Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Disusun Oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016
ANALISIS MASALAH
Mrs. Anita, a 40 years old women in her fifth pregnancy delivered her son spontaneously
3 hours ago. She was helped by birth attendant in her village, about 1,5 hours away from
referral hospital. She lived with her husband who is a becak driver and her mother in law
who is a birth attendant.
a. Mengapa masih banyak wanita yang memilih proses persalinan di dukun beranak?
Ada beberapa faktor yang mendasari ibu dalam pemilihan penolong persalinan
baik oleh tenaga kesehatan maupun dukun beranak antara lain dipengaruhi oleh faktor
pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, pendapatan, dukungan keluarga, keterjangkauan
terhadap pelayanan kesehatan, serta sosial budaya.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Persalinan pada Dukun
1. Tingkat pendidikan yang rendah, status dalam masyarakat terhadap penyuluhan
dan petugas kesehatan rendah dan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
penyuluhan dan petugas kesehatan masih rendah.
2. Pertolongan persalinan oleh dukun dianggap murah dan dukun tetap memberikan
pendampingan pada ibu setelah melahirkan, seperti merawat dan memandikan
bayi. Cara pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dukun tidak jauh berbeda
dari cara pertolongan persalinan oleh bidan, hanya saja penerapan dukun beranak
kurang memperhatikan kesterilan dan alat-alat yang digunakan masih seadanya
dan lebih mengarah ke spiritual.
3. Keterbatasan ekonomi yang semakin sulit terutama pada masyarakat yang masih
terpencil dengan cara mempertimbangkan biaya yang akan dikeluarkan untuk
biaya persalinan terutama ke bidan. Harga yang mahal, membuat pilihan tidak
ditujukan kepada tenaga medis karena semakin membebani perekonomian
masyarakat khususnya para ibu. Biaya pertolongan persalinan dukun jauh lebih
murah daripada tenaga kesehatan. Dukun mematok harga murah, kadang bisa
disertai atau diganti dengan sesuatu barang misalnya beras, kelapa, dan bahan
dapur lainnya.
4. Jarak yang ditempuh tidak jauh dari pemukiman masyarakat, sedangkan kalau
kebidan para ibu harus mengeluarkan biaya transportasi. Dukun beranak juga bisa
dipanggil kerumah paseinnya tanpa perlu ke tempat dukun beranaknya. Dukun
beranak biasanya adalah orang yang di kenal masyarakat setempat
5. Pelayanan dukun di lakukan sampai ibu selesai masa nifas.
6. Masyarakat masih terbiasa dengan caracara tradisional
7. Dukun menemani anggota keluarga agar bisa beristirahat dan memulihkan diri,
sebaliknya bidan seringkali tidak bersedia saat dibutuhkan atau bahkan tidak mau
datang saat dipanggil.
Tabel 1. Persentase Ibu Mempunyai Bayi Menurut Penolong Persalinan dan Provinsi,
Riskesdas 2007
She gave birth a male baby, weighed 4000 grams. The placenta was delivered by birth
attendant, she clamed it was delivered completely. Suddenly after placenta was
delivered, massive blood was came out from vagina. The birth attendant called
midwife and according to midwife, uterine contraction was poor and uterine fundal could
not be palpated at that time. She gave the mother intramuscular oxytocin injection 10 IU
d reffered her to primary public health service (Puskesmas) which already got PONED
certification. Her antenatal care history was 2 times with midwife in this public health
and already diagnosed with mild anemia due to Fe serum deficiency (her last month Hb
count was 9 g/dl). On arrival, as general practitioner public health service, you find the
patient is consciousness but drowsy and pale. You also find approximately 1000 ml of
blood clot in her pants.
a. Apa komplikasi melahirkan bayi secara spontan dengan berat badan 4000 gram?
Insidensi makrosomia (berat bayi lahir besar 4000 gram) 0,2-2% dari seluruh
kelahiran. Makrosomia menimbulkan komplikasi pada ibu dan bayinya.
Komplikasi pada ibu (maternal) yaitu:
- Perdarahan postpartum,
- Laserasi vagina,
- Perineum sobek, dan
- Laserasi servik.
Komplikasi pada bayi antara lain:
Distosia bahu yaitu tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan
setelah kepala janin dilahirkan, yang menyebabkan cedera plexus brachialis,
After 30 minutes, she become consciousness and not drowsy anymore. Blood pressure
become 100/70 mmHg, pulse 92x/minute, respiratory rate 2x/minute, temperature 35,8
C, urine output 100c. you reexamine the patient again, uterine fundal still can not be
palpated, uterine contraction is poor, and vaginal bleeding is still coming out. You do
bimanual interna compression but still no uterine contraction. You gave her misprostol
600 ug vaginally and do abdominal aorta compression, but uterine contraction wont get
better. You insert uterine tamponade using Sayeba condomethod, and plan to refer her to
RSMH, hospital nearby.
a. Mengapa setelah dilakukan bimanual intra compression, pemberian misoprostol dan
abdominal aorta compression tetap tidak ada kontraksi uterus?
Karena pada Ny. Anita terjadi atonia uteri yaitu kegagalan miometrium untuk
berkontraksi setelah persalinan sehingga uterus dalam keadaan relaksasi penuh,
melebar, lembek dan tidak mampu menjalankan fungsi oklusi pembuluh darah.
Analisis aspek klinis
a. Epidemiologi pada kasus
Insiden
Angka kejadian perdarahan pasca persalinan setelah persalinan pervaginam yaitu
5-8 %. Perdarahan pasca persalinan adalah penyebab paling umum perdarahan yang
berlebihan pada kehamilan, dan hampir semua tranfusi pada wanita hamil dilakukan
untuk menggantikan darah yang hilang setelah persalinan.
Peningkatan angka kematian di Negara berkembang
Di negara kurang berkembang merupakan penyebab utama dari kematian
maternal hal ini disebabkan kurangnya tenaga kesehatan yang memadai, kurangnya
layanan transfusi, kurangnya layanan operasi.
Umur
Wanita yang melahirkan anak pada usia dibawah 20 tahun atau lebih dari 35
tahun merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan pasca persalinan yang dapat
mengakibatkan kematian maternal. Hal ini dikarenakan pada usia dibawah 20 tahun
fungsi reproduksi seorang wanita belum berkembang dengan sempurna, sedangkan
pada usia diatas 35 tahun fungsi reproduksi seorang wanita sudah mengalami
penurunan dibandingkan fungsi reproduksi normal sehingga kemungkinan untuk
terjadinya komplikasi pasca persalinan terutama perdarahan akan lebih besar.
LEARNING ISSUE
PERSALINAN NORMAL
1.
Definisi Persalinan
Persalinan (partus = labor) adalah proses pengeluaran produk konsepsi yang viable
melalui jalan lahir biasa dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar.
Menurut sumber lain dikatakan bahwa persalinan ialah serangkaian kejadian yang
berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput dari tubuh ibu.
Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil. Primigravida adalah seorang wanita
yang hamil untuk pertama kali. Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi
yang dapat hidup (viable). Nullipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan
bayi yang viable untuk pertama kali. Multipara atau pleuripara adalah seorang wanita yang
pernah melahirkan bayi yang viable untuk beberapa kali.
In partu adalah seorang wanita yang sedang dalam keadaan persalinan. Partus biasa atau
partus normal atau partus spontan adalah bayi lahir dengan presentasi belakang kepala tanpa
memakai alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi dan umumnya
berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam. Sedangkan, Partus luar biasa atau partus
abnormal adalah bila bayi dilahirkan pervaginam dengan cunam atau ekstraktor vacum, versi
dan ekstraksi, dekapitasi, embriotomi, dan sebagainya.
Dikenal beberapa istilah menurut umur kehamilan dan berat badan bayi yang dilahirkan,
yaitu:
a. Abortus adalah pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 20 minggu atau bayi
dengan berat badan kurang dari 500 gram.
b. Partus imaturus adalah pengeluaran buah kehamilan antara 20 sampai 28 minggu atau
bayi dengan berat badan antara 500 1000 gram.
c. Partus prematurus adalah pengeluaran buah kehamilan antara 28 sampai 37 minggu
atau bayi dengan berat badan antara 1000 2500 gram.
d. Partus matures atau partus aterm adalah pengeluaran buah kehamilan antara 37
sampai 42 minggu atau dengan bayi dengan berat badan 2500 gram atau lebih.
e. Partus postmaturus atau partus serotinus adalah pengeluaran buah kehamilan setelah
kehamilan 42 minggu.
Persalinan dianggap normal jika terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37
minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (in partu) sejak uterus
berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir
dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak
mengakibatkan perubahan serviks.
2.
Teori Persalinan
Sebab-sebab dimulainya persalinan belum diketahui secara jelas. Terdapat beberapa teori
menimbulkan
relaksasi
otot-otot
rahim,
sebaliknya
estrogen
Seperti diketahui progesteron merupakan penenang bagi otot-otot uterus. (3) Plasenta juga
menjadi tua dengan lamanya kehamilan.Vili koriales mengalami perubahan sehingga kadar
estrogen dan progesteron menurun.(4) Gangguan sirkulasi uteroplasenter juga terjadi dimana
keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot
uterus.
3.
ditentukan secara klinis dengan melakukan palpasi abdomen, pemeriksaan vagina, dan
auskultasi, atau secara teknis menggunakan USG atau sinar X. Pemeriksaan klinis kurang
akurat atau bahkan tidak mungkin dilakukan dan diinterpretasikan pada wanita obese.
1. Letak Janin
Letak adalah hubungan sumbu panjang janin dengan sumbu panjang ibu. Terdiri dari
letak memanjang dan letak melintang. Kadangkala terdapat letak oblik, dimana akibat
sumbu janin dan ibu dapat bersilangan dengan sudut 45. Letak oblik tidak stabil,
dapat berubah posisi menjadi letak memanjang atau melintang selama proses
persalinan. Letak memanjang terjadi pada lebih dari 99% persalinan aterm. Faktor
predisposisi untuk letak lintang adalah multiparitas, plasenta previa, hidramnion, dan
anomali uterus.
2. Presentasi Janin
Bagian terbawah janin adalah bagian tubuh janin yang berada paling depan di dalam
jalan lahir . Bagian terbawah janin menentukan presentasi. Bagian terbawah janin
dapat diraba melalui serviks pada pemeriksaan vagina. Karena itu, pada letak
memanjang, bagian terbawah janin adalah kepala janin atau bokong, masing-masing
membentuk presentasi kepala atau bokong.Jika janin terletak pada sumbu panjang
melintang, bahu merupakan bagian terbawahnya. Jadi, presentasi bahu teraba melalui
serviks pada perabaan vagina.
a. Presentasi Kepala
Presentasi kepala diklasifikasikan berdasarkan hubungan kepala dengan badan janin.
(1) Biasanya kepala mengalami fleksi maksimal sehingga dagu menempel pada dada.
Pada keadaan ini, ubun-ubun kecil (fontanela oksipitalis) merupakan bagian
terbawah janin, disebut presentasi puncak kepala (verteks) atau oksiput.
sinsiput atau dahi hampir selalu berubah menjadi presentasi verteks atau muka
karena masing-masing akan mengalami fleksi atau ekstensi.
Gambar 6. Presentasi Bokong. (A) Complete Breech, (B) Frank Breech, (C) Footling
atau Incomplete Breech.
3. Sikap atau Postur Janin
Pada bulan-bulan terakhir kehamilan janin membentuk suatu postur khas yang disebut
sebagai sikap atau habitus. Biasanya janin membentuk suatu massa ovoid yang secara
kasar menyesuaikan dengan bentuk rongga uterus. Dengan sendirinya, janin menjadi
melipat atau membungkuk sehingga punggungnya akan menjadi sangat konveks,
kepala mengalami fleksi maksimal sehingga dagu hampir bertemu dengan dada, paha
fleksi di depan abdomen, tungkai bawah tertekuk pada lutut, dan lengkung kaki
bersandar pada permukaan anterior tungkai bawah. Pada semua presentasi kepala,
lengan biasanya saling menyilang di dada atau terletak di samping, dan tali pusat
terletak di ruang antara kedua lengan dengan ekstremitas bawah. Postur khas ini
terjadi akibat cara pertumbuhan janin dan akomodasinya terhadap rongga uterus.
4. Posisi Janin
Posisi janin adalah hubungan antara titik yang ditentukan sebagai acuan pada bagian
terbawah janin dengan sisi kanan atau kiri jalan lahir ibu. Karena itu, pada setiap
presentasi terdapat dua posisi kanan atau kiri. Oksiput, dagu (mentum), dan sakrum
janin masing-masing merupakan titik penentu pada presentasi verteks, muka, dan
bokong.
4.
Pemeriksaan Leopold
Penilaian awal persalinan harus meliputi anamnesa tentang informasi prenatal pasien,
keluhan utama (termasuk onset kontraksi, status selaput ketuban, dan ada/tidaknya
perdarahan, serta gerakan janin), pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium yang
diperlukan sesuai dengan indikasi. Pemeriksaan fisik harus termasuk dokumantasi tentang
tanda vital pasien, posisi bayi dan presentasi, penilaian kesejahteraan janin, serta perkiraan
frekuensi, durasi dan kualitas kontraksi uterus.
Ukuran, presentasi dan letak janin dapat dinilai dengan palpasi abdomen. Metode
pemeriksaan sistematis pada abdomen yang gravid pertama kali ditemukan oleh Leopold dan
Sporlin pada tahun 1894. Walaupun pemeriksaan ini memiliki beberapa keterbatasan (kurang
akurat pada keadaan bayi yang kecil, obesitas maternal, kehamilan ganda, dan
polihidramnion), namun relatif aman dan dapat memberikan informasi yang berguna untuk
penatalaksanaan dalam proses persalinan. Berikut ini adalah manuver-manuver dari
pemeriksaan Leopold:
Leopold 1
Uterus gravid sedikit dektrorotasi (deviasi ke kanan) karena posisi kolon sigmoid. Saat
pasien berbaring terlentang, posisi uterus harus dikoreksi terlebih dahulu, sehingga
fundus berada dalam posisi yang seharusnya. Kemudian tinggi fundus diukur melalui
midline ibu, dari puncak uterus hingga ke batas atas simfisis pubis. Pemeriksaan ini
dapat berguna untuk memperkirakan usia kehamilan, walau ada keterbatasannya.
Gambar 7. Leopold I
Leopold 2
Pemeriksa memegang kedua sisi abdomen untuk mengetahui letak fetus dengan
menggunakan jari-jarinya untuk mengetahui lokasi tulang belakang fetus dan bagian
kesil (ekstremitas). Bagian-bagian janin dapat diidentifikasikan dengan palpasi saat
25-26 mgg kehamilan. Perhatikan jika terdapat gerakan janin.
Gambar 8. Leopold II
Leopold 3
Juga dikenal dengan Pawliks grip. Pemeriksa memegang bagian teratas dan terendah
janin dengan meletakan jari di atas simfisis pubis dan di fundus uteri. Dengan cara ini
dapat diketahui presentasi janin. Janin yang sungsang biasanya teraba lebih besar,
lebih lunak, kurang berbentuk dan kurang ballotable dibanding presentasi kepala.
Leopold 4
Pemeriksa menghadap kaki pasien dan meletakkan tangannya di kedua SIAS untuk
mengetahui apakah bagian terbawah janin sudah engage ke pelvis ibu.
Palpasi abdomen dapat dikerjakan pada bulan-bulan terakhir kehamilan dan selama serta
di antara kontraksi saat persalinan. Temuan-temuan tersebut memberikan informasi mengenai
presentasi dan posisi janin, serta seberapa jauh bagian terbawah janin telah turun ke dalam
panggul.
5.
Pemeriksaan Vagina
Sebelum persalinan. Diagnosis presentasi dan posisi janin dengan pemeriksaan vagina
sering tidak dapat ditentukan. Dengan dimulainya persalinan dan setelah dilatasi serviks,
informasi dapat diperoleh. Pada presentasi verteks, posisi dan variasi dapat diketahui dengan
membedakan berbagai sutura dan ubun-ubun. Presentasi muka dengan membedakan bagianbagian wajah. Presentasi bokong diidetifikasi dengan meraba sacrum dan tuberostias iskhii
ibu. Sebaiknya dilakukan empat perasat rutin sebelum saat dilakukan pemeriksaan vagina
untuk menentukan presentasi dan posisi janin, sebagai berikut:
1. Kedua jari tangan dimasukkan ke dalam vagina dan diarahkan ke bagian terbawah
janin untuk membedakan presentasi janin.
2. Jika presentasi verteks, jari-jari dimasukkan ke posterior vagina kemudian disapukan
ke depan melalui kepala janin ke simfisis ibu. Saat melakukan gerakan ini, jari-jari
akan melewati sutura sagitalis, jika sutura ini teraba maka arahnya dapat ditentukan,
dengan ubun-ubun kecil dan besar pada ujung yang berlawanan.
3. Jari-jari kemudian diarahkan ke ujung anterior sutura sagitalis dan ubun-ubun
kemudian diperiksa dan diidentifikasi.
4. Station atau seberapa jauh bagian terbawah janin telah turun ke dalam panggul dapat
ditentukan.
6.
persalinan. Presentasi paling sering ditentukan dengan palpasi abdomen dan dipastikan
dengan pemeriksaan vagina yang dilakukan beberapa saat sebelum atau pada awitan
persalinan. Pada sekitar 40% persalinan, janin memasuki panggul dengan posisi oksiput kiri
lintang (LOT) dibandingkan 20% dengan posisi oksiput kanan lintang (ROT). Pada posisi
oksiput anterior (LOA atau ROA) kepala dapat memasuki panggul dengan oksiput berotasi
45 ke anterior dari posisi lintang atau berikutnya baru berputar. Mekanisme persalinan
biasanya sangat mirip dengan pada posisi oksiput lintang. Pada sekitar 20% persalinan janin
masuk panggul dengan posisi oksiput posterior (OP). Bagian-bagian kepala janin dijelaskan
sebagai berikut:
Ubun-ubun besar (bregma)/UUB: berbentuk jajaran genjang, terbentuk dari pertemuan
sutura sagitalis, koronalis, dan frontalis. Berukuran kira-kira 3-2 cm
Ubun-ubun kecil (lambda)/ UUK: berbentuk segitiga, terbentuk dari pertemuan sutura
sagitalis dan lambdoidalis
Puncak kepala (verteks) adalah puncak tempurung kepala yang terletak antara UUB
dan UUK
Belakang kepala (oksiput) adalah bagian belakang kepala antara UUK sampai foramen
magnum
Dahi (sinsiput) adalah bagian depan kepala antara UUB sampai akar hidung (glabela),
dibatasi olet sutura koronalis dan lobang mata.
Glabela adalah bagian yang meninggi diantara kedua lubang mata.
Hampir 96% janin berada dalam uterus dengan presentasi kepala dan pada presentasi
kepala ini ditemukan 58% ubun-ubun kecil terletak di kiri depan, 23 % di kanan depan,
11% di kanan belakang, dan 8% di kiri belakang. Keadaan ini mungkin disebabkan terisinya
ruangan di sebelah kiri belakang oleh kolon sigmoid atau rectum.
Dikemukakan 2 teori yang dapat menjelaskan kenapa lebih banyak letak kepala:
1. Teori akomodasi: bentuk rahim memungkinkan bokong dan ekstremitas yang
volumenya besar berada di atas, dan kepala di bawah di ruangan yang lebih sempit.
2. Teori gravitasi: karena kepala relatif besar dan berat, maka akan turun ke bawah.
Karena his yang kuat, teratur dan sering, maka kepala janin turun memasuki pintu atas
panggul (engagement). Karena menyesuaikan diri dengan jalan lahir, kepala
Proses Persalinan
Untuk menerangkan persalinan, dipengaruhi oleh POWER, PASSAGE, PASSENGER:
a.
his
tenaga mengejan/meneran
b.
c.
c. Kontraksi rahim bersifat autonom, tidak dipengaruhi oleh kemauan, tetapi dapat
juga dipengaruhi oleh rangsangan dari luar, misalnya rangsangan oleh jari-jari
tangan. Seperti kontraksi jantung, pada his juga terdapat pacemaker yang memulai
kontraksi dan mengontrol frekuensinya. Pacemaker ini terletak pada kedua pangkal
tuba. Kontraksi rahim bersifat berkala dan yang harus diperhatikan ialah sebagai
berikut :
Lamanya kontraksi; berlangsung 47-75 detik
Kekuatan kontraksi; menimbulkan naiknya tekanan intra uterin sampai 35
mmHg.
Interval antara dua kontraksi; pada permulaan persalinan his timbul sekali dalam
10 menit, pada kala pengeluaran sekali dalam 2 menit.
2. Tenaga mengejan/meneran
a. Selain his, setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah, tenaga yang mendorong
anak keluar terutama adalah kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan
peninggian tekanan intraabdominal. Tenaga mengejan hanya dapat berhasil jika
pembukaan sudah lengkap, dan paling efektif sewaktu kontraksi rahim.
b. Tanpa tenaga mengejan anak tidak dapat lahir, misalnya pada pasien yang lumpuh
otot-otot perutnya, persalinan harus dibantu dengan forceps. Tenaga mengejan juga
melahirkan plasenta setelah plasenta lepas dari dinding rahim.
B. Perubahan-perubahan pada uterus dan jalan lahir dalam persalinan
Adapun perubahan yang terjadi pada uterus dan jalan lahir saat persalinan
berlangsung sebagai berikut :
1. Keadaan segmen atas dan segmen bawah rahim pada persalinan
a. Sejak kehamilan lanjut, uterus dengan jelas terdiri dari 2 bagian, yaitu segmen atas
rahim yang dibentuk oleh korpus uteri dan segmen bawah rahim yang terbentuk
dari isthmus uteri. Dalam persalinan, perbedaan antara segmen atas dan bawah
rahim lebih jelas lagi. Segmen atas memegang peranan aktif karena berkontraksi.
Dindingnya bertambah tebal dengan majunya persalinan. Sebaliknya, segmen
bawah rahim memegang peranan pasif dan makin menipis seiring dengan majunya
persalinan karena diregang. Jadi, segmen atas berkontraksi, menjadi tebal dan
mendorong anak keluar sedangkan segmen bawah dan serviks mengadakan
relaksasi dan dilatasi serta menjadi saluran yang tipis dan teregang yang akan
dilalui bayi.
2. Sifat kontraksi otot rahim
a. Kontraksi otot rahim mempunyai dua sifat yang khas, yaitu :
Setelah kontraksi, otot tersebut tidak berelaksasi kembali ke keadaan sebelum
kontraksi, tetapi menjadi sedikit lebih pendek walaupun tonusnya seperti
sebelum kontraksi. Kejadian ini disebut retraksi. Dengan retraksi, rongga
rahim mengecil dan anak berangsur di dorong ke bawah dan tidak banyak naik
lagi ke atas setelah his hilang. Akibatnya segmen atas makin tebal seiring
majunya persalinan, apalagi setelah bayi lahir.
Kontraksi tidak sama kuatnya, tetapi paling kuat di daerah fundus uteri dan
berangsur berkurang ke bawah dan paling lemah pada segmen bawah rahim.
Jika kontraksi di bagian bawah sama kuatnya dengan kontraksi di bagian atas,
tidak akan ada kemajuan dalam persalinan. Karena pada permulaan persalinan
serviks masih tertutup, isi rahim tentu tidak dapat didorong ke dalam vagina.
Jadi, pengecilan segmen atas harus diimbangi oleh relaksasi segmen bawah
rahim. Akibat hal tersebut, segmen atas makin lama semakin mengecil,
sedangkan segmen bawah semakin diregang dan makin tipis, isi rahim sedikit
demi sedikit terdorong ke luar dan pindah ke segmen bawah. Karena segmen
atas makin tebal dan segmen bawah makin tipis, batas antar segmen atas dan
segmen bawah menjadi jelas. Batas ini disebut lingkaran retraksi fisiologis.
Jika segmen bawah sangat diregang, lingkaran retraksi lebih jelas lagi dan naik
mendekati pusat, lingkaran ini disebut lingkaran retraksi patologis atau
lingkaran Bandl yang merupakan tanda ancaman robekan rahim dan muncul
jika bagian depan tidak dapat maju, misalnya karena pangul sempit.
3. Perubahan bentuk rahim
Pada tiap kontraksi, sumbu panjang rahim bertambah panjang, sedangkan ukuran
melintang maupun ukuran muka belakang berkurang. Pengaruh perubahan bentuk ini
ialah sebagai berikut :
a. Karena ukuran melintang berkurang, lengkungan tulang punggung anak
berkurang, artinya tulang punggung menjadi lebih lurus. Dengan demikian,
kutub atas anak tertekan pada fundus, sedangkan kutub bawah ditekan ke dalam
pintu atas panggul.
C.
Asinklitisme
Asinklitisme anterior, menurut Naegele ialah arah sumbu kepala membuat
sudut lancip ke depan dengan pintu atas panggul. Dapat pula terjadi asinklitismus
posterior yang menurut Litzman ialah apabila keadaan sebaliknya dari
asinklitismus anterior.
Asinklitismus derajat sedang pasti terjadi pada persalinan normal, namun jika
derajat berat, gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sefalopelvik pada
panggul yang berukuran normal sekalipun. Perubahan yang berturut-turut dari
asinklitismus
posterior
ke
anterior
mempermudah
desensus
dengan
memungkinkan kepala janin mengambil kesempatan memanfaatkan daerahdaerah yang paling luas di rongga panggul.
2. Descens (penurunan kepala)
Hal ini merupakan syarat utama kelahiran bayi. Pada wanita nulipara,
engagement dapat terjadi sebelum awitan persalinan dan desensus lebih lanjut
mungkin belum terjadi sampai dimulainya persalinan kala dua. Pada wanita
multipara, desensus biasanya mulai bersamaan dengan engagement. Descens
terjadi akibat satu atau lebih dari empat gaya:
a. Tekanan cairan amnion
b. Tekanan langsung fundus pada bokong saat kontraksi
c. Usaha mengejan yang menggunakan otot-otot abdomen
d. Ekstensi dan pelurusan badan janin
3. Fleksi
Ketika desens mengalami tahanan, baik dari serviks, dinding panggul, atau
dasar panggul, biasanya terjadi fleksi kepala. Pada gerakan ini, dagu mendekat ke
dada janin dan diameter suboksipitobregmatika yang lebih pendek menggantikan
diameter oksipitofrontal yang lebih panjang.
Gambar 19. Empat derajat fleksi kepala (A). Fleksi buruk, (B). Fleksi sedang, (C)
Fleksi lebih lanjut, (D) Fleksi lengkap
Gambar 21. Mekanisme persalinan untuk ubun-ubun kecil kiri lintang: (A). Asinklitismus
posterior pada tepi panggul diikuti fleksi lateral, menyebabkan (B) asinklitismus anterior, (C)
Engagement, (D) Rotasi dan ekstensi.
2.
KALA PERSALINAN
Mekanisme persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu:
Kala I: waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm,
disebut kala pembukaan.
Kala II: Kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan
mengedan mendorong janin keluar hingga lahir
Kala III: Waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri
Kala IV: Satu jam setelah plasenta lahir lengkap
A. Kala I (Kala Pembukaan)
Secara klinis dapat dikatakan partus dimulai apabila timbul his dan wanita
tersebut mengeluarkan lendir yang bersemu darah (bloody show). Lendir yang
bersemu darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis mulai membuka atau mendatar.
Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase.
1. Fase laten : Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai
mencapai ukuran diameter 3 cm
2. Fase aktif : Dibagi dalam 3 fase lagi yakni:
Fase akselerasi: dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm
Fase dilatasi maksimal: dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat
cepat, dari 4cm, menjadi 9 cm
Fase deselerasi: pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida pun terjadi
demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi terjadi lebih pendek.
Gambar 28. Pendataran dan pembukaan serviks pada primigravida dan multipara
DAFTAR PUSTAKA
Sarwono Prawirohardjo, 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42484/4/Chapter%20II.pdf
http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-391-62850896-tesis.pdf
http://eprints.ums.ac.id/22648/2/BAB_I.pdf
http://jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-mksbded1be7763full.pdf