Indonesia berdasarkan data Badan Pusat Statistik, angka pengangguran di
Indonesia mencapai 7,39 juta orang. Angka pengangguran didominasi oleh lulusan Sekolah Menengah Atas, dengan kondisi yang demikian menjadi beban bagi negara. Pengangguran yang terjadi akibat rendahnya tenaga kerja yang terserap oleh lapangan pekerjaan yang ada dan kebutuhan tenaga kerja tidak diimbangi oleh penawaran tenaga kerja dengan spesifikasi yang sesuai. Oleh karena penting mengembangkan suatu pola masyarakat yang mandiri dan terampil di Indonesia karena dominasi pengangguran penduduk diusia muda. Sebelum membahas bagaimana strategi mencipakan masyarakat yang berwirausaha di Indonesia, definisi kewirausahaan penting untuk dijelaskan. Wirausaha berasal dari kata wira yang berarti pahlawan (berani) dan usaha berarti melakukan kegiatan usaha (bisnis). Dengan demikian wirausaha dapat didefenisikan sebagai seseorang yang dengan gigih berusaha untuk menjalankan sesuatu kegiatan bisnis dengan tujuan untuk mencapai hasil yang dapat dibanggakan. Wirausahawan adalah individu yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dan menggerakkan perekonomian masyarakat untuk maju ke depan. Wirausahawan adalah individu-individu yang berani mengambil resiko, mengkoordinasi, mengelola penanaman modal atau sarana produksi serta mengenalkan fungsi faktor produksi baru atau yang mampu memberikan respon secara kreatif dan inovatif. Raymond W.Y Kao menyebut bahwa kewirausahaan sebagai suatu proses, yakni proses penciptaan sesuatu yang baru (kreasi baru) dan membuat sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada (inovasi). Berdasarkan pengertian yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah suatu proses yang mengacu pada kreatifitas individu yang direalisasikan dalam menciptakan usaha baru dengan tujuan kesejahteraan individu dan nilai tambah bagi masyarakat. Selanjutnya bagaimana dengan kondisi kewirausahaan serta dampaknya bagi perekonomian Indonesia saat ini? Berdasarkan keterangan yang disampaikan oleh Halim Alamsyah, Deputi Gubernur Bank Indonesia. Perkembangan wirausaha Indonesia masih terbatas, hal ini tercermin dari tiga hal. Pertama, Populasi wirausaha baru mencapai angka 1,65 persen dari jumlah penduduk, jauh tertinggal dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura yang sudah mencapai di atas 4 persen. Cerminan yang kedua, adalah dalam hal kesehatan ekosistem kewirausahaan, Indonesia menempati peringkat ke-68 dari 121 negara di dunia menurut The Global Entrepreneurship & Development Index 2014. Sementara yang ketiga, berdasarkan The EY G20 Entrepreneurship Barometer 2013, Indonesia di antara negara-negara G20
termasuk dalam kuartil keempat yaitu kelompok negara yang memiliki
ranking terendah dalam ekosistem kewirausahaan. Selanjutnya selain dukungan data-data tersebut, pola pikir dan lingkungan masyarakat Indonesia pada umumnya enggan menumbuhkan kewirausahaan sangat besar. Hal ini disebabkan anggapan bahwa risiko dan sistem pendidikan yang secara konkrit belum mengarahkan masyarakat untuk berwirausaha. Tentunya lama kelamaan pola pikir yang terbentuk tidak membentuk passion dan keberanian masing-masing individu untuk berwirausaha. Berbagai sebagian persoalan yang menjadi penghambat masyarakat untuk berwirausaha telah dipaparkan tentunya dibutuhkan suatu penyelesaian melalui program-program pemerintah untuk mendorong masyarakat Indonesia yang berjiwa wirausaha. Bersambung... Program pemerintah untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki semangat kewirausahaan sudah dilakukan melalui sistem pendidikan dan instruksi pemerintah, pada tahun 1995 pemerintah mengeluarkan instruksi presiden R.I. No. 4 tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan. Tahun 2008 pemerintah melalui departemen koperasi dan UKM telah mencanangkan program GETUKNAS (Gerakan Tunas Kewirausahaan Nasional) untuk pelajar dan mahasiswa. Kemudian pada tahun 2009 dirjen dikti mewajibkan bagi perguruan tinggi memasukkan mata kuliah kewirausahaan kedalam kurikulum sebagai mata kuliah wajib. Dengan upaya tersebut, pemerintah ingin mengubah pola pikir masyaraka yang menjadi pencipta lapangan pekerjaan bukan sebagai pencari kerja. Namun dengan kondisi penerapan pendidikan kewirausahaan dalam keterbatasan yang besar, yakni hanya sebatas 2-3 sks agaknya sulit untuk mengubah pola pikir menuju lulusan pendidikan formal yang mengarah pada kewirausahaan. Kemudian bagaimana membentuk sebuah masyarakat dengan pola pikir kewirausahaan? Jika dimulai dari pendidikan formal, bentuk pendidikan dan implementasi apakah yang tepat untuk dilakukan? Usaha yang dapat dilakukan untuk menghasilkan lulusan yang berorientasi pada kewirausahaan dilakukan dengan mengubah bentuk kelembagaan pendidikan menjadi entrepreneurial university. Kebijakan tersebut menjadi gambaran, langkah strategis dunia pendidikan melalui entrepreneurial university sebagai suatu organisasi dengan memanfaatkan secara optimal dan efisien sumber daya manusia yang dimiliki. Selanjutnya sumber daya manusia dalam institusi entrepreneurial university (mahasiswa, staf, dan dosen) terintegrasi dengan lembaga bisnis, industri dan komunitas melalui inovasi dan pengenalan ilmu pengetahuan dan kerjasama dengan industri. Melalui kebijakan strategis
tersebut bentuk implementasi yang nyata dalam bentuk komitmen dan
hubungan timbal balik dengan stakeholders dapat memberi peluang keuntungan bersama. Bersambung... Pengembangan pengembangan pendidikan kewirausahaan, baik yang diterapkan oleh negara Cina, Singapura dan Finlandia hal yang paling utama bagaimana pola yang lebih meyakinkan untuk Indonesia, agar mampu menghasilkan lulusan yang berjiwa wirausaha. Menurut penulis yang utama diterapkan pendidikan tinggi di Indonesia berkolaborasi dengan pusat-pusat pelatihan kewirausahaan dan small grup discussion kewirausahaan. Menurut penulis, mahasiswa memiliki banyak ide dan gagasan dalam membangun bisnis, namun karena kurangnya arahan dan bimbingan hal ini membuat berbagai usaha yang dirintis oleh mahasiswa (baca: startup) banyak yang tidak bertahan lama. Kemudian, diciptakannya program khusus oleh kementerian pendidikan tinggi untuk mengarahkan mahasiswa yang mengikuti kompetisi Program Mahasiswa Wirausaha dan Program Kreativitas Mahasiswa. Pengarahan dalam arti memantau dan mengawasi perkembangan program yang telah dirintis, untuk kemudian mampu bersaing dengan pasar. Terakhir tantangan terberat adalah bagaimana pola yang bisa diterapkan oleh pemerintah untuk membentuk paradigma masyarakat dan dukungan keluarga, bagi anggota keluarganya yang ingin berwirausaha. Sehingga perspektif masyarakat mengenai kebiasaan untuk mendidik anak muda menjadi pencari kerja perlahan berkurang. Pola pendidikan yang demikian memang sulit, namun menurut penulis jika pemerintah giat menggencarkan kompetisi dan pentingnya kewirausahaan perlahan paradigma masyarakat untuk mendidik anaknya menjadi pencari kerja berkurang. Terima Kasih
PRISMA6_MAHASISWA_Alfian Tanjung_Univ. Brawijaya_PRIMA TANI Solusi Permasalahan Rendahnya Pendapatan Petani Kopi Melalui Triple Simbiosis Mutualisme (Kopi, Pisang, Kambing) (Studi Kasus Di Kecamatan Pasrujambe, Kabupaten