Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Disusun Oleh
IDA NUR ROHMAH
C1010015
hal ini adalah kejenuhan dalam menempuh pendidikan. Selain itu juga beberapa
peserta didik sudah khawatir terhadap tugas akhir (Kompas, 2014).
Hasil studi literatur tentang stres pada mahasiswa cukup tinggi. Jumlah
mahasiswa yang mengalami stres akademik meningkat setiap semester. Stres
paling umum dialami oleh mahasiswa ketika mahasiswa sedang menghadapi
skripsi (Raditya, 2008). Stres yang berkepanjangan yang dialami individu dapat
mengakibatkan penurunan kemampuan untuk beradaptasi terhadap stres (Potter &
Perry, 2005). Kondisi tersebut dapat memicu timbulnya masalah-masalah
kesehatan pada individu. Namun dampak positif dari stres berupa peningkatan
kreatifitas dan memicu pengembangan diri selama stres yang dialami masih batas
kapasitas individu (Susi, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Alzahem dkk (2010) dalam Susi (2012) yang
mengemukakan bahwa tingkat stres pada mahasiswa keperawatan tinggi
diakibatkan oleh lima faktor, antara lain faktor lingkungan hidup, faktor personal,
faktor lingkungan pembelajaran, faktor akademik, dan faktor klinik. Berdasarkan
penelitian
Polychronopoulou
dan
Divaris
(2005)
dalam
Susy
(2012)
nilai rata-rata
kecemasan dan stres ditemukan pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki.
Hal ini kurang sesuai dengan hasil penelitian Alzahem, dkk, 2010, yang
menyatakan bahwa tingkat stres pada permpuan lebih tinggi dari pada laki-laki.
laki menghasilkan jauh lebih sedikit dari hormon ini mereka kurang cenderung
untuk berbicara tentang hal itu dan lebih mungkin untuk pergi pada mereka
sendiri sampai stres meninggal dunia sendiri atau mereka bisa datang dengan
solusi.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui Perbedaan Tingkat Stres
Mahasiswa Laki-Laki dan Perempuan Dalam Mengerjakan Skripsi Di Stikes
Bhamada Slawi. Manfaat penelitian ini bagi Manfaat Aplikatif, bagi Metodologi,
bagi Keilmuan
BAHAN DAN CARA KERJA
Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif komparatif yang bertujuan
untuk membandingkan satu variabel atau lebih pada dua sampel atau lebih dengan
rancangan penelitian yang digunakan adalah Comparative Study.
Alat yang digunakan untuk pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner yang digunakan dalam
penelitian ini ada 2 bagian, bagian A untuk mengetahui
karakteristik
responden
dari
jenis
kelamin
(laki-laki
atau
hitung
> x2
tabel
hitung
< x2
tabel
perbedaan. Hasil analisis diketahui hasil x2 14,867 yang berarti lebih besar dari x2
tabel 3,841 (df = 1) serta dilihat dari value diketahui 0,001 yang berarti lebih
kecil dari value 0,005 maka hasil uji hipotesisnya adalah ho ditolak dan ha
diterima yang artinya ada perbedaan yang signifikan antara tingkat stres
mahasiswa laki-laki dan perempuan dalam mengerjakan skripsi di Stikes
Bhamada Slawi.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukan tingkat stres pada 44 mahasiswa yang
berjenis kelamin laki-laki dalam mengerjakan skripsi di Stikes Bhamada Slawi,
sebagian besar mengalami stres ringan sejumlah 26 orang (59.1%) dengan ratarata skor yang didapat 50,77.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Merry (2010) yang
menyatakan bahwa laki-laki mempunyai kecendrungan untuk tidak mudah stres.
Hal ini disebabkan pada laki-laki jika terkena stres hormon adrenalin inilah yang
akan meningkat tajam dan membentuk senyawa seperti kortisol dan tiroksin yang
bertujuan untuk meningkatkan senyawa CRV (corticotropin releasing hormone).
Namun dikarenakan pada laki-laki memiliki kadar estrogen yang sedikit sehingga
kadar CRV pada laki-laki meningkatnyapun tidak signifikan.
Pada laki-laki memiliki kecendrungan untuk tidak mudah stres, namun
laki-laki lebih agresif ketika mengalami stres. Hal ini dikemukakan oleh Merry
(2010) yang menyatakan bahwa kadar adrenalin pada laki-laki yang meningkat
mengakibatkan tingkat stres yang lebih berat daripada perempuan, hal ini
dikarenakan adrenalin yang bekerja secara sinergis dengan sistem saraf simpatis
berpengaruh terhadap kenaikan denyut jantung, dan tekanan darah. Tiroksin selain
meningkatkan Basal Metabolism Rate (BMR), juga menaikkan denyut jantung dan
frekuensi nafas. Namun, penaparan stres yang ringan atau sementara tidak
menyebabkan penyakit sistemik. Ini hanya menyebabkan peningkatan tekanan
darah sebagai proses homeostasis. Hal ini lah yang menyebabkan laki-laki lebih
cenderung utuk berbuat agresif daripada perempuan ketika stres.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Risma (2012)
yang berjudul Risma (2012) yang berjudul pengaruh stres, depresi, dan kecemasan
terhadap volume saliva pada mahasiswa preklinik Universitas Hasanuddin
menyatakan bahwa mahasiswa laki-laki lebih mengalami depresi daripada
mahasiswa perempuan, namun mahasiswa perempuan lebih stres dan cemas
daripada mahasiswa laki-laki.
Hasil observasi peneliti pada responden laki-laki terlihat lebih santai dalam
menghadapi konsul dosen pembimbing ketika mengerjakan skripsi. Hal ini selaras
dari pendapat para ahli dan penemuan dari peneliti bahwa laki-laki cenderung
tidak mudah stres.
Tingkat stres pada mahasiswa yang berjenis kelamin perempuan dalam
mengerjakan skripsi di Stikes Bhamada Slawi, sebagian besar mengalami stres
sedang sejumlah 27 orang (54%) dengan rata-rata skor yang didapat 57,68.
Anak perempuan ditemukan kurang rentan terhadap kemarahan setelah
usia 18 bulan dibandingkan dengan anak laki-laki, dan anak laki-laki biasanya
lebih agresif dibanding anak perempuan baik secara fisik maupun verbal dari usia
dua tahun dan selebihnya. Anak laki-laki lebih mudah terstimulasi terhadap
aktivitas yang meluap-luap jika mereka berada dalam kelompok. Beberapa
peneliti berpendapat bahwa walaupun agresi adalah perilaku yang dipelajari,
hormon laki-laki mungkin mensensitisasi organisasi neural anak laki-laki untuk
memberlakukan aturan bahwa setiap kripsi maupun tesis harus berisi temuan baru
atau pengembangan keilmuan yang sifatnya relatif baru. Hal ini lah yang
membuat para mahasiswa harus berfikir kreatif dan inofatif agar pengajuan judul
skripsinya tidak ditolak sehingga sebagian besar mahasiswa merasa skripsi adalah
tugas yang berat yang sulit dilakukan. Tidak heran penyelesaian skripsi bagi
sebagian mahasiswa memakan waktu yang cukup lama dan akan menjadi momok
menakutkan jika wisuda yang sejatinya tepat waktu menjadi tertunda (Suyadi,
2011). Dan hasil penelitian menyebutkan bahwa 15% mahasiswa ditiap perguruan
tinggi ditiap tahunnya, mempunyai kemungkinan untuk gagal dalam tugas
akhirnya (Agus, 2012). Paradigma ini lah yang mengakibatkan mahasiswa dalam
mengerjakan skripsi mengalami gangguan emosional bisa berupa kecemasan, stres
bahkan depresi.
Hal yang mendukung mahasiswa semakin stres dimana mahasiswa
tergolong sebagai usia remaja akhir, remaja akhir berusia 18-20 tahun. Remaja
akhir merupakan tahap perkembangan yang akan memasuki masa dewasa. Pada
masa ini remaja mengalami suatu kondisi yang disebut dengan periode strom &
stres (Bakrie, 2010 dalam Susi, 2012). Perubahan kondisi fisiologis dan
yang mungkin membuat wanita lebih emosional dan extroversive. Karena itu,
wanita mengeksternalisasi kesulitan yang mereka alami dibandingkan pria.
Kouvenen et al dan Mahboob et al dalam Susi (2012) mengklaim bahwa wanita
dominan lebih mudah stres dibandingkan pada pria.
Dilihat secara hormonal, laki-laki jika terkena stres hormon adrenalin
inilah yang akan meningkat tajam dan membentuk senyawa seperti kortisol dan
tiroksin yang bertujuan untuk meningkatkan senyawa CRV (corticotropin
releasing hormone). Namun dikarenakan pada laki-laki memiliki kadar estrogen
yang sedikit sehingga kadar CRV pada laki-laki meningkatnyapun tidak
signifikan. Namun pada laki-laki kadar adrenalin yang meningkat mengakibatkan
tingkat stres yang lebih berat daripada perempuan, hal ini dikarenakan adrenalin
yang bekerja secara sinergis dengan sistem saraf simpatis berpengaruh terhadap
kenaikan denyut jantung, dan tekanan darah. Tiroksin selain meningkatkan Basal
Metabolism Rate (BMR), juga menaikkan denyut jantung dan frekuensi nafas.
Namun, pemaparan stres yang ringan atau sementara tidak menyebabkan penyakit
sistemik. Ini hanya menyebabkan peningkatan tekanan darah sebagai proses
homeostasis. Hal ini lah yang menyebabkan laki-laki lebih cenderung utuk
berbuat agresif daripada perempuan ketika stres.
Sedangkan pada perempuan yang memilki kompleksitas hormonal,
senyawa CRV dipicu oleh hormon oksitosin dan estrogen yang meningkat
sehingga perempuan lebih cepat mendapatkan sinyal stres daripada laki-laki.
Namun disisi lain perempuan memilki kadar adrenal yang sedikit yang dapat
menghambat peningkatan kortisol dan tiroksin sehingga perempuan cenderung
untuk dapat membagi sinyal stresnya.
Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati (2012)
yang berjudul hubungan tingkat stres dan prokrastinasi akademik pada mahasiswa
Universitas Bina Nusantara yang sedang mengerjakan skripsi periode semester
genap 2012, yang menyebutkan tingkat stres yang menunjukkan E < H yaitu
118,99 < 132,5 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan tingkat stres dan
jenis kelamin dengan tingkat stres sedang didominasi oleh perempuan.
Pada mahasiswa STIKes Bhamada, tingkat stres yang mereka alami berada
dalam kategori tingkat sedang dan ringan. Artinya adalah skripsi dapat
menyebabkan munculnya dampak dari stres yang dirasakan oleh mahasiswa yang
terbagi menjadi aspek fisik dan aspek piskologis, tetapi mereka masih bisa
mengatasi dampak dari stres tersebut. Baik itu mahasiswa yang berjenis kelamin
perempuan maupun laki-laki.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang perbedaan tingkat stres
mahasiswa laki-laki dan perempuan dalam mengerjakan skripsi di Stikes
Bhamada Slawi dapat disimpulkan sebagai berikut:
Hasil Analisis tingkat stres pada mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki dalam
mengerjakan skripsi di Stikes Bhamada Slawi diketahui sebagian besar
mengalami stres ringan 59,1%.
Hasil Analisis tingkat stres pada mahasiswa yang berjenis kelamin perempuan
dalam mengerjakan skripsi di Stikes Bhamada Slawi diketahui sebagian besar
mengalami stres sedang 54%.
Hasil analisis perbedaan tingkat stres mahasiswa laki-laki dan perempuan dalam
mengerjakan skripsi di Stikes Bhamada Slawi diketahui ada perbedaan yang
signifiikan antara tingkat stres mahasiswa laki-laki dan perempuan dalam
mengerjakan skripsi di Stikes Bhamada Slawi dengan nilai x = 14,867 dan =
0,001.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang perbedaan tingkat
stres mahasiswa laki-laki dan perempuan dalam mengerjakan skripsi di Stikes
Bhamada Slawi, saran peneliti bagi adalah sebagai berikut:
Bagi Perempuan harus mengerti dan memahami cara mengatasi stres agar tidak
mudah mengalami stres dengan cara pengolaan koping yang tepat.
Bagi Laki-Laki diharapkan bagi laki-laki yang mengalami stres dapat memilih
koping yang sesuai dengan karakteristik laki-laki sebagai contoh cara penanganan
stres yang cocok dengan karakteristik aki-laki adalah menghindari rokok dan
minuman keras serta berolahraga teratur agar dapat terhindar dari gangguan
emosional seperti stres dan depresi.
Bagi Ilmu Keperawatan
Diharapkan penelitian ini ada yang melanjutkan dengan desain dan
pendekatan yang berbeda sehingga hasil yang didapat lebih berimbang.
Teori tentang tingkat stres pada laki-laki dan perempuan berbeda dalam
menghadapi sesuatu, diharapkan dapat memicu sebuah alternative
penanganan tingkat stres yang berbeda antara perempuan dan laki-laki.
5.2.1
DAFTAR PUSTAKA
Acharya. (2004). Pengaruh Terapi Tawa Terhadap Tingkat Stres Mahasiswa
Dalam Menghadapi Skripsi di Universitas Muhamadiyah Surakarta
Tahun 2003. SKRIPSI. Diakses pada tanggal 07 Maret 2014 melalui
http://unimus.digital bery .ac.id.
Agus. (2012). Mahasiswa Gagal Dalam Skripsi. Diakses pada tanggal 07 Maret
2014 melalui http://suarapembaruan.com
Alimul, A. (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
Allen, Alkin. (2010). Bebas Stres Minggu demi Minggu. Bandung: Nuansa
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta
Divaris, Polychronopoulou. (2005). Pengaruh Kepribadaian Prokrastinasi
Terhadap Tingkat Stres Mahasiswa dalam Menghadapi Skripsi.
SKRIPSI.
Diakses
pada
tanggal
07
Maret
2014
melalui
http://digilib.unnes.ac.id
Gregson. (2007). Life Without Stres (Mengajari Diri Anda Sendiri Mengelola
Stres). Penerjemah: Anada Eriawan. Jakarta: Prestasi Pustakarya
Hawari, D. (2008). Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta: FKUI
Karnadi. (2003). Stres dan Koping Lansia pada Masa Pensiun Kelurahan
Pardomuan
Kecamatan
Siantar
Timur
Kota
Madya
Sussy. (2012). Tingkat Stres Akademik Pada Mahasiwa Reguler 2010. Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 2010. SKRIPSI. Diakses
pada tanggal 07 Maret 2014 melalui http://ui.digital.ac.id
Sunaryo. (2004). Manajemen Stres. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suyadi. (2011). Menguasai Skripsi dalam 30 Hari. Yogyakarta: Diva Press.
Sugiono. (2008). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabet.
Sonya, T. (2012). Pengaruh Tipe Kepribadian Terhadap Mekanisme Koping
Mahasiswa Dalam Menghadapi Skripsi. SKRIPSI. Diakses pada
tanggal 07 Maret 2014 melalui http://ui.digital.ac.id
Risma. (2012). Pengaruh Stres, Depresi Dan Kecemasan Terhadap Volume Saliva
Pada Mahasiswa Preklinik Universitas Hasanuddin. SKRIPSI.
Diakses
pada
tanggal
07
Maret
2014
melalui
http://journal.digital.ac.id
Trisnawati. (2012). Hubungan Tingkat Stress dan Prokrastinasi Akademik Pada
Mahasiswa Universitas Bina Nusantara Yang Sedang Mengerjakan
Skripsi Periode Semester Genap 2012. Diakses pada tanggal 07
Maret 2014 melalui http://thesis.binus.ac.id
Windi. (2011). Stres laki-laki dan Perempuan. Diakses pada tanggal 07 Juni 2014
melalui http://female.com