Está en la página 1de 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Tumor merupakan salah satu dari lima karakteristik inflamasi berasal dari
bahasa latin, yang berarti bengkak. IstilahTumor ini digunakan untuk
menggambarkan pertumbuhan biologikal jaringan yang tidak normal. Menurut
Brooker, 2001 pertumbuhan tumor dapat digolongkan sebagai ganas (malignant)
atau jinak (benign).
Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak
pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat
sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang
memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka
pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi (Robin dan
Kumar, 1995).
Tumor (bahasa Inggris: tumor, tumour) adalah sebutan untuk neoplasma
atau lesi padat yang terbentuk akibat pertumbuhan sel tubuh yang tidak
semestinya, yang mirip dengan simtoma bengkak. Tumor berasal dari kata
tumere dalam bahasa latin yang berarti "bengkak". Pertumbuhannya dapat
digolongkan sebagai ganas (malignan) atau jinak (benign).Tumor ganas disebut
kanker. Kanker memiliki potensi untuk menyerang dan merusak jaringan yang
berdekatan dan menciptakan metastasis. Tumor jinak tidak menyerang tissue
berdekatan dan tidak menyebarkan benih (metastasis), tetapi dapat tumbuh secara
lokal menjadi besar. Mereka biasanya tidak muncul kembali setelah penyingkiran
melalui operasi.

B. Tujuan Penulisan

Agar mahasiswa mahasiswa dapat memahami dan mengaplikasikan asuhan


keperawatan tentang masalah system Integumenl yang telah diberikan dan telah
dipelajari dalam praktek nantinya.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Proses menua


Masa kemunduran ( degenerative ), masa ini terjadi mulai dewasa tua. Kecepatan
proses menua dipengaruhi oleh dua factor yaitu :
a. Faktor dalam
Factor dalam merupakan factor yang terjadi secara alami menyangkut fisis
dan psikis. Factor ini tidak dapat dihilangkan dan tidak berubah.
b. Faktor luar
Faktor yang dimaksud adalah lingkungan, dalam pengertian yang lebih
luas, menyangkut pola atau gaya hidup (perilaku). Faktor ini
kecenderungan dapat dikendalikan dan dirubah sehingga memungkinkan
orang dapat meningkatkan usia harapan hidup ( bukan memperpanjang
umur).
Proses menjadi tua disebabkan oleh factor biologic yang terdiri dari tiga fase
yakni fase progresif, fase stabil dan fase regresif;
Dalam fase regresif, mekanisme lebih berat kearah kemunduran yang dimulai
dalam sel, komponen terkecil dari tubuh manusia.
Dapat dikatakan, bahwa sel-sel mengalami kehausan karena berfungsi lama
sehingga

mengakibatkan

kemunduran

lebih

dominan

dibandingkan

pemulihan. Dalam struktur anatomi dapat terlibat tanda-tanda kemunduran


tersebut di dalam sel, ini adalah proses menjadi tua . Proses ini terjadi secara
alamiah, continue, terus-menerus dan berkesinambungan yang dalam keadaan
lanjut menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokemis pada

jaringan atau organ badan yang pada akhirnya mempengaruhi keadaan serta
fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan.
WHO mengelompokkan lansia menjadi 4 kelompok yang meliputi :
1. Midle age (usia pertengahan) yaitu kelompok usia 45-59 tahun
2. Elderly, antara 60-74 tahun
3. Old, antara 75-90 tahun
4. Very old, lebih dari 90 tahun
Menurut Departemen Kesehatan, pengelompokan usia lanjut sebagai berikut:
1) Kelompok pertengahan umur
Masa ini dikenal dengan masa verilitas atau masa persiapan menjadi
lansia.
2) Kelompok usia lanjut dini
Masa ini disebut masa pra pension atau masa mulai memasuki usia lanjut.
Usia 55-64 tahun.
3) Kelompok usia lanjut ( usila atau lansia )
-

Masa senium.

Usia 65 tahun ke atas.

4) Kelompok lansia dengan resiko tinggi


-

Usia di atas 70 tahun.

Biasanya hidup sendiri dan sering sakit

B. Tujuan Keperawatan Lansia

1. Mempertahankan derajat kesehatan para lanjut usia pada taraf yang setinggitingginya, sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan.
2. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas-aktifitas fisik dan mental.
3. Merangsang para petugas kesehatan (dokter, perawat) untuk dapat mengenal
dan menegakkan diagnosa yang tepat dan dini.
4. Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lanjut usia yang menderita
suatu penyakit atau gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang
maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara
maksimal.
5. Mendampingi dan memberikan bantuan moril dan perhatian pada lansia yang
berada dalam fase terminal sehingga lansia dapat menghadapi kematian
dengan tenang dan bermartabat.

C. Perubahan Fisik Pada Lansia


1. System Integument
Pada kulit akan mengalami perubahan berikut :
Struktur anatomis
1) Lapisan epidermis
a. Lapisan keranosit : tebalnya berkurang, daya adhesi kurang, terjadi
perubahan secara morfologis dan kandungan air pada stratum
korneum berkurang sehingga kulit menjadi kering dan kasar.
b. Lapisan stratum basale : mengalami perubahan ukuran dan bentuk,
reduplikasi pada lamina densa serta ruan antar sel keranosit menjadi
bertambah lebar.
c. Perbatasan dermis dan epidermis lebih datar sehingga pemberian
nutrisi berkurang pada epidermis akibat lapisan tersebut bila terjadi
trauma akan mudah robek dan abrasi ( bula ).
d. Sel melanosit jumlahnya berkurang, hal ini mengakibatkan terjadinya
pigmentasi kulit tidak teratur, sebagain dampak lainnya insiden
neoplasma kulit meningkat yang disebabkan oleh sel melanosit
menyerap ultra violet.
e. Sel-sel langerhans menurun, akibatnya : respon kekebalan seluler kulit
tergangggu sehingga pembentukan antigen terganggu, dampak lain
terjadinya karsinpasienulit.
2) Lapisan dermis
a. Dermis atrofi, relative aseluler dan avaskuler, sel mati berkurang
sehingga reaksi hepersensitif menurun.
b. Sel fibroblast mengandung banyak reticulum endoplasmic yang kasar.

c. Serat kolagen jumlahnya berkurang disertai penebalan, kemampuan


membengkak berkurang dan susunannya tidak teratur sehingga kulit
menjadi kendur ( lax ).
d. Jumlah glikosaminoglikan ( bahan dasar dermis ) berkurang sehingga
viscoelastisitas berubah.
e. Serat-serat elastic mengalami degradasi, anyaman serat hilang,
akibatnya kulit keriput dan kendur.
3) Jaringan sub kutis
a. Adanya atrofi pada muka, dorsum tangan dan tungkai bawah, hal ini
mengakibatkan hipotermi, telapak kaki mudah luka atau ulserasi.
b. Jaringan subkutis mengalami hipertrofi, pada laki-laki lebih banyak
pada daerah pinggang dan pada wanita pad paha.

D. Perubahan Fungsi
1. Proliferasi dan penyembuhan
a. Waktu pergantian kulit menjadi lebih panjang.
b. Epidermal repair berkurang sehingga resiko infeksi sekunder tinggi.
c. Pertumbuhan kuku dan rambut lambat.
d. Anaplasia : hampir semua orang diatas 65 tahun mengalami tumor jinak
( keratosis seboroika ), penyebabnya :
-

Sel epidermis bermacam bentuk dan ukuran.

Paparan bahan karsinogen.

Jumlah sel melanosit berkurangproteksi kurang/.

Jumlah sel langerhans berkurang.

2. Absorbsi dan clearance dermal


a. Permeabilitas meningkat
b. Dermal clearance menurun
-

Menurunkan sirkulasi pada dermis

Dermatitis kontak menetap

c. Cenderung timbul gangguan termoregulator.


3. Respon terhadap stimulasi eksternal
a) Reaksi terhadap rangsangan raba, vibrasi dan kornea kurang, nilai ambang
nyeri meningkat.
1) Respon vascular menurun yang akan mengakibatkan gangguan regulasi
suhu tubuhhipotermi atau heat stroke.
2) Produksi keringat berkurang.
3) Produksi sebum menurun.

b) Sifat-sifat mekanis
Serat kolagen dan serat elastisitas mengalami perubahan ( perubahan sifat
mekanik ) sehingga elastic recovery menurun ( kulit lama kembali ), hal

ini mengakibatkan kulit mudah robek bila trauma, penurunan piupi dan
distorsi.
c) Respon imun
1) Gangguan fungsi sel beta
2) Gangguan imunitet seluler, sehingga mudah mengalami infeksi virus,
jamur dan keganasan.

E. Perubahan Sistem Tubuh


1. Sistem Pencernaan
Pada mulut, warna gigi menjadi lebih gelap. Terjadi penurunan produksi
saliva yang mengakibatkan sel mukosa menjadi kering. Pada lansia juga
terjadi perubahan kemampuan mencerna sehingga meningkatkan sisa zat
makanan sehingga produksi gas meningkat, motilitas usus dan peristaltik
menurun.
Perubahan akibat proses penuaan yang terjadi pada system pencernaan sering
dimanifestasikan dengan terjadinya :
a. Kesulitan menelan
b. Sendahak (reflex gastroesofageal)
c. Perut terasa lama penuh ( hidroklorhidri )
d. Konstipasi
e. Obat tidak terlalu cocok.
Perubahan oleh karena menua primer :

a. Berkurangnya motilitas esophagus, fungsi spingter, sekresi asam


lambung, pepsin dan tripsin.
b. Berkurangnya motilitas usus serta perubahan enzim hepar.
Perubahan oleh karena menua sekunder :
a. Hernia
b. Anemia pernisiosa
c. Konstipasi karena diit rendah residu dan pemakaian laksans yang
berlebihan.
d. Merokok dan alcohol terlalu banyak, sehingga menyebabkan perubahan
metabolisme obat.

2. Sistem Pernafasan
Teradi perubahan struktur thorax yang menyebabkan pengembangan
paru menjadi terbatas, tulang iga tidak dapat bergerak bebas. Tulang
punggung kifosis yang menyebabkan paru semakin kaku dan kurang elastic,
peningkatan kapasitas residual, penurunan kapasitas vital ynag pada akhirnya
dapat mengakibtakan kolaps basal.

Perubahan oleh karena menua primer :


a. Berkurangnya elastisitas paru
b. Berkurangnya otot-otot pernapasan
Perubahan oleh karena menua sekunder :

10

a. Penyakit Paru Obstruksi Menahun ( PPOM ) atau COPD ssebagai akibat


dari kebiasaan merokok dan polusi udara.
b. Menurunnya kekuatan otot pernafasan oleh karena kurang aktifitas
(olahraga)

3. Sistem Kardiovaskuler
Perubahan yang berhubungan dengan usia lanjut terjadi pada
komposisis kimiawi, sel-sel, jaringan jantung dan pembuluh darah, semuanya
ini akhirnya mempengaruhi fungsi kardiovaskuler. Namun walaupun
demikian, jantung masih mampu memenuhi kebutuhan harian dan berfungsi
dengan baik kecuali dalam kondisi stress atau karena gangguan penyakit.
Secara umum manifestasi klinis yng sering terjadi pada sistem
kardiovaskuler akibat ketuaan adalah :
a. Berkurangnya cadangan jantung (cardiac reserve)
b. Bertambahnya tekanan nadi (pulse pressure)
c. Kecenderungan hipotensi dan sinkop.
Perubahan oleh karena menua primer :
a. Berkuranhgnya jumlah sel dinding jantung dan vaskuler
b. Baroreseptor sensitivity
Perubahan oleh karena menua sekunder :
a. Iskemia akibat adanya arteriosklerosis
b. Disfungsi ventrikel

11

c. Debaran jantung tidak teratur ( aritmia )


d. Penyakit ujantung oleh karena hipertensi
e. Gagal jantung kongestive
f. Infeksi akibat imunitas berkurang

4. Sistem Perkemihan
Terjadi hubungan langsung antara suplai darah dan fungsi ginjal, renal
sendiri mendapat darah ( blood flow ) sekitar 25% dari keseluruhan volume
darah yang ada dalam tubuh, dengan kecepatan aliran darah kira-kira 5
sampai 10 kali lebih besar dari suplai untuk jantung, hati dan otak.
Perubahan pada system urogenital dimanifestasikan dengan :
1) Berkurangnya rasio filtrasi glomerular dan reabsorbsi tubuler.
2) Uropati obstruktif dan overflow incontinence.
3) Stress incontinence.
Perubahan oleh karena menua primer :
1) Jumlah nefron berkurang disertai perubahan fungsi tubuler.
2) Tekanan dinding atau kapasitas kandung kemih dan tegangan spingter
berkurang.
3) Pada kebanyakan laki-laki mengalami hipertropi prostat, sedangkan pada
perempuan tegangan otot-otot pelvis yang berkurang.
Perubahan oleh karena menua sekunder :

12

1) Kondisi nefrosclerosis, biasanya karena adanya penyakit hipertensi.


2) Penyakit ginjal yang disebabkan oleh konsumsi obat-obatan .
3) Infeksi saluran kemih karena system imunitas berkurang.

5. Sistem Endokrin
Perubahan akibat proses penuaan pada system endokrin secara klinis
dimanifestasikan oleh:
a. Pada wanita terjadi menopause yang meliputi system vasomotoris dan
atrofi vagina.
b. Pada laki-laki terjadi penurunan libido, potensi serta frekuensi kegiatan
seks.
c. Intoleransi relative terhadap glukosa.
Perubahan oleh karena menua primer :
a. Relative lebih cepat terjadi pada wanita setelah berhenti haid.
b. Relative lambat pada laki-laki : testis mengecik, reserve capacity testis,
sperbmatogenesis dan kadar testosterone berkurang.
c. Respon dan sensitivitas terhadap insulin berkurang, sehingga cenderung
menjadi gemuk.
d. Respon tiroid berkurang.
Perubahan oleh karena menua sekunder :

13

a. Hipogonadism oleh karena pembedahan atau alcoholism.


b. Penyakit Diabetes Melitus.

6. Sistem Musculoskeletal
Perubahan struktur musculoskeletal dan fungsi bervariasi diantara
individu selama proses penuaan. Perubahan yang bermakna terjadi mulai usia
pertengahan. Secara umum perubahan sacara fisiologis adalah :
a. Penurunan tinggi badan sekitar 6-10 cm.
b. Lebar bahu menurun.
c. Fleksi pada lutut dan panggul.
d. Terjadi penyempitan dari diskus intervertebrae yang dapat berkurangnya
ukuran intervertebrae dan ruang intercostae.
e. Patah tulang akibat kompresi dari vertebrae.
f. Peningkatan kurve spina thoraks.
g. Kepala miring ke belakang dan leher memendek mengimbangi kondisi
kiposis.
h. Jalan goyah karena perubahan otot dan fungsi motorik.
i. Jengkal lengan lebih besar.
Perubahan secara klinis dimanifestasikan oleh adanya :
a. Kekuatan berkurang.
b. Cenderung patah tulang ( osteoporosis )

14

c. Sendi kaku dan cenderung inflamasi


Perubahan oleh karena menua primer :
a. Berkurangnya serta dan diameter otot.
b. Jumlah mineral dalam tulang berkurang.
c. Pembentukan tulang berkurang ( senile osteoporosis )
d. Resorbsi tulang bertambah.
e. Tendon dan jaringan pengikat bertambah kaku
f. Tulang rawan persendian makin tipis
Perubahan oleh karena menua sekunder :
a) Atropi akibat inaktivitas ( misalnya karena terlalu banyak duduk )
b) Defisiensi steroid gonadal.
c) Osteoporosis oleh karena defisiensi kalsium, alcoholism dan pengaruh
tembakau.
d) Osteomalasia ( tulang lunak ) oleh karena defisiensi vitamin D.

7. System Penglihatan
Pada usia 40-50 tahun visus akan menurun, dan pada 70 tahun
banyak memakai alat bantu. Terjadi perubahan struktur retina, pupil, lensa
dan kornea. Retina akan kehilangan sel-selnya. Kemampuan penglihatan
berkurang akibat berkurangnya elastisitas lensa, astigmatisma (tidak
terpusatnya cahaya pada satu titik retina ).

15

Perubahan pada system penglihatan secara klinis dimanifestasikan


oleh adanya :
1) Penurunan kekuatan otot mata untuk berakomodasi.
2) Kulit kelopak mata mengendur, jaringan lunak berkurang, sehingga mata
menjadi cekung.
3) Kelopak mata jauh dari permukaan bola mata sehingga mata tampak
berair.
4) Selaput mata keruh, pinggir kornea bergaris putih,pupil kecil sehingga
penglihatan menjadi tidak terang.

8. Sistem Pendengaran
Perubahan yang terjadi pada system pendengaran akibat penuaan adalah
kehilangan daya mendengar jenis sensori neural berupa : presbikusis
( TULA = Tuli Usia Lanjut ), dengan manifestasi klinis :
a. Kekurangan pendengaran progresif.
b. Pendengaran bertambah menurun stress.
c. Daya diskriminasi menurun.
d. Tinnitus jika mendengar suara dengan nada tinggi.

9. Sistem Persyarafan
Pada persyarafan, walaupun tidak mengalami mitosis, tapi karena terjadinya
penurunan fungsi, maka secara klinis akan menunjukkan adanya hal berikut:

16

1) Status mental
a. Gangguan ingatan ( lupa ).
b. Sangat hati-hati, namun inisiatif kurang.
c. Curiga
2) Insomniaperubahan pola tidur/bangun.
3) Saraf kranialis
a. Saraf penglihatan
a) Melihat dekat terganggu
b) Melihat jauh dengan koreksi lensa
b. Saraf pendengaran
Kemampuan mendegar menurun
c. Saraf penggerak bola mata
Gerak bola mata lambat, melirik dan melihat ke atas terbatas
d. Saraf pengecap dan penghidu
Sensasi rasa terganggu
e. Sistem motorik
a. Cara berjalan dengan langkah kecil
b. Dasar melebar Parkinson
c. Postur tubuh bungkuk

17

d. Ayunan tangan berkurang


e. Tungkai mengalami kekakuan
f. Tendo kurang elastis
f. Reflex
a) Reflex otot dan tumit menurun
b) Reflex telapak kaki ekstensi
c) Reflex abdomen menghilang
g. Sensorik
a) Rasa getar menurun pada tungkai bawah
b) Ambang rasa, raba dan tusuk meningkat

F. Perubahan Psikososial Pada Lansia


Perubahan psikososial pada lansia sering dimanifestasikan dengan tingkat
penyesuaian/adaptasi usila terhadap hal-hal berikut :
1. Penyesuaian terhadap penurunan fisik .
2. Penyesuaian terhadap penurunan penghasilan.
3.

Penyesuaian terhadap pengaturan hidup yang layak.

4. Penyesuaian terhadap kematian pasangan hidup orang yang dicintai.


5. Penetapan hubungan dengan teman sebaya.

18

6. Pertemuan-pertemuan atau sosialisasi dengan masyarakat dan pemenuhan


kewajiban sebagai warga negara.

G. Penyakit-Penyakit Yang Sering Terjadi Pada Lansia


1. Osteoarthritis
2. Hipertensi
3. Diabetes Mellitus
4. Gastritis
5. Rabun Senja
6. Remathoid Arthritis
7. Decomp Cordis
8. AMI
9. Dislokasi Sendi

H. Anatomi Fisiologi Kulit


1. Pengertian
Kulit merupakan organ terbesar dalam tubuh, luasnya sekitar 2 m2. Ketebalan
pada setiap bagian tubuh berbeda-beda (0,5-5 mm) dan rata-rata
ketebalanNYA 1-2 mm. Kulit terdiri dari lapisan Epidermis di bagian luar
yang merupakan lapisan jaringan epitel dan lapisan dermis di bagian
bawahnya yang merupakan lapisan jaringan ikat. Di bawah jaringan dermis
terdapat jaringan hipodermis atau subkutis.

19

2. Struktur Kulit
a. Epidermis
Lapisan epidermis terdiri dari epitel squamosa, dan tidak mengandung
pembuluh darah. Lapisan ini terdiri atas lima lapisan yaitu:
1) Stratum Korneum
2) Stratum Lusidum
3) Stratum Granulosum
4) Stratum Spinosum
5) Stratum Basale
Stratum spinosum dan basale keduanya disebut dengan stratum
germinatifum karena menghasilkan sel-sel baru. Selain di telapak tangan
dan kaki, lapisan epidermis biasanya hanya terdapat stratum korneum dan
germinatifum.
1) Stratum Korneum
Lapisan ini merupakan lapisan tipis dari sel-sel mati, mengandung
soft keratin untuk mempertahankan elastisitas kulit dan melindungi
lapisan dibawahnya dari udara dan kekeringan. Normalnya lapisan ini
mengalami abrasi setiap harinya.
2) Stratum Lusidum
Lapisan ini tembus cahaya, terdiri dari sel-sel mati, mengandung
eleidin (protein peralihan antara soft keratin dengan keratohyaline),

20

hanya tampak di telapak tangan dan kaki. Lapisan ini berperan dalam
melindungi kulit dari sinar Ultra Violet.
3) Stratum granulosum
Stratum granulosum m engandung granula keratohyalin yang
merupakan awal awal proses keratinisasi dan berkaitan dengan proses
kematian sel.
4) Startum Spinosum
Stratum spinosum terdiri dari sel polihedral (banyak sisi) , sel-sel
saling berikatan dan mengunci. Pada lapisan ini terjadi proses sintesis
protein secara aktif dan pembentukan sel-sel baru dan didorong ke
permukaan untuk mengganti sel-sel mati pada stratum korneum
5) Stratum Basale
Lapisan ini berbatasan dengan lapisan dermis, biasanya terdapat sel
kolumnar/sel kuboid dan pada lapisan ini terjadi produksi sel-sel baru.
b. Dermis
Lapisan dermis merupakan bagian tersbesar dari komposisi kulit,
merupakan lapisan yang kuat dan memiliki jaringan ikat yang fleksibel
yang mengandung serabut kolagen. Retikular dan serabut-serabut elastis.
Serabut kolagen dibentuk dari protein kolagen yang sangat tipis. Serabut
retukular, merupakan serabut paling tipis sebagai jaringan penyokong.
Serabut elastis menjadikan kulit lebih fleksibel. Kebanyakan sel pada
dermis adalah fibroblast, sel lemak dan makrofag Pada lapisan ini
terdapat pembuluh darah, pembuluh limfe, ujung syaraf, folikel rambut
dan kelenjar-kelenjar. Lapisan dermis terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan
papila dan lapisan retikular.
1) Lapisan Papila

21

Lapisan papila hampir tidak mengandung jaringan ikat, memiliki


serabut kolagen yang tipis. Lapisan ini dikenal dengan lapisan
subepitel karena dibawah lapisan epitel epidermis. Lapisan ini disebut
juga lapisan papila karena terdapat papila (kecil, seperti jari-jari) yang
berikatan dengan epidermis. Kebanyakan papila mengandung kapiler
untuk memberi nutrisi pada epidermis. Pada lapisan ini pula terdapat
ujung-ujung syaraf husus (meissner untuk sentuhan). Papila dengan
serabut dobel ditelapak tangan dan kaki membentuk sidik jari.
2) Lapisan retikular
Lapisan retikuler terdiri dari jaringan ikat, memiliki serabut kolagen
yang kasar dan berkas serabut yang saling bersilangan membentuk
seperti jaring. Garis-garis serabut tersebut membentuk Cleavage yang
penting dalam proses pembedahan. Sayatan bedah yang memotong
garis cleavage lebih sulit sembuh daripada yang paralel dengan garis
ini.
Lapisan reticular sangat banyak mengandung pembuluh darah, syaraf,
ujung-ujung syaraf bebas, sel-sel adiposa(lemak), kelenjar minyak dan
akar rambut, reseptor untuk tekanan dalam. Bagian terbawah lapisan
ini mengandung serabut otot polos (hususnya di genital dan putting
susu) dan folikel rambut.
c. Hipodermis/Subkutan
Lapisan hypodermis atau lapisan subkutan terdiri dari jaringan
adipose, banyak mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan
syaraf juga terdapat gulungan kelenjar keringat dan dasar dari folikel
rambut. Tidak seperti epidermis dan dermis, batas dermis dengan lapisan
ini tidak jelas.
Pada bagian yang banyak bergerak jaringan hipodermis kurang, pada
bagian yan melapisi otot atau tulang mengandung anyaman serabut yang

22

kuat. Pada area tertentu yng berfungsi sebagai bantalan (payudara dan
tumit) terdapat lapisan sel-sel lemak yang tipis. Distribusi lemak pada
lapisan ini banyak berperan dalam pembentukan bentuk tubuh terutama
pada wanita.

3. Fungsi kulit
Kulit memiliki banyak fungsi diantaranya adalah:
a. Menutupi dan melindungi organ-organ dibawahnya
b. Melindungi tubuh dari masuknya mikroorganisme dan benda asing yang
dapat membahayakan tubuh. Fungsi ini merupakan fungsi perlindungan
pasif. Selain fungsi perlindungan pasif, lapisan dermis berperan dalam
proses menyiapkan limfosit yang di produksi oleh sumsum tulang
sebelum benar-benar dipakai untuk menyerang berbagai mikroorganisme
penyebab penyakit. Peran kulit dalam hal ini merupakan peran aktif
dalam perlindungan tubuh.
c. Pengaturan suhu. Kulit, jaringan sub kutan dan lemak merupakan
penyekat panas dari tubuh. Lemak menyalurkan panas sepertiga
kecepatan jaringan lain atau dalam kata lain lemak menghambat
pengeluaran panas dari tubuh. . Kecepatan aliran darah ke kulit
menyebabkan konduksi panas sangat efisien. Konduksi panas ke kulit
diatur oleh sistem syaraf simpatis. Syaraf simpatis mengatur kecepatan
lairan darah dengan menstimulasi vaso konstriksi dan vaso dilatasi.
d. Ekskresi: Melalui perspirasi/berkeringat, membuang sejumah kecil urea.

23

e. Sintesis: Konversi 7-dehydrocholesterol menjadi Vit D3(cholecalciferol)


dengan bantuan sinar U.V. Kekurangan UV dan Vit D mengakibatkan
absorpsi Ca dari intestinal ke darah menurun.
f. Sensori persepsi: mengandung reseptor terhadap panas, dingin, nyeri,
sentuhan /raba, tekanan. Juga mengandung ujung-ujung syaraf bebas yang
berfungsi sebagai homeostatis.

I. Konsep Penyakit Tumor


1. Pengertian Tumor
Tumor merupakan salah satu dari lima karakteristik inflamasi berasal
dari bahasa latin, yang berarti bengkak. Istilah Tumor ini digunakan untuk
menggambarkan pertumbuhan biologikal jaringan yang tidak normal.
Menurut Brooker, 2001 pertumbuhan tumor dapat digolongkan sebagai ganas
(malignant) atau jinak (benign).

Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor
jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan
sehat sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut

24

pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh


karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan
dengan cara operasi (Robin dan Kumar, 1995).
Sedangkan kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan
pembagian sel yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang
jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan
yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh
(metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan
DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan
fungsi lainnya (Tjakra, 1991).

2. Etiologi Tumor
Kelainan kongenital
Kelainan kongenital adalah kelainan yang dibawa sejak lahir, benjolannya
dapat berupa benjolan yang timbul sejak lahir atau timbul pada usia kanakkanak bahkan terkadang muncul setelah usia dewasa. Pada kelainan ini
,benjolan yang paling sering terletak di leher samping bagian kiri atau kanan
di sebelah atas , dan juga di tengah-tengah di bawah dagu. Ukuran benjolan
bisa kecil beberapa cm tetapi bisa juga besar seperti bola tenis. Kelainan
kongenital yang sering terjadi di daerah leher antara lain adalah hygrpasien
colli , kista branchial , kista ductus thyroglosus.
Genetic
Gender / jenis kelamin
Usia
Rangsangan fisik berulang

25

Gesekan atau benturan pada salah satu bagian tubuh yang berulang dalam
waktu yang lama merupakan rangsangan yang dapat mengakibatkan
terjadinya kanker pada bagian tubuh tersebut, karena luka atau cedera pada
tempat tersebut tidak sempat sembuh dengan sempurna.
Hormon
Hormon adalah zat yang dihasilkan kelenjar tubuh yang fungsinya adalah
mengatur kegiatan alat-alat tubuh dan selaput tertentu. Pada beberapa
penelitian diketahui bahwa pemberian hormon tertentu secara berlebihan
dapat menyebabkan peningkatan terjadinya beberapa jenis kanker seperti
payudara, rahim, indung telur dan prostat (kelenjar kelamin pria).
Infeksi
Gaya hidup
karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi)
Zat yang terdapat pada asap rokok dapat menyebabkan kanker paru pada
perokok dan perokok pasif (orang bukan perokok yang tidak sengaja
menghirup asap rokok orang lain) dalam jangka waktu yang lama.Bahan
kimia untuk industri serta asap yang mengandung senyawa karbon dapat
meningkatkan kemungkinan seorang pekerja industri menderita kanker.
Beberapa virus berhubungan erat dengan perubahan sel normal menjadi sel
kanker. Jenis virus ini disebut virus penyebab kanker atau virus onkogenik.
Sinar ultra-violet yang berasal dari matahari dapat menimbulkan kanker kulit.
Sinar radio aktif sinar X yang berlebihan atau sinar radiasi dapat
menimbulkan kanker kulit dan leukemia.

26

3. Patofisiologi Tumor
Kelainan congenital, Genetic, Gender / jenis kelamin, Usia, Rangsangan fisik
berulang, Hormon, Infeksi, Gaya hidup, karsinogenik (bahan kimia, virus,
radiasi) dapat menimbulkan tumbuh atau berkembangnya sel tumor. Sel
tumor dapat bersifat benign (jinak) atau bersifat malignant (ganas).
Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak
pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat
sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus
yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai
maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi.
Sel tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh cepat, sehingga tumor ganas
pada umumnya cepat menjadi besar. Sel tumor ganas tumbuh menyusup ke
jaringan sehat sekitarnya, sehingga dapat digambarkan seperti kepiting
dengan kaki-kakinya mencengkeram alat tubuh yang terkena. Disamping itu
sel kanker dapat membuat anak sebar (metastasis) ke bagian alat tubuh lain
yang jauh dari tempat asalnya melalui pembuluh darah dan pembuluh getah
bening dan tumbuh kanker baru di tempat lain. Penyusupan sel kanker ke
jaringan sehat pada alat tubuh lainnya dapat merusak alat tubuh tersebut
sehingga fungsi alat tersebut menjadi terganggu.
Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang
tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis
lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan
(invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis).
Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA,
menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi
lainnya (Tjakra, Ahmad. 1991).

27

Adapun siklus tumbuh sel kanker adalah membelah diri, membentuk RNA,
berdiferensiasi / proliferasi, membentuk DNA baru, duplikasi kromosom sel,
duplikasi DNA dari sel normal, menjalani fase mitosis, fase istirahat (pada
saat ini sel tidak melakukan pembelahan).

4. Manifestasi Klinis Tumor


Ada tujuh gejala yang perlu diperhatikan dan diperiksakan lebih lanjut ke
dokter untuk memastikan ada atau tidaknya kanker, yaitu :
a. Waktu buang air besar atau kecil ada perubahan kebiasaan atau gangguan.
b. Alat pencernaan terganggu dan susah menelan.
c. Suara serak atau batuk yang tak sembuh-sembuh.
d. Payudara atau di tempat lain ada benjolan (tumor).
e. Andeng-andeng (tahi lalat) yang berubah sifatnya, mejadi makin besar
dan gatal.
f. Darah atau lendir yang abnormal keluar dari tubuh.
g. Adanya koreng atau borok yang tak mau sembuh-sembuh.

5. Klasifikasi Tumor
Berdasarkan asal jaringan, tumor dapat dibagi menjadi:
a. Tumor yang berasal dari epithelial

28

Squamous epithelium : squamous cell papilloma, squamous cell


carcinoma

Transitional epithelium : transitional cell papilloma, transitional cell


carcinoma.

Basal cell (hanya di kulit): basal cell carcinoma.

Glandular epithelium: adenoma, cystadenoma, adenocarcinoma.

Tubules epithelium (ginjal): renal tubular adenoma, renal cell


carcinpasien (Grawitz tumor).

Hepatocytes: hepatocellular adenoma, hepatocellular carcinoma

Bile ducts epithelium: cholangiocellular adenoma, cholangiocellular


carcinoma.

Melanocytes: melanocytic nevus, malignant melanoma.

b. Tumor yang berasal dari mesenchymal

Jaringan yang berhubungan


fibroma, fibrosarcoma
myxoma, myxosarcoma
chondroma, chondrosarcoma
osteoma, osteosarcpasien (osteogenic sarcoma)
lipoma, liposarcoma

Otot:

29

leiomyoma, leiomyosarcoma
rhabdomyoma, rhabdomyosarcoma

Endothelium:
Hemangipasien

(capillary

h.,

cavernous

h.),

glomus

tumor,

hemangiosarcoma, Kaposi sarcoma


Lymphangiosarcoma

Tumor sel darah:


Hematopoetic cells: leukemia
Lymphoid cells: non-Hodgkin lymphoma, Hodgkin lymphoma

Tumor sel germ:


Teratpasien (mature teratoma, immature teratoma)
Tumor epithelial dianggap ganas apabila telah menembus lamina
basalis dan dianggap jinak bila tidak menembus lamina basalis.

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Skrining
b. Laboratorium
c. Teknik Pencitraan (Imaging)
d. Pemeriksaan Rontgen Konvensional
e. Radiografi Digital

30

f. Tomografi Komputer (CT Scan)


g. Ekhografi
h. Resonansi magnetik nuklear
i. Skintigrafi

7. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan kanker pada dasarnya sama, yaitu salah satu atau kombinasi dari
beberapa prosedur berikut :
a. Pembedahan (Operasi)
b. Penyinaran (Radioterapi)
c. Pemakaian obat-obatan pembunuh sel kanker ( sitostatika/khemoterapi)
d. Peningkatan daya tahan tubuh (imunoterapi)
e. Pengobatan dengan hormone

31

BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN GERONTIK PADA PASIEN
DENGAN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas klien
b. Identitas penanggung jawab
2. Riwayat kesehatan
a. Alasan masuk panti
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan sekarang
d. Keluhan yang menyertai
e. Riwayat kesehatan masa lalu
f. Riwayat alergi
g. Tindakan yang dilakukan saat sakit
h. Riwayat kesehatan keluarga
i. Pemeriksaan tanda-tanda vital
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum

32

b. Sistem pernafasan

Anamnese :

Inspeksi :

Perkusi:

Auskultasi:

c. Sistem kardiovaskuler

Inspeksi:

Palpasi:

Perkusi:

Auskultasi:

d. Sistem hemopoetik
e. Sistem integument

Inspeksi:

Palpasi:

f. Sistem gastrointestinal
g. Sistem perkemihan
h. Sistem musculoskeletal

Inspeksi:

Palpasi:

33

i. Sistem gastroreproduksi
j. Sistem endokrin
k. Sistem pancaindra

B. Analisa Data
Data

Etiologi

DO :
-

Terdapat nyeri tekan pada


kaki yang sakit

Klien tampak kesakitan

Tumor

Membesar

Menekan saraf-saraf
nyeri

Merangsang
pengeluaran

Terdapat luka terbuka pada

bradikini,prostaglandin,

kaki kiri (tumor)

dan histamine

Di persepsikan ke otak

nyeri

Suhu : 360 C

TD : 200/90 mmHg

DS :
-

Klien mengeluh nyeri pada


kaki kiri

Klien mengatakan nyeri


diperberat

jika

tubuh

digerakan
-

Klien

mengatakan

neri

terasa cekot-cekot

34

Masalah
Gangguan
nyaman nyeri

rasa

Nyeri dirasakan hampir


setiap saat terutama malam
hari.

DO :

TD : 200/ 90 mmHg

DS :

Klien mengatakan pusing

Keturunan

Perubahan pada

Penurunan

curah

jantung

vaskuler

Viskositas meningkat

Vasokonstriksi
pembuluh darah

Peningkatan beban
kerja jantung

Pompa jantung

DO :

Terdapat luka terbuka pada

meningkat

Co2 meningkat

Hipertensi
Penyakit tumor

Kurang informasi

Kurang pengetahuan

kaki kiri (tumor)

Kurang,
pengetahuan
mengenai
penyakit

TD : 200/ 90 mmHg

DS :

Klien mengatakan tidak


tahu tentang penyakitnya
Terdapat luka terbuka

DO :

Terdapat luka terbuka pada


kaki kiri (tumor)

(tumor)

Terdapat port the entry

Invasi mokroorganisme

35

Resti infeksi

kondisi


Reaksi antigen antibody

Proses inflamasi
Klien mengatakan nyeri

Reaksi
tubuh
tidak
terasa cekot-cekot

DS :

adekuat

Resti infeksi
Sakit fisik yang
DO :

Klien tampak curiga

proses

pikir waham

psikologis

Coping yang mal

DS :

berkepanjangan

Menekan kesehatan

Gangguan

Klien

mengatakan

sakitnya buatan orang

adaptip

Curiga yang berlebihan

Waham curiga

C. Diagnosa
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan injuri fisik
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terdapatnya port the entry
3. Penurunan curah jantung b.d. peningkatan vasokontriksi pembuluh darah
4. Kurang pengetahuan b.d. kurang pemajanan informasi tentang proses
penyakit
5. Gangguan proses pikir waham curiga

36

N
o
1.

Tgl

Diagnosa Keperawatan

Selasa,
19 1 Gangguan rasa nyaman nyeri Rasa
-2011

berhubungan dengan injuri fisik


DO :
Terdapat nyeri tekan pada

kaki yang sakit


Klien tampak kesakitan

Terdapat

luka

Perencanaan
Intervensi

Tujuan
nyeri

sampai

Rasional

Kaji tingkat nyeri klien


berkurang Observasi keadaan luka

dengan

hilang

Observasi

TTV

dengan criteria :

terutama Nadi
Ajarkan klien

tarik

nafas dalam
Kolaborasi

dalam waktu 1 minggu

Klien tampak rileks

dengan

dokter untuk pemberian

terbuka

Klien

mengatakan analgetik
nyeri berkurang

Suhu : 360 C

TD : 200/90 mmHg

tin

klien
Keadaan

luk

menandakan ting

yang di derita
Nadi yang men

menandakan ting
Tarik
nafas

mengurangi nyer
Analgetik dapa
tingkat nyeri

pada kaki kiri (tumor)


-

Mengetahui

DS :
-

Klien mengeluh nyeri


pada kaki kiri

Selama perawatan tidak

Kaji Keadaan luka


Memantau
pe
Observasi
TTV
luka klien
terutama suhu
Suhu
yang
Lakukan
perawatan
menandakan terja
digerakan
Perawatan yang
Tidak
terjadi luka secara steril
Anjurkan klien untuk
menekan tingkat
Klien mengatakan neri pembengkakan pada luka
tidak menggaruk luka
dapat
m
terasa cekot-cekot
Kolaborasi
dengan
pnyembuhan
dokter pemberian obat
Mengorek
lu
Nyeri dirasakan hampir
antibiotic
menambah inv
setiap
saat terutama
Anjurkan klien untuk
invasi mikroorga
malam hari.
makan TKTP
Pemberian antib
terjadi infeksi
Klien mengatakan nyeri Dengan criteria hasil :
Tidak terjadi infeksi baru
diperberat jika tubuh

Resiko

tinggi

infeksi

menekan

keadaan normal, TD :

mikroorganisme
Makanan TKTP

120/80mmHg

berhubungan dengan terdapatnya


port the entry
DO :

Tekanan darah dalam

Tidak
penurunan

Terdapat luka terbuka pada

jantung

kaki kiri (tumor)


DS :

37

Pengetahuan

pe

proses penyembu
1. observasi

Tekanan

membantu pemb
darah setiap hari
curah 2. Kaji aktivitas yang sel baru
- mengetahui ke
dilakukan klien sehari(tekanan darah a
hari.
keadaan normal a
3. Kaji pola istirahat
-mengetahui
klien
&
kegiatan/aktivitas
4. kaji pola kebiasaan

terjadi

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tumor merupakan salah satu dari lima karakteristik inflamasi berasal dari
bahasa

latin,

yang

berarti

bengkak.

IstilahTumor

ini

digunakan

untuk

menggambarkan pertumbuhan biologikal jaringan yang tidak normal. Menurut


Brooker, 2001 pertumbuhan tumor dapat digolongkan sebagai ganas (malignant)
atau jinak (benign).
Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak
pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya
secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan
jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya
tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi (Robin dan Kumar, 1995).

B. Saran
Semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua
pembacanya dan dapat di aplikaasikan dalam kehidupan sehari-hari

DAFTAR PUSTAKA

38

Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta


Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI, Jakarta.
Prince, Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit., Ed. 4, EGC, Jakarta.
http://www.medicastore.com/nutracare/image/sendi.gif
Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. Jakarta : EGC.
Marilynn E. Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3. Jakarta : EGC.
Nasrul Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.
Robin S.L. dan Kumar V. 1995. Buku Ajar Patologi I. Jakarta : EGC.
Tjakra, Ahmad. 1991. Patologi. Jakarta : Bagian Patologi FKUI
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.

39

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA


DENGAN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN

Disusun oleh:

40

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat
serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita semua ke jalan kebenaran yang diridhoi Allah SWT.
Maksud penulis membuat makalah ini adalah untuk dapat lebih memahami
tentang ASKEP Lansia dengan Gangguan Sistem Integumen yang akan sangat
berguna terutama untuk mahasiswa. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini banyak sekali kekurangannya baik dalam cara penulisan maupun dalam isi.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis yang
membuat dan umumnya bagi yang membaca makalah ini. Amin.

Sukabumi, September 2014


Penulis

41

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................i
DAFTAR ISI ..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan.................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Proses menua.....................................................................................2
B. Tujuan Keperawatan Lansia................................................................................3
C. Perubahan Fisik Pada Lansia .............................................................................4
D. Perubahan Fungsi................................................................................................5
E. Perubahan Sistem Tubuh.....................................................................................6
F. Perubahan Psikososial Pada Lansia....................................................................12
G. Penyakit-Penyakit Yang Sering Terjadi Pada Lansia..........................................12
H. Anatomi Fisiologi Kulit......................................................................................13
I. Konsep Penyakit Tumor......................................................................................16

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ......................................................................23


BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................32

42

B. Saran ...................................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA

ii

43

También podría gustarte