Está en la página 1de 18

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VISUALIZATION AUDITORY


KINESTHETIC (VAK) DALAM MATA PELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS VIII
SMP NEGERI 2 DAMPELAS
Oleh
Daud, S.Pd.

ABSTRAK

Pendidikan IPS memiliki peranan besar dalam membangun suatu negara. Pendidikan
IPS yang berkualitas tentu akan menghasilkan generasi penerus yang berbobot untuk
pengembangan negara. Namun berdasarkan kenyataan yang dijumpai, dalam
pembelajaran IPS, masih terdapat permasalahan dalam pelaksanaannya. Berdasarkan
observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam mata pelajaran IPS pada siswa kelas
VIII SMP Negeri 2 Dampelas, tampak bahwa siswa masih kurang memiliki motivasi
dalam belajar IPS, sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang rendah.
Adanya rasa kejenuhan dalam pembelajaran membuat siswa kurang fokus dalam
belajar. Berdasarkan hal tersebut, guna meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa
dalam mata pelajaran IPS, peneliti berinisiatif menetapkan alternatif pemecahan
masalah yakni melalui penerapan model pembelajaran Visualization Auditory
Kinesthetic (VAK). Model VAK merupakan model pembelajaran yang
mengkombinasikan ketiga gaya belajar sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif.
Ketiga gaya belajar tersebut yakni gaya belajar Visualization atau belajar dengan
mengingat, Auditory atau belajar dengan mendengar, dan Kinesthetic yakni belajar
dengan gerak. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah (1) untuk
mengetahui dan mendeskripsikan apakah penerapan model pembelajaran
Visualization Auditory Kinesthetic (VAK) dalam mata pelajaran IPS dapat
meningkatkan motivasi belajar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Dampelas, (2)
untuk mengetahui dan mendeskripsikan apakah penerapan model pembelajaran
Visualization Auditory Kinesthetic (VAK) dalam mata pelajaran IPS dapat
meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Dampelas. Penelitian
ini dilakukan di kelas VIII SMP Negeri 2 Dampelas. Alat pengumpulan data yang
digunakan yaitu instrumen tes berupa evaluasi, dan instrumen non tes berupa lembar
observasi, pedoman wawancara, dan dokumentasi. Indikator kinerja yang ditentukan
dalam penelitian yaitu penerapan langkah-langkah penggunaan model pembelajaran
Visualization Auditory Kinesthetic (VAK) mencapai 80% yang diamati oleh observer
pada saat pembelajaran terhadap guru dan siswa. Ketuntasan hasil belajar siswa
mencapai 80% dengan KKM 75. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat
disimpulkan bahwa (1) penerapan model pembelajaran Visualization Auditory
Kinesthetic (VAK) dalam mata pelajaran IPS dapat meningkatkan motivasi belajar
pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Dampelas. (2) penerapan model pembelajaran
Visualization Auditory Kinesthetic (VAK) dalam mata pelajaran IPS dapat
meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Dampelas.
Kata Kunci : Model Pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic, IPS

ABSTRACT
Education Social Sciences has a major role in building a country. Education Social
Sciences who qualified would produce the next generation are weighted for the
development of the country. However, based on the fact found, in study Social
Sciences there are problems in implementation. Based on observations made by
researchers on the subjects of Social Sciences in class VIII SMP Negeri 2 Dampelas,
it appears that students still lack motivation in learning of Social Sciences, and
therefore contributes to student learning outcomes is low. Their sense of saturation in
learning makes students less focused on learning. Accordingly, in order to increase
motivation and learning outcomes of students in the subjects of Social Sciences, the
researchers took the initiative to establish the alternative solutions to problems
through the application of learning models Visualization Auditory Kinesthetic (VAK).
VAK Model is a learning model that combines three styles of learning so that
learning becomes more effective. The third style of learning that learning styles or
learning Visualization with remembrance, Auditory or learn by hearing, and
Kinesthetic learning the motion. Goals to be achieved in this study were (1) to know
and to describe whether the application of learning models Visualization Auditory
Kinesthetic (VAK) on the subjects of Social Sciences may increase motivation to learn
in class VIII SMP Negeri 2 Dampelas, (2) to know and to describe whether the
application of learning models Visualization Auditory Kinesthetic (VAK) on the
subjects of Social Sciences to improve learning outcomes in class VIII SMP Negeri 2
Dampelas. This research was done in class VIII SMP Negeri 2 Dampelas. Data
collection tool used is in the form of an evaluation test instruments, and instruments
in the form of non-test observation sheet, interview, and documentation. Performance
indicators are specified in the study of the implementation of the steps for using the
learning model Visualization Auditory Kinesthetic (VAK) to 80% were observed by
observers at the time of learning for teachers and students. The completeness of
student learning outcomes to 80% by minimum completeness criteria 75. Based on
the results, it can be concluded that (1) the application of learning models
Visualization Auditory Kinesthetic (VAK) on the subjects of Social Sciences may
increase motivation to learn in class VIII SMP Negeri 2 Dampelas. (2) application of
learning models Visualization Auditory Kinesthetic (VAK) in the eyes of Social
Sciences to improve learning outcomes in class VIII SMP Negeri 2 Dampelas.

Keywords: Visualization Auditory Kinesthetic, Social Sciences

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI


PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VISUALIZATION AUDITORY
KINESTHETIC (VAK) DALAM MATA PELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS VIII
SMP NEGERI 2 DAMPELAS
PENDAHULUAN
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar
informasi. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan dalam proses pembelajaran adalah mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). IPS merupakan mata pelajaran yang mengkaji
seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.
Pembelajaran IPS yang dilaksanakan baik pada pendidikan dasar maupun pada pendidikan
tinggi tidak hanya menekankan pada aspek teoritis keilmuannya, tetapi aspek praktis dalam
mempelajari, menelaah, mengkaji gejala, dan masalah sosial masyarakat, yang bobot dan
keluasannya disesuaikan dengan jenjang pendidikan masing-masing. Secara mendasar,
pembelajaran IPS berkaitan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah
laku dan kebutuhannya. Singkatnya, IPS mempelajari, menelaah, dan mengkaji sistem
kehidupan manusia di permukaan bumi ini dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai
anggota masyarakat.
Pendidikan IPS memiliki peranan besar dalam membangun suatu negara.
Pendidikan IPS yang berkualitas tentu akan menghasilkan generasi penerus yang berbobot
untuk pengembangan negara. Setiap individu wajib terlibat dalam pendidikan, khususya
pembelajaran IPS yang dituntut berperan serta secara maksimal guna meningkatkan mutu
pendidikan.
Namun berdasarkan kenyataan yang dijumpai, dalam pembelajaran IPS masih
terdapat permasalahan dalam pelaksanaannya. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh
peneliti dalam mata pelajaran IPS pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Dampelas, tampak
bahwa siswa masih kurang memiliki motivasi dalam belajar IPS, sehingga berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa yang rendah. Adanya rasa kejenuhan dalam pembelajaran
membuat siswa kurang fokus dalam belajar. Ketika siswa jenuh, siswa lebih memilih halhal yang menurut mereka lebih menyenangkan, seperti mengobrol dengan temannya atau
juga asik dengan imajinasinya sendiri. Hal seperti itu akan berpengaruh terhadap
penguasaan materi pelajaran. Siswa tidak akan menyerap apa yang akan dipaparkan oleh
guru apabila keadaan siswanya tidak dalam keadaan siap belajar.
4

Oleh karena itu, dalam hal ini sangat diperlukan upaya untuk dapat meningkatkan
atau membangkitkan motivasi belajar siswa. Motivasi adalah keadaan dalam pribadi
seseorang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna
mencapai suatu tujuan. Motivasi berfungsi sebagai motor penggerak aktivitas. Bila
motornya lemah, aktivitas yang terjadipun lemah pula. Motivasi belajar berkaitan erat
dengan tujuan yang hendak dicapai oleh individu yang sedang belajar itu sendiri.
Bila seseorang yang sedang belajar menyadari bahwa tujuan yang hendak dicapai berguna
atau bermanfaat baginya, maka dimungkinkan motivasi belajar akan muncul dengan kuat.
Munculnya motivasi dalam diri siswa (internal) dalam belajar, karena siswa ingin
menguasai kemampuan yang terkandung di dalam tujuan pembelajaran yang bermanfaat
untuk dirinya. Dengan meningkatnya motivasi belajar siswa, maka tentu juga akan
berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar yang nantinya akan diperoleh oleh siswa.
Berdasarkan hal tersebut, guna meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam
mata pelajaran IPS, peneliti berinisiatif menetapkan alternatif pemecahan masalah agar
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang meliputi motivasi dan hasil belajar siswa.
Dalam hal ini, peneliti merancang dan melaksanakan inovasi dalam pembelajaran yang
dapat membangkitkan motivasi dan hasil belajar siswa dan membuat siswa belajar dengan
nyaman yakni melalui model pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic (VAK).
Model VAK merupakan model pembelajaran yang mengkombinasikan ketiga gaya belajar
sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif. Ketiga gaya belajar tersebut yakni gaya
belajar Visualization, Auditory, dan Kinesthetic. VAK merupakan model pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa belajar dengan mengingat (visual), belajar dengan
mendengar (auditory), dan belajar dengan gerak (kinesthetic) untuk mencapai pemahaman
dan pembelajaran yang efektif.
Tentunya, dengan penerapan model pembelajaran ini, diharapkan dapat menciptakan
pembelajaran IPS yang kontekstual dan menumbuhkan kegairahan siswa dalam belajar IPS
sehingga siswa tidak lagi berpandangan bahwa pembelajaran IPS membosankan serta hanya
terpaku pada teks book. Selain itu, siswa dapat mengubah pandangannya mengenai
pembelajaran IPS menjadi pembelajaran yang lebih menarik. Dengan cara yang digunakan
di atas, guru secara sekaligus dapat mencapai ranah afektif dan psikomotor pada siswa
dengan menumbuhkan rasa empati dan peduli terhadap lingkungannya. Dengan
keterampilannya, siswa dapat berpikir untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi di
lingkungannya.
5

Berdasarkan latar belakang yang diungkapkan di atas, maka peneliti melakukan


penelitian dengan judul yakni Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Melalui
Penerapan Model Pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic (VAK) dalam Mata
Pelajaran IPS pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Dampelas. Rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah (1) Apakah penerapan model pembelajaran Visualization Auditory
Kinesthetic (VAK) dalam mata pelajaran IPS dapat meningkatkan motivasi belajar pada
siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Dampelas, (2) Apakah penerapan model pembelajaran
Visualization Auditory Kinesthetic (VAK) dalam mata pelajaran IPS dapat meningkatkan
hasil belajar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Dampelas?. Berdasarkan rumusan
masalah, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah (1) untuk
mengetahui dan mendeskripsikan apakah penerapan model pembelajaran Visualization
Auditory Kinesthetic (VAK) dalam mata pelajaran IPS dapat meningkatkan motivasi belajar
pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Dampelas, (2) untuk mengetahui dan mendeskripsikan
apakah penerapan model pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic (VAK) dalam
mata pelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2
Dampelas.

KAJIAN PUSTAKA
Konsep Motivasi Belajar
Motivasi adalah usaha yang didasari untuk mengerahkan dan menjaga tingkah
seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil
atau tujuan tertentu. Motivasi belajar adalah suatu perubahan tenaga di dalam diri seseorang
(pribadi) yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Motivasi belajar merupakan kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang
didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi hasil belajar sebaik mungkin.
Motivasi belajar juga merupakan kebutuhan untuk mengembangkan kemampuan
diri secara optimum, sehingga mampu berbuat yang lebih baik, berprestasi dan kreatif.
Motivasi belajar adalah suatu dorongan internal dan eksternal yang menyebabkan seseorang
atau individu untuk bertindak atau mencapai tujuan, sehingga perubahan tingkah laku kea
rah postif pada diri siswa diharapkan dapat terjadi.
Jadi motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong siswa untuk belajar
secara sungguh-sungguh, yang pada gilirannya akan terbentuk cara belajar siswa yang
sistematis, penuh konsentrasi dan dapat menyeleksi kegiatan-kegiatannya.
6

Konsep Hasil Belajar


Hasil belajar merupakan hasil nilai yang diperoleh siswa dari hasil evaluasi setelah
kegiatan proses pembelajaran. Menurut Winkel (1991: 28) hasil belajar adalah bukti
keberhasilan dan usaha yang dilakuakan dan merupakan kecakapan yang diperoleh melalui
kegiatan pembelajaran di sekolah yang dinyatakan dengan angka. Selanjutnya Soemantri
(2001: 1) mengatakan bahwa hasil belajar merupakan suatu indikator dari perubahan yang
terjadi pada diri siswa setelah mengalami proses belajar dimana untuk mengungkapnya
biasanya menggunakan suatu alat penilaian yang ditetapkan sekolah oleh guru. Dalam
dunia pendidikan khususnya sekolah hasil belajar merupakan nilai yang diperoleh siswa
terhadap suatu mata pelajaran tertentu.
Hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa dalam bidang studi tertentu yang
menggunakan tes standar alat ukur keberhasilan belajar seorang siswa. Jadi dalam hal ini
keberhasilan belajar seorang siswa dalam menempuh proses belajar di sekolah dapat dilihat
dari standar yang digunakan. Belajar menghasilkan perubahan dalam diri seseorang sebagai
hasil dari belajar atau prestasi dari belajarnya itu.
Hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri individu yang belajar, bukan
saja perubahan yang mengenai pengetahuan, tetapi juga kemampuan untuk membentuk
kecakapan dalam bersikap. Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh siswa setelah
proses pembelajaran dalam waktu tertentu yang diukur dengan menggunakan alat evaluasi
tertentu.
Suryabrata (1988: 56) mengemukakan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi
hasil belajar seseorang, yaitu: (1) faktor yang berasal dari luar diri pelajar yang meliputi
faktor sosial dan faktor non sosial, (2) faktor yang berasal dari dalam diri pelajar yang
meliputi faktor psikologis dan fisiologis. Hal ini sejalan dengan pendapat hasil belajar yang
dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu: faktor dari dalam diri siswa dan
faktor yang datang dari luar diri siswa atau lingkungan. Faktor dari dalam diri siswa
terutama menyangkut kemampuan yang dimiliki siswa. Berkaitan dengan faktor dari dalam
diri siswa, selain faktor kemampuan, ada juga faktor lain yaitu motivasi belajar, minat,
perhatian, sikap, kebiasaan belajar, ketekunan, kondisi ekonomi, kondisi fisik, dan psikis.
Sedangkan faktor dari luar atau lingkungan yang paling dominan mempengaruhi hasil
belajar adalah kualitas pembelajaran.

Menurut Rusyan (1989: 24) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi proses hasil
belajar dapat digolongkan dalam empat kelompok, yaitu: (1) bahan atau hal yang harus
dipelajari, yakni banyaknya bahan dan tingkat kesulitan bahan akan mempengaruhi hasil
belajar siswa, (2) faktor lingkugan, baik lingkungan alam maupun sosial, (3) sarana dan
prasarana belajar, wujudnya berupa perangkat keras seperti gedung, perlengkapan, dan
sebagainya dan perangkat lunak seperti kurikulum, pedoman belajar, program belajar, dan
sebagainya, (4) kondisi individu siswa, yang meliputi kondisi fisikologis berupa keadaan
jasmani dan kondisi psikologis yang berupa perhatian, intelegensi, bakat, dan sebagainya.
Hasil belajar ini jika dikaitkan dengan hasil belajar IPS, maka dapat ditunjukkan
oleh perubahan tingkah laku pada diri siswa, baik aspek kognitif, afektif, psikomotorik.
Perubahan itu terjadi setelah adanya proses penbelajaran IPS yang dilaksanakan di
lingkungan sekolah maupun di luar sekolah yang diukur dengan menggunakan alat ukur
dalam bentuk tes dan non tes.

Pengertian Model Pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic (VAK)


Model pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic (VAK) adalah model
pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan alat indera yang
dimiliki siswa. Pembelajaran dengan model Visualization Auditory Kinesthetic (VAK) adalah
suatu pembelajaran yang memanfaatkan gaya belajar setiap individu dengan tujuan agar
semua kebiasaan belajar siswa akan terpenuhi. Jadi dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic (VAK) adalah model pembelajaran yang
mengkombinasikan ketiga gaya belajar (melihat, mendengar, dan bergerak) setiap individu
dengan

cara

memanfaatkan

potensi

yang

telah

dimiliki

dengan

melatih

dan

mengembangkannya, agar semua kebiasaan belajar siswa terpenuhi. (Sugiyanto, 2008 : 101)
VAK (Visualization Auditory Kinesthetic) merupakan tiga modalitas yang dimiliki oleh
setiap manusia. Ketiga modalitas tersebut kemudian dikenal sebagai gaya belajar. Gaya
belajar merupakan kombinasi dari bagaimana seseorang dapat menyerap dan kemudian
mengatur serta mengolah informasi. (Deporter, 1999:112).
Model pembelajaran VAK adalah model pembelajaran yang mengoptimalkan ketiga
modalitas belajar tersebut untuk menjadikan siswa merasa nyaman. Model pembelajaran
VAK ini merupakan anak dari model pembelajaran Quantum yang berprinsip untuk
menjadikan situasi belajar menjadi lebih nyaman dan menjanjikan kesuksesan bagi siswa di
masa depan.

Pembelajaran dengan model ini mementingkan pengalaman belajar secara langsung dan
menyenangkan bagi siswa. Pengalaman belajar secara langsung dengan cara belajar melalui
mengingat (Visual), belajar dengan mendengar (Auditory), dan belajar dengan gerak emosi
(Kinesthetic). (DePorter dkk. 1999). Model pembelajaran VAK merupakan suatu model
pembelajaran yang menganggap pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan ketiga hal
tersebut (Visualization Auditory Kinesthetic), dan dapat diartikan bahwa pembelajaran
dilaksanakan dengan memanfaatkan potensi siswa yang telah dimilikinya dengan melatih dan
mengembangkannya. Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar
langsung dengan bebas menggunakan modalitas yang dimilikinya untuk mencapai
pemahaman dan pembelajaran yang efektif.
Pemanfaatan dan pengembangan potensi siswa dalam pembelajaran ini harus
memperhatikan kebutuhan dan gaya belajar siswa. Bagi siswa visual, akan mudah belajar
dengan bantuan media dua dimensi seperti menggunakan grafik, gambar, chart, model, dan
semacamnya. Siswa auditory, akan lebih mudah belajar melalui pendengaran atau sesuatu
yang diucapkan atau dengan media audio. Sedangkan siswa dengan tipe kinesthetic, akan
mudah belajar sambil melakukan kegiatan tertentu, misalnya eksperimen, bongkar pasang,
membuat model, memanipulasi benda, dan sebagainya yang berhubungan dengan sistem
gerak. (Suyatno, 2009:60).
Prinsip Model Pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK)
Menurut Rose Colin dan Nicholl (2002:130) prinsip model pembelajaran Visual
Auditori Kinestetik (VAK) yaitu:
a. Gaya Visual (Belajar Dengan Cara Melihat)
Belajar harus menggunakan indera mata melalui mengamati, menggambar,
mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga. Seorang siswa
lebih suka melihat gambar atau diagram, suka pertunjukan, peragaan atau
menyaksikan video. Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan
penting adalah mata/penglihatan (visual). Dalam hal ini metode pengajaran yang
digunakan guru sebaiknya lebih banyak dititikberatkan pada peragaan/media, ajak
siswa ke objek-objek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara
menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan
tulis.
Ciri-ciri siswa yang lebih dominan memiliki gaya belajar visual misalnya
lirikan mata ke atas bila berbicara dan berbicara dengan cepat. Anak yang mempunyai
gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk
mengerti materi pelajaran. Siswa cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat
9

dengan jelas. Siswa berpikir menggunakan gambar-gambar di otak dan belajar lebih
cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran
bergambar, dan video. Di dalam kelas anak visual lebih suka mencatat sampai detildetilnya untuk mendapatkan informasi.
b. Gaya Auditory (Belajar Dengan Cara Mendengar)
Belajar haruslah mendengarkan, menyimak,

berbicara,

presentasi,

mengemukakan pendapat, gagasan, menanggapi dan beragumentasi. Seorang siswa


lebih suka mendengarkan kaset audio, ceramah-kuliah, diskusi, debat, dan instruksi
(perintah) verbal. Alat rekam sangat membantu pembelajaran pelajar tipe auditori. Dr.
Wenger (dalam Rose Colin dan Nicholl, (2002:143) merekomendasikan setelah
membaca sesuatu yang baru, deskripsikan dan ucapkan apa yang sudah dibaca tadi
sambil

menutup

mata

dengan

suara

lantang.

Alasannya

setelah

dibaca,

divisualisasikan (ketika mengingat dengan mata tertutup) dan dideskripsikan dengan


lantang, maka secara otomatis telah belajar dan menyimpannya dalam multi-sensori.
Ciri-ciri siswa yang lebih dominan memiliki gaya belajar auditori misalnya
lirikan mata ke arah kiri/kanan, mendatar bila berbicara dan sedang-sedang saja.
Untuk itu, guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat
pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar cepat
dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak
auditori mencerna makna yang disampaikan melalui tone, suara, pitch (tinggi
rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis
terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori. Anak-anak seperti ini
biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan
mendengarkan kaset.
c. Gaya Kinesthetic (Belajar dengan Cara Bergerak, Bekerja dan Menyentuh)
Belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung. Seorang siswa lebih
suka menangani, bergerak, menyentuh dan merasakan/mengalami sendiri, gerakan
tubuh (hands-on, aktivitas fisik). Bagi siswa kinesthetic belajar itu haruslah
mengalami dan melakukan. Ciri-ciri siswa yang lebih dominan memiliki gaya belajar
kinestetik misalnya lirikan mata ke bawah bila berbicara dan berbicara lebih lambat.
Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk
beraktivitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya
melalui gerak dan sentuhan.
10

Dengan demikian, modalitas visual merupakan gaya belajar bagi siswa yang suka
menghafal, gaya belajar auditory merupakan gaya belajar siswa dengan mendengar,
sementara gaya belajar kinesthetic adalah gaya belajar siswa dengan melakukan sesuatu hal
atau praktikkum. DePorter menyebutkan banyak ciri perilaku lain yang dapat dilihat untuk
mengenali modalitas belajar siswa.

Kelebihan Model Pembelajaran VAK


Kelebihan model pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic (VAK) adalah (1)
Pembelajaran akan lebih efektif, karena mengkombinasikan ketiga gaya belajar. (2) Mampu
melatih dan mengembangkan potensi siswa yang telah dimiliki oleh pribadi masing-masing.
(3) Memunculkan suasana belajar yang lebih baik, menarik, dan efektif. (4) Memberikan
pengalaman langsung kepada siswa. (5) Mampu melibatkan siswa secara maksimal dalam
menemukan dan memahami suatu konsep melalui kegiatan fisik seperti demonstrasi,
percobaan, observasi, dan diskusi aktif. (6) Mampu menjangkau setiap gaya pembelajaran
siswa. (7) Siswa yang memiliki kemampuan bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang
lemah dalam belajar karena model ini mampu melayani kebutuhan siswa yang memiliki
kemampuan di atas rata-rata.

Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)


Pengertian IPS merujuk pada kajian yang memusatkan perhatiannya pada aktivitas
kehidupan manusia. Pada intinya, fokus IPS adalah berbagai aktivitas manusia dalam
berbagai dimensi kehidupan sosial sesuai dengan karakteristik manusia sebagai mahkluk
sosial (homo socius). IPS sebagai satuan daripada sejumlah ilmu-ilmu sosial dan ilmu lainnya
yang tidak terikat oleh ketentuan disiplin/struktur ilmu tertentu, melainkan bertautan dengan
kegiatan-kegiatan pendidikan yang terencana dan sistematis untuk kepentingan program
pengajaran sekolah dengan tujuan memperbaiki, mengembangkan, dan memajukan
hubungan-hubungan kemanusiaan-kemasyarakatan. Selaras dengan pendapat tersebut,
Soemantri (2001: 89) mengungkapkan bahwa IPS merupakan suatu program pendidikan dan
bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur
filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social science), maupun ilmu pendidikan. IPS
merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang
11

ilmu sosial dan ilmu lainnya, kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik
untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan kumpulan
dari satu kesatuan ilmu-ilmu sosial yang diolah berdasarkan prinsip pendidikan dengan tujuan
memperbaiki,

mengembangkan,

dan

memajukan

hubungan-hubungan

kemanusiaan

kemasyarakatan.

Tujuan dan Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP

Di tingkat SMP, tujuan mata pelajaran IPS adalah (1) Mengenal konsep-konsep yang
berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. (2) Memiliki kemampuan dasar
untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan
keterampilan dalam kehidupan sosial. (3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilainilai sosial dan kemanusiaan. (4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Karateristik mata pelajaran IPS SMP/MTs antara lain sebagai berikut : (a) Ilmu
Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi,
hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan
dan agama (Soemantri, 2001). (b) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal
dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian
rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu. (c) Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan
pendekatan interdisipliner dan multidisipliner. (d) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab
akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah
sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan,
kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan (e) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
IPS menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta
kehidupan manusia secara keseluruhan. Ketiga dimensi tersebut terlihat pada tabel di bawah
ini:

12

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di kelas VIII SMP Negeri 2 Dampelas. Penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas yang pada masing-masing siklusnya terdapat empat tahapan yaitu:
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi (Arikunto, 2009). Alat pengumpulan
data yang digunakan yaitu instrumen tes berupa evaluasi, dan instrumen non tes berupa
lembar observasi, pedoman wawancara, dan dokumentasi. Variabel yang diukur dalam
penelitian ini meliputi motivasi belajar siswa dan hasil belajar siswa.
Indikator kinerja yang ditentukan dalam penelitian yaitu penerapan langkah-langkah
penggunaan model pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic (VAK) mencapai 80%
yang diamati oleh observer pada saat pembelajaran terhadap guru dan siswa. Ketuntasan
hasil belajar siswa mencapai 80% dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yakni 75.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Motivasi Belajar Siswa
13

Berdasarkan hasil penelitian pada kondisi awal, motivasi belajar siswa masih rendah.
Hal ini ditunjukkan dengan kondisi antara lain dari jumlah siswa sebanyak 21 siswa: minat
dan ketajaman perhatian dalam belajar sebanyak 6 siswa (28,57%), ulet dalam menghadapi
kesulitan belajar sebanyak 4 siswa (19,04%), tekun menghadapi tugas ada sebanyak 5 siswa
(28,57%), mandiri dalam belajar sebanyak 3 siswa (14,28%), dan berprestasi dalam belajar
sebanyak 4 siswa (19,04%). Rendahnya motivasi belajar siswa ini berdampak terhadap hasil
belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan evaluasi guru dalam pembelajaran.
Selanjutnya, setelah dilakukan penelitian menunjukkan bahwa dengan penerapan
model pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic (VAK) dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Dampelas dalam mata pelajaran IPS.
Pada siklus I, dari jumlah siswa sebanyak 21 siswa: minat dan ketajaman perhatian
dalam belajar sebanyak 11 siswa (52,38%), ulet dalam menghadapi kesulitan belajar
sebanyak 10 siswa (47,61%), tekun menghadapi tugas ada sebanyak 12 siswa (57,14%),
mandiri dalam belajar sebanyak 10 siswa (47,61%), dan berprestasi dalam belajar sebanyak
10 siswa (47,61%).
Pada siklus II motivasi belajar siswa kembali meningkat. Dari jumlah siswa sebanyak
21 siswa: minat dan ketajaman perhatian dalam belajar sebanyak 21 siswa (100%), ulet dalam
menghadapi kesulitan belajar sebanyak 19 siswa (90,47%), tekun menghadapi tugas ada
sebanyak 20 siswa (95,23%), mandiri dalam belajar sebanyak 17 siswa (80,95%), dan
berprestasi dalam belajar sebanyak 20 siswa (100%).
Adanya peningkatan sesuai dengan perolehan di atas disebabkan oleh adanya
penerapan model pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic (VAK) dalam mata
pelajaran IPS.

Hasil Belajar Siswa


Prasiklus

14

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Ketuntasan Klasikal dalam mata pelajaran IPS


Sebelum penerapan model pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic (VAK)
VIII SMP Negeri 2 Dampelas pada Siswa Kelas (Prasiklus)
Interval Nilai

Frekuensi

Persentase

Kategori

85 100

4,76%

Tuntas

75 84

19,04%

Tuntas

65 74

42,85%

Tidak Tuntas

65

33,33%

Tidak Tuntas

Jumlah Siswa

21

Nilai RataRata

69,11

Nilai terendah

60

Nilai tertinggi

85

Ketuntasan
Klasikal

23,80%

Berdasarkan tabel di atas, ketuntasan klasikal siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Dampelas
dalam mata pelajaran IPS sebelum penerapan model pembelajaran Visualization Auditory
Kinesthetic (VAK) atau pada prasiklus adalah 23,80%. Nilai rata-rata siswa yakni sebesar
69,11. Nilai terendah yakni 60 dan nilai tertinggi yang diperoleh oleh siswa yakni 85.

Siklus I
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Ketuntasan Klasikal dalam mata pelajaran IPS
melalui penerapan model pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic (VAK)
VIII SMP Negeri 2 Dampelas pada Siswa Kelas Siklus I
Interval Nilai

Frekuensi

Persentase

Kategori

85 100

33,33%

Tuntas

75 84

38,09%

Tuntas

65 74

28,57%

Tidak Tuntas

65

Jumlah Siswa

21

Nilai RataRata

86,20

Nilai terendah

65

15

Nilai tertinggi

93

Ketuntasan
Klasikal

71,42%

Berdasarkan tabel di atas, ketuntasan klasikal siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Dampelas
dalam mata pelajaran IPS melalui penerapan model pembelajaran Visualization Auditory
Kinesthetic (VAK) pada siklus I adalah 71,42%. Nilai rata-rata siswa yakni sebesar 86,20.
Nilai terendah yakni 65 dan nilai tertinggi yang diperoleh oleh siswa yakni 93.

Siklus II
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Ketuntasan Klasikal dalam mata pelajaran IPS
melalui penerapan model pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic (VAK)
VIII SMP Negeri 2 Dampelas pada Siswa Kelas Siklus II
Interval Nilai

Frekuensi

Persentase

Kategori

85 100

12

57,14%

Tuntas

75 84

42,85%

Tuntas

65 74

0%

65

0%

Jumlah Siswa

21

Nilai RataRata

88,92

Nilai terendah

75

Nilai tertinggi

98

Ketuntasan
Klasikal

100%

Berdasarkan tabel di atas, ketuntasan klasikal siswa kelas VIII SMP Negeri 2
Dampelas dalam mata pelajaran IPS melalui penerapan model pembelajaran Visualization
Auditory Kinesthetic (VAK) pada siklus II adalah 100%. Ketuntasan klasikal ini meningkat
dari ketuntasan klasikal pada prasiklus dan siklus I. Nilai rata-rata siswa yakni sebesar
88,92. Nilai terendah yakni 75 dan nilai tertinggi yang diperoleh oleh siswa yakni 98. Nilai
tertinggi ini juga mengalami peningkatan dari yang semula pada siklus I yakni 65 menjadi
16

75.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa (1) penerapan model
pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic (VAK) pada mata pelajaran IPS dapat
meningkatkan motivasi belajar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Dampelas. Hal ini
tampak dari hasil perolehan motivasi belajar siswa di kelas VIII SMP Negeri 2 Dampelas
yang berjumlah 21 siswa. Dari segi minat dan ketajaman perhatian dalam belajar pada
prasiklus hanya sebesar 28,57%, siklus I meningkat sehingga menjadi 52,38%, dan pada
siklus II mencapai 100%. Dari segi ulet dalam menghadapi kesulitan belajar, pada prasiklus
hanya memperoleh persentase sebesar 19,04%, siklus I mengalami peningkatan sehingga
menjadi 47,61%, dan pada siklus II menjadi 90,47%. Dari segi tekun menghadapi tugas, pada
prasiklus hanya sebesar 28,57%, siklus I menjadi 57,14, dan pada siklus II meningkat
menjadi 95,23%. Dari segi mandiri dalam belajar pada prasiklus sebesar 14,28%, selanjutnya
pada siklus I mengalami peningkatan sehingga menjadi 47,61%, dan pada siklus II menjadi
80,95%. Dari segi berprestasi dalam belajar, pada prasiklus hanya memperoleh persentase
sebesar 19,04, siklus I mengalami peningkatan sehingga menjadi 47,61%, dan pada siklus II
mencapai hingga 100%. (2) penerapan model pembelajaran Visualization Auditory
Kinesthetic (VAK) pada mata pelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa
kelas VIII SMP Negeri 2 Dampelas. Hal ini dibuktikan dari perolehan hasil belajar siswa
yang terus mengalami peningkatan di setiap siklusnya. Pada prasiklus, nilai rata-rata yang
diperoleh siswa yakni sebesar 73,20 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 69,11
dengan persentase ketuntasan klasikal siswa adalah sebesar 23,80%. Pada siklus I setelah
penerapan model pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic (VAK), nilai rata-rata yang
diperoleh siswa yakni sebesar 86,20 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 71,42%.
Pada siklus II, persentase ketuntasan klasikal siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Dampelas dalam
mata pelajaran IPS melalui penerapan model pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic
(VAK) adalah menjadi 100%. Ketuntasan klasikal ini meningkat dari ketuntasan klasikal pada
prasiklus dan siklus I. Nilai rata-rata siswa yakni sebesar 88,92.
SARAN
Bagi kepala sekolah yaitu : (a) Hendaknya sekolah mengupayakan pelatihan bagi guru
untuk dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran yang lebih inovatif. (b) Hendaknya
17

mensosialisasikan tentang model pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic (VAK)


untuk diterapkan dalam mata pelajaran IPS. Bagi sesama guru yaitu : meningkatkan
kompetensi keprofesionalan merancang proses pembelajaran yang kreatif dan ivovatif
sehingga peserta didik menjadi lebih tertarik dan pembelajaran akan menjadi lebih kondusif
dan bermakna, hal ini membuat siswa lebih optimal dalam pembelajaran. Salah satunya
adalah melalui penerapan model pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic (VAK),
karena telah terbukti dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Bagi peneliti
selanjutnya yaitu : Penelitian yang akan datang dapat menggunakan model yang sama sebagai
salah satu alternatif dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa yang belum tercakup
dalam penelitian ini agar bisa diperbaiki dan kedepannya akan diperoleh hasil yang lebih
baik.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
DePorter, dkk. 1999. Quantum Learning. Bandung : Kaifa.
Rusyan, Tabrani. 1989. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja
Karya.
Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Soemantri, 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung : Remaja Rosda
Karya.
Sugiyanto, 2008. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru
Rayon 13.
Suryabrata, Sumardi, 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Suyatno. 2009. Menjelajah pembelajaran inovatif .Jakarta: Masmedia Buana Pustaka.
Rose, Colin dan Malcolm J. Nicholl, 2002. Accelerated Learning. Bandung: Nuansa.
Winkel,1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia.

Daud, S.Pd.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
SMP Negeri 2 Dampelas
Kabupaten Donggala
18

También podría gustarte