Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
FINAL INSPECTION
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh,
Disahkan oleh,
(Muhammad Amar)
Instruktur
(Adi Sulistyo)
Manager LID Departement.
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
DAFTAR ISI
Learning Innovation & Development Department
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
LEMBAR PENGESAHAN
DESKRIPSI MATERI PEMBELAJARAN
DAFTAR ISI
BAB I SPECIFICATION
1.1.
1.2.
Specification...............................................................................5
Weight Table...............................................................................17
.19
2.2...........................................................................................Co
oling System .....................................................................34
2.3...........................................................................................
Lubricataing System..........................................................40
2.4...........................................................................................
Basic Philosopy of Mechatronic..........................................49
BAB III MEASURING, TESTING AND ADJUSTING
BAB IV TROUBLE SHOOTING
4.1. Eight Step of Trouble Shooting...................................................78
4.2. Reusable Parts............................................................................92
Bab I
Learning Innovation & Development Department
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
Component Specifications
1. Engine model SAA6D140E-5
a. PC800SE,LC-8R
b. D155A-6R
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
c. HM400-2R
Learning Innovation & Development Department
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
b. HD465-7R
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
10
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
11
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
12
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
13
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
14
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
b. PC2000-8R
c. WA800-3
15
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
Weight Table
1. Engine SAA6D140E-5 Series
16
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
2. SAA6D170E-5 Series
Learning Innovation & Development Department
17
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
BAB II
STRUCTURE AND FUNCTION
2.1.
Air Intake and Exhaust System
1. Engine Brake
Engine brake pada motor-motor diesel 4 tak ada 2 jenis, yaitu Jacobs
Retarder Brake, dipakai pada engine Cummins dan Caterpillar dan Exhaust
Brake yang banyak dipakai pada motor diesel yang menggunakan injection
pump pada fuel system dan turunannya (CRI maupun HPCR)
Exhaust Brake
Garis besar exhaust brake.
Exhaust brake adalah perangkat penutup (penghalang) yang terpasang di
saluran keluaran exhaust pipe turbo charger engine dengan exhaust brake
18
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
19
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
20
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
2. Muffler
21
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
3. Turbocharger
Definisi supercarging
Tenaga yang dihasilkan oleh diesel engine dapat ditingkatkan dengan
menaikkan jumlah bahan bakar yang diinjeksikan ke dalam ruang bakar.
Untuk melakukan hal ini, volumetric efficiency dan jumlah udara yang
dihisap juga harus ditingkatkan. Hal ini dapat dilakukan dengan memasok
udara bertekanan selama proses langkah hisap berlangsung. Faktanya
dengan hal tersebut dapat meningkatkan tenaga pada engine.
Ketika udara dengan jumlah yang cukup dan sesuai dimasukkan ke dalam
silinder dengan tekanan tinggi (melebihi tekanan atmosfir di atas
permukaan laut), maka hal ini disebut dengan supercharging.
Supercharging merupakan metode yang sangat efektif guna meningkatkan
tenaga engine (output power per cylinder volume) pada diesel engine
sebab komponen ini berfungsi untuk menambah vloume udara yang masuk
ke ruang bakar (meningkatkan tekanan udara masuk).
22
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
23
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
24
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
1.
2.
3.
4.
25
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
Meskipun
turbocharger
menaikkan
volumetric efficiency, pada saat yang
sama meningkatkan temperatur udara di
air intake manifold. Temperatur udara
akan naik karena udara dikompresi dan
akan proporsional dengan tekanan yang
ditimbulkan.
Perbedaan jumlah udara yang bisa
dipindahkan ke dalam silinder dan volume
udara
yang
tersedia
dinamakan
volumetric efficiency. Kenaikan volumetric
effiency berarti sejumlah besar udara
segar dimasukkan ke dalam silinder. Hal
ini membantu menjamin sempurnanya
pembakaran dan konsekuensinya hemat
bahan bakar.
Sebelumnya
kita
berbicara
tentang
turbocharger,
dan
bagaimana
cara
turbocharger didorong (digerakkan) oleh
engine exhaust gas. Exhaust manifold
tipe pulse memastikan bahwa gas buang
mengalir
ke
turbocharger
dengan
dimungkinan
mendapat
sedikit
hambatan. Sedikitnya hambatan berarti
meningkatkan
driveability,
juga
mengakibatkan respon turbocharger lebih
cepat dan menghemat bahan bakar, karena meningkatnya aliran udara ke
dalam silinder engine.
Catatan ;
Kecepatan putar turbocharger 50.000 125.000 rpm (kecepatan
putaran yang diizinkan secara terus menerus). Putaran yang diijinkan
bervariasi tergantung pada ukuran impeller)
Engine exhaust temperature 500 C - 700 C (pada operasi beban
maksimal suhu gas buang di sisi turbin)
Learning Innovation & Development Department
26
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
4. Aftercooler
27
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
Struktur Aftercooler
Aftercooler terpasang pada sisi intake
cylinder head, bukan hanya untuk
mendinginkan udara, tetapi juga
menjaga intake manifold. Udara dari
turbocharger didinginkan ketika mengalir
melalui sirip-sirip (di aftercooler) oleh air
pendingin engine yang mengalir melalui
pipa-pipa. Air pendingin kemudian kembali
ke engine. Ada 2 tipe after cooler, yaitu fin
and tube type dan corrugated type.
Air to Air aftercooler (Intercooler)
Udara
mengalir
melalui
air
cleaner masuk
ke
turbocharger
sisi
compressor
(blower).
Udara tersebut
kemudian
ditekan melalui
pipa
charger
air cooling ke
charger
air
cooler, intake
air
heater
(kalau
terpasang) dan masuk ke intake manifold. Dari intake manifold, udara
ditekan masuk ke dalam cylinder dan dipakai untuk pembakaran. Tekanan
udara yang terjadi di antara turbo chager sisi compressor (blower) dan air
intake manifold dinamakan BOOST PRESSURE
Learning Innovation & Development Department
28
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
29
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
5. Heat Shield
30
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
6. Air Cleaner.
Air cleaner berfungsi sebagai alat pembersih udara, sehingga debu, pasir,
dan kotoran yang berukuran sangat kecil dapat dipisahkan terlebih dahulu
sebelum masuk keruang bakar. Kotoran debu, dan pasir yang ada di
atmosfir merupakan substansi keras yang akan menyebabkan kerusakan
pada cylinder dan piston pada engine dimana debu keras tersebut terhisap
bersama-sama udara. Beberapa variasi tipe dari Air Cleaner yang tersedia
disesuaikan dengan kondisi dan fungsinya masing-masing. Terdapat
berbagai tipe air cleanr, diantaranya sebagai berikut : Dry Type, Viscous
type, Oil bath type, Cyclone type, dan Combination type.
1. Inlet
2. Outlet
3. Guide vane
4. Primary
element
5. Safety
element
6. Evacuator
valve
7. Dust pan
8. Guide plate
(Sleeve)
9. Body
10. Element
31
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
32
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
33
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
h. Dust Indicator.
Learning Innovation & Development Department
34
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
Pada
saat
awal
engine
dihidupkan, temperature air
pendingin masih rendah dan
akan
meningkat
setelah
digunakan
untuk
mendinginkan
komponenkomponen engine. Temperatur
air pendingin yang meningkat
tadi kembali akan didinginkan
di
radiator.
Sehingga
temperature
engine
tetap
konstan
terjaga
pada
temperature 70C - 90C.
Secara
fungsi
sistem
pendingin
engine
akan
menjaga temperature kerja
engine terjaga secara konstan
pada 70C - 90C.
Engine didinginkan dengan
cara
mensirkulasikan
air
pendingin,
dialirkan
oleh
water pump (3), ke cylinder
block, cylinder head dan
radiator seperti terlihat pada
gambar. Bila suhu air pendingin masih di bawah 70C, maka aliran air
pendingin akan disirkulasikan ke cylinder block dan secara bertahap aliran
oli akan dialirkan ke radiator seiring dengan kenaikan temperature
pendingin. Dan akan dialirkan ke radiator seluruhnya setelah air pendingin
mencapai 70C. Komponen yang mengatur aliran air pendingin ke cylinder
block maupun ke radiator adalah thermotat yang bekerja berdasarkan
sensor temperature air pendingin engine. Temperatur kerja engine dapat
diatur, sehingga engine dapat beroperasi secara effisien pada setiap
putaran engine dan kondisi operasi. Sirkulasi air sistim pendingin diatur
supaya temperatur tetap berada antara 70C - 90C (167 F - 185 F). Air
pendingin harus bersih dan lunak atau air yang sudah disaring untuk
menjamin supaya air sistim pendingin bebas dari endapan bahan - bahan
mineral. Motor terlalu panas dapat disebabkan oleh kegagalan sistim
35
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
36
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
2. Thermostat
Salah
satu
komponen
cooling
system, thermostat terpasang di
thermostat housing bersambung
dengan water manifold, masingmasing engine ada yang terpasang
3 pcs, 2 pcs atau 1 pcs, tergantung
pada besar kecilnya power engine
yang
dihasilkan.
Terbuka
dan
tertutupnya thermostat berdasarkan
sensor panas yang diterima dari
temperatur air pendingin
Berfungsi mengatur arah aliran air pendingin ke radiator atau ke water
pump, tergantung pada temperatur
air
pendingin,
bersama-sama
komponen cooling system lainnya,
temperatur
air
pendingin
bisa
terjaga pada suhu (70C - 90C),
sehingga
mencegah
timbulnya
engine
overheating
dan
mempercepat
tercapainya
temperatur kerja engine pada saat
mulai operasi dan mencegah engine
over cooling.
37
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
Prinsip kerja :
Jika temperatur engine naik, expander mengembang dan mendorong
piston ke atas. Karena piston tersebut jadi satu dengan valve pada
thermostat tersebut, maka saluran air pendingin ke radiator yang tadinya
tertutup terbuka sedikit, sehingga aliran air pendingin ada yang mengalir
ke pompa maupun ke radiator. Banyak-sedikitnya aliran air pendingin
yang ke radiator maupun yang ke pompa, tergantung pada besaran
terbukanya valve. Terbukanya valve tersebut berdasarkan sensor panas,
yaitu kenaikan temperatur air pendingin. Valve mulai terbuka pada
temperatur 74.5C - 78.5C dan terbuka penuh pada 90C.
Aliran air pendingin yang ke radiator dialirkan melalui sebuah konektor
disambung dengan hose ke upper tank radiator.
38
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
Hybrid
Large Fan
39
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
4. V- Belt
V-belt adalah bagian penting yang digunakan
untuk mengirimkan daya kekuatan dari
engine ke fan cooling, water pump, alternator
dan kompresor AC.
Sifat-sifat yang dituntut dari V-belt adalah
sebagai berikut.
1.
Mempunyai kekuatan pasti dalam
pemindahan daya kekuatan.
2. Mempunyai sedikit peregangan (sifat
mulur) atau pemuaian di bawah tekanan
(beban berat)
3. Mempunyai sifat ketahanan yang sangat
baik terhadap keausan
40
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
41
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
42
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
43
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
Pakailah selalu oli yang bersih dari jenis kualitas yang tepat untuk
pelumasan motor diesel, hal ini akan menambah daya guna, ekonomis
penggunaannya serta memperpanjang umur dari seluruh bagian mesin
yang bergerak.
Yang berikut ini adalah instruksi instruksi umum yang harus
diikuti/dilakukan :
Pergunakanlah oli pelumas yang tingkat dan jenisnya sesuai dengan
yang dianjurkan pada tabel rekomendasi oli.
Cegah dan awasi supaya air dan kotoran kotoran tidak masuk ke
dalam oli.
Usahakanlah supaya permukaan oli pada oil pan engine tetap pada
batasan yang seharusnya.
Gantilah elemen penyaring tepat pada waktunya sesuai dengan jadwal
penggantiannya.
Periksalah selalu oil pressure gauge untuk mengetahui apakah gauge
berfungsi atau tidak, ketika mesin hidup.
Segera setelah engine yang dingin dihidupkan, tekanan oli akan naik
tinggi, tetapi tidak perlu dikhawatirkan sebab tekanan oli akan turun lagi
bila olinya sudah panas. Sewaktu engine mulai hidup secara normal,
biarkanlah engine hidup selama 5 menit dalam keadaan tanpa beban,
sambil memperhatikan semua gauges untuk mengetahui apakah segala
sesuatu berjalan baik.
Oil pump
Oil pump yang paling banyak digunaka untuk system pelumasan engine
adalah internal gear pump atau torchoid pump. Tekanan oli pelumas
engine berkisar 2.5 5.5 kg/cm selama pengoperasian engine dalam
batas normal. Delivery flow oil yang disuplai ke system berkisar antara 50
300 LPM.
Komponen utama external gear pump adalah dua roda gigi (drive dan
driven gear) yang saling bertautan dan tertutup rapat oleh pump housing.
Pompa ini bekerja bila salah satu roda gigi (drive gear) digerakkan sesuai
dengan arah anak panah pada gambar.
Jumlah aliran oli yang bisa dipindahkan tergantung pada besarnya roda gigi
tersebut. Pompa ini berfungsi oli untuk memindahkan oli dari oil pan ke
system.
44
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
Oil Filter
Oli yang digunakan untuk pelumasan engine, secara bertahap akan
mengalami kekotoran (tercemar debu, karbon hasil pembakaran dl), yang
akan menyebabkan terjadinya abrasi pada komponen yang bergerak
(moving parts), reciprocating maupun rotating. Untuk hal tersebut di atas,
maka pada sistem pelumasan engine perlu dilengkapi dengan penyaring oli
(oil filter), sehingga kotoran-kotoran yang terdapat di oli dapat disaring dan
oli yang disirkulasikan ke sistem tetap bersih.
Pada sirkuit lubrikasi, dapat diklasifikasikan dalam 3 tipe tergantung pada
susunan penyaring yang digunakan, yaitu :
a. Full flow type
b. Bypass type
c. Combination of full flow and bypass (digunakan pada engine berukuran
sedang hingga engine berukuran besar
Pada full flow type filter, penyaring dipasang sirkuit oli, seluruh oli yang
mengalir akan melewati penyaring oli ini dan selanjutnya dialirkan ke
komponen-komponen yang bergerak (moving parts).
Pada bypass type filter, oli disaring dan dikembalikan ke oil pan.
Penjelasan
Full flow type filter element
Jika dibandingkan dengan bypass oil
filter, full flow oil filter memiliki
kapasitas alir oli yang besar, tekanan
yang hilang (pressure loss) cukup besar
dan lebih cepat mengalami kebuntuan.
Material yang digunakan sebagai
elemen penyaring untuk tipe ini
biasanya terbuat dari kertas dengan
kombinasi pipa logam yang diameter
pori-porinya 30-50 mikron.
45
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
engine, yaitu
Safety Valve
Regulator
valve
fungsinya : mengatur
dan menjaga pressure
dan
flow
oil
yang
mengalir
ke
sistim
pelumasan konstan
Engine Oil
Learning Innovation & Development Department
46
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
Engine pada saat dioperasikan akan memiliki beban panas yang cukup
besar, performance engine sangat bergantung pada sifat yang dimiliki oleh
oli pelumas. Dengan alasan ini, oli pelumas dengan kualitas tinggi dan
memiliki kestabilan panas yang tinggi harus digunakan. Fungsi oli yang
digunakan sebagi pelumas engine dirangkum sebagi berikut.
Fungsi oli secara garis besar
a. Fungsi utama oli engine adalah sebagai
pelumas pada bagian-bagian yang
bergerak
(moving
parts,
secara
reciprocating maupun rotating) di
dalam engine. Oli membentuk lapisan
oil film di antara permukaan metal,
mencegah
persinggungan
secara
langsung dan mengurangi gesekan
b. Sebagai pendingin
Beberapa
engine
memerlukan
pendinginan komponen internal, yang
sistem
pendingin
utama
(cooling
system) tidak dapat memberikan. Oli
ebagai media penyerap panas yang
sangat baik. Panas dipindahkan ke oli
melalui
persinggungan
berbagai
komponen
yang
bergerak.
Dan
kemudian
ditransfer
ke
sistem
pendingin utama pada oil cooler
c. Sebagai pembersih
Oli bertindak sebagai agen pembersih
dengan membasuh kontaminasi pada
komponen engine yang bergerak..
Endapan lumpur, pernis dan oksidasi
yang terbangun pada pistons, piston
rings, valve stems dan seals akan
menyebabkan kegagalan (kerusakan)
secara cepat jika tidak dikendalikan
oleh oli pelumas
d. Sebagai penyekat
Oli bertindak sebagai penyekat pembakaran, sehingga tidak terjadi
kebocoran kompresi, dengan mengisi permukaan tidak rata pada
cylinder liner, piston, valve stem dan komponen engine bagian dalam
lainnya
47
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
48
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
49
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
50
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
Penurunan
kualitas
oli
dan
penggantiannya
Kualitas oli pelumas pada engine lama-kelamaan akan menurun dengan
alasan sebagai berikut :
- Karena adanya oksidasi
- Pengkonsumsian zat aditif yang tidak terkontrol
- Tercemar dengan material-material asing, seperti serbuk logam dan hasil
pembakaran. Dengan alasan tersebut, maka oli harus dilakukan
penggantian
secara
berkala
yang
disesuaikan
dengan
kondisi
pengoperasian engine dan lama penggunaan, sesuai dengan petunjuk di
masing-masing OMM engine dan mesin (unit)
Oil Consumption
Berikut adalah jumlah komnsumsi oli yang bisa secara garis besar dibagi
dalam 2 macam, yaitu kebocoran dari bagian luar engine dan kebocoran
pada ruang bakar engine. Oil consumption secara umum ditentukan oleh
consumption ratio.
51
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
Contoh kerusakan
a. Oli bocor melalui piston rings (oil
up), kebocoran oli dari bagian
belakang atau sisi piston rings ke
ruang
bakar.
Disebabkan
keausan
piston
rings
dan
cylinder liner, salah pemasangan
intermadiate piston rings atau
terbentuknya karbon pada piston crown dan ring lands, seperti
ditunjukkan pada ilustrasi gambar berikut
2.4.
52
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
Engine
Control System (contoh pada HPI engine SAA6D170E-3
Fuel System)
1. Mechatronics System
Istilah Mechatronic berasal dari gabungan kata Mechanism dan
Electronic
Mechatronics didefinisikan sebagai sistem pengontrol peralatan
mekanikal yang dilakukan oleh sistem elektronik. Dengan pengontrolan
secara elektronik, sistem mekanikal akan lebih mudah dan fleksibel serta
comfortable dalam pengoperasinya.
Komponen sistem mekatronik terdisiri atas :
1. SENSOR, bisa berupa switch, sender, sinar, ataupun suara yang
selanjutnya disebut dengan input.
2. CONTROLLER, sebagai pemroses input menjadi out put.
3. ACTUATOR, merupakan out put dari proses.
4. INDICATOR, sebagai petunjuk bekerjanya sistem.
5.
WIRING
HARNESS,
sebagai
penghubung
antara
input
processor/controller dan output agar sistem Mekatronik dapat bekerja
sebagaimana mestinya.
53
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
2. Sensor
Definisi : ketika seorang pria bekerja, maka dia akan mengamati kondisi
sekitarnya dan membuat penilaian yang sesuai. Demikian juga saat
mengoperasikan mesin, operator memanipulasi pengontrolan operasi
untuk membawa mesin ke kondisi optimal, sembari memeriksa kondisi
mesin (dalam hal kecepatan mesin, putaran engine, lokasi, suhu, tekanan
dll) dan sekitarnya. Fungsi sensor, untuk mengamati kondisi di berbagai
bagian mesin dan untuk mengubah kondisi yang diamati menjadi sinyal
listrik dan mengirimkan mereka ke controller.
Ada lima jenis sensor yang dipakai
a. Temperature Sensor
1. Sensor
2. Symbol temperature sensor
Cara kerja:
Temperature sensor berfungsi untuk
mendeteksi temperatur air, oil, fuel.
Jika sensor mendeteksi perubahan
temperatur, maka tahanannya akan
berubah sesuai dengan karakteristik
jenis sensor. Sensor yang sering
dipakai adalah type NTC, atau negative
temperature cooficient, jika suhunya
rendah tahanannya akan tinggi dan
jika suhunya tinggi tahananya akan
turun, 70 pada 110 C dan 3000
pada 25 C.
Temperature sensor mempunyai tipe two wire type sensor. ECM
akan membaca temperature dengan cara mengukur perubahan
tegangan pada sensor. Pada engine Cummins yang memakai teknologi
Quantum, temperature sensor menggunakan thermistor. Perubahan
temperature akan merubah resistance secara proporsional dan
berbanding terbalik. Artinya semakin tinggi temperature, maka
ressistancenya akan semakin rendah.
54
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
Pada
HPI
engine
terdapat
3
temperature sensor. Temperature
sensor akan memberi informasi ke
ECM. Temperatur sensor terdiri dari :
Coolant temperature sensor, Intake
manifold temperature sensor, Fuel
temperature sensor
55
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
56
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
Normaly
Open
pressure switch
switch
terbuka
(off) bila tekanan
rendah
dan
tertutup (on) bila
tekanan normal.
Normaly
Closed
pressure switch
switch
tertutup
(off) bila tekanan
rendah
dan
terbuka (on) bila
tekanan normal
57
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
58
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
59
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
60
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
61
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
3.
62
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
1. ECM
terhubung dengan 2 wiring harness utama yaitu wiring harness yang
berhubungan dengan connector ECMA dan ECMB pada ECM.
2. ECMA terhubung dengan semua input dan output ECM yang pada
umumnya terpasang di engine.
3. ECMB terhubung dengan OEM wiring harness (Machine Wiring
Harness).
4. Throttle sensor, ECM power supply Network System, maupun input
output yang terpasang diluar engine terhubung dengan ECMB.
5. Masing masing connector ECMA dan ECM mempunyai junction
block yang merupakan percabangan power dan ground output ECM.
63
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
64
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
1. Gear Pump
2. Screen
3. Maximum Relief
Valve (2896 Kpa)
4. By pass valve
5. Relief valve (241
Kpa)
6. Fuel pump
actuator
7. Fuel pump
pressure sensor
3. Fuel
Shut check
Off Valve
8. Outlet
1. Solenoid
9 Timing
9. rail actuator
10. Timing rail pressure
sensor
11. Fuel Shut off valve
12. Metering rail actuator
13. Metering rail pressure
sensor
14 Injector
14. 15. Fuel cooler
16. Fuel tank
65
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
2. Shield/plate
3. Spring Washer
4.Valve Disc
5.Actuator disc
6.Oring
7.Spacer
Critical Point Assembling Fuel
Shut Off Valve :
1. Check keretakan washer spring
dan actuator disk.
2. Posisi pemasangan actuator
dan washer spring
4. Fuel Actuator
66
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
67
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
68
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
Ketika
sensor
bertemu
dengan
Ketika G
sensor
bertemu
dengan
b. NERevolution
Sensor
Terletak di flywheel housing,
berfungsi untuk membaca sudut
pergerakan crankshaft dengan
menyensor lubang yang terdapat
pada begian belakang flywheel.
Arah putaran lubang terhadap
sensor adalah searah putaran
jarum jam (clockwise)
69
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
c.
Temperature Sensor
Pada sistem kelistrikan CRI engine ada dua jenis temperature
sensor, yaitu water temperature sensor, terdiri atas water low
temperature sensor dan water high temperature sensor dan fuel
temperature sensor. Kedua-duanya berjenis sensor thermistor.
70
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
71
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
Karakteristik
fuel temperatur
sensor
sama
dengan
karakteristik
water
temperatur
sensor,
yaitu
sermakin tinggi
suhu, maka hambatan pada thermistor semakin rendah. Apabila
terjadi ketidaknormalan pada fuel temperature sensor, maka akan
muncul error E-34, error E-23 akan muncul bila controller
mengindikasikan terjadi kenaikan suhu berlebihan di engine
cooling system. Contoller akan membatasi bahan bakar yang akan
diinjeksikan ke ruang bakar, sampai temperatur engine cooling
system kembali normal. Pada kemunculan error E-23, engine low
power.
Temperature
sensor
yang
sering dipakai adalah type
NTC, atau negative temperature cooficient, nilai tahanannya
akan berubah di setiap perubahan suhu, jika suhunya rendah,
maka tahanannya akan tinggi dan jika suhunya tinggi
tahanannya akan turun. Controller akan membaca perubahan
tegangan yang terbagi pada resistor di dalam engine controller
dan thermistor.
72
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
Ada
dua
macam
d. Pressure
sensor
Pada Common Rail fuel system, pressure sensor terdiri atas dua
macam, boost pressure sensor dan common rail pressure sensor.
Karakteristik mereka sama, yaitu semakin besar tekanan yang
terukur, maka output voltage signal yang dihasilkan semakin
besar pula.
1. Boost Pressure Sensor
Terletak di air intake manifold, di sisi belakang engine.
Berfungsi untuk mengukur besaran tekanan udara yang
dipompakan ke ruang bakar oleh turbo chager. Sensor ini di CRI
fuel sistem, mempunyai tipe semi konduktor, menggunakan
silikon yang akan berubah nilai tegangannya apabila diberi
tekanan
73
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
74
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
75
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
Dari
keterangan di atas dapat disimpulkan, tekanan oli engine akan
terdeteksi oleh engine controller pada tekanan minimal dan
maksimal sesuai dengan putaran engine. Ketika terjadi
ketidaknormalan pada engine oil pressure dan terdeteksi oleh
engine controller, maka di engine controller muncul E-24 (Drop-in
engine oil pressure) atau E-36 (Abnormality-in engine oil pressure
switch system)
Learning Innovation & Development Department
76
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
Bab.III
Measuring, Testing and Adjusting
Pedoman Umum Saat Mengukur Arus, Tegangan dan Hambatan
Di bawah ini diuraikan beberapa hal yang
harus diperhatikan ketika mengukur arus,
tegangan
dan
hambatan
dengan
menggunakan Avometer Multi tester).
1. Mengukur Arus
a. Mengetahui kira-kira besarnya arus yang
akan diukur.
b. Mengetahui sumber tegangannya DC
atau AC. Jika sumbernya adalah DC
maka harus diketahui kutub ( + ) atau
kutub ( ). Pada umumnya Avometer
hanya untuk mengukur arus DC yang
kecil (0-500 mA).
c. Posisikan selektor (rotary switch) pada
skala Ampere.
d. Set indicating pointer pada posisi 0 (nol) dengan menyetel zero point
adjusting screw.
e. Pasang Avometer secara seri dengan rangkaian yang akan diukur.
f. Pembacaan besarnya arus yang akan diukur adalah sesuai dengan skala
pada selektor (rotary switch).
2. Mengukur Tegangan
a. Mengetahui
kira-kira
besarnya
tegangan yang akan diukur.
b. Mengetahui sumber tegangannya DC
atau AC. Jika sumbernya adalah DC
maka harus diketahui kutub ( + ) atau
kutub ( ).
c. Posisikan selektor (rotary switch) pada
skala Volt (DC volt atau AC volt).
d. Posisikan skala selektor di atas atau
lebih besar dari tegangan yang akan diukur.
e. Set pointer pada posisi 0 (nol) dengan menyetel zero point adjusting
screw.
f. Pasang Avometer secara paralel dengan rangkaian yang akan diukur.
Learning Innovation & Development Department
77
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
3. Mengukur Hambatan
Pengukuran hambatan diberi tenaga oleh
battery dari Avometer. Kondisi battery yang
lemah
akan
menyebabkan
kesalahan
pembacaan nilai yang diukur. Untuk
pembacaan
hambatan
yang
benar,
kesensitifan indicating pointer harus diadjust menurut tegangan yang di-supply
oleh battery. Hal ini dinamakan penyetelan
0 (kalibrasi).
ELECTRICAL CHECK
1. SUPPLY VOLTAGE MEASUREMENT
a. Check tegangan power supply. Pastikan
tegangan
sesuai
dengan
nilai
standarnya dan stabil (tidak fluktuatif).
b. Tegangan power supply ECM adalah
2030 V.
c. Tegangan
power
supply
semua
pressure sensor adalah 5 V.
d. Tegangan power supply Fuel Shut Off
Valve adalah 24 V dan akan exist pada
saat ECM menerima signal dari Engine
Speed Sensor.
78
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
4. CONTINUITY MEASUREMENT
5. FUNCTIONAL CHECK
a. Gunakan harness checker /break out cable pada saat melakukan
pengetesan.
Learning Innovation & Development Department
79
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
80
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
81
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
82
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
83
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
84
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
85
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
Bab IV
Trouble Shooting.
Learning Innovation & Development Department
86
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
87
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
4.1.
EIGHT
88
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
Step
1.
Establishing
nature
of
trouble
(Menentukan gangguan yang sebenarnya)
1. Saat menerima permintaan repair ,
pertama tanyakan point-point berikut
:
Nama customer
Tipe dan serial number unit
Detail jobsite , dsb
2. Ajukan
pertanyaan
untuk
mendapatkan garis besar problem.
Kondisi trouble
Pekerjaan yang sedang dilakukan
unit (cara pengoperasian, medan
operasi, sektor pengoperasian).
Kondisi lingkungan
Historical unit , detail maintenance, dll
3. Syarat yang harus dipunyai oleh diri
trouble shooter : berilmu, menarik,
sabar, sifat terbuka, perhatian.
89
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
Go
to
jobsite . . . !!
Step 3. Observation
90
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
91
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
CONTOH
TROUBLE
SHOOTING
Learning Innovation
& Development
Department
CHART
92
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
2. POSSIBILITIES CAUSE
Mengumpulkan kemungkinan kemungkinan penyebab kerusakan
berdasarkan :
1. Laporan dari custormer/operator.
2. Hasil pengecekan lapangan
- Kondisi medan dan cara operasi sebelum rusak
- Temuan atas gejala kerusakan (Kebocoran, perubahan warna, noise
dan lain-lain)
- Perubahan performance alat yang teridentifikasi
3. Hasil pengukuran dan reporting dari kegiatan service yang dilakukan
sebelumnya.
4. Sharing dengan superior dan mekanik
Langkah menentukan kemungkinan penyebab trouble :
93
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
94
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
CONTOH
Laporan dari Customer Engine problem, lampu indikator oil
pressure menyala.
Yakinkan dan identifikasi :
1. Saat kapan problem terjadi, saat berbeban atau setiap saat ?.
2. Berapa HM unit, kapan terakhir service ?
3. Berapa even code yang muncul pada display ?
4. Cocokan dengan even code pada shop manual, misalkan ketemu
Blowby pressure tinggi
5. Lalu klarifikasi trouble seperti tabel di bawah ini.
Learning Innovation & Development Department
95
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
dengan
96
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
98
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
Step 7. Conclusion
Activities :
Memastikan problem yang dicurigai dengan
melakukan :
a. Adjustment
b. Replace temporary by normal parts
c. Temporary modification
1. Menentukan lokasi dan komponen yang
mengalami kerusakan.
2.Menentukan penyebab utama terjadinya
kerusakan
3. Menentukan tindakan apa yang harus
dilakukan
4. Menentukan tools, referensi apa yang
diperlukan
Contoh Reporting
99
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
100
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
101
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
102
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
ISTILAH TEKNIK
Learning Innovation & Development Department
103
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
A. WEAR (aus)
Pengurangan
lapisan permukaan material karena gesekan konstan dua
permukaan yang saling bersinggungan.
Keausan adhesif (adhesive wear or sliding wear)
Keausan abrasi (abrasive wear)
Keausan lelah (fatigue wear)
Keausan korosif (corrosive wear)
Keausan gesekan (fretting wear)
Keausan erosi (erosive wear)
Wear ada 3 macam :
1. ABRASIVE WEAR adalah keausan yang disebabkan adanya partikel keras
dan kasar pada permukaan logam yang bersinggungan.
a. Erosive Wear partikel melakukan rolling atau sliding dengan kecepatan
yang tinggi di permukaan, cirinya : pengikisan permukaan yang lunak,
pembetukan celah atau goresan, membentuk permukaan sudut,
komponen menjadi membulat.
b. Grinding Wear, terjadi oleh kecepatan yang relatif lambat, tetapi dengan
tekanan yang besar, sering disengaja dilakukan untuk menghaluskan
permukaan.
c. Gaughing Wear, terjadi dengan tumbukan, pengelupasan permukaan
logam dengan mesin las (welding machine).
2. ADHESIVE WEAR terjadi melalui adanya micro welding sesaat, karena
pemanasan akibat adanya gesekan.
Penanggulangan :
c. Menjaga temperatur tetap rendah
d. Memakai material yang tidak saling larut (mudah terjadi efek
pengelasan).
e. Permukaan dibuat sehalus mungkin
f. Pemakaian pelumas yang dapat melapisi permukaan, sehingga
menghalangi efek pengelasan
3. FRETTING WEAR (keausan gesekan) seperti yang terjadi pada komponen
yang relatif stationer Efek micro welding terjadi karena defleksi dalam
waktu singkat, misalnya akibat getaran. Disebut juga fretting corrosion
Penanggulangan :
a. Mengurangi getaran
b. Hindarkan slip dengan cara mengunci dengan baik
c. Menggunakan pelumas yang baik dan benar
Penjelasan
1. Abrasive Wear
Keausan Abrasif disebabkan oleh kontaminan partikel-partikel kecil seperti
tanah, pasir, atau logam dalam sistem pelumasan. Partikel-partikel kecil
pada akhirnya akan menimbulkan keausan permukaan komponen yang
bergerak dan bahkan dapat mengubah profil komponen. Material abrasif
dapat menyebar ke seluruh sistem gear drive train dan kerusakan geargear lainnya juga. Oleh karena itu, jika Anda menemukan bahwa satu gear
memiliki keausan abrasif, maka periksa juga seluruh gear dalam sistem
drive train. Bahan abrasif ringan akan menyebabkan munculnya pemukaan
yang berwarne abu-abu pada gear. Kontaminan partikel kecil ringan akan
memoles gear teeth tersebut. Jika keausan abrasif ringan tidak diperbaiki,
Learning Innovation & Development Department
104
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
105
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
2.
Scratching, ketika partikel abrasive yang
keras bergerak di bawah tekanan pada
permukaan metal, groove kecil atau
garis-garis
akan
terbentuk
pada
permukaan metal tersebut. Partikel
abrasive ini bisa berbentuk debu, metal
chips, gram dll
Penomena :
Terbentuk
garis-garis
paralel
dengan arah
sliding muka roda gigi.
Penyebab : Masuknya partikel abrasive, seperti debu, pasir , dll
Pencegahan : 1. mencegah masuknya partikel abrasive
2. memakai oli yang bersih
2. Adhesive Wear
Mekanisme Keausan Adhesif
106
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
107
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
Penyebab
:
1. Tekanan berlebih pada muka roda gigi
2. Sliding speed berlebih
3. Oli yang tidak sesuai
4. Temperatur berlebih pada muka roda gigi
2. Corrosive wear
Mekanisme Keausan Korosif
a.
Dalam mekanisme keausan adhesif, abrasif dan fatigue, dapat
dijelaskan sebagai interaksi tegangan dan karaktersitik deformasi
dari permukaan kontak.
b. Dalam keasuan korosif, interaksi dinamik antara kondisi lingkungan
dan material permukaan yang berkontak memegang peranan
penting (Fischer, 1988; Quin, 1978, 1983).
c. Interakasi tersebut berlangsung dalam 2 tahap sbb.
108
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
109
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
110
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
111
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
analisa dalam sistem PAP. Jangan menggunakan kembali setiap gear yang
telah mengalami spalling.
Catatan :
Spalling seringkali disamakan dengan kasus yang menghancurkan. Sangat
penting untuk mengetahui perbedaannya.
1. Destructif pitting adalah penyebab utama dari cuil/pecahan. Carilah
contoh detructive pitting. Jika destructive pitting tidak muncul,
kerusakan mungkin bisa disebabkan oleh hal lain yang menghancurkan.
2. Periksa daerah yang rusak. Spalling akan meninggalkan potonganpotongan logam yang hancur. Kasus yang menghancurkan (case
crushing) akan meninggalkan potongan dari lapisan.
3. Ketika gear tooth memiliki spalling yang merusak, bentuk kerusakan
akan menjadi seperti "V". Kerusakan dari sebuah kasus Crushing
biasanya dalam bentuk persegi panjang.
4. Merujuk pada seksi Case Crushing bisa dijadikan pedoman untuk
informasi lebih lanjut.
Kerusakan spalling dapat ditampilkan dalam ilustrasi berikut.
Sebelum pecahan terjadi, Anda akan dapat melihat garis batas di tengah
gear. Garis besar dari spalling yang merusak akan tampak seperti tornado.
Jangan menggunakan kembali gear apapun dengan "tornado" seperti yang
terbentuk di permukaan gear tooth. Setelah pecahan berlangsung,
permukaan yang dikeraskan secara perlahan-lahan akan pecah.
Contoh kerusakan spalling ditampilkan
dalam beberapa foto berikutnya. Jangan
menggunakan kembali roda gigi apapun
dengan kerusakan jenis spalling.
Kondisi kerusakan
Perhatikan bagaimana pecahan dimulai
pada destructive pitting dan menanjaki
permukaan gear tooth dalam pola yang
berbentuk 'V'.
Ilustrasi-ilustrasi
berikut
menunjukkan
pertumbuhan spalling (pecahan). Untuk tujuan orientasi, ujung gear tooth
(1) dan gear tooth fillet (2) akan diterangkan dalam ilustrasi berikut.
Tahap 1: Titik awal dari sebuah Pecahan
(panah) ditunjukkan di bawah pitch line.
112
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
Tahap
3:
retakan
kecil
di
bawah
permukaan
akan
menyertai
dan
permukaan gear akan terkelupas.
4. Erosive wear
Keausan erosi adalah suatu fenomena yang mana suatu permukaan
mendapat hantaman partikel yang keras, sehingga ada bagian permukaan
yang terkelupas.
Faktor utama penyebab keausan erosi adalah adanya partikel keras yang
mempunyai kecepatan cukup tinggi saat mengenai permukaan.
Mekanisme Keausan Erosi
Ada 2 kategori, yaitu:
Keausan erosi oleh padatan dan fluida
Keausan erosi akibat kavitasi
Pada kasus erosi oleh padatan dan fluida, erosi terjadi karena adanya
benturan material padat atau fluida atau gas pada permukaan benda
pada lingkungan erosif.
113
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
114
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
Kavitasi
Kavitasi adalah penomena khusus pecahnya gelembung udara pada
permukaan metal yang bergerak dengan kecepatan tinggi di dalam zat cair.
Ketika kecepatan berubah, terjadi perubahan tekanan di daerah setempat.
Jika pressure turun sangat rendah, terjadilah gelembung udara. Ketika
gelembung bergerak ke tempat yang bertekanan tinggi, gelembung udara
pecah , mengakibatkan tumbukan yang kuat pada dinding liner. Terjadi
berulang-ulang menghasilkan pitting.
Contoh pitting akibat kavitasi
5. Plastic yielding
Plastic yielding mengacu pada deformasi
yang terjadi pada permukaan roda gigi
yang disebabkan oleh beban berat.
Kerusakan ini biasanya terjadi pada
material yang lunak, tapi bisa juga tejadi
pada material yang diperkeras (cemented
material). Plastic deformation adalah
sebagai hasil kontak geser disebabkan
oleh aplikasi beban tiba-tiba dan beban berlebih akibat operasi yang salah.
115
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
116
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
117
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
Contoh-contoh kerusakan
Gambaran kerusakan
a. Bagian atas cylinder liner (A) terlihat
pitting kecil, tetapi tidak rusak seperti
yang terlihat jelas pada crevice seal
dan o-ring grooves (B).
b. Pitting disebabkan oleh erosi kavitasi,
seperti terlihat pada bagian tengah
cylinder liner, tetapi kerusakan masih
kecil.
c. Cylinder liner masih bisa dipakai ulang
118
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
Gambaran kerusakan
a. Sangat sedikit goresan memanjang
dapat dilihat pada bagian silinder
permukaan kapal, namun, cross-hatch
(honing) saat finishing masih tetap
terlihat di atas seluruh permukaan
bagian dalam cylinder liner dan
kondisinya secara umum baik.
b. Ada beberapa daerah di liner silinder,
permukaan interior yang ditunjukkan
kontak sedikit lebih kuat dari daerah
lain, bagaimanapun, bila permukaan
dirasakan dengan kuku jari menunjukkan bahwa daerah tersebut halus
dan tidak terhenti.
Learning Innovation & Development Department
119
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
Gambaran kerusakan
a. Keretakan terjadi di rim area piston
bagian atas dan pada gambar lainnya
keretakan lebih dari 0,15 mm pada
piston combustion chamber.
Penyebabnya :
a. Over fueling
b. Timing injection tidak benar
c. Buntunya piston cooling nozzle
Piston Ring Failure, scuffing pada piston
rings
Piston ring senantiasa bersinggungan dengan dinding cylinder liner dan
bergerak sepanjang sumbu cylinder
liner. Selama menghidupkan engine
dalam
periode
tertentu,
sedikit
tonjolan pada kedua permukaan
piston ring (top ring dan second ring)
dan cylinder liner membuat molekul
kedua
logam
saling
melekat
(microscopic metal to metal contact),
engine hidup di bawah kondisi
pelumasan yang parah. Apabila ada
benda asing memasuki air intake
system, akan merusak perlindungan lapisan oil film dan tanda seizure
(goresan bersifat besar) akan berkembang. Kerusakan bertanda
scuffing akan muncul di seluruh pinggiran top ring dan second ring.
2. Cylinder head dan valve
120
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
121
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
Contoh
lain
kerusakan
cylinder
head,
ditemukan
keretakan di
exhaust port,
yang
disebabkan
exhaust gas
high
temperature
crack
Gambaran kerusakan
Permukaan valve stem bagian luar
mengalami keausan silindris, dalam
kondisi ini, goresan halus sepanjang
permukaan valve stem. Bila diraba
dengan ujung kukun jari, maka akan
terasa terhenti.
Penybab kerusakan
a. Masuknya material asing melalui air
intake system
b. Menumpuknya
karbon
hsil
pembakaran di valve guide
c. Celah bebas antara valve stem dan valve guide terlalu besar, sehingga
gerakan valve (reciprocating) tidak lurus
Bila menemukan kerusakan seperti ini, maka valve guide juga harus
diganti.
3. Crankshaft dan bearing metal
122
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
b.
c.
d.
e.
Scratches
Karena masuknya partikel-partikel debu.
Penyebab :
a. Tercampurnya oli di engine oil case
b. Tidak benar dalam pemeliharaan oil
filter
c. Tidak cukup kebersihan dalam proses
assembling
Gambaran kerusakan
Terlihat warna merah, kerusakan karena
terjadi lelehan material lain
Penyebab :
a. Over load
b. Pelumas jelek
Gambaran kerusakan
Retak melingkar pada bagian fillet radius
Penyebab :
a. Over running
b. Oli pelumas rusak
123
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
Gambaran kerusakan :
Terlihat goresan rambut yang bisa
dirasakan dengan kuku jari
Penyebab :
Debu atau material asing yang masuk ke
oli karena maintenance tidak benar
Metode rekondisi regrinding
Gambaran kerusakan :
Keausan alur terjadi di permukaan
persinggungan dengan oil seal yang bisa
dirasakan oleh kuku jari.
Metode rekondisi :
Periksa
kedalaman
keausan
persinggungan oil seal depan dan
belakang
a. Geserlah bagian yang bergesekan
antara crankshaft dan oil seal dengan
menggeser oil seal.
b. Pasang sleeve
c. Pengelasan dan gerinda
Metode rekondisi bervariasi sesuai
konstruksinya
dengan
model
dan
Metal bearing
1. Terkelupasnya permukaan bearing
Kelelahan bahan (retak) akibat beban
berlebihan yang tidak merata karena
beban
eksentrik
dan
bagian
penyebaran pengelupasan yang dapat
dilihat pada permukaan bantalan
Penyebab :
a. Beban berlebihan yang tidak
merata dengan adanya beban
eksentrik
(karena
bengkoknya
crankshaft dan connecting rod
pada lurusnya crank case).
b. Beban berlebihan yang tidak merata dengan adanya goresan yang
disebabkan masuknya benda asing.
c. Beban berlebihan karena pembakaran engine tidak sempurna.
Mekanisme kerusakan
Step 1
Retak halus muncul di permukaan
bearing metal
124
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
Step 2
Keratakan bergerak
batas (bond line)
ke
arah
garis
Step 3
Ketika keretakan bergerak ke arah
garis batas, merubah arah keretakan
sejajar dengan garis batas. Ketika
keratakan
akhirnya
bersambung,
maka serpihan logam akan terbuang
(pergi).
125
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
126
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
4.
5.
127
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
Mekanisme kerusakan
Panas yang timbul di dalam bearing
sebagian
ditransfer
melalui
oli
pelumas, Namun, sebagian besar dari
mereka ditransfer melalui bearing
bore. Jika kontak yang tidak cukup
terjadi antara bearing dan bore panas
tidak dialihkan, yang mengakibatkan
kerusakan karena panas berlebihan.
Penyebab :
a. Ketika proses assembling, bearing
tidak duduk dengan sempurna
b. Bersarang
di
bearing
contact
surface, sebuah pertikel keras yang
merusakkan
crush
dan
menyebabkan bearing shell longgar.
c. Tightening torque bolt cap kurang
saat proses assembling
d. Bearing bore membesar
Tidak bisa dipakai ulang
Gambaran kerusakan
Apabila terjadi kebengkokan pada
crank shaft, penyanggaan bearing
menjadi
tidak
merata,
dengan
demikian begian yang menyangga
(menahan) beban berkondisi lapisan
oli pelumas tidak cukup, sehingga
terjadi perisinggungan langsung antar
metal.
Keausan dapat dilihat, terutama
pada pasangan bearing bagian
tengah.
Penyebab :
a. Bengkoknya crank shaft saat proses perakitan
b. Vibrasi dan ketidak-seimbangan antara gear dan power train
128
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
4. Turbocharger
129
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
Oli pelumas
Oli pelumas secara bertahap akan memburuk, terkait dengan suhu yang
panas dan blow-by gas, pada pemakaian normal. Selanjutnya apabila air,
bahan bakar atau debu mencemari oli, maka kemampuan melumasi akan
memburuk secara mencolok. Hal ini juga penting untuk memilih oli
pelumas yang sesuai dengan temperatur udara sekeliling.
Learning Innovation & Development Department
130
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
Memakai oli pelumas yang tidak sesuai viskositasnya atau tidak cukup
kuantitinya, akan menyebabkan rusaknya lapisan oil film dan hasilnya
akan mengakibatkan seizure dan scuffing.
Pencemaran oli
Oli engine yang tercemar akan mengakibatkan percepatan keausan
running (float) bearing turbocharger pada putaran tinggi dan bagianbagian engine yang bergerak. Dengan demikian, tercemarnya oli engine
berulang kali dan percepatan keausan akan menyebabkan umur engine
pendek dan turbo charger lambat laut akan rusak.
Kurangnya oli
Berkurangnya oli menyebabkan tidak tercukupinya kebutuhan oli
pelumas, akan merusak oil pump atau oil regulator valve dan akan
menyumbat sirkuit oli.
Catatan :
Kekurangan dan tercemarnya oli pelumas harus diperiksa secara berkala.
Periksa kuantiti oli, penggantian oli dan filter secara berkala atau
memakai oli yang berkualitas bagus.
131
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
132
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
133
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
134
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
Journal
bearing
berlebihan karena kurangnya asupan oli pelumas
aus
dan
tergores
135
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
136
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
2.
Thrust bearing dan thrust collar mengalami cacat pick-up atau scuffing
pada permukaan bidang singgung dengan bearing journal karena
oli pelumas terkontaminasi dengan benda asing
137
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
138
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
139
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
140
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
141
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
142
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
143
MMP/TOC/ADV-FS2/20140
144