Está en la página 1de 13

LAPORAN KEGIATAN

LAPORAN PORTOFOLIO
Tetanus

Disusun oleh:
dr. Niken Febriharsari

Pembimbing :
dr. Retnaning

INTERNSIP DOKTER INDONESIA


RSUD DJOJONEGORO TEMANGGUNG
HALAMAN PENGESAHAN
1

Laporan Portofolio

Topik : Tetanus

Diajukan dan dipresentasikan dalam rangka praktik klinis dokter internship sekaligus
sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan Program Internsip Dokter Indonesia di
RSUD Djojonegoro Temanggung

Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal 03 Desember 2015

Mengetahui,
Dokter Internsip,

Dokter Pendamping

dr. Niken Febriharsari

dr. Retnaning

Nama Peserta :
dr. Niken Febriharsari
Nama Wahana :
RSUD Djojonegoro Kab. Temanggung
Topik :
Tetanus
Tanggal (kasus) :
18 November 2015
Nama Pasien :
Tn. A
No. RM :
202797
Tanggal Presentasi :
03 Desember 2015 Pendamping :
dr. Retnaning
Tempat Presentasi :
RSUD Djojonegoro Kab. Temanggung
Objektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi :
Tujuan :
Mempelajari tentang penyakit jantung secara khusus yaitu akut miokard infark.
Menentukan diagnosa yang tepat sehingga mendapatkan penanganan tepat pula.
Memberikan edukasi tentang penyakit pada pasien dan keluarga.
Bahan Bahasan :
Tinjauan Pustaka Riset
Kasus
Audit
Cara Membahas :
Diskusi
Presentasi dan Diskusi
E-mail
Pos
Tn. A / 37 tahun /
Data Pasien :

Masuk RS tanggal 18 November

No. Registrasi : 202797

2015
Nama Klinik : Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis :

Telp : -

Terdaftar sejak :-

Tetanus
2. Gambaran Klinis (Riwayat Penyakit Sekarang) :
Seorang laki-laki usia 37 tahun datang membawa surat rujukan dari Puskesmas Bejen
karena dengan diagnosis tertanus. Pasien mengeluh sulit menelan dan membuka mulut sejak 2
hari yang lalu. Sulit menelan dan membuka mulut dirasakan semakin lama semakin memberat
sepanjang hari.. Selain itu pasien juga mengeluhkan demam. Pasien menyangkal tidak pernah
jatuh yang menyebabkan anggota badan tertusuk paku atau benda benda yang kotor.
3. Riwayat Pengobatan :
Pasien hanya minum obat parasetamol untuk menurunkan panas
4. Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat keluhan serupa

: disangkal

Riwayat nyeri ulu hati


Riwayat sakit darah tinggi
Riwayat sakit hepar
Riwayat sakit gula
Riwayat sakit jantung

: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal

5. Riwayat Keluarga :
Keluhan serupa
Riwayat sakit gula
Riwayat sakit jantung
Riwayat sakit darah tinggi
Riwayat sakit hepar
6. Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok
Riwayat minum alkohol

: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: diakui
: disangkal

7. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien adalah seorang pegawai swasta. Untuk biaya berobat, pasien menggunakan fasilitas umum.
8. Lain-lain :
Tanda Vital di IGD ( 18 November 2015)
Keadaan umum : Tampak lemah
Kesadaran

: Composmentis

Tekanan Darah : 110/70 mmHg


Suhu

: 37,3 0C

Tanda Vital di Bangsal Cempaka ( 19 November 2015)


Keadaan umum : Tampak lemah
Kesadaran

: Composmentis

Tekanan Darah : 120/80 palpasi


Respirasi

: 20 x/ menit

Nadi

: 80 x/menit

Suhu

: 37,4 0C

Pemeriksaan Fisik
Kepala

Bentuk mesocephal, rambut warna hitam bercampur warna putih, mudah

Mata

rontok (-), luka (-), wajah risus sardonikus (-)


Mata cekung (-/-), konjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), perdarahan
subkonjugtiva (-/-), pupil isokor dengan diameter (3 mm/3 mm), reflek cahaya

Telinga

(+/+), edema palpebra (-/-),


Membran timpani intak, sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-), nyeri

Hidung
Mulut

tekan tragus (-),


Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-),
Sianosis (-), gusi berdarah (-), bibir kering (+), pucat (-), lidah kotor (-) gigi
bolong (+)

Tenggorokan

Dinding posterior faring hiperemis (-), post nasal drip (-)


2

Leher

Kaku kuduk (+)


JVP 5+2 cm, trakea di tengah, simetris, pembesaran kelenjar tiroid (-),

Thorax

pembesaran limfonodi cervical (-), leher kaku (-), distensi vena-vena leher (-).
Bentuk normochest, simetris, pengembangan dada kanan = kiri, retraksi
intercostal (-), spider nevi (-), sela iga melebar (-), pembesaran KGB axilla
(-/-)

Jantung :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi

Iktus kordis tidak tampak


Iktus kordis tidak kuat angkat
Batas jantung kanan atas : SIC II linea sternalis dextra
Batas jantung kanan bawah : SIC IV linea parasternalis dekstra
Batas jantung kiri atas

: SIC II linea parasternalis sinistra

Batas jantung kiri bawah

: SIC IV 2 cm medial linea media


klavikula konfigurasi jantung kesan

Auskultasi

tidak melebar
HR : 80 kali/menit reguler. Bunyi jantung I-II murni, intensitas normal,
reguler, bising (-).

Pulmo :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

Normochest, simetris, sela iga melebar (-), iga mendatar (-). Pengembangan
dada kanan = kiri, retraksi intercostal (-)
Simetris. Pergerakan dada kanan = kiri, fremitus raba kanan = kiri
Sonor / Sonor
RR : 20 x/menit, suara dasar vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronchi basah
kasar (-/-), ronchi basah halus basal paru (-/-), krepitasi (-/-)

Punggung

Opistotonus (-) kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-)

Abdomen :
Inspeksi

Dinding perut datar, venektasi (-), sikatrik (-), stria (-), caput medusae (-)

Auscultasi
Perkusi
Palpasi
Ekstremitas

Peristaltik (+) normal


Timpani di seluruh lapang perut
Supel, nyeri tekan (-)
Pitting edema

9. Pemeriksaan Laboratorium Darah


Pemeriksaan
18/11/15 Harga normal Satuan
Penatalaksanaan Tanggal
1/11/2015 di IGD
HEMATOLOGI
1. Infus RL 20
tpm
Hemoglobin
13.5
14.0 18.0
g/dl
2. Injeksi Ceftriaxon
2
x
1
g
40

54
Hematokrit
40

3. Injeksi Ketorolac 3 x 1 ampul


4.50 6.20
Eritrosit2 x 1 ampul
4.64
106/l
4. Injeksi Ranitidin
4.5 11.0
Leukosit
3.9
103/l
5. Injeksi Tetagam
3000 IU
150 450
Trombosit
137
103/l
6. Pasang DC
dan NGT
7. Cek LAB
HITUNG JENIS
Eosinofil
0.0 PUSTAKA
0-4
%
DAFTAR
Basofil
0.0
0-2
%
1. Fauci, Braunwald
et
al.
Harrisons
Principles
of
Internal
Medicine.
Neutrofil
61.7
50 -70
%17 th edition. McGraw-Hill:
Limfosit
30.7
20 - 60
%
United State.
2008.
Monosit
7.6
2.0

15.0
2. Jong, de Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC: Jakarta. 2005. Hal23-4. %
3. Kiking R. Tetanus . Medan: USU Digital Library, 2004;1-9.
KIMIA
KLINIK
4. Sudoyo,
Aru.
W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . E d i s i I V. J i l i d
Ureum
19.9
10.0 50.0
mg/dl
I I I . Pusat
penerbitan departemen0.79
ilmu penyakit
Kreatinin
0.60 dalam
1.20 FKUI:
mg/dlJakarta.2006. Hal 1777164
< 200
mg/dl
85 Kolesterol Total
Trigliserida
209
36 165
mg/dl
Hasil Pembelajaran
:
SGOT
125.1
0.0 37.0
U/L
TETANUS
SGPT
103.4
0.0 42.0
U/L

A.

Definisi tetanus
Tetanus adalah penyakit infeksi yang menyebabkan gangguan neuromuskuler akut
berupa kekakuan dan kejang pada otot yang disebabkan oleh eksotoksin spesifik
(tetanospasmin) dari bakteri anaerob Clostridium tetani.

B.

Mikrobiologi
Infeksi

tetanus

disebabkan

oleh

Clostridium

tetani

yang habitat alamnya di tanah, tetapi juga dapat diisolasi dari kotoran binatang peliharaan dan
manusia. Clostridium tetani merupakan bakteri gram positif berbentuk batang yang selalu
bergerak,

dan

merupakan

bakteri

naaerob

obligat

yang

menghasilkan

toksin.

Clostridium tetani menghasilkan dua eksotoksin, tetanolysin dan


tetanospasmin. Fungsi tetanolysin tidak diketahui dengan pasti,
merupakan toksin yang menyebabkan manifestasi klinis tetanus.

tetapi

tetanospasmin

Tetanospasmin merupakan rantai polipeptida t u n g g a l dan d e n g a n autolisis toksin


rantai tunggal dilepaskan dan terbelah menjadi rantai berat ( 100 kDa ) yang memediasi
pengikatannya dengan reseptor sel saraf dan masuknya ke dalam sel. Sedangkan rantai
ringan ( 5 0 k D a ) berperan u n t u k memblokade pelepasan neurotransmiter.
C. Epidemiologi
Tetanus neonatorum menyebabkan 50% kematian perinatal dan menyumbangkan 20%
kematian bayi. Angka kejadian 6-7/100 kelahiran hidup di perkotaan dan 11-23/100 kelahiran
hidup

di

pedesaan.

Sedangkan angka kejadian tetanus pada anak di rumah sakit 7-40

kasus/tahun, 50% terjadi pada kelompok 5-9 tahun, 30% kelompok 1-4 tahun,18% kelompok
> 10 tahun, dan sisanya pada bayi. Di Amerika Serikat sebagian besar kasus tetanus terjadi
akibat trauma akut, seperti luka tusuk, laserasi atau abrasi. Tetanus didapatkan akibat trauma
di

dalam

rumah

atau

selama

bertani,

berkebun

dan

aktivitas

luar ruangan yang lain. Trauma yang menyebabkan tetanus bisa berupa luka besar tetapi dapat
juga

berupa

luka

yang

kecil,

sehingga

pasien

tidak

mencari

pertolongan medis, bahkan pada beberapa kasus pasien tidak dapat ditemukan adanya trauma.
D. Patogenesis
Spora kuman tetanus yang ada di lingkungan dapat berubah menjadi bentuk vegetatif
bila ada dalam lingkungan anaerob, dengan tekanan oksigen jaringan yang rendah. Gejala
klinis

timbul

sebagai

dampak

eksotoksin

pada

sinaps

ganglion

spinal

dan

neuromuscular junction serta syaraf otonom. Toksin dari tempat luka menyebar ke
motor endplate dan setelah masuk akan dijalarkan secara intraaxonal kedalam sel saraf tepi,
kemudian ke kornu anterior sumsum tulang belakang, akhirnya menyebar ke sistem saraf
pusat (SSP).
Manifestasi klinis terutama disebabkan oleh pengaruh eksotoksin

terhadap

susunan

saraf tepi dan pusat. Pengaruh tersebut berupa gangguan terhadap inhibisi presinaptik
sehingga mencegah keluarnya neurotransmiter inhibisi yaitu GABA dan glisin. Hal ini
menyebabkan terjadinya eksitasi terus-menerus dan spasme.
Tetanospasmin pada sistem saraf otonom dapat menyebakan terjadinya gangguan
pernafasan, metabolisme, hemodinamika, hormonal, saluran cerna, saluran kemih, dan
neuromuskular. Spasme laring, hipertensi, gangguan irama jantung, hiperpireksia, dan
hiperhidrosis.
E. Manifestasi klinis
5

Masa inkubasi berkisar antara 3-21 hari, biasanya sekitar 8 hari. Padatetanus
neonatorum, gejala biasanya muncul 4-14 hari setelah lahir, rata-rata sekitar 7 hari. Onset
(rentang waktu antara gejala pertama dengan spasme pertama) bervariasi antara 17 hari.
Inkubasi dan onset yang lebih pendek berkaitan dengan tingkat keparahan penyakit yang
berat.
Tetanus

dapat

timbul

sebagai

terutama orang yang telah mendapat imunisasi gejalanya

tetanus

berupa

kaku

persisten

lokal
pada

kelompok otot didekat luka yang terkontaminasi basil tetanus. Kadang-kadang pada trauma
kepala timbul tetanus local tipe sefalik. Dalam hal ini terjadi fenomena motorik sesuai dengan
serabut saraf kepala yang terkena ( N III,IV,V,VI,VII,IX,X dan XII).
Yang paling sering terjadi adalah tetanus umum gejala pertama yang dilihat dan terasa
oleh pasien adalah kaku otot masseter yang menggakibatkan gangguan membuka mulut
(trismus) selanjutnya timbul

opistotonus yang disebabkan oleh

kaku kuduk, kaku leher dan kaku punggung. Selain dinding perut mejadi seperti papan,
tampak risus sardonikus karena kaku otot wajah dan keadaan kekakuan ektrmitas.
Keluhan konstipasi, nyeri kepala, berdebar, dan berkeringat sering di jumpai pada umumnya.
Selain itu juga dapat ditemukan adanya demam serta bertambahnya frekuensi napas. Kejang
otot yang merupakan kekakuan karena hipertonus dan tidak bersifat klonus dapat timbul
karena rangsangan yang lemah, seperti bunyi-bunyian, dan cahaya selama sakit.
Terdapat trias klinis berupa rigiditas, spasme otot, dan apabila berat terdapat
disfungsi otonomik. Kaku kuduk, nyeri tenggorokan, dan kesulitan untuk

membuka

mulut

yang akan menyebabkan trismus sering merupakan gejala awal dari tetanus. Spasme secara
progresif meluas ke otot-otot wajah yang menyebabkan ekspresi wajah yang khas yang
disebut

risus sardonicus.

Setelah

itu

akan

berlanjut

ke otot-otot untuk menelan dan

menyebabkan disfagia. Rigiditas tubuh menyebabkan opistotonus dan gangguan respirasi


dengan menurunnya kelenturan dinding dada.
Di samping peningkatan tonus otot, terdapat spasme otot yang bersifat episodik.
Kontraksi otot ini dapat bersifat spontan atau dipicu oleh stimulusberupa sentuhan, stimulus
stimulus visual, auditori atau emosional. Spasme yang terjadi dapat bervariasi berdasarkan
keparahannya dan frekuensinya tetapi dapat sangat kuat sehingga menyebabkan fraktur ata
ruptur tendon. Spasme yang sangat berat, terus menerus dan bersifat generalisata sehingga
menyebabkan sianosis dan gagal napas. Spasme ini dapat terjadi berulang-ulang dan dipicu
6

oleh stimulus ringan. Spasme faringeal sering diikuti spasme laringeal dan berkaitan dengan
aspirasi dan obstruksi jalan nafas akut yang mengancam nyawa.
Gejala

autonomik

terjadi

dengan

adanya

instabilitas

kardiovaskular

yang

tampak nyata. Hipertensi berat dan takikardia dapat terjadi berubah rubah dengan hipotensi,
bradikardi ataupun henti jantung berulang. Pergantian ini lebih merupakan akibat perubahan
resistensi vaskular sistemik dari padaperubahan pengisian jantung dan kekuatan jantung.
F. Derajat keparahan
Derajat keparahan penyakit didasarkan pada empat tolak ukur, yaitu masa inkubasi,
port d entree, status imunologi, dan faktor yang memberatkan. Berdasarkan derajat keparahan
penyakit dapat dibagi menjadi tetanus ringan, tetanus sedang, dan tetanus berat. Tetanus
ringan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan, tetanus sedang dapat sembuh dengan
pengobatan baku, sedangkan tetanus berat memerlukan perawatan khusus yang intensif.
Klasifikasi beratnya tetanus oleh Ablett:
a. DERAJAT I (Ringan)
Trismus ringan sampai sedang, spasitisitas generalisata, tanpa gangguan pernafasan, tanpa
spasme, sedikit atau tanpa disfagia.
b. DERAJAT II (Sedang)
Trismus sedang, rigiditas yang tampak jelas, spasme singkat sedang, gangguan
pernafasan sedang dengan frekuensi pernafaslan lebih dari 30 kali per menit, disfagia
ringan.

c. DERAJAT III (Berat)


Trismus berat, spasitisitas generalisata, spasme reflekberkepanjangan, frekuensi
pernafasan lebih dari 40 kali per menit, seranganapnea, disfagia berat, dan takikardi ( lebih
dari 120 kali per menit).
d. DERAJAT IV (Sangat Berat)
Derajat III dengan gangguan otonomik berat, melibatkan sistem kardiovaskuler, hipertensi
berat dan takikardi terjadi berselingan dengan hipotensi dan bradikardi, salah satunya
dapat menetap.
G. Tatalaksana
Strategi

pengobatan

melibatkan

tiga

prinsip,

yaitu

organisme

yang terdapat dalam tubuh hendaknya dihancurkan untuk mencegah pelepasan toksin lebih
lanjut; toksin yang terdapat dalam tubuh, di luar sistemsaraf pusat hendaknya dinetralisasi;
7

dan efek dari toksin yang telah terikatpada sistem saraf pusat diminimasi.
Pasien hendaknya ditempatkan di ruangan yang tenang di ICU, dimana
observasi dan pemantauan kardiopulmoner dapat dilakukan secara terus - menerus, sedangkan
stimulasi diminimalisasi. Perlindungan terhadap jalan napas bersifat vital. Luka hendaknya
dieksplorasi, dibersihkan secara hati-hati dan dilakukan dibridemen secara menyeluruh.
Antitoksin menurunkan mortilitas dengan menetralisasi toksin yang
beredar

di

sirkulasi dan toksin pada luka yang belum terikat, walaupun toksin yang telah melekat pada
jaringan saraf tdak terpengaruh. Immunoglobulin tetanus manusia (TIG) merupakan pilihan
utama dan hendaknya diberikan segera dengan dosis terbagi karena volumenya besar.
Terapi antibiotik diberikan pada tetanus untuk mengeradikasi sel sel vegetatif
sebagai sumber toksin. Penggunaan penisilin telah direkomendasikan dan digunakan secara
luas selama bertahun tahun, tetapi merupakan antagonis GABA dan berkaitan dengan
konvulsi.
Metronidazol mungkin merupakan antibiotik yang aman dan pada penelitian yang
membandingkan manfaat antibiotik metronidazol dengan penisilin menunjukkan bahwa
penggunaan

metronidazol

meningkan

prosentase

harapan hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan penisilin karena

dari
metronidazol

angka
tidak

menunjukkan aktivitas antagonis terhadap GABA seperti yang ditunjukkan oleh penisilin.
Banyak obat yang telah dipergunakan sebagai obat tunggal maupun kombinasi untuk
mengobati spasme otot pada tetanus yang nyeri dan dapat mengancam respirasi
karena menyebabkan laringospasme atau kontraksi terus - menerus otot -otot di daerah
pernafasan. Regimen ideal adalah yang dapat menekan aktivitas spasmodik tanpa
menyebabkan efek sedasi berlebihan dan hipoventilasi.
Benzodiazepin merupakan terapi utamanya karena memperkuat agonisme GABA
dengan menghambat inhibitor endogen pada reseptor GABA. Diazepam merupakan obat yang
dapat diberikan melalui rute yang bervariasi, murah dan dipergunakan secara luas, tapi
metabolit kerja panjangnya yaitu oksazepam dan desmetil dapat terakumulasi dan dapat
mengakibatkan koma berkepanjangan

FOLLOW UP PASIEN
18 November 2015

19 - 23 November 2015

25 November 2014

26 November 2014

(IGD)

(Bangsal Cempaka)

(Bangsal Cempaka)

(Bangsal Cempaka)
Sulit menelan -, sulit bicara nyeri perut -

Subyektif

Sulit menelan +, sulit bicara +

Sulit menelan +, sulit bicara +,


nyeri perut +

Sulit menelan +, sulit bicara +


(sudah berkurang) nyeri perut -

Objektif

Vital sign :

Vital sign :

Vital sign :

- TD : 110/70
- S : 37,3 C
Ku : tampak lemah
Kepala : Kaku kuduk +
Thorak : Cor dan Pulmo DBN
Abdomen : DBN
Ekstrimitas : Akral hangat

Terapi

- Infus RL rehidrasi 500 cc lanjut 20


tpm
- Injeksi Ceftriaxon 2 x 1 g
- Injeksi Ketorolac 3 x 1 ampul
- Injeksi Ranitidin 2 x 1 ampul
- Diit cair
- Awasi keadaan umum, dan TTV

- TD : 110 - 120/80
- N : 80 x/mnt
- RR : 16 - 20 X/mnt
- S : 36 - 38 C
Kepala : Kaku kuduk +

- TD : 110 - 120/80
- N : 80 x/mnt
- RR : 16 - 20 X/mnt
- S : 36 - 38 C
Kepala : Kaku kuduk -

Vital sign :
-TD : 120/70
-N : 90 x/mnt
-RR : 22 x/mnt
-T : 36.7C
Kepala : Kaku kuduk -

Thorak : Cor dan Pulmo DBN

Thorak : Cor dan Pulmo DBN

Thorak : Cor dan Pulmo DBN

Abdomen : Datar, BU + N, supel,


NT +

Abdomen : Datar, BU + N, supel,


NT -

Abdomen : Datar, BU + N, supel,


NT -

Ekstrimitas : Akral hangat

Ekstrimitas : Akral hangat

Ekstrimitas : Akral hangat

- Infus RL rehidrasi 500 cc lanjut


20 tpm
- Injeksi Ceftriaxon 2 x 1 g
- Injeksi Ketorolac 3 x 1 ampul
- Injeksi Ranitidin 2 x 1 ampul
- Injeksi metronidazol 3 x 500 mg
- Injeksi Ketorolac 3 x 1 ampul
- Saat demam diberi rehidrasi
ataupun ibuprofen 1 tablet
ekstra
- Diit cair
- Mobilisasi miring kiri dan kanan,
awasi KU & TTV

Infus RL 20 tpm
Injeksi Ceftriaxon 2 x 1 g
Injeksi Ketorolac 3 x 1 ampul
Injeksi Ranitidin 2 x 1 ampul
Injeksi metronidazol 3 x 500 mg
Injeksi Ketorolac 3 x 1 ampul
Saat demam diberi rehidrasi
ataupun ibuprofen 1 tablet
ekstra
- Diit cair
- Mobilisasi miring kiri dan kanan,
Awasi KU dan TTV

Boleh Pulang
AFF NGT
AFF DC
Parasetamol sirup 3 x C I
DC susah dilepas oleh perawat
spesialis bedah besok mau aff
DC sendiri.
Awasi keadaan umum, dan TTV

27 November 2014

28 November 2015

29 - 30 November 2014

01 Desember 2014

(Bangsal Cempaka)

(Bangsal Cempaka)

(Bangsal Cempaka)

(Bangsal Cempaka)

Subyektif

Sulit menelan -, sulit bicara - nyeri


perut -

Sulit menelan -, sulit bicara nyeri perut -

Sulit menelan -, sulit bicara nyeri perut -

Objektif

Vital sign :

Vital sign :

Vital sign :

Vital sign :
-TD : 130/70
-N : 92 x/mnt
-RR : 21 x/mnt
-T : 36.2C
Kepala : Kaku kuduk -

- TD : 120/70
- N : 80 x/mnt
- RR : 24 X/mnt
- S : 36.5 C
Kepala : Kaku kuduk -

Thorak : Cor dan Pulmo DBN


Abdomen : DBN
Terapi

Ekstrimitas : Akral hangat


- Aff DC gagal pro sectio alta

- TD : 120/70
- N : 80 x/mnt
- RR : 20 X/mnt
- S : 36.5 C
Kepala : Kaku kuduk -

Vital sign :
-TD : 110/70
-N : 84 x/mnt
-RR : 20 x/mnt
-T : 36.7C
Kepala : Kaku kuduk -

Thorak : Cor dan Pulmo DBN

Thorak : Cor dan Pulmo DBN

Thorak : Cor dan Pulmo DBN

Abdomen : Datar, BU + N, supel,


NT +

Abdomen : Datar, BU + N, supel,


NT +

Abdomen : Datar, BU + N, supel,


NT -

Ekstrimitas : Akral hangat

Ekstrimitas : Akral hangat

Ekstrimitas : Akral hangat

Infus RL 20 tpm
Injeksi Ceftriaxon 2 x 1 g
Injeksi Ketorolac 3 x 1 ampul
Awasi keadaan umum, dan TTV

Boleh Pulang

- Operasi Sectio Alta (Ass : DC


Macet)
-

Tidak ada keluhan

Post op
Infus RL 20 tpm
Injeksi Ceftriaxon 2 x 1 g
Injeksi Ketorolac 3 x 1 ampul
Pertahankan DC 1 hari
Awasi keadaan umum dan TTV

10

11

También podría gustarte