Está en la página 1de 14

Evaluasi Program Pengendalian Penyakit Diare di Pusat Kesehatan Masyarakat Cikampek,

Kecamatan Cikampek Periode Juli 2014


sampai dengan Juni 2015
Billy Jeremia Tando
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta
Abstrak
Diare merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan di dunia.
Pada tahun 2009 WHO menetapkan diare sebagai penyebab kematian kedua pada anak di bawah 5
tahun. Menurut WHO, di negara berkembang pada tahun 2013 diperkirakan 1,87 juta anak balita
meninggal karena diare. Di Indonesia, pada tahun 2003 dilaporkan bahwa tiap anak mengalami
diare sebanyak 1,3 episode per tahun. Pada provinsi Jawa Barat tahun 2012, diare menempati
urutan pertama penderita rawat inap di rumah sakit umur 1-4 tahun dan urutan kedua penderita
rawat inap di rumah sakit semua golongan umur. Pada Kabupaten Kerawang terdapat peningkatan
penderita diare pada tahun 2014. Diare juga termasuk 10 besar penyakit yang paling sering
ditemukan di balai pengobatan umum di Puskesmas Cikampek tahun 2014. Salah satu program
Pemberantasan Penyakit Menular yang dilaksanakan di UPTD Puskesmas Cikampek yaitu
Program Pengendalian Diare dan belum diketahui keberhasilan program tersebut pada periode Juli
2014 sampai dengan Juni 2015. Berdasarkan masalah tersebut, maka dilakukan evaluasi Program
Pengendalian Penyakit Diare di Puskesmas Cikampek periode Juli 2014 sampai dengan Juni 2015
dengan membandingkan cakupan terhadap target yang telah ditentukan menggunakan pendekatan
sistem. Dari hasil evaluasi program didapatkan beberapa masalah, dari masalah yang ada diambil
dua masalah yang menjadi prioritas yaitu cakupan pojok oralit dan cakupan penggunaan oralit
yang belum mencapai target. Untuk mengatasinya, Puskesmas disarankan untuk membuat
pembagian tugas dan penjadwalan untuk petugas pojok oralit, menyediakan tempat untuk pojok
oralit, sosialisasi Lintas Diare terhadap petugas kesehatan, dan kerjasama antara bagian P2M
dengan bagian logistik dalam perhitungan kebutuhan stok oralit.
Kata Kunci : diare, evaluasi program, Puskesmas Cikampek

Evaluasi Program Pengendalian Penyakit Diare di Pusat Kesehatan Masyarakat


Cikampek, Kecamatan Cikampek Periode Juli 2014
sampai dengan Juni 2015

A. Latar Belakang
Diare

angka kesakitan diare pada balita adalah

merupakan

satu

900/1.000 balita. Kematian diare pada

penyakit menular yang masih menjadi

balita 75,3 per 100.000 balita dan semua

masalah

umur 23,2 per 100.000 penduduk semua

kesehatan

di

salah
dunia,

yang

didefinisikan sebagai buang air besar

umur.4
Diare

dengan konsistensi lembek atau cair,


bahkan

dapat

berupa

air

saja

dan

frekuensinya lebih sering (biasanya tiga


kali atau lebih) dalam satu hari.1
Pada tahun 2009 WHO menetapkan

merupakan

penyebab

kematian no.4 (13,2%) pada semua umur


dalam kelompok penyakit menular di
Indonesia. Data terakhir dari Departemen
Kesehatan

menunjukan

bahwa

diare

diare sebagai penyebab kematian kedua

menjadi penyakit pembunuh kedua bayi di

pada anak di bawah 5 tahun. Menurut

bawah lima tahun di Indonesia setelah

WHO, di negara berkembang pada tahun

radang paru atau penumonia. Walaupun

2013 diperkirakan 1,87 juta anak balita

angka

meninggal karena diare, 8 dari 10 kematian

menurun, angka kesakitan karena diare

tersebut pada umur <2 tahun. Rata-rata

tetap tinggi baik di negara maju maupun

anak usia < 3 tahun di negara berkembang

negara berkembang.3
Pada tingkat provinsi Jawa Barat,

mengalami episode diare 3 kali dalam


setahun. Pada negara berkembang, anak
anak usia di bawah 3 tahun rata rata
mengalami 3 episode diare per tahun.
Salah satu langkah dalam pencapaian
target

Millenium

Development

Goals

(MDGs) (target ke-4) adalah menurunkan


kematian anak menjadi 2/3 bagian dari
tahun 1990 sampai pada 2015.2
Di Indonesia, pada tahun 2003

kematian

karena

diare

telah

diare masih merupakan penyakit yang


berpotensial wabah. Diperkirakan kasus
diare di Puskesmas rata-rata 150.000 kasus
setiap tahunnya.5 Pada provinsi Jawa Barat
tahun 2012, diare menempati urutan
pertama penderita rawat inap di rumah
sakit umur 1-4 tahun dan urutan kedua
penderita rawat inap di rumah sakit semua
golongan umur.5 Angka kesakitan diare

dilaporkan bahwa tiap anak mengalami

pada tingkat provinsi Jawa Barat masih

diare sebanyak 1,3 episode per tahun. Pada

berfluktuasi dengan nilai CFR sebesar 1,38

tahun

per 100.000 penduduk pada tahun 2014.


Pada tingkat kabupaten Karawang,

2012

berdasarkan

hasil

kajian

morbiditas yang dilakukan oleh Subdit


Diare
kesakitan

menunjukkan
diare

semua

bahwa

angka

umur

adalah

214/1.000 penduduk semua umur dan

total penderita diare pada tahun 2014


mencapai 76.936 orang.
penderita

diare

Jumlah total
ini

meningkat

dibandingkan dengan tahun 2013 yang

interpretasi data yang didapatkan di

hanya mencapai 70.532 orang. 7

Puskesmas

Pada tingkat Kecamatan Cikampek,

Cikampek,

Kecamatan

Cikampek, periode Juli 2014 sampai

diare masih termasuk dalam 10 besar

dengan

penyakit

menggunakan pendekatan sistem dan

yang

ditemukan

di

Balai

Juni

2015

dengan

Pengobatan Umum Puskesmas Cikampek

membandingkan

selama periode Juli 2014 sampai Juni

6
Pemberantasan
Diare tersebut terhadap

2014.

target yang ditetapkan dari Puskesmas


5

dan

Dinas

Karawang

B. Materi
Bulanan

Kesehatan
serta

Program

Kabupaten

Buku

Pedoman

Pengendalian Penyakit Diare.

Materi yang digunakan berupa :


a. Pencatatan

cakupan

4
Program

Pemberantasan Diare bulan 2Juli


2014 sampai dengan Junu 2015 di
Puskesmas Cikampek,1yaitu:
1. Penemuan kasus penderita diare
semua umur dan balita secara

Lingkungan

pasif.
2. Penentuan diagnosis.

Masukan

Proses

Keluaran

Dampak

3. Pengobatan diare.
4. Surveilans diare

Umpan balik

5. Penggunaan oralit dan zinc


6. Penyuluhan

perorangan

dan

kelompok.
7. Pelatihan kader.
8. Pojok URO (Upaya Rehidrasi
Oral).
a. Pencatatan dan pelaporan.
b. Profil UPTD Puskesmas Cikampek

Bagan 1.0 Skematik pendekatan sistem dengan


eleman-elemen saling berhubungan

D. Sumber Data dan Jenis Data


Pengumpulan data diperoleh dari data
sekunder yang berasal dari:
1.

Puskesmas

Kecamatan Cikampek tahun 2015.


C. Metode
Evaluasi program ini dilakukan dengan
cara melakukan pengumpulan data,

Profil

KesehatanUPTD
Cikampek,

Kecamatan

Cikampek tahun 2015.


2.

Laporan Bulanan Puskesmas


Cikampek,

Kecamatan

pengolahan data, analisis data dan


4

Cikampek ,periode Juli 2014 sampai


dengan Juni 2015.
3.

Tahunan

Cikampek,

UPTD

Kecamatan

Cikampek, tahun 2014.


4.

Laporan
Lingkungan

Penyehatan
Dinas

Kabupaten

Karawang 2014
5.

Laporan
Rumah

Pendataan

Tangga

Dinas

PHBS

Administrasif

Cikampek berbatasan dengan :


-

Sebelah Utara : Wilayah


kerja Puskesmas Tirtamulya

Sebelah Selatan: Wilayah


kerja Puskesmas Klari

Sebelah Barat

kerja

Puskesmas

Wilayah

Kabupaten

Karawang 2014.

Purwasari
-

Sebelah Timur : Wilayah


kerja Puskesmas Kotabaru

Data Umum
Data Geografi
1.

UPTD
Cikampek,
adalah

Secara

UPTD Puskesmas Cikampek Kec.

Laporan
Puskesmas

3.

Puskesmas

Kecamatan

Puskesmas

di

Cikampek
Kecamatan

Data Demografi
1. Jumlah penduduk secara keseluruhan di
wilayah

kerja

UPTD

Puskesmas

Cikampek, yang merupakan Puskesmas

Cikampek,

Kecamatan

Cikampek,

induk dan tidak memiliki Puskesmas

Kabupaten

Karawang

berdasarkan

pembantu (Pustu). UPTD Puskesmas

laporan

Cikampek terletak di tengah kota pada

adalah sebesar 109.353 jiwa. Jumlah

ketinggian

penduduk berdasarkan jenis kelamin

+ 24 meterdpl (diatas

permukaan laut).
2.

Kecamatan

Cikampek adalah 4.638 Ha dengan


wilayah

tahunan

2015

adalah laki-laki 56.097 jiwa, jumlah

Luas
kondisi

penduduk

sebagian

besar

merupakan dataran rendah dan bersifat

perempuan

53.256

jiwa.

penduduk

terbanyak

Cikampek

Barat

yaitu

dengan

Jumlah
Desa
jumlah

20.626 jiwa. Jumlah Balita adalah

agraris yang terdiri dari tanah sawah

10.717 jiwa.
2. Mata pencaharian terbanyak di Kecamatan

seluas 492 Ha dan sisanya merupakan

Cikampek adalah pengrajin industri

tanah

berbagai

kecil sebanyak 16.060 penduduk atau

peruntukan seluas 4.146 Ha. Batas

sebesar 34,1%.
3. Tingkat kepercayaan terbesar penduduk di

darat

dengan

wilayah Kerja Puskesmas Cikampek


yang terdiri dari 10 Desa.

Kecamatan Cikampek yang terbanyak


5

adalah

Islam

dengan

presentase

95,7%.
4. Tingkat pendidikan penduduk Kecamatan

Timbangan berat badan dewasa : 3 buah


Senter : 5 buah
Antibiotik

Cikampek yang terbanyak adalah


tamat SMA sebanyak 57,19%.

Data fasilitas pelayanan kesehatan


Jenis sarana kesehatan yang berada di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Cikampek
antara lain: 1 Puskesmas, 2 klinik bersalin,
11 praktek dokter umum, 2 praktek dokter
gigi, 5 prakter dokter spesialis, 34 orang
bidan, 6 balai pengobatan, 19 Klinik 24
jam, 1 klinik kecantikan, 3 optik, 2 toko
obat dan 1 pengobatan tradisional serta 20
apotek.

Masukan
Tenaga
1) Dokter umum : 3 orang
2) Bidan Puskesmas + Bidan Desa: 25
3)
4)
5)
6)
7)

Kotrimoksasol
Amoksisilin
Kloramfenikol
Tetracycline
Ampisilin
Erythromycin

: cukup
: cukup
: cukup
: cukup
: cukup
: cukup

Obat diare

Oralit : tidak cukup


Zink : tidak cukup
Diaform : cukup
Papaverin : cukup
Attapulgit : cukup
Kaolin,Pektin : cukup

Sarana Non medis

Data Khusus
1.
a)

orang
Perawat: 11 orang
Petugas P2M Diare: 1 orang
Petugas laboratorium : 1 orang
Kader: 2 orang/ posyandu
Farmasi: 1 orang

b) Dana

APBD

APBN

: cukup
: cukup

c) Sarana di Puskesmas
Sarana Medis
Stetoskop : 3 buah
Tensimeter : 4 buah
Termometer : 1 buah
Timbangan berat badan bayi : 2 buah

Ruang pendaftaran : 1 ruangan


Ruang tunggu
: 1 ruangan
Ruang periksa
: 1 ruangan
Ruang obat
: 1 ruangan
Pojok oralit
: tidak ada
Alat penyuluhan: tidaklengkap
SOP penatalaksanaan diare : ada
Lemari obat
: 1 buah
Tempat tidur pemeriksaan: 1 buah
Meja
: 5 buah
Kursi
: cukup
Kartu, status, alat tulis: cukup
Tempat sampah medis: cukup
Tempat sampah non medis: cukup
Toilet, wastafel, sabun: cukup
Pojok Oralit: tidak ada

d) Metoda
a. Penemuan kasus oleh petugas kesehatan
puskesmas (dokter, paramedik terlatih)
sewaktu penderita diare datang berobat di
6

BPU, Posyandu serta kader setiap hari


kerja
b. Penetapan diagnosis dilakukan berdasarkan

e. Distribusi logistik
Terpenuhinya kebutuhan oralit tiap
penderita

anamnesa dan pemeriksaan fisik oleh


petugas kesehatan di BPU sesuai Standar
Operasional Prosedur (SOP). Berdasarkan
SOP seseorang dinyatakan diare apabila
buang air besar cair dengan frekuensi tiga
kali atau lebih dalam sehari dengan
konsistensi tinja lembek atau cair.
c. Pengobatan
dengan

kasus

tepat

penanganan

diare

sesuai
diare

diare

di

Puskesmas

sebanyak 6 sachet.
Tersedianya oralit pada setiap kader

minimal 10 sachet.
Tersedia antibiotik, obat anti diare,
tablet zink 20 mg, cairan infus, dan

antibiotik di Puskesmas
f. Penyuluhan baik perorangan

maupun

kelompok mengenai PHBS Rumah Tangga

dilaksanakan

SOP

mengenai

(Lima

Langkah

dan Diare.
Penyuluhan
Penyuluhan

perorangan:
perorangan

yang

diberikan oleh petugas kesehatan

Tuntas /LINTAS diare) sesuai dengan

Puskesmas kepada setiap penderita

derajat dehidrasinya.

diare yang datang berobat di BPU

Lintas diare:

Puskesmas

1. Oralit osmolaritas rendah/oralit baru

pemberian

informasi mengenai PHBS Rumah

2. Zink selama 10 hari.


3. Teruskan pemberian ASI dan makan.

melalui

Tangga dan Diare secara singkat.


Penyuluhan
kelompok
:

4. Antibiotik atas indikasi.

Penyuluhan

5. Edukasi dan nasihat

diberikan oleh petugas kesehatan

kelompok

yang

d. Surveilans diare dengan pengumpulan data

Puskesmas kepada masyarakat dan

epidemiologi diare secara terus menerus

ibu-ibu di Posyandu setiap bulan

dan dilakukan analisa secara langsung

dengan cara ceramah dan diskusi

untuk

penyelesaian

mengenai PHBS Rumah Tangga

secara tepat dan cepat. Data didapat dari

dan Diare.
g. Memberikan pelatihan kader dalam

menemukan

laporan
dilakukan

harian,
setiap

cara

di

mana

hari

kerja

pencatatan
terhadap

penderita diare yang datang di BPU/UGD


puskesmas dan posyandu kemudian dibuat
laporan mingguan. Dilaporkan ke Dinas
Kesehatan pada tanggal 5 tiap bulannya
dalam bentuk laporan bulanan.

pembuatan oralit atau larutan garam


gula

serta

kemampuan

menilai

derajat dehidrasi pada penderita diare


untuk menentukan penderita masih
bisa diobati di rumah atau harus
rujukan ke rumah sakit, sekurangkurangnya 1x/tahun.
7

h. Pojok Oralit
Suatu ruangan di Puskesmas (sudut ruang

d. Rata-rata penggunaan zinc 6 tablet

tunggu pasien) dengan 1-2 meja kecil dan

kelompok

seorang

petugas

puskesmas

dari tolok ukur 10 tablet


e.Cakupan penyuluhan

dapat

58,3% dari tolok ukur 100%


f. Cakupan pelatihan kader 0% dari

mempromosikan Usaha Rehidrasi Oral

tolok ukur 100%

(URO). Bila seseorang memerlukan URO,


maka penderita tersebut dapat duduk di

g. Pojok oralit tidak aktif 0%. Dari

kursi dibantu oleh ibu/keluarganya untuk

tolak ukur aktif 100%.

melarutkan dan meminum oralit selama


waktu observasi 3 jam. Dijalankan oleh
petugas

kesehatan

setiap

hari

kerja.

Adanya penjadwalan petugas kesehatan di


pojok URO.
i. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan : Hasil penemuan kasus diare

4.
a)

Pelaporan

Terpadu

Puskesmas

(SP2TP) yang dilakukan setiap hari kerja


Pelaporan

Dilaporkan

murah
Fasilitas kesehatan: Terdapat
dan

ke

Dinas

dalam bentuk laporan bulanan.

kurang

bekerja

sama

dengan baik dalam pencatatan

Kesehatan pada tanggal 5 tiap bulannya

2. Proses
1.
2.
3.
4.

mudah dijangkau
Transportasi : Tersedia sarana

fasilitas kesehatan yang lain

pada jam kerja oleh petugas.

dan

transportasi umum yang relatif

dicatat dalam formulir Sistem Pencatatan


dan

Lingkungan
Lingkungan Fisik
Lokasi :
strategis

dan pelaporan kasus diare


Rumah Sehat: Jumlah rumah
sehat adalah 19.375 dari total

Perencanaan
Pengorganisasian
Pelaksanaan
Pengawasan

22.685 rumah (85,4%).


Sumber air bersih : Jumlah KK
yang memiliki SAB adalah
18.355 dari seluruh jumlah

3. Keluaran
a.Cakupan Penemuan Penderita Diare

KK. Dan jumlah KK yang

semua umur secara Pasif 35,92% dari

memiliki SAB yang memenuhi

tolok ukur 100%


b. Cakupan penemuan penderita diare

syarat adalah 18.353 (70,1%)


dari seluruh jumlah KK adalah

balita secara pasif 28,04% dari tolok


ukur 100%
c.Rata-rata penggunan oralit 2 sachet
dari tolok ukur 6 sachet

26.195 KK.
Jamban Keluarga:

Jumlah

penduduk yang menggunakan


jamban keluarga di UPTD
8

Puskesmas Cikampek adalah

Pendidikan:

tamat SMA.
Sosio-ekonomi:

sebagai pengrajin industri kecil


PHBS: Jumlah rumah tangga yang

sebanyak 19.375 dari total


22.685

rumah

penduduk,

dengan jamban keluarga yang


memenuhi

syarat

adalah

keluarga (44,37%) dari total 17.813

keluarga
Tempat pengumpulan sampah: Tidak ada
yang

memiliki tempat pembuangan


sampah. Pengelolaan sampah
biasanya

dilakukan

diangkut

ke

sebanyak

5.340

dengan
TPS/TPA
rumah

(27,45%),

dibakar sebanyak

14.105

rumah

(72,51%),

ditimbun sebanyak 0
(0%),

atau

sembarangan

rumah
dibuang

sebanyak

rumah (0.04%).
Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL) :
Jumlah

keluarga

yang

memiliki sistem pengelolaan


air

limbah

(SPAL)

adalah

sebanyak 19.379 dan yang


memiliki sistem pengelolaan

berkerja

dan sehat yaitu sebanyak 7.905

rumah yang memiliki jamban

penduduk

34,1%

penduduk

menerapkan perilaku hidup bersih

19.375 (85,4%) dari seluruh

rumah

57,19%

rumah tangga.
4.

Umpan Balik
1. Pertemuan bulanan antara Kepala
Puskesmas,

Koordinator

P2

Diare, dan pelaksanaan harian.


2. Rapat kerja bulanan Puskesmas
yang membahas laporan dari
masyarakat atau

instansi lain

yang dilakukan satu bulan sekali


6. Dampak
1. Langsung : Penurunan angka
kesakitan dan kematian serta
terhindarnya dari KLB
2. Tidak langsung : Peningkatan
derajat

kesehatan

sesuai

paradigma sehat: Belum dapat


dinilai.
Masalah Masalah yang Ditemukan

air limbah yang sehat adalah

1. Masalah menurut keluaran:


a.Cakupan Penemuan Penderita Diare

sebanyak 19.379 (85,4%) dari

semua umur secara Pasif 35,92%

total 22.685 rumah di wilayah

dari tolok ukur 100%


b. Cakupan penemuan penderita diare

kerja Puskesmas Cikampek.

balita secara pasif 28,04% dari tolok


b) Lingkungan Non Fisik

ukur 100%
c.Rata-rata penggunan oralit 2 sachet
dari tolok ukur 6 sachet
9

d. Rata-rata penggunaan zinc 6 tablet


dari tolok ukur 10 tablet
e.Cakupan penyuluhan

Dari lingkungan :

kelompok

Fisik:

Jumlah

memiliki

58,3% dari tolok ukur 100%


f. Cakupan pelatihan kader 0% dari

tolok ukur 100%

secara

keseluruhan
Kecamatan

Cikampek

mempunyai
cukup

Secara

penduduk

oralit dan tablet zink, tidak ada

hanya

penduduk

57,9%,

masalah):
a. Dari masukan: tidak cukupnya

bersih

PHBS

pendidikan

2. Masalah menurut unsur lain (penyebab

air

70,1%.
Nonfisik: Rumah tangga yang
45,46%,

tolak ukur aktif 100%.

yang

sarana

melakukan

g. Pojok oralit tidak aktif 0%. Dari

rumah

sebesar

keseluruhan

memiliki

sosial

ekonomi kurang 24,95%

pojok oralit, alat penyuluhan tidak


lengkap.
b. Dari proses :
Pengorganisasian: Hanya ada
pembagian tugas secara umum

yang berhubungan P2M


Pelaksanaan:
a. Pengobatan tidak selalu

Prioritas masalah yang didapatkan melalui


skoring metode sederhana adalah :
a) Pojok oralit tidak aktif 0%. Besar
masalah 100%
b) Cakupan penggunan oralit 26,96%
dari

kebutuhan

oralit dan zinc


c. Diberikan oralit untuk tiap
kader hanya 5 sachet.
d. Penyuluhan
kelompok
mengenai PHBS Rumah
Tangga dan Diare : hanya 7
kali per tahun dari tolok
ukur 12 kali per tahun
e. Pelatihan kader mengenai
penanganan diare : tidak
ada pelatihan kader.
f. Pojok oralit tidak aktif

ukur

100%.

Besar

masalah 73,04%

dilakukan sesuai SOP


b. Tidak
dilakukan
perhitungan

tolok

Masalah pertama adalah Pojok oralit tidak


aktif 0%. Besar masalah 100%
Penyebab Masalah yaitu Tidak adanya
tenaga kesehatan yang secara khusus
ditunjuk untuk bertugas di pojok oralit,
tidak disediakan secara khusus tempat
untuk kegiatan pojok oralit. perencanaan
waktu diadakannya pojok oralit tidak
operasional, tidak lengkapnya alat untuk
melakukan penyuluhan di pojok oralit
seperti

lembar

balik.

Di

Puskesmas
10

Cikampek hanya terdapat leaflet, layar, dan

farmasi pada bulan Oktober 2014 sampai

infokus.

Maret 2015.

Penyelesaian masalah yaitu Menyusun

Penyelesaian masalah yaitu Meningkatkan

pembagian tugas yang jelas dan tertulis

pengetahuan tenaga kesehatan lainnya

mengenai petugas yang bertanggungjawab

mengenai pengobatan diare menurut Lintas

dalam pelaksanaan pojok oralit, menata

diare, dibuatnya keterangan alur atau

ulang tempat ruang tunggu pasien sehingga

poster mengenai penatalaksanaan diare

bisa didapatkan tempat yang strategis

sesuai SOP dan ditempel pada dinding

untuk dilakukannya pojok oralit, dibuat

Puskesmas

perencanaan dimana jika ada pasien yang

Dilakukannya kerja sama antara pemegang

masa observasinya dapat melebihi dari jam

program P2M dengan bagian logistik

kerja tenaga kesehatan, maka tempat pojok

pengobatan

oralit dapat dilakukan di UGD, kerja sama

kebutuhan stok oralit yang seharusnya

dengan program promosi kesehatan untuk

dimiliki Puskesmas.

memperbanyak leaflet dan meminta materi


powerpoint

penyuluhan

tentang

diare

ataupun oralit.
Masalah kedua adalah Cakupan penggunan
oralit 26,96% dari tolok ukur 100%. Besar
masalah 73,04%
Penyebab masalah adalah banyak pasien
diare yang dilayani oleh tenaga kesehatan
lain yang bukan dokter yang kurang
pengetahuan mengenai pengobatan diare
berdasarkan Lintas Diare atau SOP, tidak
adanya SOP penatalaksanaan tentang diare
yang ditempel pada dinding Puskesmas
khususnya BPU, stok oralit yang ada di
Puskesmas Cikampek tidak sesuai dengan
target yang ada, distribusi oralit pada kader

khususnya

dalam

di

hal

BPU,

perhitungan

Kesimpulan
Dari hasil penilaian Program Pengendalian
Penyakit Diare yang dilakukan dengan
pendekatan sistem di Puskesmas Cikampek
untuk periode Juli 2014 sampai dengan
Juni 2015, didapatkan bahwa Program
Pengendalian

Penyakit

Diare

belum

berhasil karena beberapa variabel masih


didapatkan tidak sesuai dengan tolok ukur
yang ditentukan. Dari cakupan kegiatan,
didapatkan kegiatan yang tidak berhasil
dilaksanakan

dan

dibuat

menjadi

prioritas masalah yang harus diselesaikan


terlebih dahulu yaitu :
a) Pojok oralit tidak aktif
b) Kurangnya cakupan

penggunan

oralit

kurang, kosongnya stok oralit di gudang


11

Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka
saran

yang

ditujukan

Puskesmas

Kepala

di fasilitas pelayanan kesehatan lain

Kecamatan

di luar Puskesmas secara proaktif

kepada

Cikampek

stok oralit.
Melakukan pencatatan kasus diare

dengan

Cikampek untuk penyelesaian masalah

tenaga

kesehatan lain tersebut.


Membuat perencanaan yang utuh,

adalah sebagai berikut:


Menyusun pembagian tugas yang

rinci,

dan

terstruktur

mengenai

jelas dan tertulis mengenai petugas

pelaksanaan pelatihan kader, dan

yang

juga melakukan koordinasi dengan

bertanggungjawab

dalam

program

pelaksanaan pojok oralit, rincian


tugasnya

masing-masing

serta

membuat jadwal tugas petugas-

lagi

pasien

untuk

pojok oralit.
Melakukan
seluruh

ruang
bisa

kesehatan

Cikampek

mensosialisasikan
penatalaksanaan

untuk
di
guna
kembali

diare

sesuai

agar

bisa

pencatatan
khususnya

dan
agar

pelaporan dilakukan tepat waktu.

tunggu

ditempatkan

pertemuan

tenaga

Puskesmas

dalam

pelaporan,

teratur.
Mengoptimalkan

lain

melaksanakan pelatihan tersebut.


Meningkatkan kedisiplinan lebih

petugas di Pojok Oralit secara

mendatangi

Melalui saran-saran di atas diharapkan


dapat

membantu

dalam

keberhasilan

program Pemberantasan Penyakit Diare di


Wilayah

Kerja

UPTD

Puskesmas

Cikampek, sehingga permasalahan yang


timbul dapat teratasi

dengan pedoman LINTAS diare

(Lima Langkah Tuntaskan diare).


Standar Operasional Prosedur
(SOP) mengenai diagnosis dan
penatalaksanaan diare sebaiknya
juga ditaruh atau ditempel di ruang

pemeriksaan.
Kerja sama antara bagian P2M
dengan bagian logistik pengobatan
dalam hal perhitungan kebutuhan

12

Daftar Pustaka

1. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Buku saku


petugas kesehatan: lintas diare. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2011.
2. Situasi Diare di Indonesia: Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Jakarta:
Bakti Husada Kementerian Kesehatan RI Triwulan II; 2011. h 1-2, 26-8, 33.
3. Subdit Pengendalian dan Infeksi Saluran Pencernaan Kemenkes RI. Pengendalian
Diare di Indonesia. Dalam: Buletin Jendela Situasi Diare di Indonesia. Jakarta, 2011.
Diunduh dari http://www.depkes.go.id/downloads/Buletin%20Diare_Final(1).pdf .
4. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku pedoman pengendalian penyakit
diare. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2013.
5. Data Kesehatan di Kabupaten Karawang tahun 2009 dan 2010, diunduh dari:
http://www.karawangkab.go.id/informasi-umum/data-hasilpembangunan/kesehatan.html, diakses pada 24 Agustus 2015.
6. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012, Di unduh dari:
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVINSI_2012/
12_Profil_Kes.Prov.JawaBarat_2012.pdf, diakses pada 24 Agustus 2015
7. Puskesmas Cikampek. Laporan bulanan pengendalian penyakit menular, Kecamatan
Cikampek periode Juli 2014 hingga Juli 2015.

13

14

También podría gustarte