Está en la página 1de 6

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No.

2, (2014) ISSN: 2301-9271

Studi Simulasi Dan Eksperimen Pengaruh


Ketebalan Dinding Exothermic Riser Terhadap
Cacat Shrinkage Pada Pengecoran Aluminium
6061 Metode Sand Casting
Rachmadi Norcahyo dan Indra Sidharta
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: sidharta@me.its.ac.id

AbstrakKebutuhan akan aluminium 6061 yang


berkualitas dalam dunia industri, otomotif, dan
penerbangan semakin meningkat. Hal ini disebabkan
oleh sifat aluminium 6061 yang ringan, murah, dan
mudah dibentuk baik secara pemesinan maupun
pengecoran. Pada produk hasil pengecoran aluminium
6061 dengan cetakan pasir sering terjadi cacat, salah
satunya adalah cacat penyusutan (shrinkage). Sistem
saluran yang secara khusus menanggulangi shrinkage
adalah penambah (riser). Riser adalah bagian yang
berfungsi untuk menambahkan logam cair pada rongga
cetakan yang kekurangan logam cair pada saat proses
solidifikasi dan riser diharapkan menjadi bagian
terakhir yang membeku lebih lama dari produk cor.
Untuk menjadikan riser menjadi bagian yang membeku
paling akhir dapat menggunakan material exothermic
untuk menyelimuti riser. Penelitian ini dilakukan
dengan metode simulasi dengan menggunakan software
finite element, kemudian dilakukan eksperimen
pengecoran untuk mengetahui fenomena yang terjadi
saat praktik pengecoran. Benda coran yang digunakan
berbentuk kubus berukuran 75 mm 75 mm 75 mm
dengan sistem saluran bottom-horizontal gating system.
Untuk mengetahui pengaruh ketebalan dinding
exothermic riser dalam menanggulangi cacat shrinkage,
riser biasa dengan bentuk silindris yang mempunyai
diameter 49 mm dan tinggi 75 mm dibandingkan dengan
exothermic riser dengan diameter yang sama. Dinding
exothermic riser memiliki ketebalan mulai 5 mm dan
ditambah setiap 2 mm hingga cacat shrinkage tidak
terjadi lagi pada benda coran. Dari penelitian ini
didapatkan Seiring meningkatnya ketebalan dinding
exothermic riser akan mempertahankan kondisi
aluminium untuk cair lebih lama.Yang mengakibatkan
logam cair mampu mengisi benda coran dengan lebih
baik. Sehingga cacat shrinkage yang terjadi akan
semakin kecil. Cacat shrinkage yang terbesar terletak
pada riser dengan ketebalan dinding exothermic 5 mm.
dan yang tidak terjadi cacat shrinkage terletak pada
ketebalan dinding exothermic 9 mm.

semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh sifat aluminium


yang ringan, murah, dan mudah dibentuk baik secara
permesinan maupun pengecoran. Pada produk hasil
pengecoran aluminium dengan cetakan pasir sering terjadi
cacat, salah satunya adalah cacat penyusutan (shrinkage).
Cacat Shrinkage terjadi karena tidak terisinya rongga
cetakan oleh logam cair yang disebabkan oleh penyusutan
logam cair akibat tidak meratanya pendinginan dan
pembekuan pada logam cair. Terjadinya Shrinkage harus
dihindari karena akan menurunkan kualitas dari produk hasil
coran, baik dari segi dimensi yang kurang atau salah
maupun dari segi kekuatan material tersebut.
Penyebab utama cacat Shrinkage adalah akibat pembekuan
yang tidak merata karena perbedaan ketebalan pada produk
coran. Sehingga dalam merancang sistem saluran (gating
system) harus memperhatikan prinsip-prinsip pembekuan
atau solidifikasi. Salah satu bagian dari sistem saluran yang
secara khusus berfungsi untuk mengurangi terjadinya
shrinkage adalah penambah (riser). Riser adalah bagian
yang menambahkan logam cair pada rongga cetak yang
kekurangan logam cair pada saat proses solidifikasi dan
riser diharapkan menjadi bagian terakhir dari sistem saluran
yang membeku sesudah produk cor. Bentuk, dimensi,
ketebalan, dan bahan penyusun riser mempengaruhi proses
solidifikasi cairan logam aluminium di dalam rongga cetak
sehingga mengurangi terjadinya cacat shrinkage pada
produk cor cetakan pasir. Upaya untuk menjadikan riser
menjadi bagian yang membeku paling akhir ada 2 metode,
yaitu Exothermic dan Insulation. Insulation adalah metode
yang bertujuan untuk mengisolasi panas logam cair didalam
riser dengan cara melapiskan material insulation pada
dinding riser. Exothermic adalah metode yang bertujuan
untuk menjaga temperature logam cair dengan cara
menambahkan material exothermic pada dinding riser.
Dinding ini berfungsi untuk menahan perpindahan panas
dari logam cair ke dinding cetakan sekaligus menghasilkan
panas pada riser. Dimensi riser juga dapat dikurangi dengan
exothermic riser sehingga kebutuhan volume logam cair
dapat diminimalisir.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Kata KunciAluminium 6061, Exothermic Riser,


Shrinkage.
I. PENDAHULUAN
Kebutuhan akan aluminium yang berkualitas dan tanpa
cacat baik dalam dunia industri, otomotif, dan lain-lain

Riser atau penambah merupakan saluran yang berfungsi


untuk menanggulangi cacat shrinkage pada produk hasil
pengecoran[1]. Riser diharapkan menjadi bagian yang paling
akhir membeku agar mampu mensuplai logam cair kedalam
rongga cetak yang telah mengalami penyusutan akibat

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2301-9271


solidifikasi. Riser pada umumnya terbagi menjadi dua jenis
yaitu blind-type dan open-type.
Untuk menentukan volume riser menurut John R. Brown
[2] merumuskan sebagai berikut :
= erat riser (lb)
=Berat benda coran (lb)
C%=16% dengan menggunakan natural feed riser
=33% dengan menggunakan foseco sleeve (exothermic
riser )
S%=Shrinkage yang terjadi pada logam cair (sesuai dengan
tabel 2.2)
Tabel.1.
Shrinkage pada beberapa paduan[2]
Jenis Paduan
Shrinkage (%)
Carbon steel
Alloyed steel
High alloy steel
Malleable iron
Al
AlCu4Ni2Mg
AlSi12
AlSi5Cu2Mg
AlSi9Mg
AlSi5Cu1
AlSi5Cu2
AlCu4
AlSi10
AlSi7NiMg
AlMg5Si
AlSi7Cu2Mg
AlCu5
AlMg2Si
AlZn5Mg
Cu (pure)
Brass
Bronze
Al Bronze
Sn Bronze

6.0
9.0
10.0
5.0
8.0
5.3
3.5
4.2
3.4
4.9
5.2
8.8
5.0
4.5
6.7
6.5
6.0
4.7
4.7
4.0
6.5
7.5
4.0
4.5

Exothermic[4] dalam thermodinamika menjelaskan suatu


proses atau reaksi yang melepaskan energi panas. Asal mula
kata exothermic adalah awalan kata bahasa yunani ex-
yang berarti di luar dan thermein yang berarti panas.
Material exothermic bukanlah suatu material yang memiliki
sifat exothermic sendiri, melainkan akan ketika bereaksi
dengan material lain akan menghasilkan reaksi exothermic.
Exothermic riser terbuat dari dinding material exothermic
yang tersusun atas campuran iron oxide dan aluminium
dalam bentuk bubuk. Reaksinya adalah
42 3 + 8 42 3 + 8 + 248
. Penggunaan exothermic riser menambah feeding efficiency
hingga 70% [4].
Penelitian mengenai penggunaan exothermic riser sudah
pernah dilakukan oleh Richard A, dkk [5] yang bertujuan
untuk mengetahui pengaruh riser sleeve terhadap kecepatan
solidifikasi dan menentukan riser sleeve yang sesuai dan
efektif untuk pengecoran baja secara simulasi dan
eksperimen.

Gambar 1. Cara Penempatan Termokopel pada Riser Exothermic (kiri) dan


Riser Biasa (kanan)

Untuk mengukur kecepatan solidifikasi logam cair di riser


digunakan termokopel dengan peletakan sesuai gambar 1.
Hasil simulasi dan percobaan didapat perbandingan antara
penggunaan riser biasa dan exothermic riser pada gambar
2.17. Diketahui pada gambar (a) dengan membandingkan
laju solidifikasi antara penggunaan riser biasa dan
KALMINEX 2000 menunjukkan bahwa laju pendinginan
exothermic riser lebih lambat daripada menggunakan riser
biasa dengan selisih kurang lebih 1300 detik. Pada gambar
(b) ditunjukkan bahwa exothermic riser mampu
menghasilkan panas yang lebih besar daripada riser biasa
dengan perbedaan 400C.

Dengan mengetahui berat riser dapat mencari volume riser


dengan mengalikan berat dengan masa jenis logam cair.
................................................................................ (2.9)
Dimana

= Volume riser (3 )
= Berat riser (lb)

Cacat penyusutan (shrinkage) merupakan cacat pada coran


berupa rongga dengan bentuk tidak beraturan dan
permukaannya kasar yang terjadi
karena penyusutan
volume logam cair pada saat proses pembekuan dan tidak
mendapatkan pasokan logam cair dari riser[3]. Pada saat
logam membeku, tiap bagian coran yang berbeda bentuknya
memiliki kecepatan pembekuan yang berlainan sehingga
cacat tersebut mudah terjadi pada bagian yang paling lambat
membeku.

(a)

(b)

Gambar 2. (a) Grafik Laju Pendinginan Baja pada Riser dan (b)Grafik
Perubahan Temperatur pada Pasir Cetak Exothermic Riser dan Riser Biasa

Hasil percobaan dan simulasi antara penggunaan


Insulation sleeve riser KALMIN 70 dan exothermic riser
KALMINEX 2000 dapat dilihat pada gambar 2
menunjukkan bahwa laju pendinginan exothermic riser lebih

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2301-9271

lambat daripada menggunakan insulation sleeve riser


dengan perbedaan hingga 300 detik.

Gambar 5. Peralatan Akuisisi Data

(a)

(b)

Gambar 3. Grafik Laju Pendinginan Baja pada (a) Insulation sleeve riser
KALMIN 70 dan (b) Exothermic Riser KALMINEX 2000

III. METODE PENELITIAN


A. Pembuatan Pola dan Sistem Saluran
Pola benda coran berbentuk kubus dengan ukuran 75
mm 75 mm 75 mm , mengacu pada Indian Standart
is.15865.2009[6].
Membuat sistem saluran denga ukuran seperti pada tabel
1 dengan mengacu pada standart AFS[7] dengan
pemasangan seperti gambar 5.
Atas
Bawah
Tinggi

= 49mm
Tinggi =75mm

=18,8mm
=10,2mm
=150mm

Panjang =75mm
Lebar =75mm
Tinggi =75mm

=22,7mm
Tinggi =32mm

Lebar =20mm
Tinggi =16mm

Gambar 4. Benda Coran dan Gating System

B. Pembuatan Riser Exothermic


Tabel.2.
Bahan Penyusun Exothermic Riser [7]

Material
Foundry Silica Sand
Zircon Sand
Aluminium Powder
Iron Oxide (3 4 )
Potassium Nitrat (3 )

Termokopel diletakkan bagian riser dengan 3 titik pada


riser exothermic dan 2 titik riser biasa. Pada riser
exothermic titik 1 digunakan untuk mengukur aluminium
cair, titik 2 untuk mengukur temperatur dinding exothermic
riser, dan titik 3 digunakan untuk mengukur temperatur
pasir. Pada riser biasa titik 4 digunakan untuk mengukur
aluminium cair dan titik 5 digunakan untuk mengukur
temperatur pasir

Jumlah
40 wt%
25 wt%
25 wt%
8 wt%
2 wt%

(a)

(b)

Gambar 6. Peletakan Termokopel Untuk (a) Exothermic Riser (b) Riser


Tanpa Exothermic

D. Pengukuran Cacat Shrinkage


Pengukuran cacat shrinkage menggunakan metode
pengukuran tak langsung dengan media lilin mainan
(malam), air dan gelas ukur. Malam ditempelkan pada benda
coran yang terjadi shrinkage hingga rata. Kemudian malam
dimasukkan kedalam gelas ukur yang berisi air. Perbedaan
ketinggian antara sebelum dan sesudah dicelupkan malam
adalah volume cacat shrinkage yang terjadi.
IV. DATA HASIL SIMULASI DAN EKSPERIMEN
A. Proses Pembekuan Secara Simulasi

Pembuatan exothermic riser mengacu pada paten


Amerika nomor US6096253[8] dengan dimensi riser
diameter 49 mm, tinggi 75 mm, dan ketebalan dinding 9 mm
mengacu pada John R. Brown [2]. Setelah riser dicetak
kemudian dikeraskan dengan menghembuskan gas 2
C. Pengukuran Temperatur
Pengukuran temperatur dilakukan dengan menggunakan
termokopel tipe K yang disambungkan dengan alat akuisisi
data yang dibuat sendiri seperti pada gambar 5.

Gambar 7. Proses Solidifikasi Benda Cor Detik ke 500 pada (a) Tanpa
Riser (b) Riser Biasa (c) Riser Exothermic Tebal 5mm (d) Riser Exothermic
Tebal 7mm (e) Riser Exothermic Tebal 9 mm

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2301-9271


B. Waktu Solidifikasi Secara Simulasi

E. Grafik Perubahan Temperatur Logam Cair di Riser

Gambar 8 Pengaruh Ketebalan Dinding Exothermic Terhadap Laju


Pendinginan Logam Aluminium Pada Temperatur Solidifikasi

C. Letak dan Presentase Cacat Shrinkage Secara Simulasi

Gambar 11. Perbedaan Temperatur Terhadap Waktu Pada Logam Cair Di


Riser Antara Tanpa Exothermic Riser dan Dengan Exothermic Riser

F. Cacat Shrinkage Secara Eksperimen


Tabel 3
Cacat Shrinkage Eksperimen
20,3%

24,3%

12,6%

Benda
hasil
pengecoran

2,4%

Volume
shrinkage
cm3

%Shrinkage

Tanpa
Penambah

74

17,54%

Dengan
Penambah
Biasa

0.4

0,09%

Dengan
Exothermic

0%

Gambar

0%

Gambar 9. Cacat Shrinkage pada Benda Cor (a) Tanpa Riser (b) Riser
Biasa (c) Riser Exothermic Tebal 5mm (d) Riser Exothermic Tebal 7mm
(e) Riser Exothermic Tebal 9 mm

D. Grafik Perubahan Temperatur Dinding Exothermic dan


Pasir Cetak

Gambar 10. Perbedaan Temperatur Terhadap Waktu Pada Pasir Biasa dan
Dinding Exothermic

V. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN


Cacat shrinkage pada benda cor tanpa riser disebabkan
oleh tidak adanya supply logam cair pada benda coran saat
terjadi penyusutan. Dari gambar 7. dan gambar 8 terlihat
bahwa untuk benda coran dengan riser tanpa exothermic
cacat shrinkage yang terjadi sebesar 20,3% dengan waktu
pembekuan selama 449 detik. Hal ini disebabkan karena
logam cair pada riser membeku bersamaan dengan benda
coran, sehingga logam cair pada riser tidak mampu mengisi
bagian yang menyusut pada benda coran. Cacat shrinkage
pada benda cor dengan exothermic riser tebal 5 mm pada

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2301-9271


daerah riser dan sedikit menuju ke benda coran. Logam cair
pada riser bertahan panas lebih lama dari benda coran
karena panas dari logam cair ditahan oleh exothermic riser.
Hal ini dapat dilihat pada gambar 8. yang menunjukkan
waktu pembekuan logam cair lebih lama 73 detik daripada
benda cor dengan riser tanpa exothermic. Hal ini
menyebabkan riser menjadi bagian yang membeku paling
akhir dan mampu mensuplai logam cair ke dalam benda
coran. Namun dinding exothermic dengan tebal 5 mm belum
cukup baik untuk mengatasi cacat shrinkage yang terjadi
pada benda coran. Ketika tebal dinding ditambah menjadi 7
mm cacat shrinkage pada benda coran sudah berkurang,
tetapi masih terdapat cacat shrinkage sebesar 2,4% pada
bagian atas benda coran yang berbatasan langsung dengan
riser. Saat tebal dinding ditambah menjadi 9 mm, cacat
shrinkage tidak terjadi pada benda coran karena logam cair
pada riser bertahan panas lebih lama dari benda coran dan
membeku paling akhir. Hal ini menyebabkan logam cair
pada riser lebih mampu mengalirkan logam cair untuk
mengatasi penyusutan pada benda coran, sehingga cacat
shrinkage hanya terjadi pada bagian riser saja.
Gambar 10 menunjukkan secara eksperimen perbedaan
temperatur dalam rentang waktu yang sama antara pasir
cetak dan dinding exothermic bahwa temperatur dinding
exothermic lebih tinggi daripada pasir cetak, sehingga
perpindahan panas logam cair ke pasir cetak akan lebih
besar daripada perpindahan panas antara logam cair ke
dinding exothermic. Hal ini menyebabkan logam cair pada
riser exothermic akan tetap panas pada waktu yang lebih
lama daripada riser non exothermic. Terlihat pada gambar
11 bahwa pada detik ke 420 logam cair di riser tanpa
exothermic mempunyai temperatur 447,6C sedangkan pada
riser exothermic ada pada temperatur 567C.
Penggunaan riser mampu mengakomodasi cacat shrinkage
yang terjadi pada benda coran.[3]. Terbukti pada saat
eksperimen dan simulasi pada benda cor dengan riser tanpa
exothermic, cacat shrinkage lebih sedikit daripada benda cor
tanpa riser.
Dengan menambah ketebalan dinding exothermic pada
riser akan mempertahankan kondisi logam aluminium pada
riser tetap cair untuk waktu yang lebih lama, sehingga riser
akan lebih mampu mengisi logam cair ke benda coran
dengan lebih baik lagi. Hal ini dapat dilihat pada waktu
solidifikasi (gambar 8). pada hasil simulasi, dimana untuk
riser tanpa exothermic berlangsung selama 449 detik, riser
exothermic dengan tebal 5mm membutuhkan waktu 522
detik, tebal 7mm 544 detik dan tebal 9mm 563 detik
Penggunaan exothermic riser dengan ketebalan tertentu
mampu mengatasi cacat shrinkage lebih baik daripada riser
biasa. Hal ini terbukti dari hasil eksperimen dengan
menggunakan riser biasa masih menghasilkan cacat
shrinkage sebesar 0,09% pada benda coran. Namun ketika
menggunakan exothermic riser pada benda coran tidak
dijumpai terjadinya cacat shrinkage. Secara simulasi cacat
shrinkage pada ketebalan 5 mm sebesar 12,6%, tebal 7mm
berkurang menjadi 2,4% , hingga tebal 9mm tidak lagi
terjadi cacat shrinkage.

aluminium untuk cair lebih lama.Yang


mengakibatkan logam cair mampu mengisi benda
coran dengan lebih baik. Sehingga cacat
shrinkage yang terjadi akan semakin kecil.
2. Dengan merubah material dinding riser dari pasir
silika
dengan
bahan
exothermic
akan
menghasilkan logam cair pada riser tetap panas
waktu yang lebih lama. Pada hasil eksperimen di
detik ke 420, temperatur logam cair di exothermic
riser adalah 567C sedangkan pada riser tanpa
exothermic adalah 447,6C.
3. Seiring
meningkatnya
ketebalan
dinding
exothermic riser, maka waktu yang dibutuhkan
logam cair untuk membeku juga semakin lama.
Waktu terlama pada benda coran dengan riser
exothermic ketebalan dinding 9 mm selama 563
detik, dan tercepat pada benda coran tanpa riser
selama 424 detik.
4. Seiring
meningkatnya
ketebalan
dinding
exothermic riser, maka cacat shrinkage akan
semakin menurun. Cacat shrinkage yang terbesar
terletak pada riser dengan ketebalan dinding
exothermic 5 mm. dan yang tidak terjadi cacat
shrinkage terletak pada ketebalan dinding
exothermic 9 mm.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]

[6]

[7]
[8]
[9]
[10]

[11]

VI. KESIMPULAN

[12]

Adapun beberapa kesimpulan yang didapat dari penelitian


ini diantaranya :

[13]

1. Seiring
meningkatnya
ketebalan
dinding
exothermic riser akan mempertahankan kondisi

[14]

Surdia, Tata. Chijiwa, Kenji. 1986. Teknik Pengecoran


Logam. Jakarta:PT Pradanya Pratama.
R.Brown,
John.2000.
Foseco
Non-Ferrous
Foundrymans Handbook. Butterworth Heinemann.
Jain, P.L. 1980. Principles Of Foundry Technology.
New Delhi: TATA McGraw-Hill
Banga, R. 1981. Foundry Engineering. New Delhi :
Khanna Publishers.
Richard A. H, Thomas J.W, dan Beckermann C. 2013.
Riser Sleeves Properties for Steel Casting and the Effect
of Sleeve Type on Casting Yield. Proceeding of the 67th
SFSA Technical and Operating Conference. The
University of Iowa, Iowa City
Bureau Of Indian Standars. 2009. Exothermic and
Insulating Sleeves For Use in Foundries.. Indian
Standard, New Delhi.
AFS Training.1973. Basic Principles of Gating &
Risering. Illnois.
Process for producing foundry exothermic body URL:
http://www.google.com/patents/US6096253
Steel Founders Society of America. 2001. Feeding &
Risering Guidelens for Steel Castings.
Aluminium
Rod
URL:http://www.meltech.co.uk/wpcontent/uploads/201
3/06/Aluminium-billet.jpg
ASM. 1992. ASM Handbook Volume 2 Properties and
Selection : Nonferrous Alloys and Special-Purpose
Materials.ASM International.
Exothermic <URL: http://en.wikipedia.org /wiki
/Exothermic>
Aluminium
6061
<URL:http://asm.matweb.com/
search/SpecificMaterial.asp?bassnum=MA6061t6>
Hermawan, Yudhi. 2012. Simulasi Z-CAST dan
Pengecoran Aluminium 6061 Variasi Letak Penambah

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2301-9271


Buta (Blind Riser) dan Temperatur Tuang Terhadap
Cacat Shrinkage. Tugas Akhir, Jurusan Teknik Mesin
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
[15] Akuan, Abrianto. 2010. Teknik Pengecoran dan
Peleburan Logam : Modul Praktikum.. Universitas
Jendral Achmad Yani, Bandung.

También podría gustarte