Está en la página 1de 3

Pertemuan 3

Konsep Makrokosmis dan Mikrokosmis dalam Kehidupan Manusia


MANUSIA DAN ALAM SEMESTA

Makhluk di alam ini, yang dapat kita amati, dapat digolongkan dalam berbagai jenis:
batu-batuan/mineral, tumbuh-tumbuhan, binatang, dan manusia. Alam semesta ini
dikendalikan dengan hukum-hukum-Nya yang hingga kini baru dikenal oleh manusia
sebagai medan gravitasi, medan elektromagnet, gaya kuat, dan gaya lemah.
Medan gravitasi utamanya mengontrol makrokosmos, mengendalikan bintang-bintang. Ketiga
jenis yang lain mengontrol mikrokosmos. Medan elektromagnet mengontrol pasangan proton
(bermuatan +) dengan elektron (bermuatan -). Proton-proton dalam inti atom yang saling tolak
karena bermuatan sama, "direkat" oleh gaya kuat. Sedangkan gaya lemah menyebabkan inti
atom seperti Thorium dan Uranium tidak stabil menjadi "lapuk" terbelah dengan mengeluarkan
sinar radioaktif, sehingga Thorium dan Uranium disebut pula zat radioaktif.
Di samping ke-4 jenis itu hukum Tuhan mengendalikan pula tumbuh-tumbuhan dengan
kekuatan bertumbuh dan berkembang biak; kekuatan bertumbuh itu dapat melawan kekuatan
gravitasi yaitu bertumbuh ke atas melawan tarikan gravitasi ke bawah. Adapun pada binatang
ditambah pula lagi dengan kekuatan naluri dengan perlengkapan pancaindera. Dengan
kekuatan naluri dan perlengkapan pancaindera itu binatang dapat bergerak ke mana saja
menurut kemauannya atas dorongan nalurinya.
Tuhan meniupkan ruh ke dalam diri manusia yang tidak diberikan-Nya kepada makhluk bumi
yang lain. Karena manusia mempunyai ruh, ia mempunyai kekuatan ruhaniyah yaitu akal.
Dengan akal itu manusia mempunyai kesadaran akan wujud dirinya. Dengan otak sebagai
mekanisme, akal manusia dapat berpikir dan dengan qalbu (hati nurani) sebagai mekanisme
akal manusia dapat merasa. Manusia adalah sebaik-baik penciptaan.

Kemampuan akal untuk berpikir dan merasa bertumbuh sesuai dengan


pertumbuhan diri manusia

Agar manusia dapat mempergunakan akalnya untuk berpikir dan merasa, ia perlu
mendapatkan informasi dan pengalaman hidup.
Mutu hasil pemikiran dan renungan akal tergantung pada jumlah, mutu dan jenis informasi
yang didapatkannya dan dialaminya.
Ilmu eksakta, non-eksakta, ilmu filsafat adalah hasil olah akal dengan mekanisme otak.
Kesenian dan renungan batin manusia adalah hasil olah akal dengan hati nurani sebagai
mekanisme

Oleh karena akal manusia itu terbatas, Tuhan memberikan pula sumber informasi
berupa wahyu dalam kitab suci.

Kebenaran mutlak tidak mungkin dapat dicapai oleh manusia dengan kekuatan akalnya.
Kebenaran mutlak tidak mungkin diperoleh dengan upaya pemikiran mekanisme otak yang
berwujud filsafat. Juga kebenaran mutlak tidak dapat dicapai manusia dengan upaya renungan
mekanisme hati nurani. Alam ghaib juga tidak mungkin diketahui manusia dengan kekuatan
akalnya. Filsafat tidak mungkin dapat menyentuh alam ghaib.
Seseorang dapat menjalankan agama dengan baik, jikalau memahami ajaran agama itu
dengan baik. Supaya dapat memahami ajaran agama dengan baik, haruslah pula dapat
memahami wahyu/kitab suci dengan baik. Untuk dapat memahami wahyu/kitab suci dengan
baik haruslah pula dapat memahami informasi-informasi yang relevan dengan wahyu/kitab suci
tersebut, misalnya ilmu-ilmu bantu baik itu ilmu-ilmu eksakta maupun ilmu-ilmu non eksakta.
Artinya wahyu tidak dapat dipahami dengan baik, jika tidak mempergunakan akal. Walhasil akal
sangat berguna untuk dapat memahami wahyu/kitab suci.
Akallah yang membedakan antara manusia dengan binatang. Pada binatang tidak ada
kekuatan lain dalam dirinya di atas nalurinya, sedangkan pada manusia ada akal di atas
nalurinya. Akal manusia tidak mampu membunuh naluri, namun akal mampu menundukkan,
mengarahkan dan mengendalikan nalurinya itu. Sungguhpun manusia itu diciptakan Tuhan
dengan sebaik-baik kejadian, karena diberi perlengkapan akal, akan tetapi kalau akalnya tidak
dapat mengendalikan nalurinya, maka akan jatuhlah ia ke tempat yang serendah-rendahnya,
lebih rendah dari binatang.
Melalui hukum alam yang telah ditetapkan Tuhan, manusia dan alam semesta dapat bekerja
secara sistemik dan berkesinambungan, tidak berubah-ubah, tetap saling berhubungan,
berketergantungan, saling melengkapi, mutualis simbiosis, suatu ekosistem yang saling
menghidupi dan menghidupkan.

Sifat Hukum Alam :

Pasti, menjamin dan memberi kemudahan kepada manusia untuk membuat rencana
Tetap, tidak berubah-ubah. Manusia dapat memperkirakan gejala alam yang akan terjadi dan
memanfaatkan gejala alam itu.
Objektif, berlaku bagi siapa saja dan di mana saja.

Pertemuan Ke - 5
PENGETAHUAN DAN KEYAKINAN TENTANG RITUAL MENURUT BEBERAPA
AGAMA BESAR DUNIA

También podría gustarte