selama praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

IV. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat diambil
kesimpulan yaitu nilai anomali magnetik bawah permukaan
tanah lapangan GOR Pertamina ITS adalah -39500 hingga
-28500 nT dan terdapat sebaran batuan-batuan konduktif di
bawah permukaan tanah.

UCAPAN TERIMA KASIH


Terima kasih kepada Nurul Azizah dan Dani Uripan
selaku asisten fisika laboratorium pada percobaan ANALISA

[1] Van Bemmelen, R.W. 1949. The geology of Indonesia, V.I.A,


Martinus Nijhoff, The hague. USA.
[2] De Witte, L. 1948. A new method of interpretation of self
potential field data, Geophysics, Vol.XIII, p.600-608.
[3] Telfrod, W, M, Geldart, L, P, Sheriff, R,E, & Keys, D, A.1990.
Applied Geophysics. Cambridge University Press. New York.
London.
[4] Santoso, Djoko. 2002. Pengantar Teknik Geofisika. Bandung.
Penerbit ITB
[5] Fatahillah Agung. 1989. Theory of Geomagetic. University
press. Cambridge.

También podría gustarte