Está en la página 1de 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan suatu seni dan ilmu yang mencakup berbagai
aktivitas, konsep, dan keterampilan yang berhubungan dengan ilmu sosial dan fisik
dasar, etika dan isu-isu yang beredar serta bidang lain (Potter, 2005)
Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan
keterampilan yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari
pengkajian yang komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat, implementasi
tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama perawatan serta dokumentasi hasil
yang sistematis. Isu yang lain yang harus dipahami oleh perawat adalah berkaitan
dengan cost effectiveness. Manajemen perawatan luka modern sangat mengedepankan
isu tersebut. Hal ini ditunjang dengan semakin banyaknya inovasi terbaru dalam
perkembangan produk-produk yang bisa dipakai dalam merawat luka
Perawatan luka merupakan tindakan keperawatan yaitu berupa mengganti
balutan dan membersihkan luka baik pada luka yang bersih maupun luka yang kotor.
Sebagai bidan harus pula mengetahui dan terampil dalam melakukan perawatan luka.
Pelayanan keperawatan sebagai pelayanan profesional ditujukan pada berbagai
respons individu dan keluarga terhadap masalah kesehatan yang dihadapinya
termasuk respons pasien yang menjalani pembedahan.

BerdasarkanhasilpenelitianyangdilakukanpadabulanMaretsampaidengan
mei2014, didapatkandatabahwadari10orangpasienpascaoperasiyangadadi
Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Ciamis ditemukan ada 3 orang pasien dengan
keadaanlukaoperasijelekdan7oranglainnyadengankeadaanlukaoperasibagus.
Berdasarkanhasilwawancaradengansalahseorangperawatyangbertugasdi
RuangRawatInapBedahRSUDCiamis,tidakjarangditemukanpasienpascaoperasi
mengalamiinfeksisehinggabiasanyaratarataharirawathanya3harimenjadi57
hari.
Diantara faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keadaan luka operasi jelek
adalah perawatan luka, mobilisasi, nutrisi, personal hygen dan riwayat kesehatan
klien itu sendiri. Dan juga faktor factor pendukung lain adalah pengetahuan,
informasi, peran keluarga, pendidikan, dan sosial budaya. Pengetahuan merupakan
hasil dari tahu, dan itu terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:121). Dengan pengetahuan
yang tinggi tentang perawatan luka Post Operasi, maka keluargan akan mampu
melakukan perawatan luka. Begitu pula bila pengetahuannya rendah maka keluarga
tidak akan mampu melakukan perawatan luka.

Dengan informasi yang kuat maka keluarga akan mendapat pengetahuan


tentang pentingnya perawatan luka. Informasi dapat diperoleh dari media massa dan
dapat juga diperoleh dengan bersosialisasi dengan masyarakat.
Keluarga berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara ksehatan
anggotanya, keluarga juga sebagai suatu kelompok yang dapat menimbulkan,
mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah kesehatan dalam kelompoknya
(Nashrul Effendi, 1998:39). Keluarga harus selalu memberikan dukungannya bagi
anggota ke;uarganya yang sakit agar mempunyai keinginan yang kuat untruk sembuh.
Pendidikan merupakan segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi
orang lain, individu, keluarga atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang
diharapkan oleh pelaku (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:16).
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula
pengetahuannya. Salah satu dampak yang terjadi jika pengetahuan keluarga dan
pasien kurang tentang perawatan luka Post Operasi adalah pasien akan merasa takut
saat dilakukan perawatan luka. Banyak sekali komplikasi yang mungkin terjadi dari
kurangnya perawatan luka. Di antaranya adalah Infeksi, Delayed, dan luka akan lebih
lama sembuhnya (Chairudin Rosjad, 1998:340).
Karena setiap pasien Post Operasi beresiko tinggi mengalami komplikasi,
maka harus mendapatkan perhatian khusus. Bila hal ini tidak dilakukan oleh perawat,
keluarga dan pasien itu sendiri maka angka komplikasi tersebut semakin bertambah.

Sebelum dilakukan tindakan operasi petugas kesehatan harus memberikan


pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada pasien dan keluarga tentang tindakan
saat Pre Operasi maupun Post Operasi. Dari hal tersebut maka pasien dan keluarga
akan tahu tentang prosedur, tujuan, manfaat, dan dampak atau komplikasi tindakan
operasi. Salah satu cara untuk mencegah komplikasi Post Operasi adalah dengan
perawatan luka. Jadi permasalahan penelitian ini adalah adanya pasien dan keluarga
yang tingkat pengetahuannya rendah terutama tentang faktor faktor yang
mempengaruhi penyembuhan luka operasi maka penyembuhan luka operasi menjadi
lama atau mengalami komplikasi bahkan ada yang setelah menjalani pembedahan,
mereka kembali lagi ke rumah sakit dengan keadaan luka bekas operasi yang jelek
karena kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga dalam melakukan perawatan luka
operasi dirumah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk mengambil
judul Hubungan pengetahuan keluarga tentang perawatan pasien Post Operasi
dengan kejadian komplikasi Post Operasi di ruang rawat inap bedah RSUD Ciamis.

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut :
1. Tujuan Umum :
Mendapat gambaran mengenai pengetahuan dan perilaku keluarga dan pasien
pasca operasi tentang perawatan luka operasi di Ruang Rawat Inap Bedah
RSUD ciamis tahun 2014.
2. Tujuan Khusus :
Mengidentifikasi pengetahuan pasien dan keluarga pasca operasi mengenai :
a. Pengertian perawatan luka post operasi pada pasien yang dirawat di
Ruang Rawat Inap Bedah RSUD ciamis
b. Tujuan perawatan luka post operasi pada pasien yang dirawat di Ruang
Rawat Inap Bedah RSUD ciamis
c. Tahap-tahap perawatan luka post operasi pada pasien yang dirawat di
Ruang Rawat Inap Bedah RSUD ciamis
d. Manfaat perawatan luka post operasi pada pasien yang dirawat di Ruang
Rawat Inap Bedah RSUD ciamis
e. Mengetahuifaktorfaktoryangmempengaruhipenyembuhanlukapasca
operasi.
f. Mengetahui hubungan antara pengetahuan keluarga dengan prilaku
keluarga dalam melakukan perawatan luka post operasi.
D. Manfaat Penelitian
1. BagiPendidikanKeperawatan
Penelitian ini dapat menjadi suatu masukan untuk perkembangan ilmu
keperawatankhususnyabagiKeperawatanMedikalBedah.
2. BagiPelayananKesehatandanTenagaKesehatan
Penelitianinidapatmenjadimasukandalammeningkatkanmutudankualitas
pelayanandanasuhankeperawatanpadapasienpascaoperasi.
3. BagiPenelitiSelanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi atau bahan rujukan
untukpenelitianselanjutnya

E. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitianinidilakukandenganpendekatankualitatifyangtujuannyauntuk
memperolehinformasiyangmendalamtentangtingkatpengetahuankeluargatentang
perawatanlukaoperasi.
Pengumpulandatadilakukandengantelaahdokumen,wawancaramendalam
denganmenggunakanpedomanwawancaradanobservasi.Sumberinformasidalam
penelitianiniadalahpasienyangtelahmenjalanioperasi,sedangkanyangmenjadi
sumberinformasipendukungadalahkeluargapasien,perawatdandokterspesialis
bedah.PenelitianinidilakukanpadabulanMaretsampaiMei2014diRuangRawat
InapBedahRSUDCiamis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep Pengetahuan
2.1.1 Tinjauan umum tentang Pengetahuan
2.1.1.1 Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui

pancaindra

manusia

yakni

indra

penglihatan,

pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh


melalui mata dan telinga (Soekidjo Notoatmodjo).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
Pengetahuan adalah penggunaan pikiran dan penalaran, logika serta
bahasa. Dalam hal ini pikiran mengajukan pertanyaan yang relevan dengan
persoalan. Sedangkan penalaran merupakan proses bagaimana pikiran
menarik kesimpulan dari hal-hal yang sebelumnya diketahui. Peran logika
menjadi seperangkat asas yang mengarahkan supaya berpikir menjadi benar
(Wahyudin, 2006 : 38 40). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata
perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian rogers (1974)
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berprilaku
baru), dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
a. Awarenees (kesadaran), di mana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus tersebut atau objek tersebut.
Di sini sikap subjek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap sikap responden sudah lebih
baik lagi.
d. Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan
apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan


pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Pengetahuan itu sendiri banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain: adalah pendidikan formal. Jadi pengetahuan sangat erat hubungan
dengan pendidikan, di mana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang
tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan
tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah,
mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa, peningkatan
pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi
dapat diperoleh melalui pendidikan non formal.
Pengetahuan seseorang tentang suatu obyek mengandung dua aspek
yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek inilah yang pada akhirnya
akan menentukan sikap seseorang tentang suatu obyek tertentu. Semakin
banyak aspek positif dan obyek yang diketahui, maka akan menimbulkan
sikap makin positif terhadap obyek tertentu.
Pengetahuan menurut Anshari (dalam Notoatmodjo, 2003) dapat
dibedakan menjadi empat bagian, yaitu :
1) Pengetahuan Biasa, yaitu pengetahuan tentang hal-hal yang biasa, yang
sehari-hari, yang selanjutnya disebut pengetahuan.
2) Pengetahuan Ilmiah, yaitu pengetahuan yang mempunyai sistem dan
metode tertentu, yang selanjutnya disebut ilmu pengetahuan.

3) Pengetahuan Filosofi, yaitu semacam ilmu yang istimewa, yang mencoba


menjawab masalah-masalah yang tidak terjawab oleh ilmu-ilmu biasa yang
selanjutnya disebut filsafat.
4) Pengetahuan Theologis, yaitu pengetahuan keagamaan, pengetahuan
tentang agama, pengetahuan tentang pemberitahuan dari Tuhan.
Pengetahuan oleh Bloom (dalam Notoatmodjo, 2003) diklasifikasikan
sebagai berikut :
a. Pengetahuan spesifik yang meliputi pengetahuan tentang istilah-istilah dan
pengetahuan tentang fakta-fakta spesifik.
b. Pengetahuan tentang metode dan sumber untuk melengkapi sesuatu dengan
pokok-pokok yang meliputi pengetahuan sebagai akidah, pengetahuan
sebagai sesuatu yang berpengaruh antara yang satu dengan yang lain dan
berurutan, pengetahuan sebagai klasifikasi dan kategori, pengetahuan
sebagai metodologi.
c. Pengetahuan sebagai sesuatu yang universal dan abstrak yang terdiri atas
pengetahuan sebagai prinsip dan generalisasi dan pengetahuan sebagai teori
dan struktur.
2.1.1.2 Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan.
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa
orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau matari
harus

dapat

menjelaskan,

menyebutkan

contoh,

menyimpulkan,

meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari


c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang real (sebenarnya). Aplikasi
disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang
lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam satu struktur
organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini
dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokan dan
sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada sesuatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat
menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan
sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
kriteria-kriteria yang ada.
2.1.1.3 Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan menurut Soekidjo Notoatmodjo dapat
dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi
yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman
pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan
dengan tingkatan-tingkatan diatas.

2.1.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan

Menurut

Notoatmodjo

(2003),

pengetahuan

seseorang

dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:


a. Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain.
b. Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Makin
tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga
makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan
yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap
nilai-nilai yang diperkenalkan (Kuncoroningrat, 1997).
c. Keyakinan
Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya
pembuktian

terlebih

dahulu.

Keyakinan

ini

bisamempengaruhi

pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun


negatif.
d. Fasilitas
Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan
buku.
e. Penghasilan
Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuanseseorang.
Namun, bila seseorang berpenghasilan cukup besar makadia akan mampu
untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitassumber informasi.
f. Sosial Budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi
pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

2.2. Konsep Perilaku


2.2.1. Pengertian Perilaku
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang
dapat diamati langsung, maupun yang tidak diamati oleh pihak luar
(Notoatmodjo, 2007). Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor
lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok atau
masyarakat (Blum : 1974 dalam Notoatmodjo, 2007)
Menurut Skiner (1938) perilaku merupakan respons atau reaksi
seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar (Notoatmodjo, 2007).
Berdasarkan pengertian tersebut Skiner membedakan adanya dua respons,
yaitu :
a. Respondent respons atau reflexive, yakni respons yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu.
Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation karena menimbulkan
respons-respons yang relatif tetap. Respondent respons ini juga mencakup
perilaku emosional.
b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul
dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.
Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer, karena
memperkuat respons. Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang
(organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta
lingkungan.

Perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu :


1) Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance)Adalah perilaku
atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan
agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh
sebab itu, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek yaitu :
a. Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit,
serta pemulihan kesehatan bilaman telah sembuh dari penyakit
b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan
sehat. Kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu orang
yang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan
yang seoptimal mungkin
c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat
memelihara

serta

meningkatkan

kesehatan

seseorang,

tetapi

sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab


menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan
penyakit
2) Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan
kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health
seeking behavior) Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan
seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan
atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai
mencari pengobatan ke luar negeri
3) Perilaku kesehatan lingkungan

Bagaimana

seseorang

merespons

lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan

sebagainya,

sehingga

lingkungan

tersebut

tidak

mempengaruhi

kesehatannya.

2.3.

Tinjauan umum tentang Perawatan Luka


Merawat luka adalah untuk mencegah trauma pada kuit, membran
mukosa atau jaringan lain yang disebabkan oleh adanya trauma , fraktur, luka
operasi yang dapat merusak permukaan kulit.

2.3.1.

Pengertian Luka
Pengertian Luka menurut para ahli :
Menurut Mansjoer, Luka adalah keadaan hilang atau terputusnya
kontinuitas jaringan.
Menurut InETNA, Luka adalah sebuah injuri pada jaringan yang
mengganggu proses selular normal, luka dapat juga dijabarkan dengan
adanya kerusakan pada kuntinuitas atau kesatuan jaringan tubuh yang
biasanya disertai dengan kehilangan substansi jaringan.
R. Sjamsu Hidayat, Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan
tubuh yang disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan
suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan
Koiner dan Taylan, Luka adalah terganggunya (disruption) integritas
normal dari kulit dan jaringan di bawahnya yang terjadi secara tiba-tiba
atau disengaja, tertutup atau terbuka, bersih atau terkontaminasi,
superficial atau dalam.

2.3.2. Tujuan Melakukan Perawatan Luka


Tujuan untuk melakukan perawatan luka adalah :
1. Memberikan lingkungan yang memadai untuk penyembuhan luka.
2. Absorbsi drainase.
3. Menekan dan imobilisasi luka.
4.
5.
6.
7.

Mencegah jaringan epitel baru dari cedera mekanis.


Mencegah luka dari kontaminasi.
Meningkatkan hemostasis dengan menekan dressing.
Memberikan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien.

2.3.3. Mekanisme Terjadinya Luka


Luka bisa terjadi akibat berbagai hal, diantaranya :
1.

Luka insisi, terjadi karena teriris oleh instrument yang tajam. Misal yang

2.

terjadi akibat pembedahan.


Luka memar, terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan
dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan

3.

bengkak.
Luka lecet, terjadi akibat kulit bergesek dengan benda lain yang biasanya

4.

dengan benda yang tidak tajam.


Luka tusuk, terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang

5.

masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.


Luka gores, terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh

6.

kawat.
Luka tembus, terjadi akibat luka yang menembus organ tubuh, biasanya
pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi bagian ujung
biasanya akan melebar.

2.3.4.

Fase Penyembuhan Luka


Proses penyembuhan luka memiliki 3 fase yaitu fase inflamasi,
proliferasi dan maturasi. Antara satu fase dengan fase yang lain merupakan
suatu kesinambungan yang tidak dapat dipisahkan.
Fase Inflamasi
Tahap ini muncul segera setelah injuri dan dapat berlanjut sampai 5 hari.
Inflamasi berfungsi untuk mengontrol perdarahan, mencegah invasi
bakteri,

menghilangkan

debris

dari

jaringan

yang

luka

dan

mempersiapkan proses penyembuhan lanjutan.


Fase Proliferasi
Tahap ini berlangsung dari hari ke 6 sampai dengan 3 minggu. Fibroblast
(sel jaringan penyambung) memiliki peran yang besar dalam fase
proliferasi.
Fase Maturasi
Tahap ini berlangsung mulai pada hari ke 21 dan dapat berlangsung
sampai berbulan-bulan dan berakhir bila tanda radang sudah hilang.
Dalam fase ini terdapat remodeling luka yang merupakan hasil dari
peningkatan jaringan kolagen, pemecahan kolagen yang berlebih dan
regresi vaskularitas luka.

2.3.5. Penatalaksanaan atau Perawatan Luka

Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang dilakukan


yaitu evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka, penjahitan luka,
penutupan luka, pembalutan, pemberian antiboitik dan pengangkatan jahitan.
1. Evaluasi luka meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik (lokasi dan
eksplorasi).
2. Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk mensucihamakan kulit. Untuk
melakukan pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau
larutan antiseptik.
3. Pembersihan Luka
Tujuan dilakukannya
memperbaiki

dan

pembersihan

mempercepat

luka

proses

adalah

meningkatkan,

penyembuhan

luka

serta

menghindari terjadinya infeksi.


Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam pembersihan luka yaitu :

Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk membuang

jaringan mati dan benda asing.


Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati.
Berikan antiseptik.
Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian anastesi

lokal.
Bila perlu lakukan penutupan luka.
4. Penjahitan luka
Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang
dari 8 jam boleh dijahit primer, sedangkan luka yang terkontaminasi berat
dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan sembuh.
5. Penutupan Luka
Penutupan luka adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada
luka sehingga proses penyembuhan berlangsung optimal.

6. Pembalutan
Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung pada
penilaian kondisi luka. Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap
penguapan, infeksi, mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam
proses penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek penekanan yang mencegah
berkumpulnya rembesan darah yang menyebabkan hematom.
7. Pemberian Antibiotik
Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada luka
terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik.
8. Pengangkatan Jahitan
Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Waktu
pengangkatan jahitan tergantung dari berbagai faktor seperti, lokasi, jenis
pengangkatan luka, usia, kesehatan, sikap penderita dan adanya infeksi.

2.4.

Konsep Operasi/Pembedahan

2.4.1. Pengertian Operasi/Pembedahan


Pembedahan merupakan tindakan pengobatan yang menggunakan
teknik invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan
ditangani melalui sayatan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka
(Susetyowati et al., 2010). Bedah atau operasi merupakan tindakan
pembedahan cara dokter untuk mengobati kondisi yang sulit atau tidak
mungkin disembuhkan hanya dengan obat-obatan sederhana (Potter, 2006)

2.4.2. Fase Operasi/Pembedahan


Seperti yang telah disebutkan di atas, menurut Long (1989) terdapat
tiga fase pembedahan yaitu :
a. Fase Praoperatif
Fase praoperatif dimulai saat keputusan untuk tindakan pembedahan
dibuat dan berakhir dengan mengirim pasien ke kamar operasi. Lingkup
kegiatan keperawatan dari pengkajian dasar pasien melalui wawancara
praoperatif di klinik, ruang dokter, atau melalui telepon, dan dilanjutkan
dengan pengkajian di tempat atau ruang operasi. Memberikan pendidikan
kesehatan pada pasien yang akan menjalani operasi merupakan salah satu
peran perawat pada fase praoperatif.
Misalnya, memberikan pendidikan kesehatan mengenai pentingnya
melakukan perawatan luka setelah operasi pada pasien yang akan
menjalani. Di samping itu, mengajarkan keluarga pasien bagaimana
tahap-tahap melakukan perawatan luka, juga merupakan hal yang penting
disampaikan oleh perawat.
b. Fase Intraoperatif
Fase intraoperatif dimulai saat pasien dikirim ke ruang operasi
danberakhir saat pasien dipndahkan ke suatu ruang untuk pemulihan
darianestesi. Pada fase ini, lingkup tindakan keperawatan dari
mengkomunikasikan

asuhan

perencanaan

pasien,

mengidentifikasi

kegiatan keperawatan yang dianjurkan untuk hasil yang diharapkan,dan

menetapkan prioritas tindakan keperawatan. Tindakan keperawatan


disusun dalam pemikiran yang logis.
c. Fase Pascaoperatif
Fase pascaoperatif dimulai dengan mengirim pasien ke ruang pemulihan
dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut di klinik atau di rumah.
Lingkup keperawatn pada fase ini mencakup rentang aktivitas yang luas.
Pada fase pascaoperatif langsung, fokus termasuk mengkaji efek dari
agens anestesia, dan memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi.
Aktivitas

keperawatan

kemudian

berfokus

pada

peningkatan

penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan.


Salah satu peran perawat sebagai pendidik adalah dengan memberikan
penyuluhan kesehatan kepada keluarga pasien tentang cara melakukan
perawatan luka yang baik dan benar serta sebagai motivator memberikan
motivasi yang mendukung proses kesembuhan pasien yaitu dengan
memberikan dorongan kepada pasien untuk melakukan mobilisasi setelah
operasi. Hal tersebut penting dilakukan karena selain mempercepat proses
kesembuhan juga dapat mencegah komplikasi yang mungkin muncul

También podría gustarte