Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Diabetes melitus
4. Patofisiologi
Patogenesis gagal ginjal kronik yaitu semakin buruk dan rusaknya nefron nefron
yang disertai berkurangnya fungsi ginjal, ketika kerusakan ginjal berlanjut dan jumlah
nefron berkurang, maka kecepatan filtrasi dan beban solute bagi nefron demikian tinggi
hingga keseimbangan glomerolus tubulus (keseimbangan antar peningkatan filtrasi dan
peningkatan reabsorpsi oleh tubulus) tidak dapat dipertahankan lagi. Fleksibilitas baik
pada proses konversi(perubahan) solute dan air menjadi kurang.
Kerusakan
diabetes melitus terjadi peningkatan konsentrasi gula darah sehingga ginjal tidak dapat
menyerap semua dan jika keadaan ini terus berlanjut, maka akan berkurangannya fungsi
nefron dan terjadi kerusakan pada nefron tersebut. Sehingga glukosa muncul di urin dan
menyebabkan glukosuria serta dapat meningkatkan pengeluaran cairan dan elektrolit. Ini
mengakibatkan pada pasien akan terjadi poliuri (banyak kencing), polidipsi (banyak
minum), dan turgor kulit menurun.
Selain itu kerusakan ginjal juga dapat disebabkan oleh glomerulonefritis kronis
(peradangan pada glomerulus) yaitu antibodi (IgG) dapat dideteksi pada kapiler
glomerular dan terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga terbentuk agregat molekul,
agregat molekul tersebut diedarkan ke seluruh tubuh dan ada beberapa yang terperangkap
di glomerulus menyebabkan respon inflamasi, jika kejadian ini berulang akan
mengakibatkan ukuran ginjal berkurang seperlima dari ukuran normal, respon inflamasi
juga menyebabkan korteks mengecil menjadi lapisan yang tebalnya 1mm-2mm. Ini
mengakibatkan berkas jaringan parut merusak sisa korteks dan permukaan ginjal menjadi
kasar dan ireguler sehingga glomeruli dan tubulus menjadi jaringan parut serta terjadi
kerusakan glomerulus yang parah sehingga respon ginjal yang sesuai terhadap masukan
cairan dan elektrolit tidak terjadi serta terjadi retensi cairan dan natrium yang akan
menyebabkan oedem. Kerusakan glomerulus yang parah juga menyebabkan uremia dan
anemia.
Nefropati toksik juga menyebabkan kerusakan pada ginjal yang diakibatkan
karena penurunan fungsi filtrasi dan menyebabkan kerusakan nefron sehingga dapat juga
menyebabkan kerusakan glomerulus yang parah. Penyebab kerusakan ginjal yang lain
yaitu nefropati obstruktif (batu saluran kemih), infeksi saluran kemih dan gangguan pada
jaringan penyambung.
5. Gejala klinis
Malaise (rasa tidak enak), pucat, mudah lecet, rapuh, lidah kering, kelebihan
cairan, diare yang
disebabkan antibiotik, nokturia (kencing pada malam hari), poliuria (banyak kencing),
sering merasa haus, proteinuria (dalam urin ada protein), perubahan warna urine, sering
mengantuk, gatal-gatal, lemah, kulit coklat kehijauan, kuning, dan penyakit ginjal
lainnya.
6. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
:
Muka kelihatan pucat, lemah, lesu,
terjadi udema pada intertissil pada perut dan kaki
Palpasi
:
Turgor kulit menurun,
Rasa sakit pada pinggang
Perkusi
c. pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan rontgen dada
8. Diagnosis
Urine :
a. Volume, biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau tidak ada urine
b. Warna, secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh bakteri, lemak,
c. partikel koloid, fosfat atau urat. Sedimen kotor, kecoklatan mennjukan adanya
darah, Hb, mioglobin, porfirin,
d. Klirens kreatinin mungkin menurun
e. Natrium, lebih besar dari 40 meq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi
f. natrium
g. protein : derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menujnjuka kerusakan
glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada
Darah :
a. BUN/ kreatinin meningkat.
b. Hitung darah lengkap : Ht menurun pada adanya anemia. Hb biasaya kurang dari
7-8 g/dL
c. GDA : pH : penurunan asidosis metabolik (kurang 7,2) terjadi karena kehilangan
kemampuan ginjal untuk mengekskresi hidrogen dan amonia atau hasil akhir
katabolisme protein. Bikarbonat menurun. PACO2 menurun.
d. Sel darah merah, menurun pada defesien eritropoetin seperti azotemia (uremia
e. disertai mual dan muntah)
f. ultrasono ginjal : menentukan ukuran ginjal dan adnya massa, kista, obstruksi
pada saluran perkemihan bagian atas.
g. Endoskopi ginjal dan nefroskoip : Dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal,
keluar batu, hematuria
9. Tindakan penanganan
a. Konsumsi cairan, protein, dan fosfat untuk menyeimbangankan cairan, garam,
dan elektrolit.
- identitas pasien
Nama : AD
Usia : 45 tahun
Agama : Hindu
Pekerjaan : PNS
Dx Medis : GGK
- riwayat penyakit
- alasan dirawat
- keluhan pasien :
Pasien sering mengeluh :
cemas,
lemah,
sering haus
gelisah,
sulit tidur,
kulitnya gatal-gatal,
b. Data objektif
Bibirnya kering
2. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan retensi cairan dan
natrium
2. Ganguan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
3. Gangguan intregitas kulit berhubungan dengan penurunan turgor kulit
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan uremia ditandai dengan gatalgatal
5. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan pengeluaran dan masukan cairan
yang berlebih
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan anemia ditandai dengan penurunan
oksigen
3. rencana tindakan
No.
1.
Diagnosa (Dx)
Ketidakseimbangan
Tujuan
Setelah diberikan tindakan
Intervensi
1. Kaji status cairan
Rasional
Pengkajian merupakan dasar dan
volume cairan
berhubungan dengan
cairan seimbang
mengevaluasi intervensi
dengan udema
(+1 sampai+4)
seimbang
Pemahaman meningkatkan
kerjasama pasien dan keluarga
dalam pembatasan cairan.
ketidaknyamanan akibat
pembatasan cairan
diet
berhubungan dengan
hiperventilasi
pasien
3. Kolaborasi pemberian ventilator
3.
Gangguan integritas
kulit berhubungan
dengan
dengan gatal-gatal
Mekipun
dialisis
uremik,
mengalami
gatal
dapat
menurunkan
atau krim
mengurangi
gatal
dan
pengeringan
4. Anjurkan
pasien
menggunakan
Menghilangkan
ketidaknyamanan
memberikan
menurunkan
garukan)
tekanan
pada
area
(daripada
pruritus.
dermal.
resiko
dan
cedera
Pemberian
mengurangi
pasien
krim
gatal-gatal
dapat
pada
4. Evaluasi:
No Diagnosa
1
Ketidakseimbangan
Evaluasi
volume S : pemenuhan cairan pasien tercukupi
cairan
O : udema berkurang
A : masalah teratasi sebagian
P : pertahankan kondisi
S : pasien mengeluh
gatal-gatalnya
berkurang
O : kulit pasien tidak kemerahan lagi
A : masalah teratasi sebagaian
P : lanjutkan intervensi no 3,4,5