Está en la página 1de 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan kemajuan teknologi didalam kehidupan manusia, maka telah
menghasilkan banyak produk dalam kehidupan kita. Peralatan ini terus
dikembangkan sehingga didapatlah peralatan dari berbagai jenis untuk berbagai
kegunaan dan dengan tingkat kecanggihan yang semakin tinggi. Penelitian
mengenai terjadinya kesalahan dalam proses kerja yang memicu pada terjadinya
kecelakaan menunjukkan bahwa terjadinya kesalahan kerja lebih banyak
disebabkan oleh adanya kesalahan dalam perancangan karena sejumlah peralatan
kerja dirancang tidak sesuai dengan kondisi fisik operatornya. Menurut Abtokhi
2007, Kenyamanan menggunakan alat bergantung pada kesesuaian ukuran alat
dengan ukuran manusia. Jika tidak sesuai, maka dalam jangka waktu tertentu akan
mengakibatkan stress tubuh antara lain dapat berupa lelah,nyeri, pusing.
Antropometri merupakan bidang ilmu yang berhubungan dengan dimensi
tubuh manusia. Dimensi-dimensi ini dibagi menjadi kelompok statistika dan
ukuran persentil. Data dimensi manusia ini sangat berguna dalam perancangan
produk dengan tujuan mencari keserasian produk dengan manusia yang
memakainya. Pemakaian data antropometri mengusahakan semua alat disesuaikan
dengan kemampuan manusia, bukan manusia disesuaikan dengan alat. Rancangan
yang mempunyai kompatibilitas tinggi dengan manusia yang memakainya sangat
penting untuk mengurangi timbulnya bahaya akibat terjadinya kesalahan kerja
akibat adanya kesalahan disain (design-induced error).
Data antropometri merupakan data ukuran dimensi tubuh manusia. Data
antropometri sangat berguna dalam perancangan suatu produk dengan tujuan
mencari keserasian produk dengan manusia yang menggunakannya. Dengan
demikian tidak hanya memberi kepuasan pada pengguna produk saja, tetapi juga
pada pembuat produk. Untuk mendisain produk secara ergonomis yang digunakan
dalam kehidupan sehari-hari atau mendesain produk yang ada pada lingkungan
haruslah disesuaikan dengan antropometri manusia yang ada di lingkungan itu
sebab bila tidak sesuai maka akan menimbulkan berbagai dampak negatip yang
akan terjadi baik dalam waktu jangka pendek maupun jangka panjang.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari praktikum ergonomic tentang anthropometri ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana mengetahui cara pengukuran dimensi tubuh
manusia, tangan, kepala dan kaki untuk kepentingan
ergonomi?
2. Bagaimana membuat tabel antropometri tubuh manusia,
tangan, kepala, dan kaki?
3. Bagaimana membuat rumusan korelasi antar dimensi dari
hasil pengukuran?
4. Bagaimana membuat persamaan regresi antar dimensi
tubuh hasil pengukuran dan variabilitas?

1.3 Tujuan
Tujuan dari diadakannya praktikum ergonomi ergonomi mengenai
anthropometri ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui cara pengukuran dimensi tubuh manusia, tangan, kepala dan
kaki untuk kepentingan ergonomi.
2. Membuat table antropometri tubuh manusia, tangan, kepala dan kaki.
3. Mengetahui rumusan korelasi dan kesetaraan diantara segmen tubuh.
4. Mengetahui sumber variabilitas dimensi tubuh manusia.
1.4 Manfaat
Dari hasil praktikum ergonomic tentang Anthropometri, maka diharapkan:
1. Memberikan
pengetahuan
kepada
mahasiswa
tentang
antropometeri.
2. Memberikan pengalaman pada mahasiswa bagaimana langkah
langkah mengukur bagian-bagian tubuh manusia.
3. Memberikan pengetahuan pada mahasiswa mengenai fungsi
antropometri dalam kehidupan sehari-hari.
4. Mahasiswa dapat meminimalisir resiko akibat kerja yang
dipengaruhi oleh antropometri seseorang.
5. Mahasiswa dapat menghindari kelelahan akibat kerja.
6. Mahasiswa dapat menciptakan suatu desain sesuai dengan
antropometri tubuh.
1.5 Ruang Lingkup
Dalam penulisan laporan ini perlu adanya batasan yang akan dianalisa.
Batasan-batasan tersebut antara lain:
1. Pengambilan data dilakukan dengan pengambilan sample secara
random sebanyak 24 orang.
2. Pelaksanaan praktikum dilakukan di Ruang lab. Ergonomi dimana
praktikan dapat melakukan Simulasi Anthropometri.
3. Obyek yang diamati adalah mahasiswa Teknik Keselamatan dan
Kesehatan Kerja PPNS kelas K3-VC angkatan 2014.
4. Menggunakan sumber varians jenis kelamin dan suku.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Anthropometri
Antropometri berasal dari anthro yang memiliki arti manusia dan
metri yang memiliki arti ukuran. Antropometri adalah sebuah studi tentang
pengukuran tubuh dimensi manusia dari tulang, otot dan jaringan adiposa atau
lemak (Survey, 2009). Menurut (Wignjosoebroto, 2008), antropometri adalah
studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Bidang
antropometri meliputi berbagai ukuran tubuh manusia seperti berat badan, posisi
ketika berdiri, ketika merentangkan tangan, lingkar tubuh, panjang tungkai, dan
sebagainya.
Data antropometri digunakan untuk berbagai keperluan, seperti
perancangan stasiun kerja, fasilitas kerja, dan desain produk agar diperoleh
ukuran-ukuran yang sesuai dan layak dengan dimensi anggota tubuh manusia
yang akan menggunakannnya anthropometri dibagi menjadi dua yaitu:
1. Antropometri Statis
Antropometri statis adalah pengukuran yang dilakukan saat manusia dalam
kondisi diam dan linier pada permukaan tubuh. Dimensi yang diukur pada
antropometri statis diambil secara linier ( lurus ) dan dilakukan di permukaan
tubuh. Agar hasil pengukuran reresentatif, maka pengukuran harus dilakukan
dengan metode tertentu terhadap berbagai individu, dan tubuh harus dalam keadan
diam.
Dalam antropometri statis ini terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi dimensi tubuh manusia, yaitu sebagai berikut :
1. Umur
Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai
sekitar 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Untuk
lansia yang berumur sekitar 60 tahun, ada kecenderungan untuk
berkurang.
2. Jenis kelamin
Pada umumnya laki laki mempunyai struktur yang lebih besar
dari perempuan, kecuali dada dan pingglnya.
3. Suku bangsa dan ras
Ukuran tubuh manusia yang berbeda etnis dan ras mempunyai
perbedaan yang signifikan.
4. Pekerjaan
Aktivitas sehari hari juga menyebabkan perbedaan ukuran tubuh
manusia. Contohnya : Pemain basket biasanya memiliki struktur
tubuh yang lebih tinggi daripaa orang biasa.
2. Antoprometri Dinamis
Antropometri
dinamis adalah
pengukuran
dilakukan
dengan
memperhatikan gerakan gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja/ individu
melakukan gerakannya. Sehingga lebih kompleks dan lebih sulit untuk diukur.
3

Dalam antropometri dinamis terdapat 3 kelas pengukurannya yaitu :


1. Pengukuran tingkat keterampilan. Sebagai pendekatan untuk
mengerti keadaan mekanis dari suatu aktifitas. Contoh : dalam
mempelajari performa atlet.
2. Pengukuran jangkauan ruang yang dibutuhkan saat kerja. Contoh :
jangkauan dari gerakan tangan dan kaki efektif saat bekerja yang
dilakukan dengan berdiri atau duduk.
3. Pengukuran variabilitas kerja. Contoh : analisis kinematika dan
kemampuan jari jari tangan dari seorang juru ketik atau operator
computer.
2.2 Pengukuran Anthropometri
Secara garis besar pedoman pengukuran pada data anthropometri antara
lain,
yaitu :
1. Posisi Duduk Samping
- Tinggi Duduk Tegak (TDT), cara pengukuran yaitu dengan mengukur jarak
vertikal dari permukaan alas duduk samping ujung atas kepala. Subjek duduk
tegak dengan mata memandang lurus ke depan dan lutut membentuk sudut
siku-siku.
- Tinggi Bahu Duduk (TDT), cara pengukuran yaitu mengukur jarak vertikal
dari permukaan alas duduk samping ujung tulang bahu yang menonjol pada
saat subjek duduk tegak.
- Tinggi Mata Duduk (TMD), cara pengukuran yaitu mengukur jarak vertikal
dari permukaan alas duduk samping ujung mata bagian dalam. Subjek duduk
tegak dan memandang lurus ke depan.
- Tinggi Siku Duduk (TSD), cara pengukuran yaitu mengukur jarak vertikal dari
permukaan alas duduk samping ujung bawah siku kanan. Subjek duduk tegak
dengan lengan atas vertikal di sisi badan dan lengan bawah membentuk sudut
siku-siku dengan lengan bawah.
- Tebal Paha (TP), cara pengukuran yaitu mengukur sybjek duduk tegak, ukur
jarak dari permukaan alas duduk samping ke permukaan atas paha.
- Tinggi Popliteal(TPO), cara pengukuran yaitu mengukur jarak vertikal dari
lantai sampai bagian bawah paha.
- Pantat Popliteal (PP), cara pengukuran yaitu mengukur subjek duduk tegak
dan ukur jarak horizontal dari bagian terluar pantat sampai lekukan lutut
sebelah dalam (popliteal). Paha dan kaki bagian bawah membentuk sudut
siku-siku.
- Pantat Ke Lutut (PKL), cara pengukuran yaitu mengukur subjek duduk dan
ukur horisontal dari bagian terluar pantat sampai ke lutut. Paha dan kaki
bagian bawah membentuk sudut siku-siku
4

2. Posisi Berdiri.
- Tinggi Siku Berdiri (TSB), cara pengukuran yaitu mengukur jarak vertikal dari
lantai ke titik pertemuan antara lengan atas dan lengan bawah. Subjek berdiri
tegak dengan kedua tangan tergantung secara wajar.
- Panjang Lengan Bawah (PLB), cara pengukuran yaitu mengukur subjek
berdiri tegak dan tangan di samping, ukur jarak dari siku sampai pergelangan
tangan.
- Tinggi Mata Berdiri (TMB), cara pengukuran yaitu mengukur jarak vertikal
dari lantai sampai ujung mata bagian dalam (dekat pangkal hidung). Subjek
berdiri tegak dan memandang lurus ke depan.
- Tinggi Badan Tegak (TBT), cara pengukuran yaitu mengukur jarak vertikal
telapak kaki sampai ujung kepala yang paling atas, sementara subjek berdiri
tegak dengan mata memandang lurus ke depan.
- Tinggi Bahu Berdiri (TBB), cara pengukuran yaitu mengukur jarak vertikal
dari lantai sampai bahu yang menonjol pada saat subjek berdiri tegak.
- Tebal Badan (TB), cara pengukuran yaitu mengukur berdiri tegak dan ukur
jarak dari dada (bagian ulu hati) sampai punggung secara horisontal.
3. Posisi Berdiri Dengan Tangan Kedepan.
- Jangkauan Tangan (JT), cara pengukuran yaitu mengukur jarak horisontal dari
punggung samping ujung jari tengah dan subjek berdiri tegak dengan betis,
pantat dan punggung merapat ke dinding, tangan direntangkan secara
horisontal ke depan.
4. Posisi Duduk Menghadap Kedepan.
- Lebar Pinggul (LP), cara pengukuran yaitu mengukur subjek duduk tegak dan
ukur jarakhorisontal dari bagaian terluar pinggul sisi kiri samping bagian
terluar pinggul sisi kanan.
- Lebar Bahu (LB), cara pengukuran yaitu mengukur jarak horisontal antara
kedua lengan atas dan subjek duduk tegak dengan lengan atas merapat ke
badan dan lengan bawah direntangkan ke depan.
5. Posisi Berdiri Dengan Kedua Lengan Direntangkan.
- Rentangan Tangan (RT), cara pengukuran yaitu mengukur jarak horisontal
dari ujung jari terpanjang tangan kiri samping ujung jari terpanjang tangan
kanan. Subjek berdiri tegak dan kedua tangan direntangkan horisontal ke
samping sejauh mungkin.
6. Pengukuran Jari Tangan

- Panjang Jari 1,2,3,4,5 (PJ-12345), cara pengukuran yaitu mengukur masingmasing pangkal ruas jari sampai ujung jari. Jari-jari subjek merentang lurus
dan sejajar.
- Pangkal Ke Lengan (PPT), cara pengukuran yaitu mengukur pangkal
pergelangan tangan sampai pangkal ruas jari. Lengan bawah sampai telapak
tangan subjek lurus.
- Lebar Jari 2345 (LJ-2345), cara pengukuran yaitu mengukur dari sisi luar jari
telunjuk sampai sisi luar jari kelingking dan jari-jari subjek lurus merapat satu
sama lain.
- Lebar Tangan (LT), cara pengukuran yaitu mengukur sisi luar ibu jari sampai
sisi luar jari kelingking

Gambar 2.1 Pengukuran Dimensi Tubuh Manusia


Sumber:
http://antropometriindonesia.org/index.php/detail/sub/3/4/0/dimensi_antropometri
2.3 Distribusi Normal dan Persentil
Distribusi normal adalah sebuah distribusi frekuensi yang bentuknya
sangat spesifik. Selain itu, distribusi normal ini merupakan konsep yang sangat
penting, karena banyak menggunakan variable seperti, tinggi, lebar, kecerdasan,
kepribadian, sifat, dan lain sebagainya.
Sebagian besar data antropometri dinyatakan dalam bentuk persentil.
Suatu populasi untuk kepentingan studi dibagi dalam seratus kategori prosentase,
dimana nilai tersebut akan diurutkan dari terkecil hingga terbesar pada suatu
ukuran tubuh tertentu. Persentil menunjukkan suatu nilai prosentase tertentu dari
orang yang memiliki ukuran pada atau di bawah nilai tersebut (Wignjosoebroto,
2008). Apabila dalam mendesain produk terdapat variasi untuk ukuran
sebenarnya, maka seharusnya dapat merancang produk yang memiliki fleksibilitas
dan sifat mampu menyesuaikan (adjustable) dengan suatu rentang tertentu
(Wignjosoebroto, 2008). Oleh karena itu, untuk penetapan antropometri dapat
menerapkan distribusi normal. Dalam statistik, distribusi normal dapat
diformulasikan berdasarkan nilai rata-rata dan standar deviasi dari data yang ada
dan digabungkan dengan nilai persentil yang telah ada seperti pada Gambar di
bawah ini:

Gambar 2.2 Distribusi Normal dengan Data Antropometri 95-th Percentile

Penerapan data athropometri ini akan dapat dilakukan jika tersedia nilai
mean (rata-rata) dan standar deviasinya (SD) dari suatu distribusi
normal.Pengertian dari Standar Deviasi adalah penyimpangan nilai dari nilai
mean (rata-rata). Adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean
(rata-rata) dan SD (standar deviasi). Sedangkan Percentile adalah suatu nilai yang
menyatakan bahwa presentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya
sama dengan atau lebih rendah nilai tersebut. Misalnya : 95 % populasi adalah
sama dengan atau lebih rendah dari 95 percentile. Besarnya nilai percentile dapat
ditentukan dari tabel percentile dan distribusi normal di bawah ini :
PERCENTILE CALCULATION
1 th
X 2.325 x
2,5 th
X 1.960 x
5 th
X 1.645 x
10 th
X 1.280 x
50 th
X
90 th
X + 1.280 x
95 th
X + 1.645 x
97,5 th
X + 1.960 x
99 th
X + 2.325 x
Tabel 2.1. Distribusi normal dan perhitungan percentil
Menurut Nurmianto, 2003, Dalam pokok bahasan antropometri, 95
percentil menunjukkan tubuh berukuran besar, sedangkan 5 percentil
menunjukkan tubuh berukuran kecil.
2.4 Penyebab Variabilitas
Terdapat berbagai macam faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh
manusia, diantaranya :
a. Umur
Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai kira-kira
berumur 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Kemudian
manusia akan berkurang ukuran tubuhnya saat manusia berumur 60 tahun.
b. Jenis kelamin
Pada umumnya pria memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali dada
dan pinggul.
c. Suku Bangsa (Etnis)
Variasi dimensi akan terjadi, karena pengaruh etnis.
d. Pekerjaan
Aktivitas kerja sehari-hari juga menyebabkan perbedaan ukuran tubuh
manusia.

Selain faktor-faktor di atas, masih ada beberapa kondisi tertentu (khusus)


yang dapat mempengaruhi variabilitas ukuran dimensi tubuh manusia yang juga
perlu mendapat perhatian, seperti:
a. Cacat tubuh
Data antropometri akan diperlukan untuk perancangan produk bagi orangorang cacat.
b. Tebal atau tipisnya pakaian yang harus dikenakan
Faktor iklim yang berbeda akan memberikan variasi yang berbeda pula
dalam bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian. Artinya, dimensi orang
pun akan berbeda dalam satu tempat dengan tempat yang lain.
c. Kehamilan (pregnancy)
Kondisi semacam ini jelas akan mempengaruhi bentuk dan ukuran dimensi
tubuh (untuk perempuan) dan tentu saja memerlukan perhatian khusus
terhadap produk-produk yang dirancang bagi segmentasi seperti itu.
2.5 Penggunaan Data Antropometri
Penerapan data antropometri ini akan dilakukan jika tersedia nilai
mean (rata-rata) dan standar deviasi dari distribusi normal. Berikut ini
adalah rumus perhitungan persentil.
1%

x 2,325 x

2,5 %

x 1,960 x

5%

x 1,6450 x

10 %

x 1,280 x

50 %

90 %

x + 1,280 x

95 %

x + 1,645 x

97,5 %

x + 1,960 x

99 %

x + 2,325 x

Tabel

2.1

Distribusi
Normal
dan

Perhitungan Persentil
Istilah ini The Fallacy of The Average Man or Average woman
mengatakan bahwa merupakan suatu kesalahan dalam perancangan suatu
tempat kerja ataupun produk jika berdasarkan pada dimensi yang hipotesis
yaitu menganggap bahwasemua dimensi adalah merupakan rata-rata.
Walaupun hanya dalam penggunaan satu dimensi saja. Selain dari itu, jika

10

seseorang mempunyai dimensi pada rata-rata populasi, katakanlah tinggi


badan, maka belum tentu, bahwa dia berada pada ratarata populasi untuk
dimensi lainnya. (Nurmianto, 2003).
Peralatan dan ukuran alat-alat kerja hendaknya disesuaikan keadaan
tenaga kerja atau pemakainya. Adapun kriterianya sebagai berikut :

Meja kerja
Meja kerja merupakan sarana kerja yang vital dalam melaksanakan
pekerjaannya.
Kriteria : Seharusnya meja kerja yang sehat dan nyaman adalah sesuai
dengan

anthropometri tubuh tenaga kerja dan jenis pekerjaannya.

Namun ada hal-hal perlu ditekan dalam meja kerja, seperti :


1) Tinggi meja kerja adalah setinggi siku.
a) Sikap berdiri :
(1) Perlu ketelitian: 10 - 20 cm tinggi siku.
(2) Perlu penekanan: 10-20 cm tinggi siku.
b) Sikap duduk : 68 - 74 cm dari permukaan daun meja sampai
2)

3)
4)

5)

lantai.
Tebal daun meja
Kriteria :
a) Dapat memberikan kebebasan gerak pada kaki.
b) Terbuat dari bahan yang keras dan tidak mudah patah.
Permukaan meja
Kriteria : rata dan tidak menyilaukan.
Lebar meja
Diukur dari tenaga kerja dari arah depan.
Kriteria : tidak melebihi dari jangkauan tangan.
Usulan : 60 - 80 cm.
Luas pandangan
Kriteria : Daerah pandangan yang jelas bila pekerja berdiri tegak

dan diukur dari tinggi mata 0 - 30o vertikal ke bawah, 0 50o.


Tempat duduk
Kriteria : Seharusnya sikap duduk objek mendapatkan kedudukan yang
mantap dan memberikan relaksasi otot-otot yang tidak dipakai untuk
bekerja, dan tidak mengalami penekanan-penekanan pada bagian tubuh
yang mengganggu sirkulasi darah dan sensitifitas bagian tersebut.
1) Sandaran tangan
Diukur panjang lebar dan tinggi.
11

Kriteria :
a) Jarak tepi dalam kedua sandaran tangan lebih lebar dari lebar pinggul dan
tidak melebihi lebar bahu.
b) Tinggi sandaran tangan adalah setinggi siku.
c) Panjang sandaran tangan adalah sepanjang lengan bawah.
2) Sandaran pinggang
Diukur panjang dan lebar.
Kriteria : Seharusnya bagian atas sandaran tidak melebihi tepi
bawah ujung tulang belikat dan bagian bawahnya setinggi pinggul.
3) Panjang alas duduk.
Pertemuan garis proyeksi permukaan depan sandaran duduk sampai
dengan permukaan alas duduk.
Kriteria : Seharusnyalebih pendek dari lekuk lutut sampai dengan
garis punggung.
Usulan : 40 cm
4) Tinggi tempat duduk.
Dari lantai sampai dengan permukaan atas bagian depan alas
duduk.
Kriteria : seharusnya lebih pendek dari panjang lekuk lutut sampai
dengan kaki.
Usulan : 40 - 48 cm.
5) Lebar tempat duduk.
Diukur pada garis tengah alas duduk melintang.
Kriteria : Seharusnya desain tempat duduk lebih lebar dari lebar
pinggul.
Usulan : 40-45 cm.

6) Sudut alas duduk.


Kriteria : sudut alas tempat duduk dirancang sedemikian rupa
sehingga memberi kemudahan pada pekerja untuk melakukan
pemilihan-pemilihan gerakan dan posisi.
Usulan : horizontal yaitu untuk pekerjaan yang tidak perlu sedikit
membungkuk kedepan. Alas duduk miring kedepan 3-50.
Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data antropometri untuk
bisa diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk atau pun fasilitas
kerja, hal yang akan diukur untuk memberikan informasi tentang berbagai
macam anggota tubuh yang perlu diukur, ialah sebagai berikut :
a. Data Antropometri Kepala
1) Panjang Kepala.
12

2) Lebar kepala.
3) Diameter maksimum dari dagu.
4) Dagu kepuncak kepala
5) Telinga kepuncak kepala.
6) Telinga kebelakang kepala.
7) Antara dua telinga.
8) Mata kepuncak kepala.
9) Mata kebelakang kepala.
10) Antara dua pupil kepala.
11) Hidung kepuncak kepala.
12) Hidung kebelakang kepala.
13) Mulut kepuncak kepala.
14) Lebar mulut.
b. Data antropometri yang diperlukan (seluruh tubuh)
1) Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai s/d ujung
2)
3)
4)
5)

kepala).
Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak.
Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.
Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).
Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri

tegak (dalam gambar tidak ditunjukan).


6) Tinggi tubuh dalam posisi duduk (dukur dari atas tempat duduk
atau pantat sampai dengan kepala).
7) Tinggi mata dalam posisi duduk.
8) Tinggi bahu dalam posisi duduk.
9) Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus).
10) Tebal atau lebar paha.
11) Panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan ujung lutut.
12) Panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan bagian
belakang dari lutut atau betis.
13) Tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun
duduk.
14) Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai
dengan paha.
15) Lebar dari bahu (bisa diukur dalam posisi berdiri ataupun duduk).
16) Lebar pinggul atau pantat.
17) Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak
ditunjukan pada gambar).
18) Lebar perut
19) Panjang siku yang diukur dari siku smpai dengan ujung jarijari
dalam posisi siku tegak lurus.
20) Lebar kepala.
21) Panjang tangan diukur dari pergelangan tangan sampai dengan
ujung jari.
13

22) Lebar telapak tangan.


23) Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebarlebar
kesamping kirikanan (tidak ditunjukan dalam gambar).
24) Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak, diukur dari
lantai sampai dengan telapak tangan yang terjangkau lurus keatas
(vertikal).
2.6 Korelasi, Koefisien Determinasi, dan Regresi
Melakukan Uji Kolerasi

a
b

Uji korelasi merupakan uji kolerasi pada dimensi tubuh


berdasarkan variabilitas yang bertujuan untuk mengetahui besarnya
hubungan dan arah antara 2 variabel dimensi tubuh yang dimiliki. Analisis
korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan asosiasi (hubungan) linear
antara dua variabel. Korelasi tidak menunjukkan hubungan fungsional atau
dengan kata lain, analisis korelasi tidak membedakan antara variabel
dependen dengan variabel independen.
Dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antara
dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel
dependen dengan variabel 2
Koefisien korelasi disimbulkan dengan huruf r. Besarnya
koefisien korelasi akan berkisar antara -1 (negatif satu) sampai dengan +1
(positif satu) . Tanda + menunjukkan korelasi positif, tanda
menunjukkan korelasi negatif dan 0 menunjukkan tidak adanya
hubungan.
Apabila koefisien korelasi mendekati +1 atau 1, berarti hubungan
antarvariabel tersebut semakin kuat. Sebaliknya, apabila koefisien korelasi
mendekati angka 0, berarti hubungan antarvariabel tersebut semakin
lemah. Dengan kata lain, besarnya nilai korelasi bersifat absolut,
sedangkan tanda + atau hanya menunjukkan arah hubungan saja.
Misal nilai r = 0.9857 menunjukkan bahwa variabel X dan Y berkorelasi
linier positif dan tinggi.
Data yang dipakai untuk uji korelasi ini adalah data mentah hasil
pengukuran. Pengolahannya bisa menggunakan software Excel atau
SPSS. Langkah-langkah jika menggunakan Excel adalah sebagai berikut:
Tools data analyze correlation
(blok semua input data) ok keluar
Menghitung Koefisien Determinasi Tubuh
Koefisien determinasi merupakan suatu nilai yang menyatakan
seberapa besar kemampuan variabel independen dalam mempengaruhi
atau menerangkan variasi dari variabel dependen. Semakin besar nilai

14

koefisien determinasi, semakin baik nilai variable independen dalam


mempengaruhi variable independen. Nilai koefisien determinasi berkisar
antara 0 < R2< 1. Misal, jika r = 0,98572, maka R2 = 0.97165 = 97 % .
Nilai R = 97% menunjukkan bahwa 97% proporsi keragaman nilai peubah
Y dapat dijelaskan oleh nilai peubah X melalui hubungan linier, sisanya,
yaitu 3 % dijelaskan oleh hal-hal lain.
Melakukan Uji Regresi
Regresi linier adalah metode statistika yang digunakan untuk
membentuk model hubungan antara variabel terikat (dependent; respon; Y)
dengan satu atau lebih variabel bebas (independent, prediktor, X). Apabila
banyaknya variabel bebas hanya ada satu, maka disebut sebagai regresi
linier sederhana, sedangkan apabila terdapat lebih dari 1 variabel bebas,
disebut sebagai regresi linier berganda. Analisis regresi setidak-tidaknya
memiliki 3 kegunaan, yaitu untuk tujuan deskripsi dari fenomena data atau
kasus yang sedang diteliti, untuk tujuan kontrol, serta untuk tujuan
prediksi.
Yang akan dilakukan uji Regresi Linear hanya antar dimensi tubuh
yang memiliki R2>0,5. Untuk melakukan regresi linear, masukkan data
mentah hasil pengukuran. Independent variable (X) adalah Dimensi tubuh
utama dan Dependent variable (Y) adalah dimensi tubuh.
Jika menggunakan
sebagai berikut :
Regresi linier : analyze

software

SPSS, maka langkah penggunaan

regression

linier

Uji Keseragaman Data


Uji keseragaman data adalah suatu uji untuk mengetahui bahwa
tidak ada data yang terlalu besar atau terlalu kecil dan jauh menyimpang
dari rata-rata. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan peta kontrol.
Peta kontrol ini dibuat dengan bantuan software minitab.
Rumus :
BKA/BKB= X +
dimana :
= standar deviasi
X = rata-rata
k = nilai indeks pada tabel distribusi normal yang besarnya
tergantung tingkat kepercayaan yang diambil.

15

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada saat melaksanakan praktikum, yaitu:
1. Meteran
2. Mistar

16

3. Observation sheet
4. Program Ms.Excel, MINITAB, dan/atau SPSS

3.2 Prosedur Pelaksanaan Praktikum


Prosedur Pelaksanaan Praktikum
1. Melakukan pengambilan data dengan mengambil sample secara random
(menyesuaikan dengan jumlah praktikan).
2. Kelompok yang mendapat kesempatan pengambilan data, membagi tugas
menjadi :

1 orang sebagai objek yang diukur.

2 orang sebagai pengukur.

1 orang sebagai pencatat data.


(menyesuaikan dengan jumlah praktikan).
3. Proses pengukuran dibagi menjadi 4 tahap, yaitu :
a) Tahap pertama (Anthropometri tubuh)

Mempersiapkan alat ukur yaitu Anthropometer, meteran dan mistar.

Mengukur dimensi tubuh praktikan yang menjadi objek, dimana dimensi


tubuh yang diukur 26 buah.
b) Tahap kedua (Anthropometri tangan)

Mempersiapkan alat pengukur yaitu metran dan mistar.

Mengukur dimensi tangan praktikan yang menjadi objek, dimana dimensi


tangan yang diukur sebanyak 20 buah.
c) Tahap ketiga (Anthropometri kepala)

Mempersiapkan alat pengukur yaitu meteran dan mistar.

Mengukur dimensi kepala praktikan yang menjadi objek, dimana dimensi


kepala yang diukur sebanyak 14 buah.
d) Tahap keempat (Anthropometri kaki)

Mempersiapkan alat pengukur yaitu meteran dan mistar.

17


Mengukur dimensi kaki praktikan yang menjadi objek, dimana
dimensi kaki yang diukur sebanyak 8 buah.
4. Mengumpulkan data-data yang telah didapat menjadi satu dan
mengolahnya menggunakan program Excel, MINITAB, dan/atau SPSS.
5. Menyimpulkan dan menganalisa hasil data yang telah diolah.

18

También podría gustarte