Está en la página 1de 8

.

KB Suntik
2.3.1

Pengertian
Adalah bentuk kontrasepsi yang sangat efektif karena angka kegagalan penggunaanya
lebih kecil, efektifitasnya adalah 99%-100% dalam mencegah kehamilan, diberikan suntikan
secara IM (Intra Muskular) (Everett,2007).

2.3.2. Jenis Kontrasepsi suntikan menurut Saifuddin (2006)


a.

Depoprovera, yang mengandung medroxyprogesteron acetate 150 mg DMPA, diberikan setiap 3


bulan sekali dengan cara disuntik intramuskular.

b. Depo Noristeron Enantat, yang mengandung 200 mg Noretindron Enantat,


Diberikan setiap 2 bulan sekali dengan cara suntik intramuskular.
c. Depo Medrosksiprogesteron Asetat dan 50 mg Noretindron Enantat Sipionat, diberikan setiap 1
bulan sekali dengan cara suntik intramuskular.
2.3.3. Cara Pemberian
Waktu pasca persalinan (post partum) dapat diberikan suntikan KB pada hari ke 3-5 post
partum, atau sesudah air susu ibu berproduksi atau sebelum ibu pulang dari rumah sakit. Atau 68 minggu pasca persalinan, asal dipastikan ibu tidak hamil atau belum melakukan koitus.Pada
post abortus, dapat diberikan segera setelah kuretase atau 30 hari pasca abortus, asal ibu belum
hamil lagi. Dalam masa interval diberikan pada hari 1-5 haid (Winknjosastro, 2005).
2.3.4. Jenis Kontrasepsi Suntik Yang Mengandung Progestin menurut Saifuddin (2006) :
1. Depo Medroksi Progesteron Asetat ( Depoprovera), mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan
setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskular (di daerah bokong).
2. Depo Noristeron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg Noretindron Enantat,
diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuskular.

2.3.3.1.Mekanisme Kerja
Mencegah ovulasi dan mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penitrasi
sperma. Dan juga menjadikan selaput lendir tipis (Saifuddin, 2006).

2.3.3.2. Efektifitas suntikan progestin


Kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektifitas yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100
perempuan-tahun, asal penyuntikan dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah
ditentukan(Mochtar, 2005).
2.3.3.3. Keuntungan Kontrasepsi Suntikan Progestin (Saifuddin, 2006)
1. Sangat efektif.
2. Pencegahan kehamilan jangka panjang.
3. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
4. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan
gangguan pembekuan darah.
5. Tidak memiki pengaruh terhadap ASI.
6. Membantu mencegah kanker endometriun dan kehamilan ektopik.
7. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
8. Menurunkan krisis anemia
2.3.3.4.Kerugian Kontrasepsi suntik progestin (Saifuddin,2006)
1.

Sering ditemukan gangguan haid.

2.

Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya.

3.

Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.

4.

Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.

5.

Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, dan menurunkan
libido.

2.3.3.5. Efek samping (Mochtar, 2005)


Gangguan haid berupa amenorea, spotting (bercak darah) dan menoragia. Keluhan mual, sakit
kepala, pusing, menggigil, dan berat badan bertambah. Kadang-kadang ibu mengeluh libido
berkurang.
2.3.3.6. Yang dapat menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestron (Saifuddin, 2006)
1. Usia reproduksi
2. Nulipara dan yang telah memiliki anak
3. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas tinggi.
4. Setelah melahirkan dan tidak menyusi.
5. Setelah abortus atau keguguran.
6. Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi.
7. Perokok.
8. Tekanan darah <180/110 mmhg, dengan masalah anemia.
9. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.
2.3.3.7. Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan progestin
1. Hamil atau dicurigai hamil.
2. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
3. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
4. Diabetes mellitus disertai komplikasi.

2.3.3.8. Cara Penggunaan


Suntikan progeston diberikan setiap 3 bulan sekali dengan suntikan intramuskular dalam.
Disarankan untuk mulai menggunakan kontrasepsi suntikan selama 5-7 hari pertama dari siklus
haid (Hartanto, 2004).
2.3.4. Jenis kontrasepsi suntikan Kombinasi yaitu:
Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estradiol
Sipionat yang diberikan injeksi Intra Muscular sebulan sekali (cyclofem) (Saifuddin, 2006).
2.3.4.1. Mekanisme kerja
Mencegah ovulasi dan mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penitrasi
sperma. Dan juga menjadikan selaput lendir tipis (Saifuddin, 2006).
2.3.4.2. Efektifitas Kontrasepsi Suntikan Kombinasi
Sangat efektif (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan
(Saifuddin, 2006).
2.3.4.3. Keuntungan kontrasepsi suntikan kombinasi (Hartanto, 2004)
1. Menimbulkan perdarahan secara teratur
2. Kurang menimbulkan perdarahan-bercak
3. Kurang menimbulkan aminore
4. Resiko terhadap kesehatan kecil
5. Tidak diperlukan pemeriksaan dalam.
6. Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri
7. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
2.3.4.4. Kerugian kontrasepsi suntikan kombinasi (Hartanto, 2004)

1. Penyuntikan lebih sering.


2. Biaya keseluruhan tinggi.
3. Kemungkinan efek sampingnya karena estrogennya.
2.3.4.5. Yang boleh menggunakan suntikan kombinasi (Saifuddin, 2006)
1. Usia reproduksi
2. Telah memiliki anak, maupun yang belum memiliki anak.
3. Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas tinggi.
4. Menyusui ASI pascapersalinan > 6 bulan.
5. Pascapersalinan dan tidak menyusui
6. Anemia
7. Haid teratur
8. Riwayat kehamilan ektopik
9. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
2.3.4.6. Yang tidak boleh menggunakan suntikan kombinasi (saifuddin, 2006)
1. Hamil atau diduga hamil
2. Menyusui dibawah 6 minggu pascapersalinan
3. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
4. Penyakit hati akut
5. Usia > 35 tahun yang merokok
6. Riwayat penyakit jantung,stroke, darah tinggi (>180/110 mmHg).
7. Keganasan pada payudara

2.3.4.7.Cara Penggunaan (Saifuddin, 2006)

Suntikan kombinasi diberikan setiap bulan dengan suntikan intramuskular dalam. Klien diminta
datang setiap 4 minggu. Suntikan ulang dapat diberikan 7 hari lebih awal, dan dapat juga
diberikan setelah 7 hari jadwal yang telah ditentukan, asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil.

2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu


2.4.1. Umur
Sesuai Undang-undang perkawinan no. 1 tahun 1979 yang menyebutkan umur minimal
menikah bagi perempuan adalah 16 tahun dan bagi laki-laki 18 tahun, dengan demikian jika
seorang perempuan harus menikah pada usia muda ia harus menunda kehamilan sampai usia
diatas 20 tahun (BKKBN, 2010)
2.4.2. Pendidikan
Pendidikan

adalah

merupakn

suatu

proses

pengetahuan

sikap

dalam

usaha

mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan (Notoatmodjo, 2007).


Pendidikan mempunyai peranan penting dalam menentukan kualitas manusia, dalam hal
ini pendidikan juga berperan membuat kehidupan yang lebih baik dan memanifasi seseorang
untuk memperoleh informasi dan berbuat sesuatu untuk menghindari masalah dalam kesehatan
(Notoatmodjo, 2007).
2.4.3. Paritas
Ada beberapa anggapan masyarakat bahwa lebih banyak anak dalam keluarga akan lebih
banyak membawa rezeki (banyak anak banyak rezeki). Dan ada kebiasaan pada beberapa suku
Indonesia yang mengatakan dalam sebuah keluarga tidak lengkap sebelum memperoleh anak
laki-laki karena anak laki-laki merupakan garis keturunan.Adapun paritas 2-3 merupakan paritas
yang paling aman di tinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (>3)

mempunyai angka kematian maternal. Hal ini disebabkan karena ibu sering melahirkan anak,
semakin tinggi paritas maka cenderung akan semakin meningkat pula prevalensi kematian
maternal perinatal. Resiko pada paritas 1 dapat ditangani atau dapat dicegah dengan keluarga
berencana. Sebagian paritas tinggi adalah tidak direncanakan (Prawirohardjo, 2002).
2.4.4. Pekerjaan
Pekerjaan berpengaruh terhadap kesehatan seseorang karenaibu yang memiliki pekerjaan
di luar lebih cepat dan banyak mendapat informasi khususnya mengenai kesehatan dibandingkan
dengan ibu yang tidak bekerja atau di rumah saja (Notoatmodjo, 2007).
2.4.5. Sumber Informasi
Sumber informasi adalah tahap perkembangan pemikiran manusia dapat dilihat dari
sedikit banyaknya sumber informasi yang didapati.
Dari informasi yang diperoleh tersebut dapat membuat masyarakat mengetahui apa yang tidak
merka ketahui. Dalam persoalan tentang pemilihan alat kontrasepsi yang baik memang sangat
tergantung kepada pemakaiannya sendiri. Untuk itu informasi sangat dibutuhkan bagi pasangan
usia subur yang belum mengetahui tentang alat kontrasepsi (Notoadmodjo, 2007).
Menurut Notoatmodjo (2007), menyatakan bahwa sumber informasi yaitu alat atau media
informasi yang memungkinkan responden mengetahui alat kontrasepsi suntik, dengan kategori :
a. Media cetak
b. Media elektronik
c. Petugas kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.


BPS. 2009. Deli Serdang dalam Angka. Medan : Badan Pusat Statistik Profinsi Sumatera Utara.
Everett, Suzanne. 2008. Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduksi. Jakarta : EGC.
Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Hurlock, BE. 2000. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.
Mochtar, Rustam. 2004. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.
Nototoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta : Rineka Cipta.
Saifuddin, BA. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Supianti. 2006. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Alat Kontrasepsi Suntik Di Klinik Amal Kita
Medan Tahun 2006. Medan.
Winjankjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Anonymous. 2010. http://www.stasiunbidan.com. Diakses oleh Dina Khairina,
pukul 22.00 wib. Tanggal 28 Mei 2010.
BKKBN. 2010. http://www.bkkbn.com. Diakses oleh Dina Khairina, Pukul 14.00 wib. Tanggal 2 Juli
2010.
Dinkes. 2010. http://www.dinkes.com. Diakses oleh Dina Khairina, Pukul 20.00 wib. Tanggal 29 Mei
2010.

También podría gustarte