Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Oleh : Abakin
Perpajakan dan Koperasi merupakan dua hal penting yang perlu dipahami. Pajak itu sendiri pada
hakekatnya adalah iuran masyarakat kepada Negara sebagai bentuk partisipasi kewajiban untuk
membiayai pengeluaran umum sehubungan dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan.
Sedangkan koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum
Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.
Dan yang menjadi pertanyaan berikutnya apakah koperasi termasuk badan usaha yang
merupakan subjek pajak ? . Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2000, koperasi merupakan badan usaha yang merupakan subjek pajak yang memiliki
kewajiban dan hak perpajakan yang sama dengan badan usaha lainnya.
Menurut penulis, semestinya Undang-undang perpajakan harus membuat perlakuan khusus
terhadap koperasi, hal ini mengingat terdapat perbedaan yang mendasar antara koperasi dengan
badan usaha lainnya. Misalnya Pajak atas SHU, dimana PT berorientasi pada profit karena
bertransaksi secara luas dengan rekan usahanya, sedangkan koperasi transaksinya sangat
dominan kepada anggota saja.
Namun demikian sehubungan Undang-undang tersebut telah disetujui oleh DPR RI sebagai
wakil rakyat, maka mau-tidak mau kita harus mengikuti ketentuan tersebut.
Bagi penggerak koperasi, perlu memahami apa saja yang menjadi kewajiban Koperasi. Koperasi
sebagai Wajib Pajak badan mempunyai kewajiban untuk melakukan kewajiban perpajakan atas
dirinya termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu.
Secara umum kewajiban perpajakan koperasi adalah :
1. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP dan/atau PKP;
2. Menyetorkan dan Melaporkan Pajak Penghasilan Badan;
3. Melakukan Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh);
4. Melakukan Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai.
Kewajiban Koperasi
Simpanan Anggota :
sebagai
Pemotong
Pajak
atas
Bunga/Jasa
bunga yang diterima sepanjang jumlah bunga simpanan yang diterima atau
diperoleh anggota lebih dari Rp 240.000,00 setiap bulannya. Dalam hal
bunga/jasa simpanan yang diterima anggota tidak melebihi Rp 240.000,00
dalam sebulan, dikecualikan dari pemotongan PPh Pasal 4 ayat 2. ( PMK No.
112/PMK.03/2010)
Contoh :
a. Tn. A menerima bunga/jasa simpanan koperasi XYZ untuk Bulan
Februari 2016 sebesar Rp 235.000,00. Atas bunga simpanan
tersebut tidak dipotong PPh Pasal 4 ayat 2.
b. Tn. B menerima bunga/jasa simpanan koperasi XYZ untuk Bulan
Februari 2016 sebesar Rp 250.000,00. Atas bunga simpanan
tersebut dilakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat 2, sbb;
Bunga/Jasa
PPh 10 %
Yang diterima anggota
Rp 250.000,Rp
25.000,- (-)
Rp 225.000,-
Rp
150.000,-
PPh 10 %
SHU Yang diterima anggota
Rp
Rp
15.000,- (-)
135.000,-
Yang dikenai Pajak Penghasilan (PPh) ini adalah Penghasilan dari usaha yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak dengan peredaran bruto (omzet) yang tidak melebihi Rp 4,8 miliar dalam
1 tahun Pajak.
Pajak yang terutang dan harus dibayar adalah:
1% dari jumlah peredaran bruto (omzet)
Peredaran Usaha
Biaya-biaya Operasional
Penghasilan Neto
Koreksi Fiskal (positif/negatif)*
Penghasilan Kena Pajak
Rp. xxxx
Rp. xxxx (-)
Rp. xxxx
Rp. xxxx (-/+)
Rp. xxxx
* Koreksi dimaksud adalah koreksi atas pengakuan penghasilan dan beban yang disesuaikan dengan
ketentuan perpajakan.
Tarif Pajak : Mulai Tahun Pajak 2010, tarif Pasal 17 ayat (1) huruf b menjadi 25%.
Menghitung Pajak Terhutang
Penghasilan Kena Pajak dikalikan dengan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf b UU
a. Koperasi yang peredaran bruto lebih dari Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh
miliar rupiah) menggunakan tarif (25 %) dari Penghasilan Kena Pajak (SHU)
Contoh :
Peredaran bruto sebesar
Penghasilan Kena Pajak (SHU) sebesar
= Rp 51.000.000.000,00 dengan
= Rp 3.000.000.000,00
= Rp
750.000.000,-
Contoh :
Peredaran bruto sebesar
Penghasilan Kena Pajak (SHU) sebesar
= Rp 30.000.000.000,00 dengan
= Rp 3.000.000.000,00
Cara penghitungannya :
Jumlah PKP dari bagian peredaran bruto yang memperoleh fasilitas:
(Rp4.800.000.000,00 : Rp30.000.000.000,00) x Rp3.000.000.000,- = Rp 480.000.000,-
Jumlah PKP dari bagian peredaran bruto yang tidak memperoleh fasilitas:
Rp3.000.000.000,00 - Rp480.000.000,00
Pajak Penghasilan yang terutang:
(50% x 25%) x Rp 480.000.000,25% x Rp 2.520.000.000,Jumlah Pajak Penghasilan yang terutang