Está en la página 1de 8

ANALISA KADAR LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) PADA IKAN MAS

(Cyprinus carpio) YANG DIBUDIDAYAKAN PADA KERAMBA JARING


APUNG WADUK JATILUHUR JAWA BARAT
The Analysis of Pb Content in the Body of Golden Carp (Cyprinus carpio) cultured in the
Floating Net-cage at in Jatiluhur reservoir West Java
Yusnidar Yusuf, Fatimah Nisma dan Indra Saut Taruli Tua
Jurusan Farmasi UHAMKA, Jakarta
ABSTRACT
Previous research at Reservoir Cirata reported a heavy metal contamination mainly by
Cu and Pb in its water. Our research objective is to find out the Pb content in the body of
the Golden carp (Cyprinus carpio) cultured at Reservoir Jatiluhur in the floating net-cage.
Carp (Cyprinus carpio) were divided in 3 groups, small size 50-150 g BW; medium 150250 g BW, and big size 250-350 g BW. The assayed carp body were its meat/flesh and
entrail part and the bone (consist of head, fins and tail). The parts were crusted and dried.
Furthermore their content assayed by Atomic Absorption Spectrophotometer. The data
were analyzed by one way ANOVA. The association between meat and bone analyzed
by T tests. The results showed of the meet was F = 0.023 and bone F = 0.353. It showed
that there were difference of Pb content in the various body weights. The conclusion that
there are difference in the Pb content in the meat and bone in the fishes.
Keywords: heavy metals Pb, Jatiluhur Reservoir, carp (Cyprinus carpio)
ABSTRAK
Penelitian terdahulu di Waduk Cirata menunjukkan adanya cemaran logam berat
terutama Cu dan Pb. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui adanya perbedaan
kandungan logam Pb pada berbagai bobot ikan mas (Cyprinus carpio) dan perbedaan
kandungan logam timbal (Pb) dalam daging dan tulang ikan mas yang dibudidayakan di
waduk Jatiluhur Jawa Barat. Ikan mas (Cyprinus carpio) dikelompokan menjadi 3
kelompok berdasarkan berat badan kecil 50-150 g; sedang 150-250 g; dan besar 250350 g. Juga dilakukan pemisahan menjadi 2 kelompok daging yang terdiri dari daging
dan isi perut, dan tulang yang terdiri dari pertulangan, kepala, sirip dan ekor. Sampel
didestruksi kering lalu ditentukan kadarnya menggunakan Spektrofotometer Serapan
Atom. Data kadar timbal (Pb) dihitung secara statistik ANAVA satu arah untuk masingmasing bobot dalam daging dan tulang. Sedangkan keterkaitan daging dan tulang
dengan uji T tes. Hasil ANAVA didapatkan berturut-turut daging dan tulang, F=0,023 dan
F=0,353. Berartikan pada daging ada perbedaan kandungan logam berat timbal (Pb)
dalam berbagai bobot, sedangkan dalam tulang tidak ada perbedaan. Hasil T tes
didapatkan F=0,014, dapat disimpulkan ada perbedaan kandungan logam berat timbal
(Pb) dalam daging dan tulang.
Kata Kunci : Logam berat Pb, Waduk Jatiluhur, ikan mas (Cyprinus carpio)
PENDAHULUAN
Perkembangan manusia semakin hari semakin pesat. Di samping dampak positif
dari perkembangan ini terdapat juga dampak negatif. Salah satu dampak negatif adalah
adanya pencemaran pada lingkungan. Pencemaran ini dapat terjadi pada tanah, air dan
udara. Salah satu contoh terjadinya pencemaran ini adalah yang terjadi pada sungai
Citarum. Sungai Citarum merupakan sungai yang paling tercemar di bumi (Patnistic,
2010).
Daerah aliran sungai (DAS) Citarum merupakan DAS utama yang sangat penting
di Jawa Barat, karena merupakan penyangga ibukota Jakarta. Daerah aliran sungai ini
memiliki luas 6.614 km persegi atau sekitar 22 % luas wilayah Jawa Barat. DAS ini juga
merupakan DAS terpadat di Jawa Barat (BPLHD Jawa Barat, 2009).

Sungai Citarum bersumber dari Gunung Wayang di Desa Cibeureum,


Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung yang mengalir melalui daerah Majalaya yang
banyak industri tekstilnya. Selanjutnya sungai ini mengalir ke bagian tengah Provinsi
Jawa Barat dari Selatan ke arah utara dan akhirnya bermuara di Laut Jawa di daerah
Muara Gembong dengan melewati Kabupaten Bandung, Kabupaten Cianjur, Kabupaten
Purwakarta dan Kabupaten Karawang (Departemen Pekerjaan Umum, 2010).
Sungai Citarum dimanfaatkan ole3h 3 (tiga) waduk besar yaitu: waduk Saguling
3
dibangun tahun 1986 dengan kapasitas 982 juta m , waduk Cirata dibangun tahun 1988
3
dengan kapasitas 2.165 juta m , dan waduk Jatiluhur dibangun tahun 1963 dengan
3
kapasitas 3.000 juta m (Departemen Pekerjaan Umum, 2010). Waduk Jatiluhur ini
merupakan bendungan terbesar di Indonesia, oleh pemerintah Indonesia dinamakan
waduk Ir. H. Juanda, dengan luas 8.300 ha. Waduk ini memiliki fungsi serbaguna yaitu
sebagai tempat menampung air untuk irigasi, sebagai pembangkit listrik, sumber air baku
PAM, tempat rekreasi air, dan tempat budidaya ikan air tawar pada jaring apung.
Waduk Jatiluhur merupakan waduk yang berada paling hilir dari serangkaian
waduk di aliran sungai Citarum sehingga cemaran yang berasal dari waduk Cirata dan
Saguling serta air yang berasal dari bagian hulu dapat terbawa masuk ke waduk ini.
Masuknya bahan pencemar ini akan membuat kualitas air menurun, dan bila terjadi maka
air dinyatakan tercemar. Cemaran air dapat berupa jasad renik, zat atau energi yang
masuk ke dalam air. Keberadaan zat pencemar dalam perairan akan mempengaruhi
makhluk hidup yang ada di dalamnya. Masuknya zat pencemar ke dalam tubuh biota air
dapat melalui saluran pernapasan dan saluran pencernaan (Saeni, 1989). Bahan
pencemar ini salah satunya logam berat, yang merupakan hasil limbah industri yang ada
di DAS Citarum Hulu. Umumnya air limbah industri mengandung logam berat, karena
dalam proses produksinya banyak melibatkan bahan kimia, seperti industri kimia, industri
cat, industri pupuk (Widowati dkk, 2008). Selain itu logam berat juga dihasilkan oleh
pelapukan batuan yang berada di tanah, akibat proses pertambangan, limbah barangbarang elektronik, batu baterai, aki, kabel, pipa, cat antikarat.
Cemaran logam berat dapat menimbulkan efek gangguan terhadap kesehatan,
baik manusia maupun hewan, tergantung pada tempat mana logam berat tersebut terikat
dalam tubuh dan besar dosis paparannya. Efek toksis dari logam berat ini menghalangi
kerja enzim sehingga metabolisme tubuh menjadi terganggu. Efek lainnya dapat
menyebebkan mutagen, teratogen, dan karsinogen bagi tubuh manusia dan hewan
(Darmono. 1995).
Logam berat adalah logam dengan massa atom relatifnya besar memiliki berat
jenis yang besar (lebih dari 4 mg/mL), mempunyai nomor atom 22 - 34 dan 40 50 unsur
lantanida dan aktinida, serta memiliki respon biokimia yang khas. Logam berat yang
diizinkan masuk ke dalam tubuh manusia adalah timbal (Pb) sebanyak 0,6 ppm, seng
(Zn) 22,45 ppm, krom (Cr) 0,1 ppm, dan air raksa (Hg) 179,13 ppb per berat badan
(Anonim, 2010).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ratri Indri Hapsari dan Sutarto terhadap
kontaminasi logam berat pada ikan mas (Cyprinus carpio) budidaya jaringan apung di
waduk Cirata tahun 2007 untuk logam Cu, Cd, Pb, dan Hg masih berada di bawah baku
mutu yang diperbolehkan berdasarkan FAO/WHO. Dari hasil 4 penelitian Badan
Pengelola waduk Cirata (BPWC) pada triwulan pertama dan kedua tahun 2008
menunjukkan kadar timbal (Pb) di sejumlah lokasi penelitian mencapai 0,04 mg/L. Pada
triwulan pertama kadar timbal mencapai 0,03 mg/L dan 0,11 mg/L pada triwulan kedua.
Sedangkan untuk tembaga (Cu) 0,03 mg/L. Pada hal ambang batas ideal untuk air baku
minum, perikanan dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) berdasarkan peraturan
gubernur Jawa Barat Nomor 39 tahun 2000 tentang Baku Mutu Air adalah 0,02 mg/L
untuk tembaga (Cu) dan 0,03 mg/L untuk timbal (Pb) (Anonim, 2010).
Cemaran yang masuk ke dalam tubuh dapat melalui proses rantai makanan,
memungkinkan perpindahan zat pencemar, dari suatu makhluk hidup ke makhluk hidup
lain yang mengkonsumsinya. Dalam penelitian ini digunakan ikan mas (Cprinus carpio)
sebagai sampel yang akan diteliti. Ikan mas (C carpio) dipilih karena ikan ini yang banyak

dibudidayakan dalam jaring apung di waduk Jatiluhur dan ikan ini merupakan ikan yang
umum dikonsumsi oleh masyarakat banyak. Pemeriksaan kadar timbal (Pb) pada ikan ini
akan menjadi indikator pencemaran lingkungan yang terjadi di waduk Jatiluhur. Untuk
mengetahui apakah ikan mas (C carpio) yang dibudidayakan di waduk Jatiluhur ini masih
layak untuk dikonsumsi perlu penelitian lebih lanjut.
Konsumsi ikan yang mengandung timbal (Pb) sangatlah berbahaya karena
sifatnya yang terakumulasi dan sukar dihilangkan dari dalam tubuh. Ikan mas (C carpio)
yang dijadikani sampel adalah ikan mas (C carpio) layak konsumsi yaitu yang berusia 3
4 bulan (Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi. 2010). Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran kadar logam berat
timbal (Pb) dalam ikan mas (C carpio) pada berbagai bobot dan dalam daging serta
tulang ikan yang berasal dari waduk Jatiluhur, Jawa Barat dengan metode
Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).
METODOLOGI
Alat dan bahan
Alat-alat yang digunakan : Spektrofotometer Serapan Atom (Elmer Paragon
3300), Timbangan analitik (adventure OHAUSS), Hot plate, Cawan petri, Cawan porselen
bertutup, Pot polypropilen, Pisau, Blender, Sendok plastik, Desikator, Oven, Lemari es,
Furnace, dan alat-alat gelas yang biasa ada di laboratorium.
Bahan yang digunakan adalah ikan mas (Cyprinus carpio.) yang dibudidayakan
di Keramba Jaring Apung di waduk Jatiluhur. HNO 3 65%, HNO3 0,1 M, HCl 37% , HCl 6
N, H2O2, larutan Titrisol (E Merck) Pb 1000 ppm, aquadest dan gas Asetilen
Pengambilan Sampel
Sampel yang digunakan adalah ikan mas (C carpio) yang dibudidayakan di
Keramba Jaring Apung bagian tengah waduk Jatiluhur, Jawa Barat.
Determinasi sampel
Sampel berupa ikan mas (C carpio) yang dibudidayakan di Keramba Jaring
Apung di waduk Jatiluhur, Jawa Barat dideterminasi di Balai Riset Perikanan Budidaya
Air Tawar, Sempur Bogor. Jawa Barat.
Pemisahan sampel berdasarkan berat badan
Pemisahan ikan mas dilakukan berdasarkan berat badan ikan yaitu: Ikan mas
besar dengan bobot 250-350 g, ikan mas sedang dengan bobot 150250 g dan ikan
mas kecil dengan bobot 50-150 g. Dari setiap kelompok diambil masing-masing 3 sampel
ikan mas.
Pemisahan daging dan tulang
Daging ikan dipisahkan dari tulangnya. Daging dicampurkan dengan jeroan ikan
kecuali empedu dan kotoran, sedangkan bagian tulang digabungkan pertulangan, kepala,
sirip dan ekor.
Preparasi standar
Kurva kalibrasi dibuat dari larutan baku pembanding Pb(NO3)2 (Titrisol 1000 mg
dalam 50 ml aquabidest, konsentrasi larutan baku yang dibuat adalah 1,00 , 2,00, 3,00,
4,00 dan 5,00 ppm dalam HNO3 0,1 N. Serapan diukur dengan spektrofotometer serapan
atom pada 283,3 nm. Hasil absorban dibuat persamaan garis regresi dan koefisien
kolerasi.
Preparasi Sampel
Sampel dicuci bersih lalu dipisahkan daging dengan bagian tulang. Kemudian
dilumatkan hingga homogen dengan blender dan ditempatkan dalam wadah polystyrene
yang bersih dan tertutup. Disimpan dalam freezer sebelum dianalisa.
Proses Destruksi Kering
a. Tahap Pengeringan
Cawan petri diberi label, separuh dari permukaan cawan petri ditutup dengan
kertas alumunium untuk mengurangi kontaminasi dari debu selama pengeringan
o
kemudian dimasukan ke dalam oven pada suhu 103 1 C selama 2 jam, setelah
kering cawan petri dipindahkan ke dalam desikator selama 30 menit, kemudian

dilakukan penimbangan dan dicatat (A). Sampel basah dimasukkan ke dalam cawan
petri dan diratakan dengan menggunakan sendok yang terbuat dari plastik, kemudian
ditimbang berat sampel dan cawan petri (B). Cawan petri ditutup dengan aluminium
o
foil dan dikeringkan dalam oven selama 18 jam pada suhu 103 1 C. Setelah
sampel kering, didinginkan dalam desikator selama 30 menit lalu ditimbang dan
dicatat (C). Sampel ditetapkan kadar airnya, lalu diblender sampai halus dan sampel
disimpan dalam botol polypropylene.
b. Tahap Destruksi Kering/digesti
Cawan porselen bertutup disiapkan dan dibuka separuh permukaannya
untuk meminimalkan kontaminasi dari debu selama destruksi, dikeringkan dalam
o
oven pada suhu 103 1 C, kemudian didinginkan dalam deksikator selama 30 menit,
lalu ditimbang dan dicatat beratnya. Sebanyak 0,5 gram sampel dikeringkan dan
dicatat (Wd). Control positif ditambahkan 0,25 ml larutan standar timbal 1 mg/l ke
dalam contoh sebelum dimasukkan ke tungku pengabuan. Sampel dimasukkan ke
dalam tungku pengabuan dan tutup separuh permukaannya. Naikkan suhu secara
o
o
bertahap 100 C tiap 30 menit sampai 450 C dan pertahankan selama 18 jam.
Sampel diinginkan pada suhu kamar, lalu tambahkan 1 ml HNO3 65% dan
digoyang dengan hati-hati sampai seluruh abu larut. Sampel diuapkan pada suhu
o
100 C sampai kering. Setelah kering masukkan kembali dalam tungku pengabuan
selama 3 jam, tambahkan 5 ml HCl 6 M dalam masing-masing sempel sambel terus
o
digoyang dengan hati-hati sampai semua abu larut. Uapkan pada suhu 100 C
sampai kering, lalu tambahkan 10 ml HCl. Sampel ditambahkan 10 ml HNO3 0,1 M
didiamkan pada suhu ruang selama 1 jam, kemudian dipindahkan ke dalam labu ukur
50 ml, dan ditambahkan sampai garis batas dengan HNO3 0,1 M. Tambahkan H2O2
sebanyak 20 ml. Sampel siap untuk dilakukan pengujian dengan menggunakan
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS).
Pembuatan Kurva Kalibrasi
Kurva kalibrasi dibuat dengan menggunakan larutan standar Pb(NO 3)2. 1000 mg
dimasukkan dalam labu ukur 100 ml, kemudian dilarutkan dengan aquadest sampai
tanda batas, selanjutnya larutan standar dibuat pengenceran dengan kosentrasi 1,00,
2,00, 3,00, 4,00 dan 5,00 ppm, masing-masing kosentrasi larutan ditambahkan HNO 3 4 N
sebanyak 5 ml dalam labu ukur 100 ml dan tambahkan aquadest sampai tanda batas.
Serapan diukur pada maks 283,3 nm dengan spektrofotometer Serapan Atom. Kurva
kalibrasi dengan menggunakan persamaan garis regresi dan koefisien kolerasi.
Pengukuran Kadar Logam Dalam Sampel
Larutan sampel yang telah dilakukan destruksi diukur absorbsinya dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 283,3 nm. Nilai asorbansi yang diperoleh
dalam rentang kurva kalibrasi larutan standar Pb. Konsentrasi Pb dalam sampel dapat
dihitung berdasarkan persamaan linier dari kurva kalibrasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Determinasi Sampel
Hasil determinasi sampel yang dilakukan di Balai Riset Perikanan Budidaya Air
Tawar, Sempur, Bogor. diperoleh sampel adalah Ikan mas (Cyprinus carpio) dengan
famili Cyprinidae. Determinasi tidak dapat dilanjutkan untuk penentuan strain karena ikan
yang digunakan sebagai sampel merupakan ikan budidaya yang bukan galur murni (hasil
persilangan).
Kurva Kalibrasi Standar Timbal (Pb)
Larutan standar Pb(NO3)2 dengan konsentrasi 1,00 2,00 3,00 ; 4,00 dan 5,00
ppm, diukur dengan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 283,3 nm
dari hasil perhitungan regresi serapan dan konsentrasi diperoleh persamaan regresi y = -4
8,69 x 10 -7 + 4,47x 10 x dengan nilai koefisien regresi (r) = 0,9958 yang dinyatakan
bahwa kurrva kalibrasi berbentuk linier.

Hasil Penetapan Kadar Logam Timbal (Pb) Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio)
Konsentrasi logam Pb dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis
regresi linier kurva kalibrasi standar. Hasil rata-rata kadar logam Pb pada daging dan
tulang ikan mas C carpio untuk pada berbagai bobot dapat dilihat pada table I
Tabel I. Hasil Ratarata Kadar Logam Pb pada Tiap Kategori
Kategori

Hasil
Daging (mg/Kg)

Kecil
Sedang
Besar

Tulang (mg/Kg)
3

1,80 X 104 5,27 X 10


3
5751,7828 2,97 X 10
4
1,68 X 104 9,65 X 10

2,38 X 104 7,95 X 10


3
4,51 X 104 5,00 X 10
5,62 X 104 4,32 X 104

Menurut syarat yang tercantum dalam SNI 7387-2009 kandungan Pb yang


diperbolehkan pada ikan dan olahannya adalah sebesar 0,3 mg/Kg sedang pada ikan
predator seperti cucut dan tuna sekitar 0,4 mg/Kg. Hal ini berarti kandungan logam berat
Pb dalam sampel melebihi ambang batas aman untuk dikonsumsi manusia.
4. Hasil Analisa Statistik
Data hasil penetapan kadar sampel dilakukan analisa statistik dengan
menggunakan program SPSS versi 17. Analisis homogenitas dan normalitas dilakukan
dengan menghitung perbandingan nilai Skewness dan standart error, dilanjutkan dengan
uji ANAVA satu arah (one way ANOVA) kadar Pb dalam daging terhadap bobot dan
kadar Pb dalam tulang terhadap bobot. Kebermaknaan kadar Pb dalam daging dan
tulang dilakukan uji T dipenden (paired sampel T test). Hasil uji homogenitas dan
normalitas dapat dilihat pada table II.
Tabel II. Perbandingan Nilai Skewness dan Standar Error
Nilai Skewness
Sampel
Std Error
Hasil
daging
Tulang

0,384
0,799

0,717
0,717

0,54
1,12

Dari hasil yang terlihat pada table II dapat dinyatakan bahwa homogenitas dan
normalitas data penelitian normal. Hasil analisa uji ANAVA satu arah kadar Pb dalam
daging terhadap bobot, dan kadar Pb dalam tulang terhadap bobot serta uji T dependen
kadar Pb dalam daging dan tulang dengan tingkat kebermaknaan ) sebesar 0,05
Tabel III. Hasil Perhitungan Statistik Uji Anova dan Uji T Test
Uji
Signifikansi
Level Of Significance ()
Anova Daging
0,023
0,05
Anova Tulang
0,353
0,05
T tes
0,014
0,05
Dari hasil Tabel III dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan antara bobot
ikan dengan kadar logam berat timbal (Pb) pada kelompok daging namun tidak ada
perbedaan dalam kelompok tulang. Selanjutnya analisa ANAVA satu arah dilanjutkan
dengan uji post hoc Tukey signifikansi antara kelompok kecil-sedang, kecil-besar dan
sedang-besar berturut-turut 0,134; 0,323; dan 0,019. Dengan tingkat kebermaknaan yang
digunakan () 0,05 dapat dinyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara
kelompok kecil-sedang, kecil-besar sedangkan kelompok sedang-besar terdapat
perbedaan yang bermakna. Sedangkan hasil perhitungan T tes menunjukan ada
perbedaan kadar logam berat timbal (Pb) antara kelompok tulang dan daging.

Pembahasaan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbedaan kandungan logam Pb dalam
ikan mas (C carpio) berdasarkan perbedaan bobot. Perbedaan kandungan Pb dilihat
dalam daging dan tulang (tulang, kepala, sirip serta ekor yang dijadikan satu) sehingga
adanya kelayakan ikan mas (Cyprinus carpio) untuk dikonsumsi.
Sampel pada penelitian ini adalah ikan mas (C carpio). Ikan mas yang
merupakan ikan air tawar yang memiliki nilai gizi tinggi karena mempunyai kandungan
protein dan lemak. Lemak ikan mas banyak disukai masyarakat untuk dikonsumsi
karena harga yang relatif murah dan dapat diolah menjadi bermacam-macam jenis dan
cara penyajian Maruf, Nur Sejati Amar, 1980) .
Lingkungan waduk merupakan lingkungan yang dinamis dimana kandungan zat
dalam airnya dapat berubah dari waktu ke waktu. Untuk itu dipilih ikan sebagai indikator
biologis pencemaran. Pemilihan ikan mas sebagai sampel didasari karena waktu panen
Ikan mas (C carpio) tidak begitu lama hanya sekitar 2 3 bulan sehingga apabila
ditemukan kandungan logam berat Pb dapat berasal dari air yang tercemar selama 23
bulan terakhir.
Ikan mas yang digunakan dalam penelitian ini diambil langsung dari keramba
jaring apung yang terletak dibagian paling dekat dengan tengah waduk. Hal ini
dimaksudkan agar Ikan mas (Cyprinus Sp.) yang diambil benar hidup pada air yang
diasumsikan. Bagian yang diambil untuk analisa adalah seluruh bagian ikan kecuali
bagian organ dalam ikan. Yang kemudian dipisahkan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu
bagian daging hanya terdiri dari daging dan isi perut ikan sedangkan yang masuk ke
dalam tulang adalah pertulangan, kepala, insang, sirip dan ekor. Pemisahan ini dilakukan
karena semua bagian ikan mas di konsumsi oleh masyarakat. Namun perlu mengetahui
lebih lanjut perbedaan kandungan logam dalam daging dan tulang ikan.
Berdasarkan pengukuran kandungan logam berat Pb pada Ikan mas (Cyprinus
Sp.) yang diperoleh dari Waduk Jatiluhur. Terlihat bahwa kadar logam Pb dalam semua
kategori sampel sudah melebihi ambangan batas yang ditetapkan sebangai batas aman.
Menurut syarat yang tercantum dalam SNI 7387-2009 kandungan Pb pada ikan dan
olahannya 0,3 mg/Kg sedang pada ikan predator seperti cucut dan tuna sekitar 0,4
mg/Kg (Sutrisno, et., al. 2007). Hal ini berarti kandungan logam berat timbal (Pb) dalam
sampel melebihi ambang batas aman untuk dikonsumsi manusia. Dari hasil analisa
statistik homogenitas dan normalitas terhadap kelompok daging dan tulang didapat
perbandingan nilai Skewness dan nilai standart error berturut-turut 0,54 dan 1,11. Hasil
homogenitas dan normalitas yang diperoleh menyatakan hasil perbandingan nilai
Skewness dan Standart error < 2. dapat dinyatakan homogenitas dan normalitas
kelompok daging dan tulang normal.
Analisa statistik dilanjutkan dengan melakukan analisa kandungan kadar logam
berat Pb dalam daging dan tulang dengan bobot ikan dengan menggunakan analisa
ANAVA satu arah (ANOVA one way) dengan tingkat kebermaknaan () 0,05 terhadap
kelompok daging dan tulang. Diperoleh hasil perhitungan statistik ANAVA satu arah
(ANOVA oneway) signifikansi (p) untuk kelompok daging 0,023 dan tulang 0,353. Nilai
pada daging < dari 0,05 sedang pada tulang > dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan
terdapat perbedaan antara bobot dengan kadar logam dalam daging dan tidak ada
perbedaan antara bobot dengan kadar logam dalam tulang.
Perbedaan antara kelompok kecil-sedang, kecil-besar dan sedang-besar
berturut-turut 0,134; 0,323; dan 0,019. Dengan tingkat kebermaknaan yang digunakan ()
0,05 dapat dinyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara kelompok
kecil-sedang, kecil-besar sedangkan kelompok sedang-besar terdapat perbedaan yang
bermakna. Hal ini berarti kenaikan bobot tidak serta merta menaikan kandungan logam
Pb dalam daging, namun kandungan Pb dalam bobot sedang dilihat dari kandungan ratarata, paling rendah dalam kelompok daging namun kadar ini tidak berbeda secara
statistik dengan kadar dalam bobot kecil yang kandungan rata-ratanya tertinggi kedua.
Pada kelompok besar yang kadar rata-ratanya tertinggi berbeda secara statistik. Analisa
statistik T tes dengan tingkat kebermaknaan () 0,05 dilakukan untuk mengetahui apakah

ada perbedaaan antara kelompok daging dan tulang. Didapat kan hasil p = 0,003. Nnilai
tersebut < 0,05 sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang bermakna antara
kelompok daging dan tulang. Ini juga berarti bahwa kenaikan bobot tidak menaikkan
kandungan Pb pada tulang. Hasil pemeriksaan statistik juga didapatkan nilai rata-rata
4
4
4
tulang 4,17 x 10 mg /Kg dengan standar deviasi 2,63 x 10 dan daging 1,68 x 10 mg /Kg
4
dengan standar deviasi 1,07 x 10 . Dari hasil diperoleh bahwa kadar dalam tulang lebih
tinggi dibanding dengan dalam daging Hal ini dapat disebabkan karena kadar Pb dalam
jaringan sangat dipengaruhi oleh intake Pb, sedangkan kadar timbal (Pb) dalam tulang
sangat lambat dan tidak dipengaruhi oleh intake Pb, Disamping Hal ini juga dapat
diakibatkan dari waktu paruh logam berat Pb dalam jaringan yang hanya berlangsung
beberapa bulan sehingga lebih cepat berubah sedangkan waktu paruh dalam tulang
dapat berlangsung 30-40 tahun sehingga kadarnya relatif konstan dan terakumulasi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisa statistik ANAVA satu arah (ANOVA one way)
disimpulkan bahwa kenaikan bobot tidak menaikan kandungan logam Pb dalam daging.
Kandungan logam berat Pb pada daging dan tulang yang diuji dengan menggunakan T
tes menunjukkan kenaikan bobot tidak selalu menaikkan kandungan Pb pada tulang.
Kadar logam Pb dalam tulang lebih tinggi dibandingkan dalam daging dan kadar Pb
dalam tulang lebih tinggi dibandingkan dalam SNI 7387-2009.
B. Saran
Dari hasil penelitian ini perlu diadakan peringatan kepada masyarakat bahwa
Ikan Mas (Cyprinus carpio) yang dibudidayakan di Keramba Jaring Apung Waduk
Jatiluhur tidak layak konsumsi. Selain itu perlu dilakukan perbaikan lingkungan dan
pengendalian pencemaran di Waduk Jatiluhur khususnya dan DAS Citarum pada
umumnya. Perlu dilakukan analisa logam berat dan cemaran lain ini secara berkala untuk
memantau lingkungan Waduk Jatiluhur.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Batasan Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Pangan, SNI
7387:2009, Badan standarisasi Nasional , Jakarta. Hal. 2,19-23.
Anonim. 2010. Bendungan Jatiluhur. pustaka.pu.go.id/new/infrastrukturbendungandetail.asp?id=119. 12 Desember 2010.
Anonim.
Mutu
Air
Waduk
Mencemaskan.
www.kompas.com/read/
mutu.air.waduk.mencemaskan. 10 Desembar 2010
Anonim.
Waduk
Cirata
tercemar
Logam
berat.
www.kompas.com/read/
waduk.cirata.tercemar.logam.berat. 10 Desember 2010
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup Dan Pencemaran. Hubungan Dengan Toksikologi
Senyawa Logam. Penerbit UI, Jakarta. Hlm 140 147
Leiken, Jerrold B dan Palaucek, Frank P. 2008. Toxicology and Poisoning Handbook
Fourth edition, Lexi corp, New york, hal 779, 807
Maruf, Nur Sejati Amar.1980. Kebiasaan Makan Ikan Mas (Ciprinus carpio) Lin dan Ikan
Tambakan Helostoma temminci CV Pada Kolam Yang Dipupuk Tripel Super
Phospat (TSP) dan Kotoran Ayam Serta Campuran Keduanya. Fakultas Perikanan,
IPB. Bogor
Palar, H. 2008.Pencemaran Dan Toksikologi Logam Berat, Rineka Cipta, Jakarta,. Hlm
74 76 82-83, 23 25
Patnistic,
Edigius.
Citarum
Sungai
Paling
Tercemar
Dibumi.
www.kompas.com/read/Citarum..Sungai.Paling.Tercemar.di.Bumi. 10 Desember
2010
Puslitbang Sumber Daya Air. Departemen Pekerjaan Umum. Status Mutu Air Sungai.
www.pusair-pu.go.id/artikel/ketiga.pdf. 12 Desember 2010
Saeni, Muhammad Sri. 1989. Kimia Lingkungan. Bahan Pengajaran. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar
niversitas Ilmu Hayat.IPB. Bogor.Hlm 13,20-25

Sutrisno, Koesoemadinata Satosa. Taufik, Imam. 2007. Tingkat Pencemaran Logam


Berat Pada Ekosistem Waduk Di Jawa Barat (Cirata, Saguling, dan Jatiluhur).
dalam Media Akuakultur, 2009 vol 4 edisi 1.Pusat Riset Perikanan udidaya,
Kementrian Perikanan dan Kelautan.
Widowati, W. Sastiono, A. Jusuf, R. 2008. Efek Toksik Logam, Pencegahan dan
Penanggulangan Pencemaran, Penerbit Andi,

También podría gustarte