Está en la página 1de 5

Beban Dibayar di Muka

Definisi Beban Dibayar di Muka


Menurut Wukd dan Kwok (2011:118), beban dibayar di muka adalah pos-pos
(items) yang pada awalnya dicatat sebagai harta tetapi diharapkan menjadi beban
di kemudian hari setelah melampaui kegiatan normal perusahaan.
Untuk akuntansi komersial, pencatatan beban dibayar di muka dapat
dilakukan dengan 2 pendekatan yaitu pendekatan harta dan pendekatan beban.
Contoh :
Dibayar beban dibayar di muka sebesar Rp24.000.000 untuk 2 tahun pada tanggal
1 Desember 2011.
1. Jurnal akuntansi komersial apabila dicatat sebagai harta.
Tanggal

Keterangan

Debit

1-Des2011

Beban dibayar di muka


Kas/Bank

24.000.000

Kredit
24.000.000

Pada tanggal 31 Desember 2011 dilakukan penyesuaian atas beban dibayar


di muka yang telah berjalan 1 bulan. Jurnal penyesuaian untuk tanggal 31
Desember 2011 adalah sbb;
Tanggal
31-Des2011

Keterangan
Beban
Beban dibayar di
muka

Debit

Kredit

1.000.000
1.000.000

Ayat
jurnal

penutup untuk menutup perkiraan beban ke ikhtisar laba rugi.


Tanggal

Keterangan

31-Des2011

Ikhtisar laba rugi


Beban

Debit

Kredit

1.000.000
1.000.000

Ayat

jurnal pembalik pada tanggal 1 Januari 2012


Tanggal
2.

Keterangan

Debit

Kredit

1-JanTidak ada jurnal


2012
akuntansi komersial apabila dicatat sebagai beban.
Tanggal
1-Des2011

Keterangan
Beban

Debit

Jurnal

Kredit

24.000.000
Kas/Bank

24.000.000

Pada tanggal 31 Desember 2011 dilakukan penyesuaian atas beban yang


telah berjalan 1 bulan. Jurnal penyesuaian untuk tanggal 31 Desember 2011
adalah sebagai berikut.
Tanggal

Keterangan

Debit

31-Des2011

Beban dibayar di muka


Beban

23.000.000

Kredit
23.000.000

Ayat

jurnal penutup untuk menutup perkiraan beban ke ikhtisar laba rugi.


Tanggal

Keterangan

31-Des2011

Ikhtisar laba rugi


Beban

Debit

Kredit

1.000.000
1.000.000

Ayat

jurnal pembalik pada tanggal 1 Januari 2012


Tanggal

Keterangan

Debit

Kredit

1-Jan2012

Beban
23.000.000
Beban dibayar
23.000.000
di muka
Asuransi Dibayar di Muka
Asuransi dibayar di muka tidak dikenakan PPN maupun Pajak Penghasilan.
Contoh :
Pada tanggal 1 Januari 2012 dibayar premi asuransi untuk kendaraan sebesar
Rp12.000.000 untuk 1 tahun. Jurnalnya adalah sbb;
Tanggal
1-Jan2012

Keterangan
Asuransi dibayar di
muka
Kas/Bank

Debit

Kredit

12.000.000
12.000.000

Sewa
Dibayar
di Muka
- Sewa atas Tanah dan/atau Bangunan
Penghasilan yang diterima oleh OP atau Badan dari persewaan tanah
dan/atau bangunan (tanah,rumah susun,apartemen,dll) dikenakan PPh final yaitu
PPh pasal 4 ayat (2) dengan tariff 10% dari jumlah bruto nilai sewa.
Persewaan tanah dan/atau bangunan akan dipotong oleh penyewa pada saat
pembayaran atau pembebanan biaya, dan pihak penyewa akan menyetor PPh pasal
4 ayat (2) tersebut ke Kas Negara dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP)
paling lambat 10 bulan berikutnya dan melaporkannya ke Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) dengan menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPh final pasal 4 ayat
(2) paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya.
Apabila tidak dipotong oleh penyewa maka pihak yang menyewakan tanah
dan/atau bangunan tersebut wajib menyetor sendiri PPh pasal 4 ayat (2) tersebut ke
Kas Negara dengan menggunakan SSP tanggal 15 bulan berikutnya dan
melaporkannya ke KPP dengan menggunakan SPT masa PPh final pasal 4 ayat (2)
tanggal 20 bulan berikutnya.

Contoh:
Pada tanggal 2 Maret 2012 PT.Andhika menyewakan ruang perkantoran pada PT.
Budi dengan harga sewa sebesar Rp10.000.000 (belum termasuk PPN) untuk masa
1 tahun. PT. Andhika membuat faktur pajak untuk transaksi sewa ini, dan menerima
Bukti Pemotongan PPh final pasal 4 ayat (2) atas penghasilan dari persewaan tanah
dan/atau bangunan. Sedangkan PT. Budi paling lambat tanggal 10 April 2012 wajib
menyetorkan pajak tersebut dengan menggunakan SSP dan paling lambat tanggal
20 April 2012 berkewajiban membuat SPT masa PPh final pasal 4 ayat (2) untuk
melaporkan ke KPP.
Jurnal untuk transaksi tersebut adalah :
1. Pembukuan PT. Andhika (Pemilik)
PT. Andhika
(PKP)

PT. Anak (non


PKP)

PT. Budi (PKP)


Dr. Kas/Bank
10.000.000
Dr. PPh psl 4 ayat (2)
1.000.000
Cr. Pajak Keluaran
1.000.000
Cr. Pendapatan sewa
10.000.000

Dr. Kas/Bank
9.000.000
Dr. PPh psl 4 ayat (2) 1.000.000
Cr. Pendapatan sewa
10.000.000

PT. Budi (non PKP)


Dr. Kas/Bank
10.000.000
Dr. PPh psl 4 ayat (2)
1.000.000
Cr. Pajak Keluaran
1.000.000
Cr. Pendapatan sewa
10.000.000
Dr. Kas/Bank
9.000.000
Dr. PPh psl 4 ayat (2)
1.000.000
Cr. Pendapatan sewa
10.000.000

2. Pembukuan PT. Budi (Penyewa)


PT. Andhika
(PKP)

PT. Budi (PKP)


Dr. Sewa ddm
10.000.000
Dr. Pajak Masukan
1.000.000
Cr. PPh psl 4 ayat (2)
1.000.000
Cr. Kas/Bank
10.000.000
(Pajak Masukan dapat dikreditkan
oleh PT. Budi)

PT. Anak (non


PKP)

Dr. Sewa ddm


10.000.000
Cr. PPh psl 4 ayat (2)

PT. Budi (non PKP)


Dr. Sewa ddm
10.000.000
Dr. Pajak Masukan
1.000.000
Cr. PPh psl 4 ayat (2)
1.000.000
Cr. Kas/Bank
10.000.000
(Pajak Masukan tidak dapat
dikreditkan oleh PT. Budi)
Dr. Kas/Bank
10.000.000
Cr. PPh psl 4 ayat (2)

1.000.000
Cr. Kas/Bank
9.000.000
-

1.000.000
Cr. Kas/Bank
9.000.000

Sewa dan Penghasilan Lain Sehubungan dengan Penggunaan Harta


Sewa
Jurnal PT
Keterangan
Debit
Kredit
dan
Cici
1-Apr-08
Sewa dibayar di muka
60.000.000
PPN
Masukan
6.000.000
Jurnal PT
Keterangan
Debit
Kredit
Utang PPh 23
900.000
Dion
Kas/Bank
65.100.0
1-Apr-08
Kas/Bank
65.100.000
00
PPh 23 dibayar di muka
900.000
PPN Keluaran
6.000.00
Pendapatan sewa
0
60.000.0
00
penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai PPh
pasal 4 ayat (2) akan dikenakan PPh 23 sebesar 2% dari jumlah bruto( Setelah
tahun 2009). Berdasarkan UU PPh nomor 36 tahun 2008 pasal 23 ayat (1a),
besarnya pungutan dibedakan antara WP yang ber-NPWP dengan WP yang tidak
ber-NPWP. Tarif WP yang tidak memiliki NPWP lebih tinggi 100% daripada tariff yang
diterapkan WP yang dapat menunjukkan NPWP.
Sebelum tahun 2009 (PER-70/PJ./2007) sewa dan penghasilan lain
sehubungan dengan penggunaan harta dikenakan PPh 23 sebesar 15% dari
perkiraan penghasilan netto. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta tersebut dibagi atas :
1. Sewa atas Kendaraan Angkutan Darat
UU PPh ini mengatur mengenai penghasilan sewa dan penghasilan lain
sehubungan dengan penggunaan harta khusus kendaraan angkutan darat
dipotong PPh 23 sebesar perkiraan penghasilan netonya adalah 10% dari
jumlah bruto tidak termasuk PPN.
Jadi, tarifnya : 1,5% (15% x 10%) x jumlah bruto tidak termasuk PPN.
Contoh :
Pada tanggal 1 April 2008 PT Cici menyewa bus kepada PT Dion untuk jangka
waktu 6 bulan. Biaya sewa Rp10.000.000/bulan. PT Cici dan PT Dion adalah
PKP.

Jurnal PT
Jaya
18-Okt-08
Jurnal PT
Samudra
18-Okt-08

Keterangan
Sewa dibayar di muka
PPN Masukan
Keterangan
Utang
PPh 23
Kas/Bank
Kas/Bank
PPh 23 dibayar di muka
PPN Keluaran
Pendapatan sewa

Debit

Kredit

100.000.00
0
Debit
10.000.000

Kredit
4.500.00
Apabila
0
105.500.00
105.500. PT Cici
0
000 bukan
10.000.0
PKP
4.500.
00 maka
000
100.000. PPN
000
Masukan tidak dapat dikreditkan dan dicatat termasuk sebagai harga
perolehan dari sewa angkutan darat dibayar di muka. Sedangkan, apabila PT
Dion bukan PKP, maka PT Dion tidak diperkenankan memungut PPN.
2. Sewa atas Aset Tetap Lainnya
UU PPh ini mengatur mengenai penghasilan sewa dan penghasilan lain
sehubungan dengan penggunaan harta, selain kendaraan angkutan darat,
untuk jangka waktu tertentu berdasarkan kontrak atau perjanjian tertulis
ataupun tidak tertulis,kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
persewaan tanah dan/atau bangunan yang telah dikenakan PPh yang bersifat
final, maka akan dipotong PPh 23 sebesar 15% dari perkiraan penghasilan
neto oleh pihak yang wajib membayar. Dan besarnya perkiraan penghasilan
netonya adalah 30%.
Jadi, tarifnya : 4.5% (15% x 30%) x jumlah bruto tidak termasuk PPN.
Contoh :
Pada tanggal 18 Oktober 2008 PT Jaya menyewa kapal tanpa awaknya dari PT
Samudra untuk mengganti kapalnya yang sedang diperbaiki dengan nili
RP100.000.000 PPh yang dipotong oleh PT Samudra adalah 15% x 30% x
Rp100.000.000 = Rp4.500.000

También podría gustarte