Está en la página 1de 23

Laporan Pendahuluan dan Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Keluarga

....................................................................................................................................
.....................................................................................................................
...........................................................................................................
.............................................................................................

Oleh :
Ni Putu Listiana Dewi

12060142015

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAJAPAHIT SINGARAJA


PROGRAM PROFESI NERS
2013

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Laporan Kasus


.......................................................................................................................................................
.................................................................................................
..................................................................................................
....................................................................................

Telah Diterima Dan Disahkan Oleh Clinical Teacher (CT) Keperawatan Keluarga, STIKES
Majapahit Singaraja Sebagai Syarat Memperoleh Penilaian Dari Departement Keperawatan
Keluarga.

Suwug,

Juni 2013

Clinical Teacher (CT)


STIKES Majapahit Singaraja,

Mahasiswa

Ns. Qamariah, S.Kep.

Ni Putu Listiana Dewi


NIM. 12060142015

BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu aspek yang penting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga
merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang
yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan.Keluarga di jadikan sebagai suatu unit pelayanan karena masalah-masalah
kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila ada salah satu anggota keluarga
mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota lainnya.
Keluarga menempati posisi di antara individu dan masyarakat. Sehingga dengan
memberikan pelayanan kesehatan pada keluarga perawat mendapat dua keuntungan sekaligus.
Upaya pelayanan kesehatan lebih memfokuskan pada upaya preventif dan kuratif di samping
upaya kreatif dan rehabilitatif. Peran perawat dalam menangani penyakit pada sebuah
keluarga di harapkan mampu memberikan fungsinya sebagai konselor, edukator, fasilitator,
dan komonikator.
Arthritis rheumatoid merupakan penyakit yang harus di perhatikan dan sangat
membutuhkan partisipasi keluarga dan mentaati menu makanannya serta latihan fisik.
Melihat permasalahaan di atas, untuk meningkatkan status kesehatan keluarga,maka
dipandang perlu bagi penulis yang saat ini telah di peroleh untuk memberikan pengertian serta
asuhan keperawatan keluarga untuk memenuhi syarat dalam praktek keperawatan komonitas
desa ini.
B.TUJUAN PENULISAN
1.

Tujuan Umum
Penulis memperoleh

pengalaman secara langsung dalam memberikan asuhan

keperawatan keluarga dengan masalah kesehatan melalui pendekatan proses keperawatan.


2.

Tujuan Khusus

Penulis mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan yang meliputi:


a.

Melakukan pengkajian pada keluarga

b.

Merumuskan diagnosa keperawatan kepada keluarga

c.

Membuat perencanaan tindakan keperawatan bersama keluarga

d.

Membuat tindakan keperawatan sesuai rencana.

e.

Melaksanakan tindakan Keperawatan

f.

Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang di lakukan serta perkembangannya

g.

Menentukan alternative pemecahan masalah dengan menggunakan segala potensi


yang ada pada keluarga

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.

KONSEP DASAR (KELUARGA)

1.

Keperawatan Kesehatan Keluarga


Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan

darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan didalam peranannya masing-masing dan menciptakan serta
mempertahankan suati kebudayaan (Salvision G Bailon dan Aracelis Maglaya, 1999).
Alasan keluarga sebagai unut pelayanan keperawatan (Freeman) adalah keluarga
sebagai unit utama dari masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan
masyarakat, keluarga sebagai kelompok dapatmenimbulkan, mencegah, mengabaikan dan
memperbaiki masalh-masalah kesehatan

dalam kelompoknya sendiri, masalah kesehatan

dalam keluarga saling berkaitan, penyakit pada salah satu anggota keluarga akan
mempengaruhi anggota keluarga tersebut, keluarga merupakan perantara yang efektif dan
mudah untuk berbagi usaha-isaha kesehatan masyarakat, perwat dapat menjangkau
masyarakat hanya melalui keluarga, dalam memelihara pasien sebagai individu keluarga tetap
berperan dalam mengambil keputusan dalam pemeliharaannya, keluarga merupakan
lingkungan yang serasi untuk mengembangkan potensi tiap individu dalam kelarga.
Sedangkan tujuan perawatan kesehatan keluarga adalah memengkinkan keluarga untuk
mengelola masalah kesehatan dan mempertahankan fungsi keluarga dan melindungi serta
memperkuat pelayan masyarakat tentang perawatan kesehatan.
2.

Tipe-Tipe Keluarga

a.

Keluarga inti Nuclar family) yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anakanak.

b.

Keluarga besar (Extended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan sanak
saudara, misalnya nenek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.

c.

Keluarga berantai (Serial family) yaitu keluarga yang terdiri dari wanita dan pria
yang menikah lebih dari satu kali dan merpakan satu kelurga inti.

d.

Keluarga duda atau janda (Singgle family) yaitu keluarga yang terjadi karena
perceraian atau kematian.

e.

Keluarga berkomposisi (Composide) yaitu keluarga yang perkawinannya

berpoligami dan hidup secara bersama.


f.

Keluarga kabitas (Cahabitation) yaitu dua orang menjadi satu tanpa pernikahan
tetapi membentuk suatu keluarga.

STRUKTUR KELUARGA
1. Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah
2. Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu
3. Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu
4. Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami
5. Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan
suami atau istri.
CIRI-CIRI STRUKTUR KELUARGA
1. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga
2. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga mempunyai
keterbatasan dalam mejalankan fungsi dan tugasnya masing-masing
3. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan
fungsinya masing-masing.
CIRI-CIRI KELUARGA INDONESIA
1. Suami sebagai pengambil keputusan
2. Merupakan suatu kesatuan yang utuh
3. Berbentuk monogram
4. Bertanggung jawab
5. Pengambil keputusan
6. Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa
7. Ikatan kekeluargaan sangat erat
8. Mempunyai semangat gotong-royong
MACAM-MACAM STRUKTUR / TIPE / BENTUK KELUARGA
1. TRADISIONAL :
a. The nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
b. The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu
rumah

c. Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak sudah memisahkan
diri
d. The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat
waktunya, yang disebabkan karena mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita
e. The extended family (keluarga luas/besar)
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti
nuclear family disertai : paman, tante, orang tua (kakak-nenek), keponakan, dll)
f. The single-parent family (keluarga duda/janda)
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini terjadi
biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hukum
pernikahan)
g. Commuter family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai
tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada anggota
keluarga pada saat akhir pekan (week-end)
h. Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam
satu rumah.
i. Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan saling
menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama. Misalnya : dapur, kamar mandi,
televisi, telpon, dll)
j. Blended family
Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali dan membesarkan
anak dari perkawinan sebelumnya
k. The single adult living alone / single-adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau
perpisahan (separasi), seperti : perceraian atau ditinggal mati

2. NON-TRADISIONAL :
a. The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah
b. The stepparent family
Keluarga dengan orangtua tiri
c. Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara, yang
hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama,
sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok / membesarkan anak bersama
d. The nonmarital heterosexual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
e. Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana pasangan suamiistri (marital partners)
f. Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan
tertentu
g. Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang merasa
telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu, termasuk sexual dan
membesarkan anaknya
h. Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan
saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung
jawab membesarkan anaknya
i. Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara dalam waktu
sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga yang aslinya
j. Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis
personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental

k. Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang mencari ikatan
emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan
dan kriminal dalam kehidupannya.
PERANAN KELUARGA
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan, yang
berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam
keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
1. Peranan ayah :
Ayah sebagai suami dari istri, berperanan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan
pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya,
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya
2. Peranan ibu :
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah
tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu
kelompok dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3. Peranan anak :
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya,
baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi biologis :
a. Meneruskan keturunan
b. Memelihara dan membesarkan anak
c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d. Memelihara dan merawat anggota keluarga
2. Fungsi Psikologis :
a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b. Memberikan perhatian di antara anggota keluarga
c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d. Memberikan identitas keluarga
3. Fungsi sosialisasi :

a. Membina sosialisasi pada anak


b. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak
c. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
4. Fungsi ekonomi :
a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
b. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan datang
(pendidikan, jaminan hari tua)
5. Fungsi pendidikan :
a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk
perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya
b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi
peranannya sebagai orang dewasa
c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
TAHAP-TAHAP KEHIDUPAN / PERKEMBANGAN KELUARGA
Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik, namun secara
umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama (Rodgers cit Friedman, 1999
1. Pasangan baru (keluarga baru)

Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk
keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan (psikologis) keluarga masingmasing :
a. Membina hubungan intim yang memuaskan
b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
c. Mendiskusikan rencana memiliki anak
2. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi kelahiran anak pertama
dan berlanjut damapi anak pertama berusia 30 bulan :
a. Persiapan menjadi orang tua
b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual dan
kegiatan keluarga
c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan
3. Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat anak berusia 5
tahun:

a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan
rasa aman
b. Membantu anak untuk bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain juga
harus terpenuhi
d. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga
(keluarga lain dan lingkungan sekitar)
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang paling repot)
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak
4. Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan berakhir pada usia 12
tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga
keluarga sangat sibuk :
a. Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk
kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga
5. Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai 6-7 tahun
kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini
adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih
besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat remaja
sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya
b. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari perdebatan,
kecurigaan dan permusuhan
d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga
6. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat
anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam
keluarga, atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman pasangan

c. Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
7. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat
pensiun atau salah satu pasangan meninggal :
a. Mempertahankan kesehatan
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak
c. Meningkatkan keakraban pasangan
8. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu pasangan pensiun,
berlanjut saat salah satu pasangan meninggal damapi keduanya meninggal :
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b. Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan
pendapatan
c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
e. Melakukan life review (merenungkan hidupnya).
PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan
atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai
tujuan melalui perawatan sebagai saran/penyalur.
Alasan Keluarga sebagai Unit Pelayanan :
1. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut
kehidupan

masyarakat

2. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau


memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya
3. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila salah satu angota
keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya
4. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien), keluarga tetap
berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para anggotanya
5. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya kesehatan
masyarakat.

Tujuan Perawatan Kesehatan Keluarga


1. Tujuan umum :
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan keluarga mereka,
sehingga dapat meningkatkan status kesehatan keluarganya
2. Tujuan khusus :
a. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang
dihadapi oleh keluarga
b. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah-masalah kesehatan
dasar dalam keluarga
c. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat dalam
mengatasi masalah kesehatan para anggotanya
d. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
anggota keluarga yang sakit dan dalam mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya
e. Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu hidupnya
Tugas-tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, keluarga mempunyai
tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara. Freeman (1999)
:
1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
3.Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usaianya yang terlalu muda
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan
kepribadian anggota keluarga
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-lembaga kesehatan,
yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.
Peran Perawat Keluarga :
1. Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar :
a. Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri
b. Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga
2. Koordinator
Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang komprehensif dapat
tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi
dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan

3. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik maupun di rumah
sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung. Kontak pertama perawat
kepada keluarga melalui anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat mendemonstrasikan
kepada keluarga asuhan keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat
melakukan asuhan langsung kepada anggota keluarga yang sakit
4. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visite atau kunjungan rumah
yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga
5. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah kesehatan. Agar
keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, maka hubungan perawat-keluarga harus
dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya
6. Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja dama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota tim
kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal
7. Fasilitator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatannya.
Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik, maka perawat komunitas harus
mengetahui sistem pelayanan kesehatan (sistem rujukan, dana sehat, dll)
8. Penemu kasus
Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan atau wabah
9. Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat mamodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah
maupun lingkungan masyarakat, agar dapat tercipta lingkungan yang sehat.
Prinsip-prinsip Perawatan Keluarga :
1. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan
2. Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, sehat sebagai tujuan utama
3. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan
kesehatan keluarga
4. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, perawat melibatkan
peran serta keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya
5. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan preventif dengan
tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif

6. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga memanfaatkan sumber


daya keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan keluarga
7. Sasaran asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara keseluruhan
8. Pendekatan yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan
keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses
keperawatan
9. Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah
penyuluhan kesehatan dan asuhan perawatan kesehatan dasar/perawatan di rumah
10. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.
B.

KONSEP DASAR (ATRITIS REMATHOID)

1.

Pengertian Arthritis Rheumatoid

Arthritis rheumatoid adalah penyakit inflamasi non-bakterial yang bersifat sistemik, progresif,
cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris (Chairuddin
Rasjad, 2003).
Arthritis rheumatoid adalah gangguan kronik yang menyerang berbagai sistem organ.
Penyakit ini adalah salah satu dari sekelompok penyakit jaringan ikat difus yang diperantarai
oleh imunitas dan tidak diketahui penyebabnya (Silvia A. Price, 2005).
Arthritis rheumatoid adalah penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama
poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh (Kapita selekta, 2001)
2.

Etiologi Arthritis Rheumatoid

Penyebab

utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa terori yang dikemukakan

mengenai penyakit arthritis rheumatoid, yaitu :


1.
2.
3.
4.
5.

Infeksi Streptokokus hemolitikus dan Streptokokus non-hemolitikus


Metabolik
Faktor genetik serta faktor pemicu lingkungan
Autoimun
Endokrin

Pada saat ini, arthritis rheumatoid diduga disebabkan oleh autoimun dan infeksi.Autoimun ini
bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin disebabkan oleh virus dan
organisme mikuplasma atau grup difterioid yang menghasilkan kolagen tipe II dari tulang
rawan sendi penderita.

Etiologi penyakit arthritis rheumatoid sama dengan etiologi pada penyakit arthritis
rheumatoid lainnya, tetapi bisa lebih khususkan kepada beberapa aspek dalam proses menua
sebagai berikut:
1.

Nodul limfatik menurun, fibrotik dan berlemak sehingga kemampuan melawan infeksi
menurun.

2.

Sistem imum berkurang maka bisa terjadi autoimun.

3.

Penurunan kerja sistem endokrin terutama pada wanita dapat menyebabkan pengurangan
hormon estrogen yang dapat mengganggu proses pembenyukan tulang.

4.

Penumpukan superoksida dan lipit peroksidase yang dapat merangsang sekresi


prostaglandin pada sinovial sehingga teerjadi peradangan dan pembengkakan

3.

Patofisiologi Arthritis rheumatoid


Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular,

eksudat febrin dan infiltrasi selular.

Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi

menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi
membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub
chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi
kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis. Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat
ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara
permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago
dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi
atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis
setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya serangan
dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan
yang lain, terutama yang memiliki faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid)
gangguan akan menjadi kronis yang progresif.
4.

Gambaran Klinis Arthritis Rheumatoid

Kriteria dari American Rheumatism Association (ARA) yang direfisi tahun 1987, adalah
1.

Kaku sendi jari jari tangan pada pagi hari ( Morning Stiffness ). Pasien merasa kaku
pada persendian dan sekitarnya sejak bangun tidur sampai sekurang kurangnya 1 jam

2.
3.

sebelum perbaikan maksimal.


Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang kurangnya pada kaku sendi.
Pembengkakan (oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan) pada salah satu
sendi secara terus-menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu.

4.

Arthritis pada 3 daerah. Terjadi pembengkakan jaringan lunak atau persendian (Soft
Tissue Swelling) atau lebih efusi, bukan pembesaran tulang (Hiperostosi). Terjadi pada
sekurang-kurangnya 3 sendi secara bersamaan dalam observasi seorang dokter. Terdapat
14 sendi tang memenuhi kriteria, yaitu interfalag proksimal, metakarpofalag, pergelangan

5.

tangan, siku, pergelangan kaki dan metatarsofalag kiri dan kanan.


Arthritis pada persendian tangan. Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan satu

6.

persendian tangan seperti tertera diatas.


Arthritis simetris. Maksudnya keterlibatan sendi yang sama (Tdak mutlak bersifat

7.

simetris) pada kedua sisi secara serentak.


Nodul rheumatoid, yaitu nodul subkutan pada penonjolan tulang atau peermukaan

8.

ektensor atau daerah jukstaartikular dalam obserfasi seorang dokter.


Faktor rheumatoid serum positif. Terdapat titer abnormal faktor rheumatoid kelompok

9.

kontrol.
Terdapat gambaran perubahan radiologis yang khas pada pemeriksaan sinar rontgen
tangan posteroanterior atau oergelangan tangan, yang harus menunjukkan adanya erosi
atau dekalsifikasi tulang yang berlokalisasi pada sendi atau daerah yang berdekatan
dengan sendi.

Berdasarkan kriteria ini maka disebut :

Klasik, bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang kurangnya 6 minggu.

Defenitif, bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang kurangnya 6 minggu.

Kemungkinan rheumatoid, bila terdapat 3 kriteria dan sudah berlangsung sekurang


kurangnya 4 minggu.

5.

Komplikasi Arthritis rheumatoid

Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang
merupakan koplikasi pertama penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat
pengubah perjalanan penyakit (Disease modifying antirheumatoid drugs, DMARD ) yang
menjadi faktor penyebab mordibitas dan mortalitas utama pada arthritis rheumatoid.
Komplikasi saraf yang terjadi tidak memberikan gambaran yang jelas, sehingga sukar
dibedakan antara akibat lesi artikular dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan
mielopati akibat ketidakstabilan vertebra vertikal dan neuropati iskemik akibat faskulitis.
6.

Pemeriksaan Laboratorium pada Arthtitis Rheumatoid

Pada pemeriksaan laboratorium terdapat :

1.

Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien arthritis rheumatoid

2.
3.
4.
5.
6.

terutama bila masih aktif.


Protein C-reaktif biasanya positif.
LED meningkat.
Leokosit normal atau meningkat sedikit.
Anemia normositik hipokrom akibat adanya inflamasi yang kronik.
Kadar albumin serum turun dan globulin naik.

Pada pemeriksaan rontgen, semua sendi dapat terkena, tapi yang tersering adalah sendi
metatarsofalag dan biasanya simetris. Sendi sakroiliaka juga sering terkena. Pada awalnya
terjadi pembengkakan jaringan lunak dan demineralisasi juksta artikular. Kemudian terjadi
penyempitan ruang sendi dan erosi.
7.

Pengobatan Arthritis Rheumatoid

Pada dasarnya pengobatan yang diberikan bertujuan untuk :


1.

Membantu

penderita

mengetahui/mengenal

penyakit

arthritis

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

dideritanya
Memberikan dukungan psikologis
Meringankan rasa nyeri sehingga aktifitas penderita tidak terganggu
Menekan terjadinya inflamasi
Mempertahankan fungsi sendi dan mencegah terjadinya deformitas
Mengoreksi deformiyas yang telah ada
Membantu meningkatkan anggota gerak yang terganggu
Rehabilitasi penderita.

rheumatoid

yang

Pengobatan yang diberikan meliputi:


1.
2.
3.
4.
5.
6.
C.

Dukungan psikologis pada penderita


Istirahat dan pengobatan konstitisional
Pemberian obat obatan
Pemberian alat alat ortipedi
Fisioterapi dan terapi okupasi
Operasi dan rekontruksi
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga

a. Pengkajian
Pengkajian perawatan adalah sekumpulan tindakan yang digunakan perawat untuk
mengikuti keadaan pasien atau keluarga dengan memakai patokan norma-norma
kesehatan pribadi maupun sosial serta integritas dan kesanggupan untuk mengatasi
masalah (Zaidin Ali, 1999, hal. 57).
1) Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat dilakukau dengan wawancara, pengamatan/observasi,
pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi.
Adapun data yang dikumpulkan (Friedman, 1998, hal. 56) yaitu :

a) Data Umum
(1) Identitas Kepala Keluarga
(2) Kumposisi Keluarga
(3) Genogram
(4) Tipe Keluarga
(5) Latar Belakang Keluarga
(6) Agama
(7) Status Sosial Ekonomi Keluarga
(8) Aktivitas Rekreasi Keluarga
b) Tahap dan Riwayat Pekembangan Keluarga
(1) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
(2) Tahap Perkernhangan Keluarga yang Belum terpenuhi
(3) Riwayat Keluarga Sebelumnya
c) Data Lingkungnn
(1) Karakteristik Rumah
(2) Karakterisitk Lingkungan dan Komunitas
(3) Mobilitas Geografis Keluarga
(4) Perkumpulan Keluarga dan lnteraksi dengan Masyarakat
(5) Sistem Pendukung atau Jaringan Sosia1 Keluarga
d) Struktur Keluarga
(1) Pola Komunikasi
(2) Struktur Kekuasaan
(3) Struktur Peran
(4) Nilai dan Norma Keluarga
e) Fungsi Keluarga
(1) Fungsi Afektif
(2) Fungsi Sosialisasi
(3) Fungsi Perawatan Kesehatan
f) Pemeriksaan Fisik
g) Koping Keluarga
(1) Stressor Jangka Pendek dan Panjang
(2) Kemampuan Keluarga untuk Berespon terhadap Situasi/ Stressor
(3) Penggunaan Strategi Koping
(4) Strategi Adaptasi Disfungsional

2) Analisa Data
Di dalam menganalisa data ada tiga norma yang perlu diperhatikan dalam melihat
perkembangan kesehatan keluarga yaitu
a) Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga.
b) Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan.
c) Karakteristik keluarga.
3) Rumusan masalah
Setelah data di analisa maka selanjutnya dapat dirumuskan masalah kesehatan dan
keperawatan keluarga. Rumusan masalah kesehatan keluarga dapat menggambarkan
keadaan kesehatan dan status kesehatan keluarga karena merupakan hasil pemikiran dan
pertimbangan yang mendalam tentang situasi kesehatan, lingkungan, norma, nilai, kultur
yang dianut oleh keluarga tersebut. Perumusnn masalah kesehatan dan keperawatan
keluarga yang diambil didasarkan kepada penganalisaan praktek lapangan yang didasarkan
kepada analisa konsep, prinsip, teori dan standar yang dapat dijadikan acuan dalam
menganalisa mengambil keputusan tentang masalah kesehatan dan keperawatan keluarga.
(Effendy N., 1998, hal. 48)
4) Skoring
Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga harus
didasarkan kepada beberapa kriteria, sebagai berikut : (Effendy N., 1998, hal. 53)
a) Sifat masalah, dikelompokkan menjadi aktual, risiko, potensial (Nanda, 1998).
b) Kemungkinan masalah dapat diubah adalah kemungkinan keberhasilan untuk
mengurangi masalah atau mencegah masalah bila dilakukan intervensi keperawatan
dan kesehatan.
c) Potensi masalah untuk dicegah adalah sifat dan beratnya masalah yang akan
timbul dan dapat dikurangi atau dicegah melalui tindakan keperawatan dan
kesehatan.
d) Masalah yang menonjol adalah cara keluarga melihat dan menilai masalah dalarn hal
beratnya dan mendesaknya untuk diatasi melalui intervensi keperawatan dan
kesehatan.
Untuk dapat menentukan prioritas kesehatan dan keperawatan keluarga perlu
disusun skala prioritas seperti berikut ini :
TABEL 1
SKORING MASALAH KEPERAWATAN
No
1

Kriteria
Sifat Masalah :

Nilai

Bobot
1

Skala
A. Aktual
B. Risiko
C. Potensial
2

3
2
1

Kemungkinan masalah dapat diubah

Skala
a. Dengan mudah
b. Hanya sebagian
c. Tidak dapat
3

2
1
0

Potensi Masalah untuk Mencegah

Skala
a. Tinggi
b. Cukup
c. Rendah
4

3
2
1

Menonjolkanya Masalah

Skala
a. masalah berat harus ditangani
b. masalah yang tidak perlu segera
ditangani
c. masalah tidak dirasakan

2
1
0

Total

Berdasarkan kriteria di atas maka dapat diprioritaskan suatu masalah, masingmasing masalah keperawatan di skoring kemudian dijumlahkan nilainya.
Rumus untuk mendapatkan nilai skoring tersebut adalah :
5) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul menurut Nanda (Carpenito L.J 2001 dan Friedman,
1998, hal. 60) adalah :
a) Manajemen kesehatan yang dapat diubah
b) Prilaku mencari hidup sehat
c) Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah
d) Kekurangan pengetahuan
e) Konflik keputusan

f) Berduka disantisipasi
g) Berduka disfungsional
h) Konflik peran orang tua
i) lsolasi sosial
j) Perubahan dalam proses keluarga
k) Potensial perubahan dalam menjadi orang tua
1) Potensial terhadap kekerasan
m)Perubahan penampilan peran
n) Potensial terhadap pertumbuhan koping keluarga
o) Penatalaksanaan program terapeutik tidak efektif
b. Perencanaan
Langkah selanjutnya setelah pengkajian adalah menyusun perencanaan keperawatan
kesehatan dan keperawatan keluarga.

Rencana keperawatan keluarga adalah

sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaksanakan, dalam menentukan


masalah kesehatan dan keperawatan yang ialah diidentifikasi. Adapun tahap-tahap
dalam menyusun perencanaan adalah :
1)

Prioritas diagnosa berdasarkan atas nilai skor yang tertinggi.

2)

Rencana perawatan

Dalam menyusun rencana perawatan terdiri dari tujuan jangka panjang yang mengacu
pada masalah, tujuan jangka pendek mengacu pada lima tugas keluarga dalam bidang
kesehatan, kriteria yang menggambarkan tentang faktor-faktor yang tidak tetap yang
dapat memberikan petunjuk bahwa tujuan dapat tercapai, standar yang menunjukkan
tingkat pelaksanaan yang diinginkan untuk membandingkan pelaksanaan yang
sebenarnya. (Effendy N., 1998, hal. 54)
c. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan keluarga didasarkan pada rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan terhadap keluarga adalah sumber daya keluarga (keuangan),
tingkat pendidikan keluarga, adat istiadat yang berlaku, respons dan penerimaan
keluarga, sarana dan prasarana yang ada pada keluarga. (Effendy N., 1998, hal. 59).
d. Evaluasi
Evaluasi sebagal langkah terakhir dari proses keperawatan dimana evaluasi dalam
upaya menentukan apakah seluruh proses sudah berjalan dengan baik dan apakah
tindakan berhasil dengan baik dan atau belum. Apabila proses tidak sesuai dengan rencana
maka proses tersebut ditinjau kembali dan lakukan perbaikan.

Sebagai suatu proses evaluasi ada 4 dimensi evaluasi yaitu :


1) Dimensi keberhasilan yakni evaluasi dipusatkan untuk mencapai tujuan tindakan
keperawatan.
2) Dimensi ketepatgunaan yakni evaluasi yang dikaitkan dengan sumber daya
(uang tenaga, bahan dan waktu)
3) Dimensi kecocokan yakni evaluasi yang berkaitan dengan kecocokan kemampuan
dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
4) Dimensi kecukupan yakni evaluasi yang berkaitan dengan kecakapan perlengkapan
dari tindakan yang telah dilaksanakan. (Zaidin Ali, 1999, hal. 12

DAFTAR PUSTAKA
Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakata: EGC.
Long, B. C. (1995).Perawatan medikal bedah. (Essential of medical surgical nursing),
Penerjemah R. karnaen, Syamsunir adam, maria ulfa, hotma rumahorbo, nurlina
supartini, eva berty, eri suhaeri. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Padjajaran.
Carpenito, L. J. (1999). Buku saku diagnosa keperawatan. (Handbook of Nursing Diagnosis).
Edisi 7, Alih Bahasa Monica Ester. Jakarta: EGC
Carpenito, L. J. (2001). Buku saku diagnosa keperawatan. (Handbook of Nursing Diagnosis).
Edisi 8, Alih bahasa monica Ester. Jakarta: EGC

Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek.(Family nursing teori and
practice). Edisi 3. Alih bahasa Ina debora R. L. Jakarta: EGC
Effendy. N (1998). Dasar- dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi 2. Jakarta; EGC.
Barbara C. Long, Perawatan Medikal Bedah, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Pajajaran, Bandung, 1996.
Robins & Kumar, Buku Ajar Patologi II, EGC, Jakarta, 1995.

También podría gustarte