Está en la página 1de 11

BAB 1

PENDAHULUAN

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka
yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik yang tidak ada atau
kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor resiko independen untuk penyakit
kronis, dan secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan kematian secara
global.1
Aktivitas fisik telah diidentifikasi sebagai faktor risiko keempat untuk
kematian global (6%) dari kematian secara global, setelah tekanan darah tinggi
(13%), penggunaan tembakau (9%) dan glukosa darah tinggi (6%). Kegemukan
dan obesitas juga menyumbang 5% dari angka kematian global. Tingkat aktivitas
fisik meningkat di banyak negara dengan implikasi yang besar bagi kesehatan
orang di seluruh dunia dan menurunkan angka prevalensi penyakit jantung,
diabetes dan kanker. Aktivitas fisik diperkirakan sebagai penyebab terbesar
sekitar 21-25% dari kanker payudara dan beban kanker usus besar, 27% diabetes
dan sekitar 30% dari beban penyakit jantung iskemik. Telah terbukti bahwa
aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur mengurangi resiko penyakit jantung
koroner dan stroke, diabetes, hipertensi, kanker usus besar, kanker payudara dan
depresi. Aktivitas fisik merupakan penentu utama dari pengeluaran energi, dan
dengan demikian merupakan dasar untuk keseimbangan energi dan kontrol berat
badan. 2
Sejak kecil, anak pun sebaiknya dibiasakan aktif secara fisik. American
Heart Assocciation menyarankan agar anak-anak berusia dua tahun atau lebih
sebaiknya setiap hari melakukan setidaknya 60 menit aktivitas fisik dengan
intensitas sedang yang menyenangkan dan bervariasi sesuai perkembangan
menurut usia anak. Apabila anak tidak dapat melakukan aktivitas selama satu jam
penuh, aktivitas tersebut dapat dilakukan dalam dua kali periode 30 menit atau

empat kali periode 15 menit dalam sehari. Aktivitas fisik tersebut disesuaikan
dengan usia, gender, dan tahap perkembangan fisik dan emosional anak.5
Aktivitas fisik pada anak membawa banyak manfaat di samping
mengurangi resiko obesitas, penyakit pembuluh darah, dan keganasan di
kemudian hari. Pertumbuhan tulang dan otot juga dapat berlangsung dengan baik.
Keterampilan gerak, interaksi sosial, dan perkembangan otak juga terasah saat
bermain. Anak yang aktif akan belajar dengan lebih efektif, baik di dalam maupun
di luar lingkungan sekolah. Anak akan merasa gembira dan percaya diri, serta
memiliki pola tidur yang baik. Aktivitas fisik yang dilakukan sejak dini akan
membentuk anak menjadi seorang dewasa dengan gaya hidup aktif. 2

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan
pengeluaran tenaga/energi dan pembakaran energi. Aktivitas fisik dikategorikan
cukup apabila seseorang melakukan latihan fisik atau olahraga selama 30 menit
setiap hari atau minimal 3-5 hari dalam seminggu. Olahraga adalah salah satu
bentuk aktivitas fisik yang dilakukan secara terstruktur, terencana, dan
berkesinambungan dengan mengikuti aturan-aturan tertentu bertujuan untuk
meningkatkan kebugaran jasmani dan prestasi. 1
Sidang Kesehatan Dunia pada tahun 2004 telah mengesahkan Global
Strategy on Diet, Physical Acitivity and Health sebagai tindak lanjut Laporan
Kesehatan Dunia tahun 2002 yang menjabarkan dengan rinci hubungan antara
aktivitas fisik dengan kejadian Penyakit Tidak Menular (PTM). Dalam kerangka
kerja WHO, kedua faktor resiko ini dikenal sebagai faktor resiko umum bersama
dengan konsumsi alkohol, merokok, umur dan faktor genetik. Faktor resiko umum
ini jika tidak dicegah dapat memicu timbulnya faktor resiko yaitu hipertensi,
kadar lemak darah tinggi, serta obesitas. 2
Di Indonesia, berdasarkan data Riskesdas 2007, sebanyak 48,2%
penduduk Indonesia yang berusia lebih dari 10 tahun kurang melakukan aktivitas
fisik, dimana kelompok perempuan yang kurang melakukan aktivitas fisik
(54,5%) lebih tinggi daripada kelompok laki-laki (41,4%). Selain itu aktivitas
fisik di daerah rural sebesar 42,4% sementara di daerah urban kurang melakukan
aktivitas fisik telah mencapai 57,6%. Kurang melakukan aktivitas fisik juga
terjadi pada setiap kelompok penduduk dengan tingkat termiskin sampai terkaya.8
Masyarakat sadar bahwa dengan meningkatkan aktivitas fisik dengan cara
latihan fisik atau olahraga yang teratur dapat meningkatkan kebugaran jasmani
yang penting untuk menjaga stamina tubuh. Tetapi masyarakat belum paham
bahwa latihan fisik atau berolahraga yang baik, benar, terukur, dan teratur akan
meningkatkan kebugaran jasmani yang penting untuk menjaga stamina tubuh.

Jadi tingkat kebugaran jasmani yang baik akan menurunkan angka kesakitan.
Angka kesakitan anak yang menurun berarti tingkat absensi anak sekolah
menurun dan prestasi belajar meningkat. Angka kesakitan pekerja menurun berarti
tingkat kehadiran pekerja di tempat kerja meningkat sehingga meningkatkan
produktivitas kerja dan menurunkan biaya pengobatan.2
2.1.1. Tipe-tipe Aktivitas Fisik
Ada 3 tipe aktivitas fisik yang dapat kita lakukan untuk mempertahankan
kesehatan tubuh yaitu:3
1. Ketahanan (endurance)
Aktivitas fisik yang bersifat untuk ketahanan dapat membantu jantung,
paru-paru, otot, dan sistem sirkulasi darah tetap sehat dan membuat kita
lebih bertenaga.
2. Kelenturan (flexibility)
Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu pergerakan
lebih mudah, mempertahankan otot tubuh tetap lentur dan sendi berfungsi
dengan baik.
3. Kekuatan (strength)
Aktivitas fisik yang bersifat untuk kekuatan dapat membantu kerja otot
tubuh dalam menahan sesuatu beban yang diterima, tulang tetap kuat, dan
mempertahankan bentuk tubuh serta membantu meningkatkan pencegahan
terhadap penyakit seperti osteoporosis.

2.1.2. Klasifikasi Aktivitas Fisik


Aktivitas fisik umumnya diklasifikasikan sebagai rendah, sedang, dan
intensitas tinggi berdasarkan METs (Metabolic Equivalents) untuk kegiatan
tertentu atas dasar rasio aktivitas untuk Resting Energy Expenditure. METs
merupakan kelipatan dari Resting Energy Expenditure (misalnya berjalan santai =
3,5 METs, yang berarti bahwa ketika seseorang sedang berjalan, pengeluaran
energi tiga kali Resting Energy Expenditure). Juga diasumsikan bahwa 1 METs =
1 kkal/menit, sehingga 60 menit berjalan pada METs dianggap setara 210 kkal,
sehingga perhitungan energi yang dikeluarkan pada tingkat 1 kkal per jam per

kilogram berat badan per MET, dengan demikian Total Energy Expenditure (TEE)
diperoleh dari jumlah METs dalam sehari (METs x 1440 menit) x berat badan
(kg).

Pengkodean yang mengklasifikasikan aktivitas fisik tertentu pada anak

dengan tingkat pengeluaran energi dapat dilihat pada Compendium of Energy


Expenditures of Youth. TEE adalah energi rata-rata yang dikeluarkan dalam
periode 24 jam oleh seseorang individu atau sekelompok individu.4
Physical Activity Level (PAL) adalah TEE selama 24 jam dinyatakan
sebagai kelipatan BMR, dan dihitung sebagai TEE / REE selama 24 jam. Basal
Metabolic Rate (BMR) adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk
mempertahankan proses vital tubuh, tidak termasuk aktivitas, dan proses
pengolahan makanan. BMR diukur dalam posisi berbaring, dalam lingkungan
thermo-neutral setelah 12 sampai 18 jam, hanya ketika individu telah bangun dan
sebelum memulai kegiatan sehari-hari. Dalm prakteknya, Resting Energy
Ependiture

biasanya diukur selain BMR. REE yang sama diukur pada saat

istirahat di lingkungan thermo-neutral setelah 8-12 jam dan tidak segera setelah
bangun. REE tidak lebih dari 10% BMR.7
Untuk mengetahui aktivitas fisik pad anak, tentukan dahulu nilai BMR.
Perhitungan BMR untuk amak perempuan adalah 20, 315 x kgBB + 465,9 dan
untuk anak laki-laki adalah 22,706 x kgBB + 504,3. Hasil BMR dibagi dengan
jumlah menit dalam satu hari. 8
2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Aktivitas Fisik
Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas fisik bagi remaja
yang kegemukan atau obesitas, berikut ini beberapa faktor tersebut:6
1. Umur
Aktivitas fisik remaja sampai dewasa meningkat sampai mencapai
maksimal pada usia 25-30 tahun, kemudian akan terjadi penurunan
kapasitas fungsional dari seluruh tubuh, kira-kira 0,8-1 % per tahun,
tetapi bila rajin berolahraga penurunan ini dapat dikurangi sampai
separuhnya.
2. Jenis kelamin

Sampai pubertas biasanya aktivitas fisik remaja laki-laki hampir sama


dengan perempuan, tapi setelah pubertas remaja laki-laki biasanya
mempunyai nilai yang jauh lebih besar.
3. Pola makan
Makanan salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas, karena bila
jumlah makanan dan porsi lebih banyak, maka tubuh akan merasa
mudah lelah dan tidak ingin melakukan kegiatan olahraga atau
aktivitas lainnya
4. Penyakit/kelainan pada tubuh
Berpengaruh terhadap kapasitas jantung/paru, postur tubuh, obesitas,
sel darah dan serat otot.
2.2. Aktivitas Fisik pada Anak
Hidup sehat harus didukung dengan aktivitas fisik yang baik. Sejak kecil,
anak pun sebaiknya dibiasakan aktif secara fisik. American Heart Assocciation
menyarankan agar anak-anak berusia dua tahun atau lebih sebaiknya setiap hari
melakukan setidaknya 60 menit aktivitas fisik dengan intensitas sedang yang
menyenangkan dan bervariasi sesuai perkembangan menurut usia anak. 5
Begitu juga menurut American Academy of Pediatrics (AAP), seorang
anak membutuhkan sekitar 60 menit berolahraga setiap harinya. Apabila anak
tidak dapat melakukan aktivitas selama satu jam penuh, aktivitas tersebut dapat
dilakukan dalam dua kali periode 30 menit atau empat kali periode 15 menit
dalam sehari. Aktivitas fisik tersebut disesuaikan dengan usia, gender, dan tahap
perkembangan fisik dan emosional anak. AAP juga merekomendasikan bahwa
anak usia dibawah 2 tahun sebaiknya tidak dibolehkan menonton televisi,
sedangkan anak usia diatas 2 tahun hanya boleh menonton televisi paling lama 2
jam per hari.10
2.2.1. Manfaat Aktivitas Fisik Pada Anak
Aktivitas fisik pada anak membawa banyak manfaat di samping
mengurangi resiko obesitas, penyakit pembuluh darah, dan keganasan di
kemudian hari. Pertumbuhan tulang dan otot juga dapat berlangsung dengan baik.

Keterampilan gerak, interaksi sosial, dan perkembangan otak juga terasah saat
bermain. Anak yang aktif akan belajar dengan lebih efektif, baik di dalam maupun
di luar lingkungan sekolah. Anak akan merasa gembira dan percaya diri, serta
memiliki pola tidur yang baik. Aktivitas fisik yang dilakukan sejak dini akan
membentuk anak menjadi seorang dewasa dengan gaya hidup aktif. 5
Pada anak-anak usia prasekolah aktivitas fisik dipengaruhi berbagai hal,
diantaranya adalah faktor fisiologis atau perkembangan (pertumbuhan, kesegaran
jasamani, keterbatasan fisik), lingkungan (fasilitas, musim, keamanan), faktor
psikologis, faktor sosial, dan demografi (pengetahuan, sikap, pengaruh orangtua,
teman sebaya, status ekonomi, jenis kelamin, dan usia). Aktivitas fisik yang
teratur memiliki banyak manfaat untuk anak-anak usia prasekolah. Manfaatnya
dapat berupa:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Perkembangan kekuatan dan ketahanan dari otot


Membangun dan mendorong harga diri
Meningkatkan stabilitas dari tubuh
Membangun kekuatan otot, jantung dan tulang
Mengembangkan keterampilan mengontrol obyek tertentu
Mengembangkan pengenalan terhadap benda, warna dan bentuk
Mengembangkan ketahanan dalam sistem kardiovaskular

Pada tingkatan umur selanjutnya yaitu remaja (12-18 tahun), aktivitas


fisik sangat dibutuhkan karena ada keuntungan bagi mereka terutama dalam
tahun-tahun atau masa pertumbuhan sehingga pertumbuhan remaja dapat menjadi
optimal. Beberapa manfaat untuk remaja dari aktif secara fisik antara lain:6
a.
b.
c.
d.
e.

Membantu menjaga otot dan sendi tetap sehat


Membantu meningkatkan mood atau suasana hati
Membantu menurunkan kecemasan, stres, dan depresi
Membantu untuk kualitas tidur yang lebih baik
Menurunkan resiko penyakit jantung, stroke, tekanan darah tinggi, dan

diabetes
f. Meningkatkan sirkulasi darah
g. Meningkatkan fungsi organ-organ vital seperti jantung dan paru-paru
h. Mengurangi kanker yang terkait dengan kelebihan berat badan
2.2.2. Aktivitas Fisik Pada Anak sesuai Kelompok Usia

Berikut ini adalah beberapa rekomendasi aktivitas fisik anak sesuai


kelompok usia:5

Bayi yang dapat tengkurap


Ajak bayi tengkurap saat ia sedang terbangun dan ingin bermain. Bermain
dalam posisi tengkurap dapat dilakukan setidaknya selama 30 menit

sehari, dalam rentang waktu terbagi dan harus selalu diawasi orangtua.
Bayi yang belum bisa merangkap
Rangsang bayi dengan menaruh mainan yang menarik di hadapannya.
Anak yang sudah mampu berjalan
Sekitar usia satu hingga dua tahun, bentuk aktivitas dapat lebih bervariasi.
Sesekali selipkan aktivitas yang memerlukan banyak tenaga dalam waktu
singkat, seperti melompat-lompat, memanjat, dan berlari. Mainkan musik
dan ajak anak bergerak sesuai irama. Belajarlah bermain bola dengan cara
lempar tangkap dan menendang. Permainan yang didorong dan ditarik
seperti kereta-keretaan meningkatkan pemahaman anak tentang kesadaran

ruang.
Usia pra-sekolah
Pada usia ini, banyak sekali pilihan permainan yang dapat dijadikan
aktivitas fisik. Selipkan latihan yang membuat anak bernafas lebih cepat
dan dalam. Misalnya ajak anak berlomba jarak pendek saat bersepeda.
Anak usia prasekolah lebih banyak menghabiskan waktunya untuk
aktivitas yang bersifat sedentary. Pola aktivitas fisik yang seperti ini
menyebabkan angka kejadian obesitas meningkat pada anak usia
prasekolah.
Sumber data menunjukkan bahwa anak overweight maupun obesitas
mempunyai waktu tidur yang lebih lama dibanding anak dengan gizi
normal. Pada anak obesitas cenderung malas bergerak aktif dan hanya
menghabiskan waktunya dengan menonton televisi. Dengan kebiasaan
yang seperti itu, menyebabkan penimbunan lemak yang berlebihan dalam

tubuh anak.
Usia sekolah
Kegiatan olahraga sudah mulai dapat dilakukan pada usia ini. Perkenalkan
berbagai jenis kegiatan dengan tujuan yang berbeda. Kegiatan aerobik

seperti jalan cepat atau lari sebaiknya dilakukan dengan durasi satu jam
dalam sehari. Tiga kali dalam semingu, lakukan aktivitas aerobik dengan
intensitas cukup berat (vigourus).
Sebagai panduan intensitas aktivitas, pada skala 0 hingga 10, ketika duduk
tenang bernilai 0 dan aktivitas yang melelahkan bernilai 10, intensitas sedang
(moderate) bernilai 5 atau 6. Intensitas cukup berat (vigourus) bernilai 7 atau 8.
Pada saat anak melakukan aktivitas yang bersifat vigourus, detak jantung dan
pernafasan anak akan jauh lebih meningkat dibanding ketika ia beristirahat. Cara
mudah menilai intensitas kegiatan yang dilakukan oleh anak adalah dengan
membandingkannya dengan kemampuan rata-rata anak seusianya. Misalnya
apabila anak berjalan kaki ke sekolah tiap pagi, ia mungkin sedang melakukan
kegiatan dengan intensitas sedang. Ketika ia lari berkejaran dengan teman di
sekolah, intensitas yang dilakukannya cukup berat.9

BAB 3
KESIMPULAN
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot
rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik yang tidak ada atau
kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor resiko independen untuk penyakit
kronis, dan secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan kematian secara global.
Sejak kecil, anak pun sebaiknya dibiasakan aktif secara fisik. Direkomenasikan
9

bagi anak berusia dua tahun atau lebih sebaiknya setiap hari melakukan
setidaknya 60 menit aktivitas fisik dengan intensitas sedang yang menyenangkan
dan bervariasi sesuai perkembangan menurut usia anak.
Aktivitas fisik pada anak membawa banyak manfaat di samping
mengurangi resiko obesitas, penyakit pembuluh darah, dan keganasan di
kemudian hari. Pertumbuhan tulang dan otot juga dapat berlangsung dengan baik.
Keterampilan gerak, interaksi sosial, dan perkembangan otak juga terasah saat
bermain. Anak yang aktif akan belajar dengan lebih efektif, baik di dalam maupun
di luar lingkungan sekolah. Anak akan merasa gembira dan percaya diri, serta
memiliki pola tidur yang baik. Aktivitas fisik yang dilakukan sejak dini akan
membentuk anak menjadi seorang dewasa dengan gaya hidup aktif.

DAFTAR PUSTAKA
1. Tyo, M. Physical Activity. [cited 2016 July 24]. Available from:
http://www.who.int/topics/physicalactivity/en
2. Kementerian Kesehatan RI .(2011). Strategi Nasional Penerapan Pola
Konsumsi Makanan dan Aktivitas Fisik. Jakarta: Kemenkes RI.
3. Rizky, M.S. (2011). Aktivitas Fisik. Jakarta.
4. Yunita, D. (2013). Konsumsi Zat Gizi dan Aktivitas Fisik pada Anak. Bogor.
5. Sambo, C. (2015). Aktivitas Fisik pada Anak. Jakarta: IDAI

10

6. Perma, D. (2011). Hubungan Tingkat Pendidikan dan Aktivitas Fisik dengan


Fungsi Kognitif. Jakarta.
7. Anggraini, L. (2010). Aktivitas Fisik pada Anak. Jakarta.
8. Kementerian Kesehatan RI .(2011). Buletin Jendela Data dan Informasi
Kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI.
9. U.S Departement of Health & Human Services. Physical Activity Basics.
[cited 2016 July 24]. Available from: www.cdc.gov/physicalactivity/basics
10. Medise, B. (2013). Manfaat Olahraga bagi Kesehatan Anak dan Remaja.
Jakarta: IDAI

11

También podría gustarte