Está en la página 1de 12

Artikel : http://bayulikids.blogspot.my/2015/06/pendekatan-induktif-danpendekatan.

html

Mendengar kata induktif ini sudah menjadi hal yang tidak asing dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia, tetapi terasa menjadi asing saat ada dalam
pembelajaran matematika. Ternyata kata induktif ini digunakan juga dalam
pembelajaran matematika yang terkenal dengan permainan angka dan
logikanya.
Pendekatan induktif pada awalnya dikemukakan oleh filosof dari Inggris yang
bernama Prancis Bacon (1561) yang menghendaki agar penarikan kesimpulan
didasarkan atas fakta-fakta yang konkret sebanyak mungkin. Cara induktif ini
disebut juga sebagai dogmatif yang artinya bersifat mempercayai begitu saja
tanpa diteliti secara rasional. Dengan kata lain bahwa fakta-fakta yang ada
menjadi suatu landasan dalam cara induktif ini.
Menurut Sagala (2006, hlm. 77), berpikir induktif ialah suatu proses dalam
berpikir yang berlangsung dari khusus menuju ke yang umum. Orang mencari
ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu dari berbagai fenomena, kemudian menarik
kesimpulan bahwa ciri-ciri atau sifat-sifat itu terdapat pada semua jenis
fenomena.
Menurut Suwangsih dan Tiurlina (2006, hlm. 108), pendekatan induktif
menggunakan penalaran induktif, hingga cara empiris bisa diterapkan. Dengan
cara ini konsep-konsep matematika yang abstrak dapat dimengerti siswa melalui
benda-benda konkret. Sementara itu menurut Indriana (2011, hlm. 165)
pembelajaran induktif adalah sebuah penalaran yang bermula dari khusus
(pengamatan, ukuran, data) ke umum (aturan, hukum, teori-teori).
Dapat disimpulkan bahwa pendekatan induktif adalah suatu proses bernalar
yang bermula dari khusus menuju ke yang umum dengan memperhatikan
unsur fakta setelah terjadi pengamatan. Dengan kata lain pendekatan induktif
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi sendiri
pengetahuaanya melalui konsep-konsep yang khusus hingga umum.
Berkenaan dengan pembelajaran induktif di sekolah dasar merupakan suatu hal
yang harus dimiliki oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.
Pembelajaran induktif ini pada dasarnya membutuhkan suatu contoh yang
kongkret yang dapat mudah dimengerti oleh siswa, kemudian dengan
adanya contoh tersebut maka siswa akan lebih mudah dalam memahami
maksud dari contoh-contoh tersebut, sehingga pada tahap selanjutnya siswa
dapat menarik kesimpulan mengenai maksud dari contoh-contoh yang telah
dipaparkan tersebut.
Pada dasarnya penerapan pendekatan induktif harus memperhatikan
karakteristik siswa, bahan ajar, keterampilan guru, serta waktu yang tersedia.
Menurut Yamin (2005, hlm. 78) pendekatan induktif tepat dipergunakan bila,

1. siswa telah mengenal atau telah mempunyai pengalaman yang


berhubungan dengan mata pelajaran tersebut,

2. yang diajarkan berupa keterampilan komunikasi antara pribadi, sikap,


pemecahan, dan pengambilan keputusan,
3. pengajar mempunyai keterampilan fleksibel, terampil mengajukan
pertanyaan terampil mengulang pertanyaan, dan sabar,
4.

waktu yang tersedia cukup panjang.

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan induktif memiliki langkahlangkah tersendiri dalam pelaksanaanya. Menurut Sagala (2006, hlm. 77)
langkah-langkah yang dapat digunakan dalam pendekatan induktif adalah:
a. Memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan
induktif;
b. Menyajikan contoh-contoh khusus konsep, prinsip atau aturan itu yang
memungkinkan siswa memperkirakan (hipotesis) sifat umum yang terkandung
dalam contoh-contoh itu;
c. Disajikan bukti-bukti yang berupa contoh tambahan untuk menunjang atau
menyangkal perkiraan itu; dan
d. Disusun pernyataan mengenai sifat umum yang telah terbukti berdasarkan
langkah-langkah yang terdahulu.

Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran di atas, terlebih dahulu guru harus


mencari memilih sebuah konsep terlebih dahulu, kemudian guru tersebut
memberikan contoh-contoh mengenai konsep yang tadi telah dipilih. Berikutnya
dari contoh-contoh yang diperlihatkan juga guru perlu menunjukkan bukti-bukti
lain yang menunjang atau menyangkal mengenai konsep tersebut. Selanjutnya
siswa menyimpulkan mengenai konsep yang diajarkan oleh guru tersebut.
Contoh pada pembelajaran induktif:
Guru memilih konsep mengenai penjumlahan 2 bilangan ganjil.
1 + 3 = ..., siswa menjawab 4.
3 + 5 = ..., siswa menjawab 8
5 + 7 = ..., siswa menjawab 12.

7 + 9 = ......., siswa menjawab 16.


Tahap identifikasi.
1 + 3 = 4, (1 adalah bilangan, 3 adalah bilangan , 4 adalah bilangan.)
3 + 5 = 8, (3 adalah bilangan, 5 adalah bilangan , 8 adalah bilangan.)
5 + 7 = 12, (5 adalah bilangan, 7 adalah bilangan , 12 adalah bilangan.)
7 + 9 = 16, (7 adalah bilangan, 9 adalah bilangan , 16 adalah bilangan.)
Siswa dapat menarik kesimpulan dari contoh tersebut. Jadi penjumlahan
bilangan ganjil ditambah dengan bilangan ganjil hasilnya adalah bilangan
genap.
B.

Konsep dan Pembelajaran Pendekatan Deduktif

Di atas telah dipaparkan mengenai pendekatan induktif. Jika mendengar kata


induktif sudah pasti berpasangan pula dengan deduktif, sehingga selain
pendekatan induktif dalam pembelajaran ada pula pendekatan deduktif. Istilah
induktif dan deduktif memang sudah tidak asing lagi karena pasangan kata ini
sering digunakan di berbagai bidang. Pendekatan deduktif erat kaitannya
dengan prinsip dalam penalaran deduktif yang sudah sangat populer di kalangan
para matematikawan. Karena metode deduktif dalam matematika dijadikan cara
sebagai penarikan generalisaasi dalam ilmu tersebut.
Dalam matematika sering terjadi bahwa aturan-aturan dicoba dibuktikan
kebenarannya sebelum ditetapkan sebagai aturan umum. Setelah terbukti
kebenarannya barulah aturan tersebut dinyatakan sah dan dapat diterapkan
pada persoalan-persoalan yang istimewa sekalipun. Cara berpikir dengan cara
tersebut adalah cara berpikir yang mengakui kebenaran secara umum berlaku
pada hal-hal khusus, atau istilahnya yaitu penalaran deduktif.
Metode deduktif ini diawali dari pembentukan teori, hipotesis, definisi
operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami
suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala
tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian
konteks pendekatan deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci
untuk memahami suatu gejala.
Berpangkal pada hal tersebut, cara penalaran deduktif diadopsi menjadi sebuah
pendekatan pembelajaran deduktif. Yang prinsip dasarnya sama persis seperti
bentuk penalaran deduktif. Hanya saja hal ini diterapkan secara prosedural
dalam pembelajaran dikelas. Berikut beberapa pengertian pendekatan
pembelajaran deduktif yang disampaikan oleh beberapa ahli.
Menurut Sagala (2006, hlm. 76) pendekatan deduktif adalah, Proses penalaran
yang bermula dari keadaan umum hingga keadaan khusus sebagai pendekatan
pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip umum itu kedalam
keadaan khusus. Hal ini berarti pendekatan pembelajaran deduktif berpedoman

pada penalaran deduktif. Sehingga prinsip-prinsip dalam bernalar secara deduktif


dirasa perlu dalam aplikasinya pada pembelajaran di kelas.
Menurut Indriana (2011, hlm. 166), Dalam pendekatan deduktif orang memulai
dengan berbagai aksioma, prinsip, atau aturan yang mengambil kesimpulan
berbagai konsekuensi dan memformulasikan berbagai aplikasi. Pendapat
tersebut memberikan gambaran bahwa pada dasarnya pendekatan deduktif
ketika pembelajaran di kelas siswa diarahkan oleh guru untuk belajar dengan
memulai pembelajaran pada aksioma, prinsip, atau dalil-dalil
Menurut Suwangsih & Tiurlina (2006, hlm. 110 ), Pendekatan deduktif
berdasarkan penalaran deduktif, penalaran deduktif merupakan cara penarikan
kesimpulan dari hal yang umum menjadi hal yang lebih khusus. Dari pendapat
tersebut ternyata tidak berbeda dengan pandangan para ahli lainnya yang
mengemukakan bahwa pendekatan deduktif itu berpangkal pada penalaran
deduktif.
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan
deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada penalaran deduktif yang
bermula pada keadaan umum ke kekeadaan khusus yang disajikan dengan
aksioma, prinsip, serta dalil-dalil yang kebenarannya telah diketahui atau
diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang
bersifat lebih khusus.
Seperti contoh berikut ini yaitu untuk sembarang segitiga siku-siku berlaku
kuadrat hipotenusa (sisi miring) sama dengan jumlah kuadrat sisi siku-sikunya.
Ada segitiga siku-siku ABC, siku-siku di A. Dari contoh teorema Pythagoras
tersebut maka dapat dilakukan penarikan kesimpulan dari hal yang lebih umum
ke hal yang lebih khusus.
Aplikasi pembelajaran pendekatan deduktif memang sedikit lebih berat dan
sangat abstrak, sehingga untuk ukuran siswa sekolah dasar harus bijak dalam
menggunakan pendekatan ini. Selain itu dalam menggunakan pendekatan
deduktif syarat utamanya yaitu siswa harus memahami terlebih dahulu konsepkonsep dasarnya. Jika tidak menguasai konsep dasar terlebih dahulu maka siswa
sudah pasti akan mengalami kesulitan dan kebingungan dalam
menyelesaikannya. Sehingga dalam penggunaan pendekatan pembelajaran
deduktif sebelumnya seorang pengajar sudah paham betul tentang penguasaan
materi para siswa. Jika dirasa perlu dan mampu maka boleh dipakai dengan
pendekatan deduktif untuk memepertajam lagi kemampuan siswa dalam
penguasaan materi pembelajaran.
Pendekatan deduktif ditandai dengan pemaparan konsep, definisi dan istilahistilah pada bagian awal pembelajaran. Pendekatan deduktif dilandasi oleh suatu
pemikiran bahwa proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik bila siswa
telah mengetahui wilayah persoalannya dan konsep dasarnya. Menurut Yamin
(2005, hlm. 78) pendekatan deduktif dapat dipergunakan bila,

1.

siswa belum mengenal pengetahuan yang sedang dipelajari;

2. isi pelajaran meliputi terminologi, teknis dan bidang yang kurang


membutuhkan proses berfikir kritis;
3. pengajaran mengenai pelajaran tersebut mempunyai persiapan yang baik
dan pembicaraan yang baik; dan
4.

waktu yang tersedia sedikit.

Perlu diperhatikan pula sebelum menggunakan pendekatan pembelajaran


deduktif di kelas seorang guru harus mengetahui terlebih dahulu langkahlangkah pembelajarannya, ini bertujuan agar pada pelaksanaanya bisa berjalan
dengan lancar dan berhasil. Menurut Sagala (2006, hlm. 76) langkah-langkah
pembelajaran pendekatan deduktif ada 4 (empat).

1. Memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan


deduktif.
2. Menyajikan aturan, prinsip yang bersifat umum lengkap dengan definisi dan
buktinya.
3. Disajikan contoh-contoh khusus agar siswa dapat menyususn hubungan
antara keadaan khusus itu dengan aturan, prinsip umum.
4. Disajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa
keadaan khusus itu merupakan gambaran dari keadaan umum.

Pada dasarnya dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan


deduktif dimulai dengan menyajikan generalisasi atau konsep. Dikembangkan
melalui kekuatan argumen logika. Sehingga dapat diurutkan proses
pembelajarannya dengan memulai menyampaikan definisi terlebih dahulu,
kemudian memberi contoh, dan beberapa tugas mirip contoh dikerjakan siswa
dengan maksud untuk menguji pemahaman siswa tentang definisi yang
disampaikan.Berikut contoh pembelajaran menggunakan pendekatan deduktif
pada materi pelajarannya.
1=
1+3 =
1+3+5=

1+3+5+7=
Dari kesamaan di atas didapatkan rumus n suku pertama dari bilangan ganjil 1 +
3 + 5 + 7 +....+ (2n-1)=

, n bilangan asli.

Menurut Setyo& Harmini (2011) Cara pembuktian suatu rumus P yang berlaku
untuk setiap bilangan asli n dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.

1.

Buktikan rumus berlaku untuk n = 1

2.
1.

Anggap rumus berlaku untuk n = K, buktikan rumus berlaku untuk n = K +

Jika dari langkah satu dan dua telah diselidiki dan ternyata benar, maka dapat
disimpulkan bahwa rumus P berlaku untuk setiap bilangan asli n. Pembuktian
seperti ini dinamakan pembuktian menggunakan induksi matematika.
Contoh:
Buktikan dengan induksi matematika bahwa
1 + 2 + 3+....+ n-=

n( n +1 )

Bukti
P (n) : 1 + 2 + 3+....+ n-=

Untuk n = 1, P (1) : 1 =

n( n +1 )

. 1 (1+1), benar

Anggap benar untuk n = k, P (k): 1 + 2 + 3+....+k-=

Untuk n

= k + 1 berlaku 1 + 2 + 3+....+ n-=

k (k + 1) + (k + 1)

= (k + 1) (

k + 1)

k( k +1 )

n( n +1 )

C.
1.

(k + 1) (k + 2)

Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Induktif dan Deduktif


Kekurangan dan Kelebihan Pendekatan Induktif

Pada dasarnya matematika merupakan ilmu deduktif. Walaupun demikian, dalam


pembelajaran matematika khususnya di tingkat SD harus disesuaikan dengan
karakteristik siswa. Siswa SD masih dalam tahap operasional konkret.
Pembelajaran matematika harus dimulai dari contoh-contoh yang konkret dan
sederhana sebagai bahan dalam menemukan kebenaran konsep yang bersifat
umum. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pembelajaran matematika untuk
siswa SD lebih cocok menggunakan pendekatan induktif.
Menurut Wariman (Permana, 2013) ada beberapa kelebihan dan kelemahan
pendekatan induktif.

a.

Kelebihan dari pendekatan induktif ada empat.

1) Dapat mengembangkan keterampilan berpikir siswa karena siswa selalu


dipancing dengan pertanyaan.
2) Dapat menguasai secara tuntas topik-topik yang dibicarakan karena adanya
tukar pendapat antar siswa sehingga didapatkan suatu kesimpulan akhir.
3) Mengajarkan siswa berpikir kritis karena selalu dipancing untuk
mengeluarkan ide-ide.
4) Melatih siswa belajar bekerja sistematis.
b.

Kelemahan dari pendekatan induktif, antara lain:

1) Memerlukan banyak waktu.


2) Sukar menemukan pendapat yang sama karena setiap siswa mempunyai
gagasan yang berbeda-beda.

Berdasarkan penjelasan yang sudah dipaparkan sebelumnya, bahwa


pembelajaran dengan menggunakan pendekatan induktif dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya mengenai
suatu konsep, seperti yang dikemukakan dalam teori konstrutivisme. Sehingga
dapat diidentifikasi bahwa pendekatan induktif juga memiliki kelebihan serta
kelemahan lainnya.
a.

Kelebihan pendekatan induktif, diantaranya:

1) pembelajaran berpusat pada siswa (student centre);

2) dapat meningkatkan semangat serta hasil belajar siswa;


3) pembelajaran lebih bermakna.
b.

Kelemahan pendekatan induktif, di ataranya :

1) terkadang hanya sebagian siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran,


tergantung tingkat kemampuan berpikir siswa;
2) kebenaran suatu konsep (misalnya sifat atau rumus) yang telah diperoleh
masih perlu pengujian untuk menjamin berlaku secara umum.
Pendekatan induktif sangat cocok diterapkan bagi pembelajaran matematika di
SD. Pendekatan ini mendorong siswa untuk bisa menemukan sendiri kebenaran
konsep matematika yang umum melalui pengalaman mereka dengan contohcontoh yang sederhana dan khusus. Jika pendekatan ini didukung dengan
kualitas kemampuan berpikir siswa dan media pembelajaran yang baik tentu
pembelajaran akan lebih bermakna.

2.

Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Deduktif

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa pendekatan deduktif dapat


diterapkan dalam pembelajaran matematika jika siswa telah memahami konsepkonsep dasar. Pada dasarnya pendekatan deduktif berbanding terbalik dengan
pendekatan induktif dalam pelaksanaanya sehingga dapat diidentifikasi bahwa
apa yang menjadi kelemahan dalam pendekatan induktif dapat menjadi
kelebihan dalam pendekatan deduktif, dan sebaliknya.
a.

Kelebihan dari pendekatan deduktif, di ataranya:

1) tidak memerlukan banyak waktu;


2) tidak akan ada perbedaan pendapat dalam kebenaran konsep;
3) setiap siswa memiliki peran dan keaktifan yang sama;
4) kebenaran suatu konsep sudah bersifat umum sehingga dapat langsung
diaplikasikan dalam masalah-masalah yang konkret.
b.

Kelemahan dari pendekatan deduktif di ataranya:

1) pembelajaran berpusat pada guru (teacher center);


2) kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun sendiri
pengetahuannya;
3) siswa terkadang sulit memahami konsep yang baru yang belum diketahui
sebelumnya;
4) Pembelajaran kurang bermakna serta terkesan membosankan bagi siswa.

Pada pembelajaran matematika, khususnya di sekolah dasar, kedua pendekatan


ini bisa saling melengkapi. Pembelajaran bisa diawali dengan pendekatan
induktif dan dilanjutkan dengan pendekatan deduktif.

D.

Implementasi Pendekatan Induktif

Materi : Operasi Hitung (Penjumlahan)


Kegiatan Inti
1.

Guru menyuruh siswa untuk mengamati benda-benda yang ada di kelas.

2.

Siswa mengamati benda-benda yang ada di kelas.

3.
Guru memberitahu siswa untuk menuliskan benda-benda yang tadi telah
diamati.
4.
Siswa bersama guru melakukan tanya jawab mengenai, Benda apa saja
yang ada di kelas ini?.
5.

Siswa menyimak pertanyaan guru.

6.
Guru menampung pendapat-pendapat dari siswa dan dituliskannya di
papan tulis.
7.
Guru menggambarkan bentuk benda yang tadi diucapkan oleh siswa.
(gambar sederhana)
8.

Guru memberi tahu siswa untuk menghitung jumlah benda-benda

9.

Siswa bersama guru menghitung benda-benda yang ada di kelas.

10. Salah satu siswa disuruh maju untuk menuliskan jumlah benda yang ada ke
papan tulis.
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan induktif memiliki langkahlangkah tersendiri dalam pelaksanaanya. Menurut Sagala (2006, hlm.77)
langkah-langkah yang dapat digunakan dalam pendekatan induktif adalah:
a.
Memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan
induktif;
Skenario :
11. Guru memilih konsep penjumlahan 2 bilangan ganjil yang hasilnya selalu
genap.

b.
Menyajikan contoh-contoh khusus konsep, prinsip atau aturan itu yang
memungkinkan siswa memperkirakan (hipotesis) sifat umum yang terkandung
dalam contoh-contoh itu;

Skenario :
12. Guru menanyakan kembali kepada siswa mengenai bilangan ganji itu apa
saja?.
13. Siswa menjawab dengan ramai. 1, 3, 5, 6, 7, 9, dan seterusnya
14. Masih masuk ke materi awal mengenai penjumlahan.
15. Guru menyediakan soal-soal diantaranya sebagai berikut:
c.
Disajikan bukti-bukti yang berupa contoh tambahan untuk menunjang atau
menyangkal perkiraan itu; dan
Skenario :
16. Siswa memilih sendiri angka berapa saja yang ingin dijumlahkan,
bilangan ganjil.

asalkan

17. Guru memberikan contoh soal kembali.


d.
Disusun pernyataan mengenai sifat umum yang telah terbukti berdasarkan
langkah-langkah yang terdahulu.
Skenario:
18. Siswa bersama guru langsung mengidentifikasi bilangan-bilangan yang ada
di papan tulis.
19. Guru menyimpulkan bahwa dari penjumlahan 2 buah bilangan ganjil ini
hasilnya selalu bilangan genap.
E.

Implementasi Pendekatan Induktif

Skenario pembelajaran berikut ini berdasarkan pada langkah langkah


pembelajaran deduktif menurut Sagala (2006).
1.
Memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan
deduktif.
2.
Menyajikan aturan, prinsip yang bersifat umum lengkap dengan definisi
dan buktinya.
3.
Disajikan contoh-contoh khusus agar siswa dapat menyususn hubungan
antara keadaan khusus itu dengan aturan, prinsip umum.
4.
Disajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa
keadaan khusus itu merupakan gambaran dari keadaan umum.
a.
Memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan
deduktif.
Materi : Jumlah setiap tiga sudut segitiga selalu

b.
Menyajikan aturan, prinsip yang bersifat umum lengkap dengan definisi
dan buktinya.
Guru :Guru mengecek pengetahuan siswa dengan bertanya apakah kalian
mengetahui bangun datar segitiga, dan bagimana besar sudut ketiga segitiga?.
Siswa: Siswa menjawab dengan cara diskusi sebentar dengan temannya dengan
membaca buku yang telah disediakan oleh guru.
Guru : Guru mengklarifikasi bahwa setiap segitiga jika dijumlahkan ketiga
sudutnya selalu berjumlah

apapun jenis dari segitiga tersebut, seperti

segitiga siku-siku, segitiga samakaki, segitiga sama sisi-sisi, dan segitiga


sembarang lainnya.
c.
Disajikan contoh-contoh khusus agar siswa dapat menyususn hubungan
antara keadaan khusus itu dengan aturan, prinsip umum.
Guru : Guru memberi contoh-contoh penghitungan menjumlahkan berbagai
macam segitiga. Yang dimodifikasi soalnya seperti Berapa besar Sudut C dalam
segitiga ABC jika diketahui besar sudut A=

dan besar sudut B=

contoh-contoh soal tersebut diperbanyak lagi variasinya.


Siswa

: Siswa mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru.

d.
Disajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa
keadaan khusus itu merupakan gambaran dari keadaan umum.
Guru : Guru memberi suatu contoh segitiga siku-siku buktikan dengan cara
ketiga ujungnya dipotong dan disatikan menjadi satu, ukur dengan busur
benarkah berjumlah
Siswa : Siswa mencoba membuat sebuah segitiga siku-siku secara
berkelompok dari sebuah kertas, kemudian ketiga sudut tersebut dihubungkan
untuk diukur dengan busur derajat.
Setelah terbukti maka siswa dapat mencoba dengan membuat segitiga
sembarang lainnya untuk mencoba dibuktikan.

DAFTAR PUSTAKA

Indriana, Dina. (2011). Mengenal Ragam Gaya Pembelajaran Efektif. Jogjakarta:


Diva Press.

Permana, Bagus. (2013). Pendekatan Induktif dan Deduktif. [Online]. Tersedia


di:http://cahbaguz-uhuy.blogspot.com/2013/02/pendekatan-induktif-dandeduktif.html . Diakses 14 Februari 2014.

Sagala, Syaiful (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Setyo, E dan Harmini S. (2011). Matematika untuk PGSD. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Suwangsih, Erna danTiurlina.(2006). Model PembelajaranMatematika. Bandung:


UPI Press

Yamin, Martinis (2005). Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Cipayung: Gaung


Persada Press.

También podría gustarte