Está en la página 1de 29

Bab I

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Salah satu indikator kesehatan suatu negara dapat dinilai dari Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Neonatus (AKN) . Menurut data SDKI (Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia), AKI pada tahun 2012 adalah 359 per 100.000 kelahiran hidup.
Angka ini kurang lebih tiga kali lebih besar dari tujuan MDG 2015 yaitu 102 per 100.000
kelahiran. Angka Kematian Neonatus (AKN) adalah angka kematian pada bayi usia 0 28
hari, meskipun angka ini menurun hingga pada tahun 2012 tercatat oleh SDKI sebesar 19
per kelahiran hidup, namun angka ini berkontribusi terhadap 56% dari keseluruhan
kematian bayi sehingga ini merupakan suatu masalah.1
Tetanus pada maternal dan neonatal merupakan penyebab kematian yang paling sering
terjadi akibat persalinan dan penanganan tali pusat tidak bersih. Tetanus ditandai dengan
kaku otot yang nyeri yang disebabkan oleh neurotoxin yang dihasilkan oleh Clostridium
tetani pada luka anaerob (tertutup). Tetanus neonatorum (TN) adalah tetanus pada bayi
usia hari ke 3 dan 28 setelah lahir dan tetanus maternal (TM) adalah tetanus pada
kehamilan dan dalam 6 minggu setelah melahirkan.2
Saat ini kematian akibat tetanus pada maternal dan neonatal dapat dengan mudah
dicegah dengan persalinan dan penanganan tali pusat yang higienis, dan / atau dengan
imunisasi ibu dengan vaksin tetanus. Upaya mengeliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal
(TMN) bertujuan mengurangi jumlah kasus tetanus pada maternal dan neonatal hingga ke
tingkat dimana TMN tidak lagi menjadi masalah utama kesehatan masyarakat. TMN dapat
dieliminasi yaitu ditunjukkan oleh jumlah kasus tetanus yang kurang dari satu per 1000
kelahiran hidup di setiap kabupaten. Secara operasional, status ini dapat diukur dengan
tingkat pencapaian imunisasi serta pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.2
Pada tahun 2013, WHO memperkirakan, 49.000 bayi baru lahir meninggal akibat TN,
terdapat penurunan 94% dari situasi pada akhir 1980-an. Pada 2008 terdapat 46 negara
yang masih belum eliminasi TMN, salah satunya adalah Indonesia. Sebelum pengenalan
upaya eliminasi TN, Indonesia merupakan salah satu negara dengan kasus tertinggi di
Asia.3
Di Indonesia, kasus TN pada tahun 2007-2011 menyebabkan kematian bayi sekitar 5060%. Tahun 2010-2012 kasus tetanus neonatorum mulai mengalami penurunan, namun
masih tinggi. Pada tahun 2010 terdapat 147 kasus dengan cakupan TT2+ sebanyak 70,0 %
dan tahun 2011 terdapat 114 kasus dengan cakupan TT2+ sebanyak 63,6 %. Pada tahun
2011, provinsi yang mempunyai kasus TN sebanyak 15 provinsi, dimana kasus yang
1

paling banyak adalah provinsi Banten sebanyak 38 kasus kemudian Jawa Timur sebanyak
22 kasus ,dan Kalimantan Barat sebanyak 13 kasus.4
Kasus tetanus neonatorum berdasarkan status imunisasi ibu hamil , dari tahun 20072011 yang paling besar terjadi pada ibu hamil yang tidak di imunisasi. Dari 114 kasus
Tetanus Neonatorum di Indonesia, sebesar 67 kasus (58%) terjadi pada ibu hamil yang
tidak divaksinasi. Kurangnya hasil cakupan imunisasi TT lengkap pada ibu hamil berarti
akan mengurangi keberhasilan program imunisasi dalam melindungi ibu hamil dan bayi
dari penyakit tetanus.4
Imunisasi TT pada ibu hamil diberikan sebanyak 5 dosis dengan interval tertentu (yang
dimulai saat dan atau sebelum kehamilan) yang berguna bagi kekebalan seumur hidup.
Pemberian TT2 dengan interval minimal 4 minggu setelah TT1 dengan masa perlindungan
3 tahun. Pemberian TT3 dengan interval minimal 6 bulan setelah TT2 dengan masa
perlindungan 5 tahun Pemberian TT4 dengan interval minimal 1 tahun setelah TT3 dengan
masa perlindungan 10 tahun. Pemberian TT5 dengan interval minimal 1 tahun setelah TT4
dengan masa perlindungan 25 tahun.5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan
masalahnya adalah :
1.2.1. Angka Kematian Ibu (AKI) menurut SDKI pada tahun 2012 (yang berkaitan dengan kehamilan,
persalinan, dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup.
1.2.2.

Angka Kematian Neonatus (AKN) pada tahun 2012 tercatat oleh SDKI sebesar

19 per kelahiran hidup, namun angka ini berkontribusi terhadap 56% dari
keseluruhan kematian bayi.
1.2.3. Dari tahun 2007-2011, kasus tetanus neonatorum berkontribusi 50%-60% penyebab kematian
bayi di Indonesia.
1.2.4. Sebanyak 58% kasus tetanus neonatorum di Indonesia terjadi pada ibu yang tidak divaksinasi.

1.3. Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui tingkat keberhasilan program imunisasi tetanus toxoid 2+ pada ibu hamil di
Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang periode Juni 2015 sampai dengan
Mei 2016.
1.3.2

Tujuan Khusus

1.3.2.1. Diketahuinya cakupan pelayanan imunisasi tetanus toxoid 2+ pada ibu hamil di
Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang periode Juni 2015 sampai
dengan Mei 2016.
1.3.2.2. Diketahuinya cakupan penyuluhan kelompok dan perorangan mengenai imunisasi
tetanus toxoid ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang
periode Juni 2015 sampai dengan Mei 2016.
1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi Evaluator
1.4.1.1.Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama duduk di bangku kuliah.
1.4.1.2.Melatih serta mempersiapkan diri dalam menjalankan suatu program khususnya program
Imunisasi Tetanus Toxoid ibu hamil.
1.4.1.4.Menumbuhkan rasa peduli akan kesejahteraan masyarakat.
1.4.1.5.Mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis.
1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi
1.4.2.1. Mewujudkan UKRIDA sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang
kesehatan.
1.4.2.2 Mewujudkan UKRIDA sebagai universitas yang menghasilkan dokter yang berkualitas
dan memiliki keperdulian terhadap masyarakat secara luas.
1.4.3. Bagi Puskesmas yang Dievaluasi
1.4.3.1.Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam pelaksanaan program Imunisasi Tetanus
Toxoid ibu hamil disertai dengan usulan atau saran sebagai pemecahan masalah.
1.4.3.2.Memberi masukan dalam meningkatkan kerjasama dan membina peran serta masyarakat dalam
melaksanakan program Imunisasi Tetanus Toxoid ibu hamil secara optimal.
1.4.3.3.Membantu kemandirian Puskesmas dalam upaya lebih mengaktifkan program Imunisasi Tetanus
Toxoid ibu hamil sehingga dapat memenuhi target cakupan program.
1.4.4. Bagi Masyarakat
3

1.4.4.1.Meningkatkan pembinaan peran serta masyarakat dan kader dalam kegiatan imunisasi di wilayah
kerja Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang.
1.4.4.2.Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Batujaya,
Kabupaten Karawang.
1.4.4.3.Dengan tercapainya keberhasilan program, diharapkan dapat menurunkan prevalensi penyakit
tetanus dan menurunkan angka kematian ibu serta bayi.
1.5. Sasaran
Semua ibu hamil yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Batujaya,
Kabupaten Karawang periode Juni 2015 sampai dengan Mei 2015.

Bab II
Materi dan Metode
2.
4

2.1 Materi dan Metode


Materi yang dievaluasi dalam program ini terdiri dari laporan hasil kegiatan bulanan
Puskesmas mengenai program imunisasi TT2+ pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan
Batujaya, Kabupaten Karawang periode Juni 2015 sampai dengan Mei 2016, yang berisi
kegiatan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Penentuan besar sasaran ibu hamil.


Penghitungan kebutuhan logistik.
Pendistribusian vaksin.
Penyimpanan vaksin.
Rantai dingin vaksin di lapangan.
Penapisan sederhana status TT ibu hamil.
Pelayanan imunisasi.
Penyuluhan imunisasi.
Pemantauan imunisasi.

10. Pencatatan dan pelaporan


2.2. Metode
Evaluasi program ini dilaksanakan dengan pengumpulan data, pengolahan data, dan
analisis data sehingga dapat digunakan untuk menjawab permasalahan pelaksanaan program
imunisasi Tetanus Toxoid 2+ pada ibu hamil di Puskesmas Batujaya periode Juni 2015
sampai dengan Mei 2016 dengan cara membandingkan cakupan hasil program terhadap
tolok ukur yang telah ditetapkan dan menemukan penyebab masalah dengan menggunakan
pendekatan sistem.

Bab III
Kerangka Teori
3.1 Bagan Sistem

Lingkungan

Masukan

Proses

Keluaran

Dampak

Umpan Balik

Gambar 1. Bagan Sistem


Sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling dihubungkan oleh suatu proses
atau struktur dan berfungsi sebagai salah satu kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan
sesuatu yang telah ditetapkan. Bagian atau elemen dapat dikelompokkan dalam lima unsur,yakni:
1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang
diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut.
2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang
berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan.
3. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem.
4. Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran
dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut.
5. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.
6. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem
tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.
3.2 Tolok Ukur
Tolok ukur merupakan nilai acuan atau standar yang telah ditetapkan dan digunakan
sebagai target yang harus dicapai pada tiap-tiap variabel sistem, yang meliputi masukan,
proses, keluaran, lingkungan, dan umpan balik pada program imunisasi TT2+. (Lampiran 2)

Bab IV
Penyajian Data
4.1.

Sumber Data
Sumber data dalam evaluasi ini diambil, berasal dari:
Data Sekunder :
a. Data Demografi dari Puskesmas Batujaya tahun 2015.
b. Data Geografi dari Puskesmas Batujaya tahun 2015.
c. Data catatan bulanan program cakupan imunisasi Tetanus Toxoid 2+ pada ibu hamil
Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang periode Juni 2015 sampai
dengan Mei 2016

d. Data cakupan penyuluhan perorangan dan kelompok mengenai imunisasi pada ibu hamil
Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang periode Juni 2015 sampai
dengan Mei 2016.
4.2.

Data Umum

4.2.1 Data geografi


A. Luas Wilayah dan Batas-Batas
1. Puskesmas Kecamatan Batujaya terletak di jalan Raya Pasar Batujaya
Kecamatan Batujaya Kabupaten Karawang.
2. Luas wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Batujaya adalah 8138,139 Ha
dengan kondisi fisik dataran rendah, didominasi oleh sebagian besar
persawahan dan sebagian pantai.
3. Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Kecamatan :
a. Sebelah utara
: wilayah kerja Puskesmas Tirtajaya
b. Sebelah selatan
: wilayah kerja Kabupaten Bekasi
c. Sebelah barat
: wilayah kerja Puskesmas Pakisjaya
d. Sebelah timur
: Puskesmas Medangasem.
4. UPTD Puskesmas Batu Jaya berjarak + 1 km dari kantor kecamatan Batu Jaya
dan + 46 km dengan Kantor Pemda Kabupaten Karawang dengan waktu
tempuh + 100 menit menggunakan roda empat. Dengan kondisi jalan di
Kecamatan Batu Jaya sudah cukup baik dimana jalan sudah diaspal atau di
beton.

B. Wilayah Administrasi
Wilayah kerja UPTD Puskesmas Batu Jaya terdiri dari 10 desa, 45 Dusun, 45 RW
dan 135 RT dengan jarak desa terjauh 7,5 km dari Puskesmas Batu Jaya Desa-desa
tersebut adalah :
1. Desa Kutaampel
2. Desa Karyamakmur
3. Desa Telukbango
4. Desa Karyamulya
5. Desa Telukambulu
6. Desa Karyabakti
7. Desa Batujaya
8. Desa Baturaden
9. Desa Segaran
10. Desa Segarjaya.
4.2.2 Data Demografi
8

Jumlah penduduk di UPTD Puskesmas Kecamatan Batu Jaya sampai 2015


sebesar 89.582 dimana Laki-laki sebanyak 44.349 jiwa dan Perempuan sebanyak
45.233 jiwa. Jumlah Rumah 29.856 dan Jumlah kepala keluarga sebesar 34.535 .
4.2.2.1 Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Batu Jaya terbanyak adalah sekolah
menengah pertama, berjumlah 12.381 orang (32,41%).
4.2.2.2 Mata Pencaharian
Mata pencaharian terbanyak di Kecamatan Batu Jaya adalah petani yakni berjumlah
27.577 orang (40.18%).
4.2.3 Data Fasilitas Kesehatan
Jenis sarana kesehatan yang berada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Batu Jaya antara
lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Puskesmas perawatan
Puskesmas pembantu
Polindes
BP pratama
BP madya/klinik 24 jam
Posyandu
Posbindu
Praktek bidan

:1
:2
:7
:4
:8
: 52
:5
: 17

4.3 Data Khusus


4.3.1

Masukan
a) Tenaga
Kepala Puskesmas
Koordinator Program Imunisasi
Petugas Pengelola Vaksin
Pelaksana Imunisasi
b) Dana
APBD
: Ada

: 1 orang
: 1 orang
: 1 orang
: 41 orang

c) Sarana

Medis
o Peralatan suntik
Auto Disable Syringe (0,05ml; 0,5ml; 5ml) : Ada
Alkohol 70 %
: Ada
Cold Chain:
Lemari es
: 1 buah
9

Mini freezer
Vaccine carrier (cold box)
Termos + 4 buah cold pack

Vaksin
Tetanus Toxoid
: Ada
Non Medis
o Leaflet
: Tidak ada
o Poster
: Tidak ada
o Gedung Puskesmas
Ruang Pendaftaran
: 1 ruang
Ruang Tunggu
: 1 ruang
Ruang Periksa
: 1 ruang
Kamar Obat
: 1 ruang
o Posyandu (52 pos)
o Buku KIA
o Buku pencatatan hasil imunisasi
o Buku pencatatan stok vaksin
o Kartu pencatatan suhu lemari es
o Kartu pencatatan suhu freezer
o Kapas dan tempatnya
o Tempat sampah
o Safety box
o Kartu TT seumur hidup
o Panduan pertanyaan untuk penapisan/skrining

: 1 buah
: 3 buah
: Sejumlah tim lapangan

: Sistem lima meja


: Ada
: Ada
: Ada
: Ada
: 1 lembar/bulan
: Ada
: 2 buah
: Sesuai tim lapangan
: Tidak ada
: Tidak ada

d) Metode
1. Penentuan besar sasaran ibu hamil.
Sasaran ibu hamil adalah jumlah semua ibu hamil di wilayah dalam kurun waktu
1 tahun. Ibu hamil menjadi sasaran imunisasi TT untuk melindungi ibu dan bayi
dari tetanus. Besar sasaran ibu hamil didapat dari

1,10 x angka kelahiran kasar x jumlah penduduk

2. Penghitungan kebutuhan logistik.


Logistik imunisasi terdiri dari vaksin, Auto Disable Syringe (ADS), dan safety
box. Dalam menghitung jumlah kebutuhan vaksin perlu diperhatikan jumlah
sasaran, target cakupan, dan dosis efektif.
Kebutuhan = jumlah sasaran x target cakupan x 1 vial
IP vaksin

Alat suntik yang dipergunakan dalam pemberian imunisasi adalah alat suntik
yang akan mengalami kerusakan setelah sekali pemakaian (Auto Disable
Syringe/ADS). Ukuran ADS untuk vaksin TT adalah 0,5 ml.
10

Kebutuhan alat suntik = jumlah sasaran x target cakupan

Safety box digunakan untuk menampung alat suntik bekas pelayanan imunisasi
sebelum dimusnahkan. Safety box ukuran 2.5 liter mampu menampung 50 alat
suntik bekas, sedangkan ukuran 5 liter menampung 100 alat suntik bekas. Limbah
imunisasi selain alat suntik bekas tidak boleh dimasukkan ke dalam safety box.
3. Pendistribusian vaksin.
Pemerintah bertanggung jawab dalam pendistribusian logistik sampai ketingkat
provinsi. Pendistribusian selanjutnya merupakan tanggung jawab pemerintah
daerah secara berjenjang dengan mekanisme diantar oleh level yang lebih atas
atau diambil oleh level yang lebih bawah, tergantung kebijakan masing-masing
daerah. Seluruh distribusi vaksin dari pusat sampai ke tingkat pelayanan, harus
mempertahankan kualitas vaksin tetap tinggi agar mampu memberikan kekebalan
yang optimal kepada sasaran.
4. Penyimpanan vaksin.
Untuk menjaga kualitas vaksin tetap tinggi sejak diterima sampai didistribusikan
ketingkat berikutnya (atau digunakan), vaksin harus disimpan pada suhu yang
ditetapkan, yaitu +20C s/d +80C untuk vaksin TT.
5. Rantai dingin vaksin TT di lapangan
o Vaksin TT disimpan pada suhu 20 80 C.
o Pada saat pengiriman maupun di tempat pelayanan, vaksin disimpan
dalam vaccine carrier dengan 4 kotak dingin cair. Jangan gunakan es
batu/kotak dingin beku. Pembekuan merusak vaksin TT. Lindungi
vaksin dari cahaya matahari langsung dan sumber panas. Pastikan
vaksin TT yang belum terbuka selalu berada di dalam vaccine carrier
selama pelayanan.
o Vaksin yang bisa dipakai adalah vaksin yang belum kedaluarsa dengan
kondisi VVM A atau B dan tidak pernah beku.
o Sementara menunggu sasaran datang, vaksin yang telah dibuka
disimpan di antara busa (spons) pada vaccine carrier. Vaksin berikutnya
dibuka setelah vaksin sebelumnya habis terpakai. Jangan mengisi vaksin
ke dalam semprit sebelum sasaran siap untuk disuntik.
11

6. Penapisan sederhana status TT ibu hamil


o Penapisan dilakukan berdasarkan riwayat imunisasi yang tercatat pada
status pasien maupun berdasarkan ingatan.
o Apabila data imunisasi saat bayi tercatat pada kartu imunisasi atau buku
KIA maka riwayat imunisasi TT pada saat bayi dapat diperhitungkan.
o Menggunakan panduan pertanyaan untuk penapisan/skrining
o Perhatikan interval minimum yang dianjurkan untuk menentukan status
TT ibu hamil.
o Untuk ibu hamil yang sudah mencapai status T5 tidak perlu lagi
mendapat imunisasi TT saat hamil.
7. Pelayanan imunisasi.
Pelayanan imunisasi dapat dilakukan di dalam gedung ( Puskesmas) atau di luar
gedung ( Posyandu).
8. Penyuluhan imunisasi.
Penyuluhan dapat dilakukan baik secara perorangan maupun kelompok agar ibu
hamil memahami kegunaan imunisasi TT.
9. Pemantauan imunisasi TT.
Dengan pemantauan kita dapat menjaga agar masing-masing kegiatan sejalan
dengan ketentuan program. Pemantauan dilakukan menggunakan Pemantauan
Wilayah Setempat (PWS) berfungsi untuk meningkatkan cakupan, jadi sifatnya
lebih memantau kuantitas program. Prinsip PWS:
Memanfaatkan data yang ada dari laporan cakupan imunisasi.
Menggunakan indikator sederhana.
Dimanfaatkan untuk mengambil keputusan setempat.
Teratur dan tepat waktu setiap bulan.
Sebagai umpan balik untuk dapat mengambil tindakan.
Membuat grafik yang jelas dan menarik untuk masing masing indikator di
atas, untuk memudahkan analisa.

10. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dan pelaporan dalam program imunisasi memegang peranan penting
dan sangat menentukan. Selain menunjang pelayanan imunisasi juga menjadi
12

dasar untuk membuat perencanaan dan evaluasi. Alat alat pencatat dasar yang
harus dimiliki puskesmas :
Buku register imunisasi
Kartu Imunisasi
Buku stock vaksin
Buku grafik pencatatan suhu
Sistem untuk menindak lanjuti drop out
4.3.2. Proses
4.3.2.1.

Perencanaan
Penentuan besar sasaran ibu hamil.
Sasaran ibu hamil adalah jumlah semua ibu hamil di wilayah dalam kurun waktu
1 tahun. Ibu hamil menjadi sasaran imunisasi TT untuk melindungi ibu dan bayi
dari tetanus.

Penghitungan kebutuhan logistik.


Logistik imunisasi terdiri dari vaksin, Auto Disable Syringe (ADS), dan safety
box.

Pendistribusian vaksin.
- Diambil oleh puskesmas di kabupaten setiap bulan menggunakan
-

vaccine carrier yang disertai cool pack.


Disertai dengan dokumen pengiriman berupa Surat Bukti Barang

Keluar (SBBK) dan Vaccine Arrival Report (VAR)


Distribusi dari puskesmas ke tempat pelayanan menggunakan vaccine
carrier disertai cool pack yang biasanya diambil sendiri oleh bidan desa
setiap bulan.

Penyimpanan vaksin.
Vaksin disimpan pada suhu antara 20 C hingga 80 C.
Bagian bawah lemari es diletakkan kotak dingin cair (cool pack) sebagai

penahan dingin dan kestabilan suhu.


Vaksin TT diletakkan lebih jauh dari evaporator.
Beri jarak antara kotak vaksin minimal 1-2 cm atau satu jari tangan agar

terjadi sirkulasi udara yang baik.


Letakkan 1 buah thermometer Muller di bagian tengah lemari es.
Pencatatan suhu sehari 2x yaitu pada pagi hari dan siang/sore.

Rantai dingin vaksin TT di lapangan


13

i. Vaksin TT disimpan pada suhu 20 80 C.


ii. Pada saat pengiriman maupun di tempat pelayanan, vaksin disimpan
dalam vaccine carrier dengan 4 kotak dingin cair. Jangan gunakan es
batu/kotak dingin beku sebab pembekuan merusak vaksin TT.
iii. Lindungi vaksin dari cahaya matahari langsung dan sumber panas.
iv. Pastikan vaksin TT yang belum terbuka selalu berada di dalam vaccine
carrier selama pelayanan.
v. Vaksin yang bisa dipakai adalah vaksin yang belum kedaluarsa dengan
kondisi VVM A atau B dan tidak pernah beku.
vi. Sementara menunggu sasaran datang, vaksin yang telah dibuka disimpan
di antara busa (spons) pada vaccine carrier.
vii. Vaksin berikutnya dibuka setelah vaksin sebelumnya habis terpakai.
viii. Jangan mengisi vaksin ke dalam semprit sebelum sasaran siap untuk
disuntik.

Penapisan sederhana status TT ibu hamil


i. Penapisan dilakukan berdasarkan riwayat imunisasi yang tercatat di status
maupun berdasarkan ingatan.
ii. Apabila data imunisasi saat bayi tercatat pada kartu imunisasi atau buku
KIA maka riwayat imunisasi TT pada saat bayi dapat diperhitungkan.
iii. Menggunakan panduan pertanyaan untuk penapisan/skrining
iv. Perhatikan interval minimum yang dianjurkan untuk menentukan status
TT ibu hamil.
v. Untuk ibu hamil yang sudah mencapai status T5 tidak perlu lagi mendapat
imunisasi TT saat hamil.

Pelayanan imunisasi.
Pelayanan imunisasi dapat dilakukan di puskesmas 2x dalam seminggu dan di
posyandu setiap 1 bulan sekali.

Penyuluhan imunisasi.
Penyuluhan dapat dilakukan baik secara perorangan maupun kelompok agar ibu
hamil memahami kegunaan imunisasi TT. Penyuluhan perorangan dilakukan
setiap hari ketika ibu hamil datang ke puskesmas. Sedangkan penyuluhan
kelompok dilakukan setiap bulan di posyandu.

Pemantauan imunisasi TT
Dengan pemantauan kita dapat menjaga agar masing-masing kegiatan sejalan
dengan ketentuan program. Pemantauan dilakukan menggunakan Pemantauan
Wilayah Setempat (PWS) berfungsi untuk meningkatkan cakupan, jadi sifatnya
lebih memantau kuantitas program.
14

Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dan pelaporan dilakukan secara berjenjang dari posyandu hingga ke
pusat setiap bulan.

4.3.2.2.

Pengorganisasian
Adanya pembagian dan pemberian tugas yang teratur dalam melaksanakan tugasnya.
Kepala Puskesmas
Bapak H.Eko Susanto, MMKes
Koordinator Program Imunisasi
Ibu Hj. Karyanah
Pelaksana Program Imunisasi
Bidan Desa

Gambar 2. Bagan Organisasi Program Imunisasi Puskesmas Batujaya


4.3.2.3 Pelaksanaan
Menentu kan besarnya sasaran dan target cakupan imunisasi:
o Besar sasaran : 2661 ibu hamil
o Target cakupan :
- Cakupan Imunisasi Tetanus Toxoid 2+ ibu hamil : 90%

Penghitungan logistik imunisasi tetanus toxoid


o Kebutuhan vaksin = Jumlah sasaran x target cakupan
IP vaksin
15

2661 x 90
x 1 vial
10

= 240 vial (terpenuhi)

Kebutuhan alat suntik = jumlah sasaran x target cakupan


= 2661 x 90%
= 2395 buah (terpenuhi)

Kebutuhan cold chain :


Lemari es
: 1 buah
Mini freezer
: 1 buah
Vaccine carrier (cold box) : 3 buah
Termos + 4 buah cold pack : Sejumlah tim lapangan

Pendistribusian Vaksin
- Diambil oleh puskesmas di kabupaten setiap bulan menggunakan
-

vaccine carrier yang disertai cool pack.


Disertai dengan dokumen pengiriman berupa Surat Bukti Barang

Keluar (SBBK) dan Vaccine Arrival Report (VAR)


Distribusi dari puskesmas ke tempat pelayanan yang biasanya diambil
sendiri oleh bidan desa setiap bulan.

Penyimpanan vaksin
Vaksin disimpan pada suhu antara 20 C hingga 80 C.
Bagian bawah lemari es diletakkan kotak dingin cair (cool pack)

sebagai penahan dingin dan kestabilan suhu


Vaksin TT diletakkan lebih jauh dari evaporator.
Jarak antara kotak vaksin minimal 1-2 cm atau satu jari tangan agar

terjadi sirkulasi udara yang baik.


Ada1 buah thermometer Muller di bagian tengah lemari es.
Pencatatan suhu dilakukan sehari 2x yaitu pada pagi hari dan menjelang
pulang siang/sore.

Rantai dingin vaksin TT di lapangan


Terkadang pembawaan vaksin ke tempat posyandu tidak menggunakan

4 kotak dingin cair tetapi menggunakan kotak dingin beku.


Terdapat busa atau spons untuk menyimpan vaksin yang telah dibuka.

Penapisan sederhana status TT ibu hamil


Penapisan berdasarkan ingatan.
Tidak menggunakan panduan pertanyaan untuk penapisan/skrining.
Tidak tersedianya Kartu TT seumur hidup.

16

Membuat jadwal pelayanan imunisasi tetanus toxoid ibu hamil :

Satu kali seminggu di Puskesmas, setiap hari Senin pukul 08.00-

12.00 WIB.
Sebulan sekali sesuai jadwal Posyandu

Memberikan penyuluhan mengenai imunisasi


Perorangan
: setiap kunjungan periksa kehamilan, dilayani

setiap hari
Kelompok

: tidak dilakukan

Pemantauan imunisasi TT
Pemantauan dilakukan menggunakan Pemantauan Wilayah Setempat
(PWS) berfungsi untuk meningkatkan cakupan, jadi sifatnya lebih memantau
kuantitas program.

Melakukan pencatatan dan pelaporan : 1x/bulan

4.3.2.4Pengawasan

4.3.3

Pencatatan dan pelaporan dilakukan secara berkala setiap bulan oleh pemegang

program imunisasi.
Lokakarya Mini Puskesmas yang dilakukan setiap awal bulan.

Keluaran
Tabel 1. Data Cakupan Penapisan Sederhana Status Imunisasi Tetanus Toxoid pada
Ibu Hamil di Puskesmas Batujaya Periode Juni 2015 sampai dengan Mei 2016
Sasaran
Hasil
Dilakukan setiap kali kunjungan ibu hamil Dilakukan setiap kali kunjungan ibu hamil
saat ANC

namun belum ada pencatatan dan pelaporan


khususnya

Tabel 2. Data Cakupan Imunisasi Tetanus Toxoid 2+ Ibu Hamil di Puskesmas


Kecamatan Batujaya Periode Juni 2015 hingga Mei 2016
17

Sasaran

Juni

Juli

Bumil

2015

2015 2015 2015 2015 2015 2015 2016

2016 2016 2016 2016

2661

7.5%

5.4

6.0

6.4

6.2

9,1

8.4

6.2

6.6

5.5

6.5

Agst

Sept

Okt

Nov

Des

Jan

5.8%

Feb

Mar

Apr

Mei

79.6%

Tabel 3. Data Cakupan Penyuluhan Perorangan Imunisasi TT Ibu Hamil di


Puskesmas Kecamatan Batujaya Periode Juni 2015 hingga Mei 2016
Sasaran
Hasil
Dilakukan setiap kali kunjungan ibu Dilakukan setiap kali kunjungan ibu
hamil saat ANC

hamil saat ANC

Tabel 4. Data Cakupan Penyuluhan Kelompok Imunisasi TT Ibu Hamil di


Puskesmas Kecamatan Batujaya Periode Juni 2015 hingga Mei 2016
Sasaran
Dilakukan 1 kali / bulan (12x/tahun)

4.3.4

Hasil
Tidak pernah dilakukan

Lingkungan

Lingkungan Fisik
- Lokasi
- Transportasi
- Fasilitas kesehatan lain
Lingkungan Non-Fisik
- Budaya
-

Sosial ekonomi

: Tidak terdapat lokasi yang sulit dicapai


: Tersedia sarana transportasi
: Ada fasilitas kesehatan lain
: Ibu hamil memeriksakan diri ke puskesmas
atau bidan tidak tepat waktu.
Ibu hamil tidak tahu kapan pelaksanaan posyandu.
: Kebanyakan ibu hamil bekerja sebagai ibu rumah
tangga sehingga mempunyai waktu untuk
memeriksakan diri ke puskesmas.

4.3.5

Umpan Balik

Pencatatan dan pelaporan : Adanya pencatatan dan pelaporan setiap bulan secara
lengkap mengenai program imunisasi tetanus toxoid ibu hamil

4.3.6

Rapat kerja dalam bentuk lokakarya mini : 1 bulan sekali

Dampak

Total

Langsung : Incidence Rate tetanus neonatorum <1/10.000 kelahiran hidup


18

Tidak langsung : Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian


Neonatus

19

Bab V
Pembahasan
5.1.

Pembahasan Masalah
5.1.1

Masalah Menurut Keluaran

No
.
1.

Variabel

Tolak Ukur

Cakupan penapisan sederhana

Dilakukan setiap kali

status TT ibu hamil

kunjungan ibu saat

2.

Cakupan imunisasi TT2+ pada

3.

ibu hamil
Cakupan penyuluhan kelompok

Pencapaian

Masalah

0%

100%

ANC
90%

79.6%

10.4%

Satu kali setiap bulan

0%

100%

di posyandu

5.1.2

Masalah Menurut Masukan

No.
1.
Leafflet

Variabel
Ada

Tolak Ukur

Pencapaian
Tidak ada

Masalah
(+)

2.

Poster

Ada

Tidak ada

(+)

3.

Panduan pertanyaan

Ada

Tidak ada

(+)

Ada

Tidak ada

(+)

penampisan/skrining status TT
ibu hamil
4.

Kartu TT seumur hidup

5.1.3 Masalah Menurut Proses


20

No.
1.

2.

3.

4.

Variabel

Tolak Ukur

Pencapaian

Jadwal pelayanan imunisasi

Dua kali dalam seminggu

Hanya 1x dalam

TT ibu hamil di Puskesmas

di Puskesmas

seminggu

Penyuluhan kelompok

Penyuluhan dilaksanakan

Penyuluhan

mengenai imunisasi TT pada

1 bulan sekali setiap

hanya dilakukan

ibu hamil

posyandu

10 kali dalam 1

Skrining status TT ibu hamil

Menggunakan panduan

tahun
Tidak

pertanyaan untuk

menggunakan

penapisan/skrining

panduan

Rantai dingin vaksin TT di

Menggunakan vaccine

Kadang-kadang

lapangan

carrier dengan 4 kotak

masih

dingin cair

menggunakan

Masalah
(+)

(+)

(+)

(+)

vaccine carrier
dengan 4 kotak
dingin beku

5.1.4 Masalah Menurut Lingkungan


No.
1.

Variabel
Budaya

Tolak Ukur
Mendukung

Pencapaian
Masih terdapat ibu hamil yang tidak

Masalah
(+)

melakukan imunisasi karena alasan


ketidaktahuan dan alasan takut.
Ibu hamil tidak tahu kapan
pelaksanaan posyandu
Bab VI
Perumusan Masalah
21

6.1 Masalah Menurut Keluaran


a) Cakupan penapisan sederhana status TT ibu hamil tidak tercapai karena dilakukan namun
tidak ada pencatatan khusus dan pelaporannya dengan besar masalah 100%.
b) Cakupan imunisasi TT2+ pada ibu hamil hanya mencapai 79.6% dari target 90% dengan
besaran masalah adalah 10.4% .
c) Cakupan penyuluhan kelompok tidak tercapai karena tidak pernah masih ada ibu hamil yang
tidak hadir pada saat posyandu dengan besarnya masalah 100%.
6.2 Masalah dari Unsur Lain
6.2.1 Dari Masukan
a) Tidak tersedianya leaflet dan poster yang berguna untuk menginformasikan mengenai
pentingnya imunisasi TT pada ibu hamil kepada masyarakat.
b) Tidak tersedianya Kartu TT Seumur Hidup untuk ibu hamil atau wanita usia subur.
c) Tidak tersedianya panduan pertanyaan untuk skrining sederhana status TT ibu hamil.
6.2.2 Dari Proses
a) Jadwal pelayanan imunisasi di Puskesmas yang hanya 1 hari setiap minggu.
b) Penyuluhan kelompok mengenai imunisasi yang tidak rutin dilakukan.
c) Tidak menggunakan panduan pertanyaan untuk penapisan/skrining.
d) Tidak menggunakan vaccine carrier dengan 4 kotak dingin cair.
6.2.3 Dari Luar Sistem (Lingkungan)
a) Masih terdapat ibu hamil yang tidak melakukan imunisasi karena alasan ketidaktahuan dan
alasan takut.
b) Ibu hamil tidak tahu kapan pelaksanaan posyandu.

22

Bab VII
Prioritas Masalah
Masalah Menurut Keluaran :
a) Cakupan penapisan sederhana status TT ibu hamil tidak tercapai karena tidak terdapat
pencatatan dan pelaporan khusus walaupun sudah dilakukannya penapisan pada ibu
hamil.
b) Cakupan imunisasi TT2+ pada ibu hamil mencapai 79.6% dari target 90% dengan
besarnya masalah 10.4%.
c) Cakupan penyuluhan kelompok belum tercapai karena tidak pernah dilaksanakan dengan
besarnya masalah 100%.
Prioritas Masalah :
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Parameter
Besarnya masalah
Berat ringannya akibat yang ditimbulkan
Keuntungan sosial bila masalah selesai
Teknologi yang tersedia
Sumber daya yang tersedia
Total

A
4
3
3
2
2
14

Masalah
B
5
5
4
4
5
23

C
4
4
3
4
4
19

Keterangan derajat masalah :


5= Sangat penting
4= Penting
3= Cukup penting
2= Kurang penting
1= Sangat kurang penting
Yang menjadi prioritas masalah adalah :
o Cakupan imunisasi TT2+ pada ibu hamil mencapai 79.6% dari target 90% dengan
besarnya masalah 10.4%.
o Cakupan penyuluhan kelompok belum tercapai karena tidak pernah dilaksanakan
dengan besarnya masalah 100%.

23

Bab VIII
Penyelesaian Masalah
8.1 Masalah 1
Cakupan imunisasi TT2+ ibu hamil hanya mencapai 79.6% dengan besar masalah 10.4%.
Penyebab :
Tidak tersedianya leaflet dan poster yang berguna untuk mensosialisasikan mengenai

imunisasi TT pada ibu hamil kepada masyarakat.


Tidak tersedianya Kartu TT Seumur Hidup untuk ibu hamil atau wanita usia subur.
Jadwal imunisasi TT hanya dilakukan 1 kali seminggu sehingga semuanya harus

dilaksanakan pada saat jadwal posyandu.


Tidak tersedianya panduan pertanyaan untuk skrining sederhana status TT ibu hamil.

24

Belum pernah dilaksanakannya penyuluhan kelompok mengenai imunisasi TT pada ibu

hamil.
Ibu hamil tidak melakukan imunisasi karena alasan ketidaktahuan dan alasan takut.
Ibu hamil tidak tahu kapan pelaksanaan posyandu.

Penyelesaian masalah :
Dibuat leaflet dan poster mengenai pentingnya imunisasi TT pada ibu hamil sehingga
tidak hanya ibu hamil melainkan seluruh lapisan masyarakat juga mengetahui kegunaan

imunisasi ini.
Dibuatkan Kartu TT Seumur Hidup untuk ibu hamil atau wanita usia subur.
Dibuatkannya jadwal imunisasi TT yang tetap di puskesmas, idealnya dua kali seminggu
sehingga ibu yang tidak sempat ke posyandu bisa mendapatkan imunisasi TT di

puskesmas.
Dibuatkan panduan pertanyaan untuk skrining sederhana status TT ibu hamil.
Para bidan desa melakukan penyuluhan perorangan atau kelompok mengenai
kepentingan imunisasi tetanus toxoid kepada ibu hamil di daerah setempat. Diharapkan
penyuluhan yang diberikan disesuaikan dengan tingkat pendidikan ibu hamil, sehingga
akan terbentuknya keinginan pada ibu hamil untuk datang rutin ke posyandu atau

puskesmas.
Menyebarluaskan pelaksanaan posyandu melalui ketua RT atau kader 1 minggu sebelum
pelaksanaan, lalu 3 hari sebelum pelaksanaan, 1 hari sebelum pelaksanaan, dan pada hari
pelaksanaan. Sehingga tidak ada ibu hamil yang terlewatkan pelayanan posyandu di
wilayahnya.

8.2 Masalah Kedua


Cakupan penyuluhan kelompok mengenai imunisasi TT pada ibu hamil tidak tercapai
karena tidak pernah dilaksanakan dengan besarnya masalah 100%.
Penyebab :
Tidak pernah dilaksanakannya penyuluhan kelompok mengenai imunisasi TT pada ibu

hamil oleh tenaga kesehatan baik di posyandu maupun di puskesmas.


Materi penyuluhan mengenai imunisasi TT tidak selalu dibawakan pada saat pelaksanaan
posyandu.

Penyelesaian masalah :
Menyusun pembagian tugas dan tanggung jawab secara jelas dan tertulis mengenai
pelaksanaan penyuluhan, rincian tugas, serta membuat jadwal penyuluhan secara teratur.
25

Bab IX
Penutup
8.1

Kesimpulan
Dari hasil evaluasi program Imunisasi tetanus toxoid ibu hamil yang dilakukan
dengan cara pendekatan sistem di Puskesmas Kecamatan Batujaya, periode Juni 2015
hingga Mei 2016 belum berjalan dengan baik melihat berbagai masalah yang ditemui
sebagai berikut :
1. Cakupan imunisasi TT2+ ibu hamil hanya mencapai 79.6% dengan besar masalah
10.4%.
2. Cakupan penyuluhan kelompok mengenai imunisasi 1 kali

setiap bulan belum

tercapai dengan besar masalah 100%.


Selain itu penapisan sederhana status TT ibu hamil di Puskesmas Batujaya, Kabupaten
Karawang periode Juni tahun 2015 sampai dengan Mei tahun 2016 tidak dapat dilakukan
dengan baik karena tidak tersedianya kartu status TT seumur hidup ibu hamil serta tidak
tersedianya panduan pertanyaan untuk penapisan sederhana status TT ibu hamil.
8.2

Saran kepada Puskesmas

8.2.1

Menyusun pembagian tugas dan tanggung jawab secara jelas dan tertulis mengenai
pelaksanaan penyuluhan, rincian tugas, serta membuat jadwal penyuluhan secara teratur
setiap bulan. Diharapkan hal ini dapat meningkatkan pengetahuan ibu hamil sehingga
rutin memeriksakan kehamilannya dan melakukan imunisasi TT.
26

8.2.2

Menambah waktu/jadwal imunisasi TT ibu hamil di puskesmas, idealnya dua kali


seminggu sehingga ibu yang tidak sempat ke posyandu bisa mendapatkan imunisasi TT
di puskesmas.

8.2.3

Menyebarluaskan pelaksanaan posyandu melalui ketua RT atau kader 1 minggu sebelum


pelaksanaan, lalu 3 hari sebelum pelaksanaan, 1 hari sebelum pelaksanaan, dan pada hari
pelaksanaan.

8.2.4

Dibuatkan Kartu TT Seumur Hidup untuk ibu hamil atau wanita usia subur.

8.2.5

Dibuatkan panduan pertanyaan untuk skrining sederhana status TT ibu hamil.

8.2.6

Dibuat leaflet dan poster mengenai pentingnya imunisasi TT pada ibu hamil sehingga
tidak hanya ibu hamil melainkan seluruh lapisan masyarakat juga mengetahui kegunaan
imunisasi ini.

27

Daftar Pustaka
1. Kementrian Kesehatan RI. Profil kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: Kementrian Kesehatan
RI; 2013.
2. Kementrian Kesehatan RI. Eliminasi tetanus maternal dan neonatal. Volume 1. Jakarta: Pusat
Data dan Informasi Kesehatan; 2012. h.1-2,8-9,17
3. World Health Organization. Maternal and neonatal tetanus elimination. [online]. 2015.
Diunduh dari: http://www.who.int/immunization/diseases/MNTE_initiative/en/ . 23 Maret
2016.
4. Kementrian Kesehatan RI. Situasi dan analisis imunisasi.[online]. 2014. Diunduh dari:
http://www.pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatinimunisasi.pdf, 23 Maret 2016
5. Departemen Kesehatan RI.

Definisi

operasional.

[online].

2015.

Diunduh

dari:

http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/lain-lain/DEFINISI
%20OPERASIONAL%20PROFIL%20KES%202015.pdf, 05 April 2016.

28

29

También podría gustarte