Está en la página 1de 12

ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN GAGAL GINJAL KRONIS (GGK)


A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Gagal Ginjal kronis merupakan akibat akhir dari kehilangan fungsi gnjal secara
berlanjut (Dongoes edisi 3 th 2000). Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir
(ESRD) merupakan penurunan
fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner & Suddart,
2002), gagal ginjal kronik adalah penurunan
fungsi ginjal yang menahun, yang umumnya tidak reversibel dan cukup lanjut.
sedangkan menurut soeparman S (1990)
2. Epidemiologi
Jumlah gagal ginjal kronik belakangan ini terus bertambah. Hipertensi dan
diabetes adalah dua penyebab paling umum gagal ginjal kronik, sekitar diatas 60% dari
jumlah pasien menurut hasil uji dialisis. Jenis kelamin pria dan wanita jumlahnya
hampir setara terserang penyakit ini, jumlah kasus tertinggi ditemukan pada pasien
berusia menengah (Polaksi, 1996)
3. Penyebab :
Disebabkan oleh penyakit :

Diabetes melitus

Glomerulonefritis kronis (peradangan pada glomerolus)

Nefropati toksik (obat obatan analgetik)

Nefropati obstruktif (batu saluran kemih)

Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis)

Gangguan pada jaringan penyambung (biasanya pada jaringan endotel)

4. Patofisiologi
Patogenesis gagal ginjal kronik yaitu semakin buruk dan rusaknya nefron nefron
yang disertai berkurangnya fungsi ginjal, ketika kerusakan ginjal berlanjut dan jumlah
nefron berkurang, maka kecepatan filtrasi dan beban solute bagi nefron demikian tinggi
hingga keseimbangan glomerolus tubulus (keseimbangan antar peningkatan filtrasi dan
peningkatan reabsorpsi oleh tubulus) tidak dapat dipertahankan lagi. Fleksibilitas baik
pada proses konversi(perubahan) solute dan air menjadi kurang.
Kerusakan

ginjal tersebut bisa disebabkan oleh diabetes melitus yaitu pada

diabetes melitus terjadi peningkatan konsentrasi gula darah sehingga ginjal tidak dapat
menyerap semua dan jika keadaan ini terus berlanjut, maka akan berkurangannya fungsi
nefron dan terjadi kerusakan pada nefron tersebut. Sehingga glukosa muncul di urin dan
menyebabkan glukosuria serta dapat meningkatkan pengeluaran cairan dan elektrolit. Ini
mengakibatkan pada pasien akan terjadi poliuri (banyak kencing), polidipsi (banyak
minum), dan turgor kulit menurun.
Selain itu kerusakan ginjal juga dapat disebabkan oleh glomerulonefritis kronis
(peradangan pada glomerulus) yaitu antibodi (IgG) dapat dideteksi pada kapiler
glomerular dan terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga terbentuk agregat molekul,
agregat molekul tersebut diedarkan ke seluruh tubuh dan ada beberapa yang terperangkap
di glomerulus menyebabkan respon inflamasi, jika kejadian ini berulang akan
mengakibatkan ukuran ginjal berkurang seperlima dari ukuran normal, respon inflamasi
juga menyebabkan korteks mengecil menjadi lapisan yang tebalnya 1mm-2mm. Ini
mengakibatkan berkas jaringan parut merusak sisa korteks dan permukaan ginjal menjadi
kasar dan ireguler sehingga glomeruli dan tubulus menjadi jaringan parut serta terjadi
kerusakan glomerulus yang parah sehingga respon ginjal yang sesuai terhadap masukan
cairan dan elektrolit tidak terjadi serta terjadi retensi cairan dan natrium yang akan
menyebabkan oedem. Kerusakan glomerulus yang parah juga menyebabkan uremia dan
anemia.
Nefropati toksik juga menyebabkan kerusakan pada ginjal yang diakibatkan
karena penurunan fungsi filtrasi dan menyebabkan kerusakan nefron sehingga dapat juga
menyebabkan kerusakan glomerulus yang parah. Penyebab kerusakan ginjal yang lain

yaitu nefropati obstruktif (batu saluran kemih), infeksi saluran kemih dan gangguan pada
jaringan penyambung.
5. Gejala klinis
Malaise (rasa tidak enak), pucat, mudah lecet, rapuh, lidah kering, kelebihan
cairan, diare yang
disebabkan antibiotik, nokturia (kencing pada malam hari), poliuria (banyak kencing),
sering merasa haus, proteinuria (dalam urin ada protein), perubahan warna urine, sering
mengantuk, gatal-gatal, lemah, kulit coklat kehijauan, kuning, dan penyakit ginjal
lainnya.
6. Pemeriksaan fisik
Inspeksi

:
Muka kelihatan pucat, lemah, lesu,
terjadi udema pada intertissil pada perut dan kaki

Palpasi

:
Turgor kulit menurun,
Rasa sakit pada pinggang

Perkusi

: kelebihan cairan pada perut untuk mengetahui uedema

Auskultasi : bruit pada arteri


7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Laboratorium darah :
Elektrolit (Na, K, Ca, phospat), hematologi (Hb, trombosit, leukosit), protein,
antibody (kehilangan protein dan immunoglobulin)
Laboratorium urin :
Warna, Ph, berat jenis, kekeruhan, volume, glukosa, protein, osmolalitas, natrium
b. Pemeriksaan USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal (untuk mengetahui seberapa
besar jaingan ginjal yang rusak)

c. pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan rontgen dada
8. Diagnosis
Urine :
a. Volume, biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau tidak ada urine
b. Warna, secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh bakteri, lemak,
c. partikel koloid, fosfat atau urat. Sedimen kotor, kecoklatan mennjukan adanya
darah, Hb, mioglobin, porfirin,
d. Klirens kreatinin mungkin menurun
e. Natrium, lebih besar dari 40 meq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi
f. natrium
g. protein : derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menujnjuka kerusakan
glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada
Darah :
a. BUN/ kreatinin meningkat.
b. Hitung darah lengkap : Ht menurun pada adanya anemia. Hb biasaya kurang dari
7-8 g/dL
c. GDA : pH : penurunan asidosis metabolik (kurang 7,2) terjadi karena kehilangan
kemampuan ginjal untuk mengekskresi hidrogen dan amonia atau hasil akhir
katabolisme protein. Bikarbonat menurun. PACO2 menurun.
d. Sel darah merah, menurun pada defesien eritropoetin seperti azotemia (uremia
e. disertai mual dan muntah)
f. ultrasono ginjal : menentukan ukuran ginjal dan adnya massa, kista, obstruksi
pada saluran perkemihan bagian atas.
g. Endoskopi ginjal dan nefroskoip : Dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal,
keluar batu, hematuria
9. Tindakan penanganan
a. Konsumsi cairan, protein, dan fosfat untuk menyeimbangankan cairan, garam,
dan elektrolit.

b. Obat-obatan : diuretik untuk penigkatan diuretik dan mengurangi udema


c. Dialisis (cuci darah )
d. Transplantasi ginjal

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian : Hari : rabu
Tanggal :15 april 2009
Jam : 10.30 wita
a. Data subjektif

- identitas pasien

Nama : AD

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 45 tahun

Status Perkawinan : sudah menikah

Agama : Hindu

Pendidikan : Tamat SMA

Suku bangsa : Indonesia

Pekerjaan : PNS

Alamat : Jl. PB Sudirman

Dx Medis : GGK

- riwayat penyakit
- alasan dirawat
- keluhan pasien :
Pasien sering mengeluh :

cemas,

lemah,

sering haus

letih dan lesu,

gelisah,

sulit tidur,

kulitnya gatal-gatal,

nyeri pada pinggang

b. Data objektif

Udema jaringan (pada kaki, tangan)

Turgor kulit menurun

Peningkatan intake (banyak minum)

Bibirnya kering

Warna urine keruh

Volume urine berkurang (kurang dari 400ml/24 jam)

Kadar natrium meningkat (N= 130-260mEq/L)

BJ urine kurang dari 1,0150

Kreatinin meningkat (N=1,0-1,6g/24 jam atau 15-15/mg/kgBB/24 jam)

Natrium serum mungkin rendah (N= 135-145mEq/L)

Magnesium meningkat (N= 1,2-1,5 mEq/L)

Kalsium menurun (N= 8,7-10,,6 mg/dl)

2. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan retensi cairan dan
natrium
2. Ganguan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
3. Gangguan intregitas kulit berhubungan dengan penurunan turgor kulit
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan uremia ditandai dengan gatalgatal
5. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan pengeluaran dan masukan cairan
yang berlebih
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan anemia ditandai dengan penurunan
oksigen

3. rencana tindakan
No.
1.

Diagnosa (Dx)
Ketidakseimbangan

Tujuan
Setelah diberikan tindakan

Intervensi
1. Kaji status cairan

Rasional
Pengkajian merupakan dasar dan

volume cairan

keperawatan diharapkan volume

data dasar berkelanjutan untyk

berhubungan dengan

cairan seimbang

mementau perubahan dan

retensi cairan dan

Dengan kriteria hasil :

mengevaluasi intervensi

natrium yang ditandai

Udema pasien berkurang

2. Kaji kulit, wajah, area tergantung

dengan udema

Output dan intake

Untuk edema. Evaluasi derajad edema

jaringan yang tergantung pada

(+1 sampai+4)

tubuh, contoh tangan, kaki, area

seimbang

Edema terjadi terutama pada

lumbosakral. BB pasien dapat


meningkat sampai 4,5 kg cairan
sebelum piting edema terdeteksi
3. Auskultasi bunyi jantung dan paru

Kelebihan cairan dapat


menimbulkan edema paru dan
pada kasus GJK dibuktikan oleh
terjadinya bunyi nafas tambahan,
bunyi jantung ekstra.

4. Batasi masukan cairan

Pembatasan cairan akan


menentukan berat tubuh idel,
haluaran urin, dan respon
terhadap terapi

5. Jelaskan pada pasien dan keluarga


rasional pembatasan intake

Pemahaman meningkatkan
kerjasama pasien dan keluarga
dalam pembatasan cairan.

6. Bantu pasien dalam menghadapi

Kenyamanan paien meningkatkan

ketidaknyamanan akibat

kepatuhan terhadap pembatasan

pembatasan cairan

diet

7. Tingkatkan dan dorong higiene oral


dengan sering

Higiene oral mengurangi


kekeringan mmembran mukosa
mulut

8. Kolaborasi untuk memberikan obat


diuretik
2.

Gangguan pola nafas

Setelah diberikan tindakan

1. Lakukan tirah baring pada pasien

berhubungan dengan

keperawatan diharapkan pasien

2. Berikan istirahat yang cukup pada

hiperventilasi

dapat bernafas dengan normal


Dengan kriteria hasil :
o Pasien mampu bernafas
secara normal (16-24
x/menit)
o Pasien kelihatan tidak
gelisah lagi

pasien
3. Kolaborasi pemberian ventilator

untuk meningkatkan volume dan


pengeluaran urine adekuat
Dengan Tirah baring, istirahat
yang cukup dan pemberian
ventilator dapat membantu
melancarkan jalan nafas pasien

3.

Gangguan integritas

Setelah diberikan tindakan

1. Selidiki keluhan gatal pada pasien

kulit berhubungan

keperawatan diharapkan gatal-

masalah kulit yang berkenaan

dengan uremia ditandai

gatal pada pasien berkurang

dengan

dengan gatal-gatal

Dengan kriteria hasil :

terjadi karena kulit adalah rute

Pasien tidak gatal-gatal lagi

ekskresi untuk produk sisa.


2. Berikan perawatan kulit . batasi

Mekipun

dialisis
uremik,

mengalami
gatal

dapat

Soda kue, mandi dengan tepung

penggunaan sabun. Berikan salepm

menurunkan

atau krim

mengurangi

gatal

dan

pengeringan

daripada sabun. Losion dan


salep mungkin diinginkan untuk
menghilangkan kering, robekan
kulit.
3. Pertahankan linen kering, bebas
keriput.

Menurunkan iritasi dermal dan


resiko kerusakan kulit.

4. Anjurkan

pasien

menggunakan

Menghilangkan

kompres lembaba dan dingin untuk

ketidaknyamanan

memberikan

menurunkan

garukan)

tekanan

pada

area

(daripada
pruritus.

Pertahankan kuku pendek, berikan


sarung tangan jika diperlukan.

dermal.

resiko

dan
cedera

5. Berikan perawatan kulit (berikan


salep/krim)

Pemberian
mengurangi
pasien

krim
gatal-gatal

dapat
pada

4. Evaluasi:
No Diagnosa
1
Ketidakseimbangan

Evaluasi
volume S : pemenuhan cairan pasien tercukupi

cairan

O : udema berkurang
A : masalah teratasi sebagian

Gangguan pola nafas

P : lanjutkan Intervensi no 1,2,4,8


S : pasien bisa bernafas normal
O : frekuensi nafas normal (16-24x / menit)
A : masalah teratasi

Gangguan integritas kulit

P : pertahankan kondisi
S : pasien mengeluh

gatal-gatalnya

berkurang
O : kulit pasien tidak kemerahan lagi
A : masalah teratasi sebagaian
P : lanjutkan intervensi no 3,4,5

También podría gustarte