Está en la página 1de 11

Jika kita diminta untuk mendeskripsikan meja, apa yang dapat kita jelaskan ?

Selain
dari bentuk meja tersebut salah satu yang dapat kita jelaskan adalah ukuran meja tersebut.
Akan tetapi, bagaimana cara kita menentukan ukuran ukuran dari meja tersebut? Kita
mungkin dapat menggunakan jengkal tangan kita untuk membandingkannya. Namun, jika
kita membandingkan jumlah jengkal tangan kita dengan jengkal adik kita hasilnya tidak sama.
Kegiatan yang kita lakukan itulah yang disebut dengan mengukur. Namun, pengukuran yang
kita lakukan tersebut tidak sesuai jika digunakan dalam Fisika. Ini disebabkan panjang tang
setiap orang berbeda-beda sehingga tidak dapat dijadikan sebagai standar pengukuran.
Dalam Fisika, pengukuran merupakan kegiatan yang dilakuakn dengan membandingkan
suatu besaran dengan satuan standar.
Di dalam mengukur suatu besaran, tentu kita membutuhkan alat ukur yang sesuai
dengan besaran yang akan kita ukur. Misalnya kita ingin mengukur panjang sebuah pensil.
Kita mungkin dapat menggunakan mistar untuk mengukur panjang mistar tersebut. Akan
tetapi, timbuk pertanyaan jika kita ingin mengukur ketebalan selembar kertas. Mungkinkah
kita mengukur ketebalan selembar kertas dengan menggunakan mistar? Untuk mengukur
ketebalan selembar kertas kita membutuhkan alat ukur yang lebih teliti yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan mistar. Dengan demikian, pemilihan alat ukur harus disesuaikan
dengan fungsi, keperluan, dan tingkat ketelitiannya.
Berikut ini akan dijelaskan proses pengukuran dengan menggunakan beberapa alat ukur,
antara lain alat ukur panjang (mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup), alat ukur
massa, dan alat ukur waktu.
A. ALAT UKUR PANJANG
Penggaris/mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup merupakan contoh alat
ukur panjang. Setiap alat ukur memiliki ketelitian yang berbeda,sehingga kita harus bisa
memilih alat ukur yang tepat untuk sebuah pengukuran. Pemilihan alat ukur yang kurang
tepat akan menyebabkan kesalahan pada hasil pengukuran.
1. Penggaris/Mistar
Alat ukur panjang yang paling sederhana dan dikenal semua orang adalah
mistar atau penggaris. Mistar atau penggaris biasa kita gunakan untuk mengukur
panjang benda yang tidak terlalu panjang. Misalnya mengukur panjang meja, buku,
pensil, dan sebagainya.
Jika diperhatikan mistar memiliki dua buah skala, yaitu skala utama dan skala
terkecil. Jarak antara skala utama adalah 1 cm. Diantara skala utama tersebut

terdapat 10 skala terkecil, sehingga satu skala terkecil mempunyai nilai

1
10

cm =

0,1 cm atau 1 mm. Sehingga mistar atau penggaris memiliki ketidakpastian sebesar

1
2

x skala terkecil yaitu 0,5 mm atau 0,05 cm.

Cara mengukur dengan menggunakan mistar:


1. Meletakkan benda yang akan diukur pada tepi skala mistar.
2. Memastikan bahwa benda yang akan diukur telah sejajar dengan mistar dan salah
satu ujung benda tepat berada di angka nol (0).
3. Membaca skala mistar yang terletak diujung lain benda (bukan ujung yang di titik
nol mistar).
2. Jangka Sorong
Dokumentasi pribadi

Meletakkan
benda
yang
akan
diukur
pada
tepi
skaladengan
mistar mistar dan salah satu ujung benda tepat berada di angka nol (0)
Memastikan
bahwa
benda
yang
akan
diukur
telah
sejajar
Membaca
skala mistar yang terletak diujung lain benda (bukan ujung yang di tit

Gambar 1. Cara menggunakan mistar

Ada beberapa bagian penting yang perlu diketahui pada jangka sorong, yaitu
rahang tetap dan rahang geser. Pada rang tetap terdapat skala yang disebut dengan
skala utama. Sementara itu, pada rang geser terdapat skala yang disebut dengan
skala nonius. Skala nonius ini disebut juga dengan skala vernier, diambil dari nama
penemunya yaitu Pierre Vernier.

Jangka sorong memiliki tiga kegunaan, yakni untuk mengukur suatu benda dari
sisi luar dengan cara diapit, untuk mengukur garis tengah (diameter) dalam suatu
benda yang biasanya berupa lubang (pada pipa, maupun lainnya) dengan cara diulur,
serta untuk mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan cara
Sumber: Dudi (2009)

Gambar 2. Jangka Sorong

"menancapkan/menusukkan" bagian pengukur.


Cara menggunakan jangka sorong:
Pertama-tama kendurkan baut yang berguna sebagai pengunci dan menggeser
rahang geser yang terdapat pada jangka sorong, tetapi kita harus memastikan terlebih
dahulu bahwa rahang geser jangka sorong tersebut bekerja dengan baik atau tidak
dan memastikan bahwa ketika rahang tertutup, jangka tersebut harus menunjukkan
Gambar 3. Jangka sorong dapat digunakan untuk mengukur diameter dalam

angka nol. Kemudian menutup rahang jangka hingga mengapit benda yang kita ingin
ukur. Selanjutnya kita tinngal membaca skala yang ditunjukkan pada jangka sorong.

Cara membaca skala pada jangka sorong:


-

Dalam membaca nilai di skala utama lihatlah angka sebelum/sama dengan


angka 0 yang terdapat di skala nonius. Angka 1 di skala utama bernilai 1 cm jadi

garis-garis sebelum angka satu masing-masing bernilai 0.1 cm.


Dalam membaca nilai di skala nonius lihatlah garis di skala nonius yang berhimpit
dengan garis di skala utama maka garis tersebut adalah nilai skala nonius. Setiap
garis diskala nonius bernilai 0.01 cm. Jika di skala nonius terdapat angka 1 maka
nilainya 0.01 cm dan jika diantara angka 0 dan 1 ada sebuah garis, maka nilai

garis itu 0.005 cm.


Contoh:
skala utama : 15,3 cm

Sumber: Setya (2009)

skala nonius : 8
Hasil pengukuran = nilai skala utama + (skala nonius x nst jangka sorong)
= 15,3 cm + (8 x 0,005 cm)
= 15,3 cm + 0,04 cm
= 15,34 cm
3. Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup adalah sebuah alat ukur besaran panjang yang memiliki
tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Mikrometer sekrup punya ketelitian 10 kali lebih
teliti dari jangka sorong. Jika jangka sorong mempunya tingkat ketelitian hingga 0,1
mm, maka mikrometer sekrup mampu mengukur sampai 0,01 mm. Mikrometer yang
pertama diciptakan oleh William Gascoigne pada abag ke-17 sebagai alat
pengukurann yang lebih presisi dibanding jangka sorong. Penggunaan mikrometer
sekrup biasanya untuk mengukur diameter benda melingkar yang kecil seperti kawat
atau kabel.
Pada mikrometer sekrup terdapat dua macam skala, yaituskala tetap dan skala
putar (nonius).
a. Skala tetap (skala utama
Skala tetap terbagi dalam satuan milimeter (mm). Skala ini terdapat pada laras dan
terbagi menjadi dua skala, yaitu skala atas dan skala bawah.
b. Skala putar (skala nonius)
Skala putar terdapat pada besi penutup laras yang dapat berputar dan dapat
bergeser ke depan atau ke belakang. Skala ini terbagi menjadi 50 skala atau

skala putar
skala utama
Sumber: Dudi (2009)

Gambar 4. Mikrometer sekrup dan bagian-bagiannya

benda rahang

bagian ruas yang sama. Satu putaran pada skala ini menyebabkan skala utama
bergeser 0,5 mm. Jadi, satu skala pada skala putar mempunyai ukuran:

1
0,5 mm=0,01 mm . Ukuran ini merupakan batas ketelitian mikrometer
50
sekrup
Cara menggunakan mikrometer sekrup:

Dokumentasi pribadi

Gambar 5.

1) Pastikan pengunci dalam keadaan terbuka.

2) Lakukan pengecekan ketika apakah poros tetap dan poros geser bertemu skala
dan skala nonius utama menunjukkan angka nol.
3) Buka rahang dengan menggerakkan pemutar ke arah kiri sampai benda
dapat masuk ke dalam rahang.
4) Letakkan benda dintara poros tetap dan poros geser lalu tutup kembali rahang
hingga tepat menjepit benda.
5) Putarlah Pengunci agar pemutar tidak bisa bergerak lagi. Dengarkan bunyi klik
yang muncul.
Cara Membaca Mikrometer Sekrup
1) Lihat pada skala utama, lihat skala yang tepat ditunjuk atau tepat di sebelah kiri
skala putar.
2) Lihat angka pada skala putar yang segaris dengan garis melintang di skala utama.
Kalikan angka itu dengan 0,01
3) Jumlahkan angka telah diperoleh pada utama dan skala putar.
Contoh:
Penunjukan skala utama : 2,5 mm
Penunjukan skala putar : 5
Hasil pengukuran = nilai skala utama + (penunjukan
skala putar x nst mikrometer sekrup)
= 2,5 mm + (6 x 0,01) mm
= 2,5 mm + 0,06 mm
= 2,56 mm

B. ALAT UKUR MASSA


Ketika

kita

menimbang

sebuah

telur

dengan

menggunakan

timbangan

Sumber : Dudi (2009)

atau

membandingkan massa dua buah benda, dengan menggunakan kedua tangan, maka dalam
hal ini kita melakukan pengukuran massa. Hanya saja alat yang digunakan berbeda. Terdapat
banyak macam alat ukur massa, misalnya neraca ohaus 311, neraca ohaus 2610, neraca
pegas, neraca digital dan sebagainya. Setiap neraca memiliki spesifikasi penggunaan yang
berbeda-beda.
1. Neraca Pegas
Neraca pegas sering disebut dinamometer berfungsi untuk mengukur massa dan

atau berat benda. Neraca ini mempunyai dua skala, yaitu skala N (newton) untuk
mengukur berat benda dan skala g (gram) untuk mengukur massa benda.

Sumber : google

Cara menggunakan neraca pegas :


- Atur terlebih dahulu skala 0 (nol) dengan cara memutar sekrup

pengatur skala.
Gantungkan benda padapengait neraca
Baca hasil pengukuran

2. Neraca Ohauss 2610


Gambar 6. Neraca pegas.
Pada Ohauss 2610 atau biasa disebut neraca tiga lengan, lengan

paling depan memuat angka satuan dan sepersepuluhan, lengan


tengah memuat angka puluhan, dan lengan paling belakang memuat
angka ratusan.
Cara menggunakan neraca ohauss 2610:
a. Posisikan skala neraca pada posisi nol dengan menggeser penunjuk pada lengan
depan tengah dan belakang ke arah kiri.
b. Periksa bahwa neraca pada posisi setimbang.
c. Letakkan benda yang akan diukur di tempat yang tersedia pada neraca
d. Menggeser ketiga penunjuk diurutkan dari penunjuk yang terdapat pada ratusan,
puluhan, dan satuan sehingga tercapai keadaan setimbang.
e. Membaca massa benda dengan menjumlahkan nilai yang ditunjukkan oleh
penunjuk ratusan, puluhan, dan satuan.
Contoh:

Gambar 7. Neraca Ohauss digunakan untuk mengukur massa

Penunjukan lengan 1 : 0 gram


Penunjukan lengan 1 : 80 gram
Penunjukan lengan 1 : 9,3 gram
Hasil pengukuran = penunjukan lengan 1 + penunjukan lengan 2 + penunjukan lengan 3
= ( 0 + 80 + 9,2) gram
= 89,2 gram
3. Neraca Ohauss 310
Neraca Ohauss 310 merupakan neraca
yang dapat digunakan untuk mengukur massa
benda yang kurang dari atau sama dengan 310
gram. Neraca ini memiliki dua lengan, dan
sebuah skala nonius dan skala putar.

Gambar 8. Neraca Ohauss 310 gr

Cara menggunakan neraca 310 gr :


a. Posisikan skala neraca pada posisi nol dengan menggeser penunjuk pada lengan
depan dan belakang ke sisi kiri dan lingkaran skala diarahkan pada angka nol.
b. Periksa bahwa neraca pada posisi setimbang.
c. Letakkan benda yang akan diukur di tempat yang tersedia pada neraca!
d. Geser kedua penunjuk lengan diurutkan dari penunjuk yang terdapat pada ratusan,
puluhan, dan skala putar sehingga tercapai keadaan setimbang.
e. Bacalah massa benda dengan menjumlahkan nilai yang ditunjukkan oleh penunjuk
ratusan, puluhan, serta penunjukan skala putar dan skala noniusnya.
Contoh:
Penunjukan lengan 1 : 0
Penunjukan lengan 2 : 50 gram
Penunjukan skala putar : 1 gram
Penunjukan skala nonius : 0,02 gram
Hasil pengukuran = penunjukan lengan 1 + penunjukan lengan 2 + penunjukan skala putar
+ penunjukan skala nonius
= ( 0 + 50 + 1 + 0,02) gram
= 51,02 gram
4. Neraca Digital
Neraca diigital

(neraca

elektronik)

di

dalam

penggunaanya sangat praktis, karena besar massa


benda yrang diukur langsung ditunjuk dan terbaca
pada layarnya.Ketelitian neraca digital ini sampai
dengan 0,001 gram.
Secara

umum

proses

neraca elektronik/digital adalah:


1.
2.
3.
4.

menimbang

dengan

Sumber : google

Gambar 9. Neraca digital.

Pastikan bahwa timbangan sudah menyala.


Pastikan timbangan menunjukkan angka nol( jika tidak perlu di koreksi).
Letakakan benda yang massanya akan diukur pada piringan tempat benda.
Baca skala yang tertera pada display digital sesuai skala satuan timbangan
tersebut.

C. ALAT UKUR WAKTU


Alat untuk mengukur waktu sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Pada
zaman dahulu, sebelum ditemukan jam, orang menentukan waktu dengan melihat
bayangan dari benda. Sekarang, alat untuk mengukur waktu dapat kita jumpai dengan
mudah, antara lain jam tangan atau arloji, stop wacth, dan pengukur waktu digital.

1. Stopwatch

Stopwatch merupakan salah satu alat ukur waktu dengan ketelitian 0,1 detik karena
setiap skala pada stopwatch dibagi menjadi 10 bagian. Alat ini biasanya digunakan
untuk pengukuran waktu dalam selang waktu yang sangat singkat.
2. Arloji, umumnya dengan ketelitian 1 detik.
3. Penunjuk waktu elektronik, mencapai ketelitian 1/1000 detik.

D. ALAT UKUR SUHU

(a)

(b)

Sumber : Sumarsono (2009)

Gambar 10. Alat ukur waktu (a) stopwatch , (b) arloji

Untuk mengukur suhu suatu sistem umumnya menggunakan


termometer. Termometer dibuat berdasarkan prinsip pemuaian.

Gambar 11. Termometer

Termometer biasanya terbuat dari sebuah tabung pipa kapiler tertutup yang berisi air raksa
yang diberi skala. Ketika suhu bertambah, air raksa dan tabung memuai. Pemuaian yang
terjadi pada air raksa lebih besar dibandingkan pemuaian pada tabung kapiler. Naiknya
ketinggian permukaan raksa dalam tabung kapiler dibaca sebagai kenaikan suhu.

Berdasarkan skala tempraturnya, termometer dibagi dalam empat macam, yaitu


termometer skala Fahrenheit, skala Celsius, skala Kelvin, dan skala Reamur. Termometer

Sumber: google

Gambar 12. Perbandingan antara skala Celcius, Fahrenhait, Reamur, dan Kelvin

skala Fahrenheit memiliki titik beku pada suhu 32 oF dan titik didih pada 212 F. Termometer
skala Celsius memiliki titik beku pada suhu 0 oC, dan titik didih pada 100oC. Termometer
skala Kelvin memiliki titik beku pada suhu 273 K dan titik didih pada 373 K. Suhu 0 K
disebut suhu nol mutlak, yaitu suhu semua molekul berhenti bergerak. Dan termometer
skala Reamur memiliki titik beku pada suhu 00R dan titik didih pada 800R.

E. ALAT UKUR KUAT ARUS LISTRIK


Untuk mengukur kuat arus listrik dalam suatu rangkaian digunakan amperemeter.
Ketika akan melakukan pengukuran kuat arus listrik, maka sumber arus listrik harus
dipasang secara seri dengan amperemeter tersebut. Selain itu, gunakan batas ukur yang
sesuai atau yang lebih tinggi. Misalnya, jika kita ingin mengukur kuat arus listrik 40 mA
digunakan batas ukur yang lebih besar dari 40 mA.
Cara membaca skala pada amperemeter:
Contoh :

Hasil pengukuran=
Skala yang ditunjuk : 70
Skala maksimum : 100
Batas ukur : 0,5 ampere
Sehingga,
hasil pengukuran =

70
100

F. ALAT UKUR INTENSITAS CAHAYA

skala yang ditunjuk


batas ukur
skala maksimum

0,5 A

=0,35 ampere

Lux meter adalah sebuah alat ukur intensitas cahaya yang


dapat membantu menyesuaikan pencahayaan ruangan sesuai
dengan fungsi sebuah ruangan. Caranya sangat sederhana.
Letakkan lux meter diatas meja dalam ruanan dimana intensitas
cahaya ingin di ketahui. Setelah beberapa saat, layar penunjuk Lux
meter akan menapilkan tingkat pencahayaan dalam ruangan
tersebut. Setelah di dapat nilai intensitas cahayanya, bandingkan nilai tersebut dengan
standar SNI. Jika nilai tingkat pencahayaan lebih tinggi dari standar, lampu sebaiknya
diganti dengan yang lebih rendup. Jika nilai tingkat pencahayaan lebih rendah dari
standar, lampu sebaiknya diganti dengan lampu yang lebih terang. Jika tingkat
pencahayaan ruangan telah sesuai dengan fungsinya, effisien energi untuk penerangan
telah tercapai.

DAFTAR PUSTAKA
Indrajit, Dudi. 2009. Mudah dan Aktif belajar Fisika untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/
Madrasah Aliyah. Jakarta: Pusat Perbukuan.
Kamajaya. 2008. Cerdas Belajar Fisika untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/ Madrasah
Aliyah. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Nurachmandani, Setya. 2009. Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan.
Sumarsono, Joko. 2009. Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan.

También podría gustarte