Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Salah satu indikator kesehatan suatu negara dapat dinilai dari Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Neonatus (AKN) . Menurut data SDKI (Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia), AKI pada tahun 2012 adalah 359 per 100.000 kelahiran hidup.
Angka ini kurang lebih tiga kali lebih besar dari tujuan MDG 2015 yaitu 102 per 100.000
kelahiran. Angka Kematian Neonatus (AKN) adalah angka kematian pada bayi usia 0 28
hari, meskipun angka ini menurun hingga pada tahun 2012 tercatat oleh SDKI sebesar 19
per kelahiran hidup, namun angka ini berkontribusi terhadap 56% dari keseluruhan
kematian bayi sehingga ini merupakan suatu masalah.1
Tetanus pada maternal dan neonatal merupakan penyebab kematian yang paling sering
terjadi akibat persalinan dan penanganan tali pusat tidak bersih. Tetanus ditandai dengan
kaku otot yang nyeri yang disebabkan oleh neurotoxin yang dihasilkan oleh Clostridium
tetani pada luka anaerob (tertutup). Tetanus neonatorum (TN) adalah tetanus pada bayi
usia hari ke 3 dan 28 setelah lahir dan tetanus maternal (TM) adalah tetanus pada
kehamilan dan dalam 6 minggu setelah melahirkan.2
Saat ini kematian akibat tetanus pada maternal dan neonatal dapat dengan mudah
dicegah dengan persalinan dan penanganan tali pusat yang higienis, dan / atau dengan
imunisasi ibu dengan vaksin tetanus. Upaya mengeliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal
(TMN) bertujuan mengurangi jumlah kasus tetanus pada maternal dan neonatal hingga ke
tingkat dimana TMN tidak lagi menjadi masalah utama kesehatan masyarakat. TMN dapat
dieliminasi yaitu ditunjukkan oleh jumlah kasus tetanus yang kurang dari satu per 1000
kelahiran hidup di setiap kabupaten. Secara operasional, status ini dapat diukur dengan
tingkat pencapaian imunisasi serta pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.2
Pada tahun 2013, WHO memperkirakan, 49.000 bayi baru lahir meninggal akibat TN,
terdapat penurunan 94% dari situasi pada akhir 1980-an. Pada 2008 terdapat 46 negara
yang masih belum eliminasi TMN, salah satunya adalah Indonesia. Sebelum pengenalan
upaya eliminasi TN, Indonesia merupakan salah satu negara dengan kasus tertinggi di
Asia.3
Di Indonesia, kasus TN pada tahun 2007-2011 menyebabkan kematian bayi sekitar 5060%. Tahun 2010-2012 kasus tetanus neonatorum mulai mengalami penurunan, namun
masih tinggi. Pada tahun 2010 terdapat 147 kasus dengan cakupan TT2+ sebanyak 70,0 %
dan tahun 2011 terdapat 114 kasus dengan cakupan TT2+ sebanyak 63,6 %. Pada tahun
2011, provinsi yang mempunyai kasus TN sebanyak 15 provinsi, dimana kasus yang
1
paling banyak adalah provinsi Banten sebanyak 38 kasus kemudian Jawa Timur sebanyak
22 kasus ,dan Kalimantan Barat sebanyak 13 kasus.4
Kasus tetanus neonatorum berdasarkan status imunisasi ibu hamil , dari tahun 20072011 yang paling besar terjadi pada ibu hamil yang tidak di imunisasi. Dari 114 kasus
Tetanus Neonatorum di Indonesia, sebesar 67 kasus (58%) terjadi pada ibu hamil yang
tidak divaksinasi. Kurangnya hasil cakupan imunisasi TT lengkap pada ibu hamil berarti
akan mengurangi keberhasilan program imunisasi dalam melindungi ibu hamil dan bayi
dari penyakit tetanus.4
Imunisasi TT pada ibu hamil diberikan sebanyak 5 dosis dengan interval tertentu (yang
dimulai saat dan atau sebelum kehamilan) yang berguna bagi kekebalan seumur hidup.
Pemberian TT2 dengan interval minimal 4 minggu setelah TT1 dengan masa perlindungan
3 tahun. Pemberian TT3 dengan interval minimal 6 bulan setelah TT2 dengan masa
perlindungan 5 tahun Pemberian TT4 dengan interval minimal 1 tahun setelah TT3 dengan
masa perlindungan 10 tahun. Pemberian TT5 dengan interval minimal 1 tahun setelah TT4
dengan masa perlindungan 25 tahun.5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan
masalahnya adalah :
1.2.1. Angka Kematian Ibu (AKI) menurut SDKI pada tahun 2012 (yang berkaitan dengan kehamilan,
persalinan, dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup.
1.2.2.
Angka Kematian Neonatus (AKN) pada tahun 2012 tercatat oleh SDKI sebesar
19 per kelahiran hidup, namun angka ini berkontribusi terhadap 56% dari
keseluruhan kematian bayi.
1.2.3. Dari tahun 2007-2011, kasus tetanus neonatorum berkontribusi 50%-60% penyebab kematian
bayi di Indonesia.
1.2.4. Sebanyak 58% kasus tetanus neonatorum di Indonesia terjadi pada ibu yang tidak divaksinasi.
1.3. Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui tingkat keberhasilan program imunisasi tetanus toxoid 2+ pada ibu hamil di
Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang periode Juni 2015 sampai dengan
Mei 2016.
1.3.2
Tujuan Khusus
1.3.2.1. Diketahuinya cakupan pelayanan imunisasi tetanus toxoid 2+ pada ibu hamil di
Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang periode Juni 2015 sampai
dengan Mei 2016.
1.3.2.2. Diketahuinya cakupan penyuluhan kelompok dan perorangan mengenai imunisasi
tetanus toxoid ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang
periode Juni 2015 sampai dengan Mei 2016.
1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi Evaluator
1.4.1.1.Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama duduk di bangku kuliah.
1.4.1.2.Melatih serta mempersiapkan diri dalam menjalankan suatu program khususnya program
Imunisasi Tetanus Toxoid ibu hamil.
1.4.1.4.Menumbuhkan rasa peduli akan kesejahteraan masyarakat.
1.4.1.5.Mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis.
1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi
1.4.2.1. Mewujudkan UKRIDA sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang
kesehatan.
1.4.2.2 Mewujudkan UKRIDA sebagai universitas yang menghasilkan dokter yang berkualitas
dan memiliki keperdulian terhadap masyarakat secara luas.
1.4.3. Bagi Puskesmas yang Dievaluasi
1.4.3.1.Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam pelaksanaan program Imunisasi Tetanus
Toxoid ibu hamil disertai dengan usulan atau saran sebagai pemecahan masalah.
1.4.3.2.Memberi masukan dalam meningkatkan kerjasama dan membina peran serta masyarakat dalam
melaksanakan program Imunisasi Tetanus Toxoid ibu hamil secara optimal.
1.4.3.3.Membantu kemandirian Puskesmas dalam upaya lebih mengaktifkan program Imunisasi Tetanus
Toxoid ibu hamil sehingga dapat memenuhi target cakupan program.
1.4.4. Bagi Masyarakat
3
1.4.4.1.Meningkatkan pembinaan peran serta masyarakat dan kader dalam kegiatan imunisasi di wilayah
kerja Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang.
1.4.4.2.Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Batujaya,
Kabupaten Karawang.
1.4.4.3.Dengan tercapainya keberhasilan program, diharapkan dapat menurunkan prevalensi penyakit
tetanus dan menurunkan angka kematian ibu serta bayi.
1.5. Sasaran
Semua ibu hamil yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Batujaya,
Kabupaten Karawang periode Juni 2015 sampai dengan Mei 2015.
Bab II
Materi dan Metode
2.
4
Bab III
Kerangka Teori
3.1 Bagan Sistem
Lingkungan
Masukan
Proses
Keluaran
Dampak
Umpan Balik
Bab IV
Penyajian Data
4.1.
Sumber Data
Sumber data dalam evaluasi ini diambil, berasal dari:
Data Sekunder :
a. Data Demografi dari Puskesmas Batujaya tahun 2015.
b. Data Geografi dari Puskesmas Batujaya tahun 2015.
c. Data catatan bulanan program cakupan imunisasi Tetanus Toxoid 2+ pada ibu hamil
Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang periode Juni 2015 sampai
dengan Mei 2016
d. Data cakupan penyuluhan perorangan dan kelompok mengenai imunisasi pada ibu hamil
Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang periode Juni 2015 sampai
dengan Mei 2016.
4.2.
Data Umum
B. Wilayah Administrasi
Wilayah kerja UPTD Puskesmas Batu Jaya terdiri dari 10 desa, 45 Dusun, 45 RW
dan 135 RT dengan jarak desa terjauh 7,5 km dari Puskesmas Batu Jaya Desa-desa
tersebut adalah :
1. Desa Kutaampel
2. Desa Karyamakmur
3. Desa Telukbango
4. Desa Karyamulya
5. Desa Telukambulu
6. Desa Karyabakti
7. Desa Batujaya
8. Desa Baturaden
9. Desa Segaran
10. Desa Segarjaya.
4.2.2 Data Demografi
8
Puskesmas perawatan
Puskesmas pembantu
Polindes
BP pratama
BP madya/klinik 24 jam
Posyandu
Posbindu
Praktek bidan
:1
:2
:7
:4
:8
: 52
:5
: 17
Masukan
a) Tenaga
Kepala Puskesmas
Koordinator Program Imunisasi
Petugas Pengelola Vaksin
Pelaksana Imunisasi
b) Dana
APBD
: Ada
: 1 orang
: 1 orang
: 1 orang
: 41 orang
c) Sarana
Medis
o Peralatan suntik
Auto Disable Syringe (0,05ml; 0,5ml; 5ml) : Ada
Alkohol 70 %
: Ada
Cold Chain:
Lemari es
: 1 buah
9
Mini freezer
Vaccine carrier (cold box)
Termos + 4 buah cold pack
Vaksin
Tetanus Toxoid
: Ada
Non Medis
o Leaflet
: Tidak ada
o Poster
: Tidak ada
o Gedung Puskesmas
Ruang Pendaftaran
: 1 ruang
Ruang Tunggu
: 1 ruang
Ruang Periksa
: 1 ruang
Kamar Obat
: 1 ruang
o Posyandu (52 pos)
o Buku KIA
o Buku pencatatan hasil imunisasi
o Buku pencatatan stok vaksin
o Kartu pencatatan suhu lemari es
o Kartu pencatatan suhu freezer
o Kapas dan tempatnya
o Tempat sampah
o Safety box
o Kartu TT seumur hidup
o Panduan pertanyaan untuk penapisan/skrining
: 1 buah
: 3 buah
: Sejumlah tim lapangan
d) Metode
1. Penentuan besar sasaran ibu hamil.
Sasaran ibu hamil adalah jumlah semua ibu hamil di wilayah dalam kurun waktu
1 tahun. Ibu hamil menjadi sasaran imunisasi TT untuk melindungi ibu dan bayi
dari tetanus. Besar sasaran ibu hamil didapat dari
Alat suntik yang dipergunakan dalam pemberian imunisasi adalah alat suntik
yang akan mengalami kerusakan setelah sekali pemakaian (Auto Disable
Syringe/ADS). Ukuran ADS untuk vaksin TT adalah 0,5 ml.
10
Safety box digunakan untuk menampung alat suntik bekas pelayanan imunisasi
sebelum dimusnahkan. Safety box ukuran 2.5 liter mampu menampung 50 alat
suntik bekas, sedangkan ukuran 5 liter menampung 100 alat suntik bekas. Limbah
imunisasi selain alat suntik bekas tidak boleh dimasukkan ke dalam safety box.
3. Pendistribusian vaksin.
Pemerintah bertanggung jawab dalam pendistribusian logistik sampai ketingkat
provinsi. Pendistribusian selanjutnya merupakan tanggung jawab pemerintah
daerah secara berjenjang dengan mekanisme diantar oleh level yang lebih atas
atau diambil oleh level yang lebih bawah, tergantung kebijakan masing-masing
daerah. Seluruh distribusi vaksin dari pusat sampai ke tingkat pelayanan, harus
mempertahankan kualitas vaksin tetap tinggi agar mampu memberikan kekebalan
yang optimal kepada sasaran.
4. Penyimpanan vaksin.
Untuk menjaga kualitas vaksin tetap tinggi sejak diterima sampai didistribusikan
ketingkat berikutnya (atau digunakan), vaksin harus disimpan pada suhu yang
ditetapkan, yaitu +20C s/d +80C untuk vaksin TT.
5. Rantai dingin vaksin TT di lapangan
o Vaksin TT disimpan pada suhu 20 80 C.
o Pada saat pengiriman maupun di tempat pelayanan, vaksin disimpan
dalam vaccine carrier dengan 4 kotak dingin cair. Jangan gunakan es
batu/kotak dingin beku. Pembekuan merusak vaksin TT. Lindungi
vaksin dari cahaya matahari langsung dan sumber panas. Pastikan
vaksin TT yang belum terbuka selalu berada di dalam vaccine carrier
selama pelayanan.
o Vaksin yang bisa dipakai adalah vaksin yang belum kedaluarsa dengan
kondisi VVM A atau B dan tidak pernah beku.
o Sementara menunggu sasaran datang, vaksin yang telah dibuka
disimpan di antara busa (spons) pada vaccine carrier. Vaksin berikutnya
dibuka setelah vaksin sebelumnya habis terpakai. Jangan mengisi vaksin
ke dalam semprit sebelum sasaran siap untuk disuntik.
11
dasar untuk membuat perencanaan dan evaluasi. Alat alat pencatat dasar yang
harus dimiliki puskesmas :
Buku register imunisasi
Kartu Imunisasi
Buku stock vaksin
Buku grafik pencatatan suhu
Sistem untuk menindak lanjuti drop out
4.3.2. Proses
4.3.2.1.
Perencanaan
Penentuan besar sasaran ibu hamil.
Sasaran ibu hamil adalah jumlah semua ibu hamil di wilayah dalam kurun waktu
1 tahun. Ibu hamil menjadi sasaran imunisasi TT untuk melindungi ibu dan bayi
dari tetanus.
Pendistribusian vaksin.
- Diambil oleh puskesmas di kabupaten setiap bulan menggunakan
-
Penyimpanan vaksin.
Vaksin disimpan pada suhu antara 20 C hingga 80 C.
Bagian bawah lemari es diletakkan kotak dingin cair (cool pack) sebagai
Pelayanan imunisasi.
Pelayanan imunisasi dapat dilakukan di puskesmas 2x dalam seminggu dan di
posyandu setiap 1 bulan sekali.
Penyuluhan imunisasi.
Penyuluhan dapat dilakukan baik secara perorangan maupun kelompok agar ibu
hamil memahami kegunaan imunisasi TT. Penyuluhan perorangan dilakukan
setiap hari ketika ibu hamil datang ke puskesmas. Sedangkan penyuluhan
kelompok dilakukan setiap bulan di posyandu.
Pemantauan imunisasi TT
Dengan pemantauan kita dapat menjaga agar masing-masing kegiatan sejalan
dengan ketentuan program. Pemantauan dilakukan menggunakan Pemantauan
Wilayah Setempat (PWS) berfungsi untuk meningkatkan cakupan, jadi sifatnya
lebih memantau kuantitas program.
14
4.3.2.2.
Pengorganisasian
Adanya pembagian dan pemberian tugas yang teratur dalam melaksanakan tugasnya.
Kepala Puskesmas
Bapak H.Eko Susanto, MMKes
Koordinator Program Imunisasi
Ibu Hj. Karyanah
Pelaksana Program Imunisasi
Bidan Desa
2661 x 90
x 1 vial
10
Pendistribusian Vaksin
- Diambil oleh puskesmas di kabupaten setiap bulan menggunakan
-
Penyimpanan vaksin
Vaksin disimpan pada suhu antara 20 C hingga 80 C.
Bagian bawah lemari es diletakkan kotak dingin cair (cool pack)
16
12.00 WIB.
Sebulan sekali sesuai jadwal Posyandu
setiap hari
Kelompok
: tidak dilakukan
Pemantauan imunisasi TT
Pemantauan dilakukan menggunakan Pemantauan Wilayah Setempat
(PWS) berfungsi untuk meningkatkan cakupan, jadi sifatnya lebih memantau
kuantitas program.
4.3.2.4Pengawasan
4.3.3
Pencatatan dan pelaporan dilakukan secara berkala setiap bulan oleh pemegang
program imunisasi.
Lokakarya Mini Puskesmas yang dilakukan setiap awal bulan.
Keluaran
Tabel 1. Data Cakupan Penapisan Sederhana Status Imunisasi Tetanus Toxoid pada
Ibu Hamil di Puskesmas Batujaya Periode Juni 2015 sampai dengan Mei 2016
Sasaran
Hasil
Dilakukan setiap kali kunjungan ibu hamil Dilakukan setiap kali kunjungan ibu hamil
saat ANC
Sasaran
Juni
Juli
Bumil
2015
2661
7.5%
5.4
6.0
6.4
6.2
9,1
8.4
6.2
6.6
5.5
6.5
Agst
Sept
Okt
Nov
Des
Jan
5.8%
Feb
Mar
Apr
Mei
79.6%
4.3.4
Hasil
Tidak pernah dilakukan
Lingkungan
Lingkungan Fisik
- Lokasi
- Transportasi
- Fasilitas kesehatan lain
Lingkungan Non-Fisik
- Budaya
-
Sosial ekonomi
4.3.5
Umpan Balik
Pencatatan dan pelaporan : Adanya pencatatan dan pelaporan setiap bulan secara
lengkap mengenai program imunisasi tetanus toxoid ibu hamil
4.3.6
Dampak
Total
19
Bab V
Pembahasan
5.1.
Pembahasan Masalah
5.1.1
No
.
1.
Variabel
Tolak Ukur
2.
3.
ibu hamil
Cakupan penyuluhan kelompok
Pencapaian
Masalah
0%
100%
ANC
90%
79.6%
10.4%
0%
100%
di posyandu
5.1.2
No.
1.
Leafflet
Variabel
Ada
Tolak Ukur
Pencapaian
Tidak ada
Masalah
(+)
2.
Poster
Ada
Tidak ada
(+)
3.
Panduan pertanyaan
Ada
Tidak ada
(+)
Ada
Tidak ada
(+)
penampisan/skrining status TT
ibu hamil
4.
No.
1.
2.
3.
4.
Variabel
Tolak Ukur
Pencapaian
Hanya 1x dalam
di Puskesmas
seminggu
Penyuluhan kelompok
Penyuluhan dilaksanakan
Penyuluhan
hanya dilakukan
ibu hamil
posyandu
10 kali dalam 1
Menggunakan panduan
tahun
Tidak
pertanyaan untuk
menggunakan
penapisan/skrining
panduan
Menggunakan vaccine
Kadang-kadang
lapangan
masih
dingin cair
menggunakan
Masalah
(+)
(+)
(+)
(+)
vaccine carrier
dengan 4 kotak
dingin beku
Variabel
Budaya
Tolak Ukur
Mendukung
Pencapaian
Masih terdapat ibu hamil yang tidak
Masalah
(+)
22
Bab VII
Prioritas Masalah
Masalah Menurut Keluaran :
a) Cakupan penapisan sederhana status TT ibu hamil tidak tercapai karena tidak terdapat
pencatatan dan pelaporan khusus walaupun sudah dilakukannya penapisan pada ibu
hamil.
b) Cakupan imunisasi TT2+ pada ibu hamil mencapai 79.6% dari target 90% dengan
besarnya masalah 10.4%.
c) Cakupan penyuluhan kelompok belum tercapai karena tidak pernah dilaksanakan dengan
besarnya masalah 100%.
Prioritas Masalah :
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Parameter
Besarnya masalah
Berat ringannya akibat yang ditimbulkan
Keuntungan sosial bila masalah selesai
Teknologi yang tersedia
Sumber daya yang tersedia
Total
A
4
3
3
2
2
14
Masalah
B
5
5
4
4
5
23
C
4
4
3
4
4
19
23
Bab VIII
Penyelesaian Masalah
8.1 Masalah 1
Cakupan imunisasi TT2+ ibu hamil hanya mencapai 79.6% dengan besar masalah 10.4%.
Penyebab :
Tidak tersedianya leaflet dan poster yang berguna untuk mensosialisasikan mengenai
24
hamil.
Ibu hamil tidak melakukan imunisasi karena alasan ketidaktahuan dan alasan takut.
Ibu hamil tidak tahu kapan pelaksanaan posyandu.
Penyelesaian masalah :
Dibuat leaflet dan poster mengenai pentingnya imunisasi TT pada ibu hamil sehingga
tidak hanya ibu hamil melainkan seluruh lapisan masyarakat juga mengetahui kegunaan
imunisasi ini.
Dibuatkan Kartu TT Seumur Hidup untuk ibu hamil atau wanita usia subur.
Dibuatkannya jadwal imunisasi TT yang tetap di puskesmas, idealnya dua kali seminggu
sehingga ibu yang tidak sempat ke posyandu bisa mendapatkan imunisasi TT di
puskesmas.
Dibuatkan panduan pertanyaan untuk skrining sederhana status TT ibu hamil.
Para bidan desa melakukan penyuluhan perorangan atau kelompok mengenai
kepentingan imunisasi tetanus toxoid kepada ibu hamil di daerah setempat. Diharapkan
penyuluhan yang diberikan disesuaikan dengan tingkat pendidikan ibu hamil, sehingga
akan terbentuknya keinginan pada ibu hamil untuk datang rutin ke posyandu atau
puskesmas.
Menyebarluaskan pelaksanaan posyandu melalui ketua RT atau kader 1 minggu sebelum
pelaksanaan, lalu 3 hari sebelum pelaksanaan, 1 hari sebelum pelaksanaan, dan pada hari
pelaksanaan. Sehingga tidak ada ibu hamil yang terlewatkan pelayanan posyandu di
wilayahnya.
Penyelesaian masalah :
Menyusun pembagian tugas dan tanggung jawab secara jelas dan tertulis mengenai
pelaksanaan penyuluhan, rincian tugas, serta membuat jadwal penyuluhan secara teratur.
25
Bab IX
Penutup
8.1
Kesimpulan
Dari hasil evaluasi program Imunisasi tetanus toxoid ibu hamil yang dilakukan
dengan cara pendekatan sistem di Puskesmas Kecamatan Batujaya, periode Juni 2015
hingga Mei 2016 belum berjalan dengan baik melihat berbagai masalah yang ditemui
sebagai berikut :
1. Cakupan imunisasi TT2+ ibu hamil hanya mencapai 79.6% dengan besar masalah
10.4%.
2. Cakupan penyuluhan kelompok mengenai imunisasi 1 kali
8.2.1
Menyusun pembagian tugas dan tanggung jawab secara jelas dan tertulis mengenai
pelaksanaan penyuluhan, rincian tugas, serta membuat jadwal penyuluhan secara teratur
setiap bulan. Diharapkan hal ini dapat meningkatkan pengetahuan ibu hamil sehingga
rutin memeriksakan kehamilannya dan melakukan imunisasi TT.
26
8.2.2
8.2.3
8.2.4
Dibuatkan Kartu TT Seumur Hidup untuk ibu hamil atau wanita usia subur.
8.2.5
8.2.6
Dibuat leaflet dan poster mengenai pentingnya imunisasi TT pada ibu hamil sehingga
tidak hanya ibu hamil melainkan seluruh lapisan masyarakat juga mengetahui kegunaan
imunisasi ini.
27
Daftar Pustaka
1. Kementrian Kesehatan RI. Profil kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: Kementrian Kesehatan
RI; 2013.
2. Kementrian Kesehatan RI. Eliminasi tetanus maternal dan neonatal. Volume 1. Jakarta: Pusat
Data dan Informasi Kesehatan; 2012. h.1-2,8-9,17
3. World Health Organization. Maternal and neonatal tetanus elimination. [online]. 2015.
Diunduh dari: http://www.who.int/immunization/diseases/MNTE_initiative/en/ . 23 Maret
2016.
4. Kementrian Kesehatan RI. Situasi dan analisis imunisasi.[online]. 2014. Diunduh dari:
http://www.pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatinimunisasi.pdf, 23 Maret 2016
5. Departemen Kesehatan RI.
Definisi
operasional.
[online].
2015.
Diunduh
dari:
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/lain-lain/DEFINISI
%20OPERASIONAL%20PROFIL%20KES%202015.pdf, 05 April 2016.
28
29