Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
LAPORAN PORTOFOLIO
Tetanus
Disusun oleh:
dr. Niken Febriharsari
Pembimbing :
dr. Retnaning
Laporan Portofolio
Topik : Tetanus
Diajukan dan dipresentasikan dalam rangka praktik klinis dokter internship sekaligus
sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan Program Internsip Dokter Indonesia di
RSUD Djojonegoro Temanggung
Mengetahui,
Dokter Internsip,
Dokter Pendamping
dr. Retnaning
Nama Peserta :
dr. Niken Febriharsari
Nama Wahana :
RSUD Djojonegoro Kab. Temanggung
Topik :
Tetanus
Tanggal (kasus) :
18 November 2015
Nama Pasien :
Tn. A
No. RM :
202797
Tanggal Presentasi :
03 Desember 2015 Pendamping :
dr. Retnaning
Tempat Presentasi :
RSUD Djojonegoro Kab. Temanggung
Objektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi :
Tujuan :
Mempelajari tentang penyakit jantung secara khusus yaitu akut miokard infark.
Menentukan diagnosa yang tepat sehingga mendapatkan penanganan tepat pula.
Memberikan edukasi tentang penyakit pada pasien dan keluarga.
Bahan Bahasan :
Tinjauan Pustaka Riset
Kasus
Audit
Cara Membahas :
Diskusi
Presentasi dan Diskusi
E-mail
Pos
Tn. A / 37 tahun /
Data Pasien :
2015
Nama Klinik : Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis :
Telp : -
Terdaftar sejak :-
Tetanus
2. Gambaran Klinis (Riwayat Penyakit Sekarang) :
Seorang laki-laki usia 37 tahun datang membawa surat rujukan dari Puskesmas Bejen
karena dengan diagnosis tertanus. Pasien mengeluh sulit menelan dan membuka mulut sejak 2
hari yang lalu. Sulit menelan dan membuka mulut dirasakan semakin lama semakin memberat
sepanjang hari.. Selain itu pasien juga mengeluhkan demam. Pasien menyangkal tidak pernah
jatuh yang menyebabkan anggota badan tertusuk paku atau benda benda yang kotor.
3. Riwayat Pengobatan :
Pasien hanya minum obat parasetamol untuk menurunkan panas
4. Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat keluhan serupa
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
5. Riwayat Keluarga :
Keluhan serupa
Riwayat sakit gula
Riwayat sakit jantung
Riwayat sakit darah tinggi
Riwayat sakit hepar
6. Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok
Riwayat minum alkohol
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: diakui
: disangkal
: Composmentis
: 37,3 0C
: Composmentis
: 20 x/ menit
Nadi
: 80 x/menit
Suhu
: 37,4 0C
Pemeriksaan Fisik
Kepala
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Tenggorokan
Leher
Thorax
pembesaran limfonodi cervical (-), leher kaku (-), distensi vena-vena leher (-).
Bentuk normochest, simetris, pengembangan dada kanan = kiri, retraksi
intercostal (-), spider nevi (-), sela iga melebar (-), pembesaran KGB axilla
(-/-)
Jantung :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
tidak melebar
HR : 80 kali/menit reguler. Bunyi jantung I-II murni, intensitas normal,
reguler, bising (-).
Pulmo :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Normochest, simetris, sela iga melebar (-), iga mendatar (-). Pengembangan
dada kanan = kiri, retraksi intercostal (-)
Simetris. Pergerakan dada kanan = kiri, fremitus raba kanan = kiri
Sonor / Sonor
RR : 20 x/menit, suara dasar vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronchi basah
kasar (-/-), ronchi basah halus basal paru (-/-), krepitasi (-/-)
Punggung
Abdomen :
Inspeksi
Dinding perut datar, venektasi (-), sikatrik (-), stria (-), caput medusae (-)
Auscultasi
Perkusi
Palpasi
Ekstremitas
54
Hematokrit
40
15.0
2. Jong, de Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC: Jakarta. 2005. Hal23-4. %
3. Kiking R. Tetanus . Medan: USU Digital Library, 2004;1-9.
KIMIA
KLINIK
4. Sudoyo,
Aru.
W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . E d i s i I V. J i l i d
Ureum
19.9
10.0 50.0
mg/dl
I I I . Pusat
penerbitan departemen0.79
ilmu penyakit
Kreatinin
0.60 dalam
1.20 FKUI:
mg/dlJakarta.2006. Hal 1777164
< 200
mg/dl
85 Kolesterol Total
Trigliserida
209
36 165
mg/dl
Hasil Pembelajaran
:
SGOT
125.1
0.0 37.0
U/L
TETANUS
SGPT
103.4
0.0 42.0
U/L
A.
Definisi tetanus
Tetanus adalah penyakit infeksi yang menyebabkan gangguan neuromuskuler akut
berupa kekakuan dan kejang pada otot yang disebabkan oleh eksotoksin spesifik
(tetanospasmin) dari bakteri anaerob Clostridium tetani.
B.
Mikrobiologi
Infeksi
tetanus
disebabkan
oleh
Clostridium
tetani
yang habitat alamnya di tanah, tetapi juga dapat diisolasi dari kotoran binatang peliharaan dan
manusia. Clostridium tetani merupakan bakteri gram positif berbentuk batang yang selalu
bergerak,
dan
merupakan
bakteri
naaerob
obligat
yang
menghasilkan
toksin.
tetapi
tetanospasmin
di
pedesaan.
kasus/tahun, 50% terjadi pada kelompok 5-9 tahun, 30% kelompok 1-4 tahun,18% kelompok
> 10 tahun, dan sisanya pada bayi. Di Amerika Serikat sebagian besar kasus tetanus terjadi
akibat trauma akut, seperti luka tusuk, laserasi atau abrasi. Tetanus didapatkan akibat trauma
di
dalam
rumah
atau
selama
bertani,
berkebun
dan
aktivitas
luar ruangan yang lain. Trauma yang menyebabkan tetanus bisa berupa luka besar tetapi dapat
juga
berupa
luka
yang
kecil,
sehingga
pasien
tidak
mencari
pertolongan medis, bahkan pada beberapa kasus pasien tidak dapat ditemukan adanya trauma.
D. Patogenesis
Spora kuman tetanus yang ada di lingkungan dapat berubah menjadi bentuk vegetatif
bila ada dalam lingkungan anaerob, dengan tekanan oksigen jaringan yang rendah. Gejala
klinis
timbul
sebagai
dampak
eksotoksin
pada
sinaps
ganglion
spinal
dan
neuromuscular junction serta syaraf otonom. Toksin dari tempat luka menyebar ke
motor endplate dan setelah masuk akan dijalarkan secara intraaxonal kedalam sel saraf tepi,
kemudian ke kornu anterior sumsum tulang belakang, akhirnya menyebar ke sistem saraf
pusat (SSP).
Manifestasi klinis terutama disebabkan oleh pengaruh eksotoksin
terhadap
susunan
saraf tepi dan pusat. Pengaruh tersebut berupa gangguan terhadap inhibisi presinaptik
sehingga mencegah keluarnya neurotransmiter inhibisi yaitu GABA dan glisin. Hal ini
menyebabkan terjadinya eksitasi terus-menerus dan spasme.
Tetanospasmin pada sistem saraf otonom dapat menyebakan terjadinya gangguan
pernafasan, metabolisme, hemodinamika, hormonal, saluran cerna, saluran kemih, dan
neuromuskular. Spasme laring, hipertensi, gangguan irama jantung, hiperpireksia, dan
hiperhidrosis.
E. Manifestasi klinis
5
Masa inkubasi berkisar antara 3-21 hari, biasanya sekitar 8 hari. Padatetanus
neonatorum, gejala biasanya muncul 4-14 hari setelah lahir, rata-rata sekitar 7 hari. Onset
(rentang waktu antara gejala pertama dengan spasme pertama) bervariasi antara 17 hari.
Inkubasi dan onset yang lebih pendek berkaitan dengan tingkat keparahan penyakit yang
berat.
Tetanus
dapat
timbul
sebagai
tetanus
berupa
kaku
persisten
lokal
pada
kelompok otot didekat luka yang terkontaminasi basil tetanus. Kadang-kadang pada trauma
kepala timbul tetanus local tipe sefalik. Dalam hal ini terjadi fenomena motorik sesuai dengan
serabut saraf kepala yang terkena ( N III,IV,V,VI,VII,IX,X dan XII).
Yang paling sering terjadi adalah tetanus umum gejala pertama yang dilihat dan terasa
oleh pasien adalah kaku otot masseter yang menggakibatkan gangguan membuka mulut
(trismus) selanjutnya timbul
kaku kuduk, kaku leher dan kaku punggung. Selain dinding perut mejadi seperti papan,
tampak risus sardonikus karena kaku otot wajah dan keadaan kekakuan ektrmitas.
Keluhan konstipasi, nyeri kepala, berdebar, dan berkeringat sering di jumpai pada umumnya.
Selain itu juga dapat ditemukan adanya demam serta bertambahnya frekuensi napas. Kejang
otot yang merupakan kekakuan karena hipertonus dan tidak bersifat klonus dapat timbul
karena rangsangan yang lemah, seperti bunyi-bunyian, dan cahaya selama sakit.
Terdapat trias klinis berupa rigiditas, spasme otot, dan apabila berat terdapat
disfungsi otonomik. Kaku kuduk, nyeri tenggorokan, dan kesulitan untuk
membuka
mulut
yang akan menyebabkan trismus sering merupakan gejala awal dari tetanus. Spasme secara
progresif meluas ke otot-otot wajah yang menyebabkan ekspresi wajah yang khas yang
disebut
risus sardonicus.
Setelah
itu
akan
berlanjut
oleh stimulus ringan. Spasme faringeal sering diikuti spasme laringeal dan berkaitan dengan
aspirasi dan obstruksi jalan nafas akut yang mengancam nyawa.
Gejala
autonomik
terjadi
dengan
adanya
instabilitas
kardiovaskular
yang
tampak nyata. Hipertensi berat dan takikardia dapat terjadi berubah rubah dengan hipotensi,
bradikardi ataupun henti jantung berulang. Pergantian ini lebih merupakan akibat perubahan
resistensi vaskular sistemik dari padaperubahan pengisian jantung dan kekuatan jantung.
F. Derajat keparahan
Derajat keparahan penyakit didasarkan pada empat tolak ukur, yaitu masa inkubasi,
port d entree, status imunologi, dan faktor yang memberatkan. Berdasarkan derajat keparahan
penyakit dapat dibagi menjadi tetanus ringan, tetanus sedang, dan tetanus berat. Tetanus
ringan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan, tetanus sedang dapat sembuh dengan
pengobatan baku, sedangkan tetanus berat memerlukan perawatan khusus yang intensif.
Klasifikasi beratnya tetanus oleh Ablett:
a. DERAJAT I (Ringan)
Trismus ringan sampai sedang, spasitisitas generalisata, tanpa gangguan pernafasan, tanpa
spasme, sedikit atau tanpa disfagia.
b. DERAJAT II (Sedang)
Trismus sedang, rigiditas yang tampak jelas, spasme singkat sedang, gangguan
pernafasan sedang dengan frekuensi pernafaslan lebih dari 30 kali per menit, disfagia
ringan.
pengobatan
melibatkan
tiga
prinsip,
yaitu
organisme
yang terdapat dalam tubuh hendaknya dihancurkan untuk mencegah pelepasan toksin lebih
lanjut; toksin yang terdapat dalam tubuh, di luar sistemsaraf pusat hendaknya dinetralisasi;
7
dan efek dari toksin yang telah terikatpada sistem saraf pusat diminimasi.
Pasien hendaknya ditempatkan di ruangan yang tenang di ICU, dimana
observasi dan pemantauan kardiopulmoner dapat dilakukan secara terus - menerus, sedangkan
stimulasi diminimalisasi. Perlindungan terhadap jalan napas bersifat vital. Luka hendaknya
dieksplorasi, dibersihkan secara hati-hati dan dilakukan dibridemen secara menyeluruh.
Antitoksin menurunkan mortilitas dengan menetralisasi toksin yang
beredar
di
sirkulasi dan toksin pada luka yang belum terikat, walaupun toksin yang telah melekat pada
jaringan saraf tdak terpengaruh. Immunoglobulin tetanus manusia (TIG) merupakan pilihan
utama dan hendaknya diberikan segera dengan dosis terbagi karena volumenya besar.
Terapi antibiotik diberikan pada tetanus untuk mengeradikasi sel sel vegetatif
sebagai sumber toksin. Penggunaan penisilin telah direkomendasikan dan digunakan secara
luas selama bertahun tahun, tetapi merupakan antagonis GABA dan berkaitan dengan
konvulsi.
Metronidazol mungkin merupakan antibiotik yang aman dan pada penelitian yang
membandingkan manfaat antibiotik metronidazol dengan penisilin menunjukkan bahwa
penggunaan
metronidazol
meningkan
prosentase
dari
metronidazol
angka
tidak
menunjukkan aktivitas antagonis terhadap GABA seperti yang ditunjukkan oleh penisilin.
Banyak obat yang telah dipergunakan sebagai obat tunggal maupun kombinasi untuk
mengobati spasme otot pada tetanus yang nyeri dan dapat mengancam respirasi
karena menyebabkan laringospasme atau kontraksi terus - menerus otot -otot di daerah
pernafasan. Regimen ideal adalah yang dapat menekan aktivitas spasmodik tanpa
menyebabkan efek sedasi berlebihan dan hipoventilasi.
Benzodiazepin merupakan terapi utamanya karena memperkuat agonisme GABA
dengan menghambat inhibitor endogen pada reseptor GABA. Diazepam merupakan obat yang
dapat diberikan melalui rute yang bervariasi, murah dan dipergunakan secara luas, tapi
metabolit kerja panjangnya yaitu oksazepam dan desmetil dapat terakumulasi dan dapat
mengakibatkan koma berkepanjangan
FOLLOW UP PASIEN
18 November 2015
19 - 23 November 2015
25 November 2014
26 November 2014
(IGD)
(Bangsal Cempaka)
(Bangsal Cempaka)
(Bangsal Cempaka)
Sulit menelan -, sulit bicara nyeri perut -
Subyektif
Objektif
Vital sign :
Vital sign :
Vital sign :
- TD : 110/70
- S : 37,3 C
Ku : tampak lemah
Kepala : Kaku kuduk +
Thorak : Cor dan Pulmo DBN
Abdomen : DBN
Ekstrimitas : Akral hangat
Terapi
- TD : 110 - 120/80
- N : 80 x/mnt
- RR : 16 - 20 X/mnt
- S : 36 - 38 C
Kepala : Kaku kuduk +
- TD : 110 - 120/80
- N : 80 x/mnt
- RR : 16 - 20 X/mnt
- S : 36 - 38 C
Kepala : Kaku kuduk -
Vital sign :
-TD : 120/70
-N : 90 x/mnt
-RR : 22 x/mnt
-T : 36.7C
Kepala : Kaku kuduk -
Infus RL 20 tpm
Injeksi Ceftriaxon 2 x 1 g
Injeksi Ketorolac 3 x 1 ampul
Injeksi Ranitidin 2 x 1 ampul
Injeksi metronidazol 3 x 500 mg
Injeksi Ketorolac 3 x 1 ampul
Saat demam diberi rehidrasi
ataupun ibuprofen 1 tablet
ekstra
- Diit cair
- Mobilisasi miring kiri dan kanan,
Awasi KU dan TTV
Boleh Pulang
AFF NGT
AFF DC
Parasetamol sirup 3 x C I
DC susah dilepas oleh perawat
spesialis bedah besok mau aff
DC sendiri.
Awasi keadaan umum, dan TTV
27 November 2014
28 November 2015
29 - 30 November 2014
01 Desember 2014
(Bangsal Cempaka)
(Bangsal Cempaka)
(Bangsal Cempaka)
(Bangsal Cempaka)
Subyektif
Objektif
Vital sign :
Vital sign :
Vital sign :
Vital sign :
-TD : 130/70
-N : 92 x/mnt
-RR : 21 x/mnt
-T : 36.2C
Kepala : Kaku kuduk -
- TD : 120/70
- N : 80 x/mnt
- RR : 24 X/mnt
- S : 36.5 C
Kepala : Kaku kuduk -
- TD : 120/70
- N : 80 x/mnt
- RR : 20 X/mnt
- S : 36.5 C
Kepala : Kaku kuduk -
Vital sign :
-TD : 110/70
-N : 84 x/mnt
-RR : 20 x/mnt
-T : 36.7C
Kepala : Kaku kuduk -
Infus RL 20 tpm
Injeksi Ceftriaxon 2 x 1 g
Injeksi Ketorolac 3 x 1 ampul
Awasi keadaan umum, dan TTV
Boleh Pulang
Post op
Infus RL 20 tpm
Injeksi Ceftriaxon 2 x 1 g
Injeksi Ketorolac 3 x 1 ampul
Pertahankan DC 1 hari
Awasi keadaan umum dan TTV
10
11