Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
AHSAN MAULANA
AHSAN MAULANA
E24104071
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
RINGKASAN SKRIPSI
AHSAN MAULANA ( E24104071). Pengujian Kualitas Kayu Bundar Jati
(Tectona grandis Linn.F) Tersertifikasi pada Pengelolaan Hutan Berbasis
Masyarakat di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Dibawah
Bimbingan Dr. Ir. Ahmad Budiaman,MSc
Kebutuhan kayu bulat untuk memenuhi bahan baku industri kehutanan
cenderung semakin meningkat seiring dengan laju permintaan konsumen akan produkproduk hasil hutan, Oleh karena itu dibutuhkan pasokan kayu yang dihasilkan dari
sumber lain, salah satunya adalah pasokan kayu yang berasal dari hutan
kemasyarakatan. Kualitas kayu yang dihasilkan pada hutan berbasis kemasyarakatan
khususnya pengelolaan hutan yang dikelola secara lestari selama ini belum teruji
sesuai standar kualitas yang ada. Oleh karena itu untuk menjamin kualitas kayu yang
dihasilkan dari pengusahaan hutan kemasyarakatan maka dibutuhkan suatu pengujian
kualitas kayu supaya kayu yang dihasilkan dapat diterima oleh industri kehutanan.
Penelitian ini bertujuan untuk menilai kualitas kayu dan mengidentifikasi jenis cacat
kayu jati yang dihasilkan dari pengelolaan hutan berbasis kemasyarakatan,
Penelitian pengujian kualitas kayu bundar jati menggunakan pedoman
pengujian kualitas kayu bundar jati yang sesuai dengan acuan normatif Standar
Nasional Indonesia (SNI). Pengujian kualitas dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu
melalui uji simulasi batang dan pengujian pembagian batang dilapangan. Uji simulasi
ini dilakukan untuk menilai kemungkinan penerapan kebijakan pembagian batang
yang optimal berdasarkan kelas sortimen dan mutu kayu.
Hasil menunjukkan bahwa, jenis cacat bentuk kayu jati yang dapat
diidentifikasi adalah kesilindrisan, kebundaran, kelengkungan, dan alur. Cacat badan
yang berhasil diidentifikasi adalah pecah belah, pecah banting, Pecah sempler/lepas,
lubang gerek, bucak-buncak, lengar dan cacat mata kayu. Untuk cacat bontos, cacat
yang ditemukan antara lain adalah gerowong/teras rapuh, pecah hati, pecah gelang,
gabeng, pakah dan kunus.
Hasil simulasi pembagian batang menghasilkan kelas kualitas terbesar adalah
kelas mutu P (32,59%), kelas mutu terbesar kedua adalah mutu D (20,99%). Mutu T
dan M masing-masing 17% dan 15,46%, serta mutu U sebesar 13,81%. Hasil
pembagian batang aktual menghasilkan kelas kualitas terbesar adalah mutu kayu D,
dengan persentase sebesar 25%. Mutu kayu T sebesar 16%, mutu kayu M (21%), mutu
kayu P dengan 23%, dan mutu kayu U dengan persentase sebesar 15%. Kualitas mutu
kayu melalui pengujian simulasi sedikit lebih baik dibanding pada pembagian batang
aktual, artinya
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi
Nama
: Ahsan Maulana
NRP
: E24104071
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Mengetahui :
Dekan Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengujian Kualitas Kayu Bundar
Jati (Tectona grandis Linn.F) pada Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat
Tersertifikasi di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara adalah benarbenar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum
pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi.
KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala
curahan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan skripsi ini.
Pada kesempatan ini Penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih
kepada :
1.Bapak Dr.Ir.Ahmad Budiaman, MSc yang telah memberikan bantuan, arahan,
nasihat dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
2.Ir. Jarwadi Budi Hernowo, MSc selaku dosen penguji dari Departemen
Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (KSHE) dan Ir. Muhdin, MSc
selaku dosen penguji dari Departemen Manajemen Hutan.
3.Keluarga tercinta (bapak (alm), ibu, kakak-kakak) yang telah memberikan
dorongan semangat, doa, pengorbanan serta kasih sayangnya baik moral
maupun material kepada penulis.
4.Ketua dan staf Koperasi Hutan Jaya Lestari (KHJL), Tropical Forest Trust
(TFT) Sulawesi Tenggara, LSM Jaringan Untuk Hutan (JAUH) Sultra, serta
keluarga bapak Husein atas bantuannya.
5.Rekan-rekan
seperjuangan
di
laboratorium
Analisis
dan
Keteknikan
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL
No.
Halaman
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pemanenan hasil hutan kayu merupakan kegiatan yang penting untuk
mendukung keberhasilan pengelolaan dan pengusahaan hutan. Tujuan dari
kegiatan pemanenan kayu salah satunya adalah untuk memaksimalkan nilai
kayu dan mengoptimalkan suplai bahan baku industri.
Untuk meningkatkan pasokan kayu untuk bahan baku industri, maka
diperlukan sumber bahan baku kayu lainnya selain dari HPH/HTI, salah satu
sumber bahan baku yang dapat dioptimalkan adalah hutan berbasis masyarakat.
Untuk menjamin kualitas kayu yang dihasilkan dari pengelolaan hutan berbasis
masyarakat, diperlukan pengujian kualitas kayu agar mutu kayu yang
dihasilkan dapat diterima oleh pasar.
Kualitas kayu jati yang dihasilkan dari hutan berbasis masyarakat ini
belum teruji secara menyeluruh sesuai dengan acuan normatif standar kualitas
yang ada. Pengujian kualitas kayu bulat jati di hutan berbasis masyarakat masih
minim dilakukan, oleh karena itu pengujian kualitas kayu pada pengelolaan
hutan berbasis masyarakat perlu dilakukan. Hasil dari pengujian kualitas kayu
ini digunakan sebagai dasar untuk membagi batang secara skematis untuk
mendapatkan nilai kayu yang maksimal.
Kayu jati merupakan kayu yang memiliki nilai ekonomis tinggi, oleh
karena itu dibutuhkan suatu kebijakan pembagian batang yang baik agar nilai
ekonomis kayu jati dapat ditingkatkan.
Mengingat pengelolaan hutan berbasis masyarakat ini telah mendapatkan
sertifikasi ekolabel, maka seluruh bagian kayu mempunyai nilai pasar yang
tinggi, sehingga sedapat mungkin semua bagian batang yang dihasilkan dapat
menjadi bahan baku industri yang bernilai mutu tinggi.
1.2.Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi dan mengukur jenis dan cacat kayu jati pada pengelolaan
hutan berbasis masyarakat.
2. Menentukan kualitas kayu bulat Jati pada pengelolaan hutan berbasis
masyarakat.
1.3.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menyampaikan data dan informasi kondisi
kayu jati secara menyeluruh bagi koperasi yang selanjutnya dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kualitas kayu jati yang lebih
baik dan bernilai tinggi.
bahan/barang
(hasil)
untuk
tujuan
tertentu
berdasarkan
sebagai suatu kegiatan dalam rangka menetapkan jenis, isi (volume), dan mutu
kayu. Penetapan ukuran kayu bundar jati menurut SNI 01-5007.17-2001,
tentang Pengukuran dan tabel isi kayu bundar Jati. Yaitu :
1. Satuan untuk diameter kayu adalah cm (centi meter) dengan kelipatan 3
(tiga) cm penuh untuk sortimen AI, AII serta kelipatan 1 cm penuh untuk
sortimen AIII.
Cacat Kayu
Bearly (2001) membagi cacat kayu kedalam dua bagian, yakni pertama
cacat yang ditimbulkan dari pengaruh lingkungan sepanjang pohon itu hidup
antara lain penyimpangan bentuk pohon, serat terpilin, kayu reaksi (kayu tekan
dan kayu tarik), pertumbuhan lingkar tahun yang abnormal, warna yang
abnormal dan lain-lain. Kelompok cacat kedua adalah cacat yang disebabkan
oleh pertumbuhan alami seperti mata kayu dan empelur.
Karlinasari (2006), menyatakan bahwa penyimpangan atau abnormalitas
dari struktur normal dalam kayu tidak diperhatikan apabila kayu dianggap
sebagai bagian dari organisme hidup dan sebagai subjek yang dipengaruhi oleh
berbagai faktor sepanjang hidupnya. Namun ketika kayu dilihat dari sudut
pandang sebagai bahan baku maka abnormalitas dalam struktur kayu sangat
diperhatikan karena dapat menurunkan nilai fungsinya. Abnormalitas tersebut
biasa dikenal dengan sebutan cacat kayu.
Karlinasari (2006), menyatakan bahwa cacat kayu (defect) adalah
penyimpangan atau kelainan pada kayu yang dapat mempengaruhi mutu kayu.
Berdasarkan penyebabnya cacat kayu dapat dibagi menjadi :
1. Cacat alami (natural defects), karena lingkungan dan serangan makhluk
biologis. Contohnya mata kayu (knots), kantung damar (pitch poket),
saluran damar (resin streaks), cacat mineral, kayu reaksi, dan fungi.
2. Selain penyebab alami / akibat pengolahan. Contohnya adalah twist,
cupping, bowing, wane, compression failure, cross breaks, dan cross
grain.
Sertifikasi Ekolabel
Sistem sertifikasi adalah mekanisme keterkaitan dan ketergantungan
Jati
Sumarna (2001), menyatakan bahwa secara morfologis, tanaman Jati
pokok
kehutanan,
dijelaskan
bahwa
hutan
berdasarkan
kepemilikannya dibagi menjadi dua, yaitu hutan negara dan hutan milik. Hutan
negara merupakan kawasan hutan yang tumbuh diatas tanah yang tidak
terbebani hak milik, sedangkan hutan milik adalah hutan yang dibebani hak
milik. Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 41Tahun 1999, hutan rakyat
adalah hutan buatan yang terletak di luar kawasan hutan negara, dalam satu
hamparan dan seringkali disebut hutan milik.
Selanjutnya Lembaga Penelitian IPB (1986) menambahkan bahwa hutan
dalam istilah hutan rakyat disini tidaklah sama dengan pengertian sebagai
biocoenose yang terdiri lahan, pohon, tumbuhan lain, dan binatang yang saling
berinteraksi menciptakan iklim mikro.
Adapun dasar pemilikan hutan rakyat sebagaimana dalam rumusan
undang-undang, yaitu :
1.Penguasaan tanah harus dilakukan lebih dahulu, kemudian mengusahakan
hutan
2.Pemilikan hak atas tanah harus lebih dahulu diperoleh dari Badan
Pertanahan Nasional (BPN) untuk kemudian mengurus pemilikan hutan.
3.Penguasaan dan pemilikan tanah kering secara perorangan sangat dibatasi
(maksimum 5 Ha) menurut ketentuan hukum pertanahan.
Kehutanan
(1990)
dalam
Setyawan
(2002)
2. Hutan rakyat homogen, yaitu hutan rakyat yang terdiri dari berbagai
jenis pepohonan yang ditanam secara campuran.
3. Hutan rakyat agroforestry, yaitu mempunyai bentuk usaha
kombinasi kehutanan dengan cabang usaha tani lainnya seperti
perkebunan, pertanian, tanaman pangan, dan peternakan secara
terpadu.
Pada pengusahaan hutan rakyat, pola usaha tani hutan berbasis
masyarakat masih dilakukan secara tradisional dan belum sepenuhnya
memperhatikan
prinsip-prinsip
ekonomi
perusahaan
yang
paling
2.
3.
4.
Batasan Masalah
Ruang lingkup permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah pada
ditebang pada areal KHJL selama bulan Mei sampai dengan Juli 2008, jumlah
pohon contoh ditetapkan sebanyak 33 pohon.
3.5.
Pengukuran Dimensi
Pengukuran dimensi dalam pengujian kualitas kayu bulat Jati ini dibagi
Seksi 1
1 meter
Seksi 2
dst
1 meter
dp
du
d1
d3
dp = (d1+d2) / 2
du = (d3+d4) / 2
d4
d2
d1
d1
d3
x 100% dan atau
x 100%
d2
d4
d3
d4
d2
Gambar 3. Cara menghitung persentase (%) cacat kebundaran
Keterangan :
1. d 1 adalah garis tengah terpanjang
2. d 2 adalah garis tengah terpendek
3. d 3 adalah garis tengah terpanjang
4. d 4 adalah garis tengah terpendek
c)
Y
P
Gambar 4. Cara menghitung % kelurusan
Keterangan : y adalah kedalaman lengkung dan p adalah panjang kayu
d)
Cacat alur
Ditetapkan dengan cara mengukur dalamnya alur pada tempat yang
e)
panjang
1 meter
Gambar 6. Cara menghitung jumlah Lubang gerek
Keterangan :
jumlah Lgb dihitung jumlah tmp (contoh dalam gambar adalah 3 bh
dalam tiap meter panjang)
kotak A berukuran 12,5 cm x 12,5 cm diletakkan pada badan kayu yang
mempunyai Lgk terbanyak, kemudian hitung jumlahnya. Apabila > 30 bh
dianggap Gr dan 30 bh dianggap Tm.
f)
A
B
Diameter Mk = (a+b) / 2
2.
3.
Jarak 1
tmp
tmp
tmp
p
L
tmp
tmp
tmp
Keterangan :
1. Jumlah Kt di badan dihitung 1 buah tiap meter panjang
2. Jumlah Kt di bontos dihitung 2 buah / bontos
3. Luas Kt 1 / Kt 2 adalah panjang x lebar
4. Luas Kt = Luas Kt1 + luas Kt 2
j)
x
z
Keterangan :
% Peb/Peg = ( y / d ) * 100 % ( yang terpanjang )
% Peb/Peg = (x + y + z) / d * 100 % (jumlah seluruhnya)
k)Cacat pecah bontos (Pebo)
Penilaian terhadap cacat Pecah bontos dinyatakan dalam ada atau tidak
ada, untuk jenis tertentu dihitung jumlah bontosnya. Pecah bontos yang saling
berhadapan dianggap 1 bh.
Cacat lengar
Penilaian terhadap cacat lengar adalah diukur besar lebarnya terhadap
Teras busuk
Gubal hilang
Pebt
Lb
Pj
n)
kelilin
Keterangan :
1. Lb = Lebar pecah
2. Pecah slemper = keliling
o)
a adalah kedalaman Gr
% kedalaman Gr = ( a / p ) *100 %
p) Cacat gubal
Penilaian terhadap cacat gubal meliputi :
1. Keadaan gubal, yaitu gubal sehat ( Gs ), gubal tidak sehat ( Gts) dan gubal
busuk ( Gb)
2. Untuk Gs diukur tebal gubalnya yaitu tebal terbesar dan atau tebal rata-rata
dengan menghitung rata-rata tebal terkecil dan terbesar pada setiap
bontosnya.
3. Untuk Gts dinyatakan dalam persen
4. Untuk Gb dinyatakan dalam persen dan kubikasi
Untuk menghitung % Gts dan Gb cara menghitung persen dan kubikasi
cacat gubal dalam SNI Pengukuran dan Tabel isi kayu bundar rimba.
Sedangkan cara mengukur tebal Gs lihat Gambar 18.
a
b
q)
Keterangan gambar :
1.a = Gs terbesar
2.b = Gs terkecil
3.tebal Gs = ( a + b ) / 2
Cacat pakah
Pakah adalah hasil pemotongan kayu bercabang yang hampir sama
besarnya, yang ditandai dengan adanya dua buah hati pada bontos lainnya.
Cacat pakah ditetapkan dengan cara mengamati ada tidaknya pakah pada
bontos.
Satuan Ukuran
Sistem satuan ukuran yang dtetapkan adalah sesuai standar SNI, yaitu:
1.1. Satuan untuk diameter kayu adalah cm (Senti meter) dengan kelipatan 3
(tiga) cm penuh untuk sortimen AI, AII serta kelipatan 1 cm penuh untuk
sortimen AIII.
1.2. Satuan untuk panjang adalah meter (m) dengan kelipatan 10 cm penuh
untuk panjang sampai dengan 10,00 meter dan 50 cm penuh untuk
panjang lebih dari 10,00 meter
1.3. Satuan untuk isi kayu bundar adalah meter kubik (m3), dengan penulisan
3 (tiga) angka di belakang koma untuk sortimen AI dan AII serta 2 angka
dibelakang koma untuk sortimen AIII.
3.7.Kualitas Kayu Bundar Jati
Mutu kayu bundar jati terbagi kedalam 6 (enam) mutu kayu yaitu U, P, D,
T, M dan L. Khusus sortimen kayu bundar jati (AI) dan kayu bundar sedang jati
(AII) dibagi dalam 4 (empat) mutu yaitu P, D, T, dan M dimana mutu kayu U
dan L tidak termasuk didalamnya. Kelas mutu kayu U merupakan kelas mutu
terbaik, berturut-turut selanjutnya adalah P, D, T, dan M.
3.8. Pelaksanaan Pengukuran
Pelaksanaan pengukuran dilakukan terhadap setiap batang kayu bundar
Jati. Dengan rancangan pengukuran sebagai berikut :
A.
Penetapan Diameter
i. Diameter diukur pada bontos ujung terkecil tanpa kulit dengan
menggunakan Pita Phi ( )
ii. Apabila Phi tidak ada, pengukuran dilakukan dengan mengukur keliling
menggunakan pita ukur biasa dalam kelipatan 1 cm, selanjutnya dengan
angka keliling tersebut diameter dicari dalam tabel isi
iii. Diameter kayu bundar Jati dinyatakan dalam kelas diameter, untuk AI
dan AII kelipatan 3 cm dan untuk AIII kelipatan 1 cm.
B.
Penetapan Panjang
Panjang diukur pada jarak terpendek antara kedua bontos melalui badan
Rata-rata Diameter
1
1
(d1 d 2) (d 3 d 4)
2
kayu = 2
2
B.
Keterangan :
kayu = diameter kayu sortimen rata-rata
d1 = diameter terpendek Bp (Bontos pangkal)
d2 = diameter tegak lurus dengan d1
d3 = diameter terpanjang Bu (Bontos ujung)
d4 = diameter tegak lurus dengan d3
Volume Sortimen
Volume dihitung berdasarkan rumus Brereton metrik, yaitu :
V = (0,7845 x d2 x p / 10000) (m3)
Keterangan :
V = volume sortimen (m3)
0,7845 =
10000 = konsanta untuk konversi satuan d2 dari cm2 ke m2
d = diameter rata-rata sortimen (cm)
p = panjang sortimen (m)
C.
Data Sekunder
Data sekunder yang akan diambil pada penelitian ini antara lain :
1.Kondisi umum lokasi penelitian
2.Luas areal tebangan
3.Potensi hutan
4.sistem pemanenan yang digunakan
5.kebijakan pembagian batang
hutan dengan luasan sebesar 598,2 Ha. Di Kabupaten Konawe Selatan, 50,38%
atau seluas 212.097 Ha, merupakan areal lahan yang dinyatakan
sebagai
Ha
212.097
79.540
42.759
3.705
86.093
0
208.909
50.38%
37.5%
20.2
1.7%
40.6%
0
49.62%
Jumlah
421.006
Sumber: Dinas Kehutanan Kabupaten Konawe Selatan, Tahun 2003
100%
pelayanan
pemeliharaan
untuk
masing-masing
unit,
dan
pada
Dengan dibantu oleh LSM JAUH dalam aspek kelembagaan dan hukum,
dan dibantu dalam aspek teknis pengelolaan hutan lestari oleh TFT, pada bulan
Mei 2005 setelah diuji oleh Tim Smartwood Asia Pasific Region, akhirnya
KHJL memperoleh sertifikat ekolabel Forest Stewardship Council (FSC) untuk
kelompok hutan yang dikelola dengan intensitas kecil dan rendah (Small and
Low Intensity Managed Forest, SLIMFs) yang sekaligus merupakan satusatunya lembaga koperasi di Asia yang memperoleh sertifikat FSC.
Tujuan penilaian dari tim Smartwood ini adalah untuk mengevaluasi
kelestarian ekologi, ekonomi dan sosial dari pengelolaan hutan, sebagaimana
yang didefinisikan oleh FSC. Kegiatan pengelolaan hutan yang diakui oleh
sertifikasi Smartwood dapat menggunakan label Smartwood dan FSC untuk
pemasaran produk pada publik dan pengiklanan.
30
42,86
20 - 29
27,27
< 20
29,87
Jumlah
100
Volume (m3)
Jumlah seksi
% jumlah
seksi
10,0 - 19,9
1,367
30
29,12%
20,0 - 29,9
4,067
34
33,01%
30
15, 071
39
37,86%
Jumlah
20,505
103
100%
Volume (m3)
Jumlah seksi
Persentase jumlah
seksi (%)
10 - 19,9
2,874
74
94,87
20,0 - 29,9
0,327
5,12
30
Jumlah
0
3,201
0
78
0
100,0
Gambar 20. Contoh cacat gerowong dan alur pada batang kayu jati.
Dari cacat yang ditemukan, persentase cacat terbesar untuk cacat bentuk
adalah cacat kesilindrisan dan kebundaran dengan persentase sebesar 22,13%.
Sementara pada cacat badan, persentase cacat terbesar yang ditemukan adalah
cacat mata kayu dengan persentase 8,72% . Sedangkan pada cacat bontos, cacat
pecah hati merupakan cacat terbesar yaitu sebesar 4,04%. Rekapitulasi jenis
cacat kayu yang ditemukan pada batang pohon yang ditebang disajikan pada
Gambar 21.
Jumlah sortimen
17,018
65
Persentase
jumlah
sortimen (%)
42,48
AII (20,0-29,9cm)
4,49
48
31,37
AI (10,0-19,9cm)
1,054
40
26,14
22,207
153
100
Jumlah
AI
16
AII
15
AIII
25
Jumlah sortimen
25
34
21
11
12
AI
25
16
17
16
AII
AIII
Jumlah sortimen
25
17
20
16
AI
10
14
AII
13
10
13
10
AIII
21
14
21
Jumlah
23
35
39
24
32
AI
104
40
AII
38
48
dilakukan KHJL hanya sebesar 153 sortimen. Selisih yang besar tersebut karena
pihak KHJL hanya memanfaatkan batang utama sedangkan cabang dan ranting
tidak dimanfaatkan sama sekali. Dan pihak koperasi hanya menjual sortimen
kayu jati diatas 10 cm yang berasal dari potongan sortimen batang utama.
Diperlukan kebijakan optimalisasi pemanfaatan kayu oleh pihak Koperasi
Hutan Jaya Lestari (KHJL) agar kayu-kayu yang terbuang bisa dimanfaatkan
semaksimal mungkin, sehingga nilai ekonomis kayu lebih meningkat dibanding
pemanfaatan yang ada sekarang.
B. Perbandingan Kualitas Mutu Kayu yang dimanfaatkan
Pada perbandingan mutu kayu antara pengujian kualitas melalui simulasi
pembagian batang dan pembagian batang aktual, pada pengujian simulasi
memiliki kualitas kayu yang lebih baik dibanding pada pembagian batang
aktual, seperti jumlah sortimen dengan kualitas mutu U (utama) dan P
(pertama) pada uji simulasi lebih tinggi dibanding pembagian batang aktual
Kualitas mutu kayu melalui pengujian simulasi sedikit lebih baik
dibanding pada pembagian batang aktual KHJL, artinya
diperlukan
KHJL
U
25
23
P
59
35
D
38
39
Cukup tingginya jumlah angka kayu sortimen dengan kualitas
T
31
24
M rendah disebabkan karena
28
32 alami Cukup
mutu
beberapa faktor, baik
Total
181
153
Perum Perhutani. 1995. Himpunan Pedoman Kerja bidang Produksi Hutan. (Tidak
dipublikasikan).
Perum Perhutani. 1997. Pedoman Pembagian Batang Kayu Bundar Rimba. Jakarta :
Perum Perhutani (tidak dipublikasikan)
Prabowo RH. 2006. Perencanaan Pembagian Batang Secara Intensif pada
Pengusahaan Hutan Tanaman Industri Kayu Mangium Acacia mangium di
HPHTI PT.INHUTANI II Pulau Laut Kalimantan Selatan. [Skripsi]. Fakultas
Kehutanan IPB. Bogor
Prastowo H. 1980. Pedoman Pelaksanaan Teknik Tebangan Untuk Hutan Jati. Tidak
dipublikasikan.
Rusyana Y. 2000. Analisa Penentuan Prestasi Kerja Operator Chainsaw pada
Penebangan Jati ditinjau dari Ukuran Sortimen dan Ketepatan Pemotongan.
[Skripsi]. Bogor : Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB.
Soeparto RS. 1979. Pemanenan hasil Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Sofiyuddin M. 2007. Potensi Tegakan Hutan Rakyat jati dan Mahoni yang
Tersertifikasi untuk Perdagangan Karbon (Studi Kasus di Desa Selopuro,
Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri). [Skripsi]. Bogor: Departemen
Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB.
Sumarna Y. 2001. Budi Daya Jati. Penebar Swadaya. Jakarta
Winarto B. 2006. Kamus Rimbawan.. Jakarta : Yayasan Bumi Indonesia Hijau
LAMPIRAN
Karakteristik
D
Cacat bentuk
Lengkung p 2 m
1 bh 1 % p
1 bh 2 % p
p<2m
1 bh 1 % p
1 bh 3 % p
1 bh 3 % p
2 jml 2 % p
1 bh 5 % p
2 jml 5 % p
Alur
2
Cacat badan
Pecah / belah
Pecah banting
Pecah slemper / lepas
Lubang gerek besar
Inger-inger
Kulit tumbuh
Buncak-buncak
- buncak besar
- buncak kecil
Mata kayu :
- mata kayu sehat
Mutu
P
Cacat bontos
Inger-inger
Kulit tumbuh
Gerowong / teras
Busuk / teras rapuh
Cacat sekitar hati
pecah hati
pecah busur / gelang
gubal :
- d 4-7 cm
- d 10-13 cm
- d 16-19 cm
pakah
gebeng
Kunus
Keterangan :
( - ) adalah tidak dibatasi
( x ) adalah tidak diperkenankan
Asal tidak
mereduksi
X
X
X
1 bh / btg
X
1 bh / btg
25 % p
X
Lb kel
Pj 10 % p
1 bh / tmp
10 %p
1 bh / tmp
40 % p
20 % p
Lb 1/2 kel
Pj 20 % p
2 bh / tmp
25 % p
2 bh / tmp
X
40 % p
Pj 40 % p
40 % p
-
X
kel
Lb kel
-
kel
-
2 bh / tmp
10 cm
3 bh / tmp
15 cm
X
X
kel
Pj 10 % p
3 bh / tmp
3 bh / tmp
kel
Pj 25 % p
Pj 50 % p
10 % p
2 bh / bo
10 % d
dlm 10 %p
10 % d
X
25 %p
25 % d
dlm 25 % p
25 % d
-
40 %p
40 % d
dlm 40 % p
40 % d
-
X
15 % d
25 % d
1 bh / tmp
5 cm
2 bh / tmp
5 cm
X
X
X
X
1 bh / bo
X
X
X
X
1 cm
2 cm
3 cm
X
X
X
Sedangkan singkatan lainnya mengacu pada SNI 01-5007.17-2001 tentang pengukuran dan table isi kayu
bundar jati
Karakteristik
Cacat bentuk
Kesilindrisan
Lengkung
Alur:
Mutu
P
Hsi
1 bh 2 % p
( 6 cm )
1 bh 3 % p
( 8 cm )
2 bh 3 % p
( 6 cm )
1 bh 5 % p
( 12 cm )
2 bh 5 % p
( 9 cm )
-p
>p
Cacat badan
Pecah belah :
-Bhd
1 bh 14% d
>1bh 13% d
1 bh 13% d
>1bh 12% d
1 bh 17%d
>1bh15%d
1 bh 15%d
>1bh14%d
1 bh 21%d
>1bh18%d
1 bh 18%d
>1bh16%d
60 % p
100 % p
30 % p
( 45 cm )
50 % p
( 45 cm )
100 % p
( 45 cm )
Pecah banting
Pj
Lb
X
X
20 % p
kell
30 % p
1/3 kell
20 % p
-
Pecah slemper
Lb kell
Pj 30 % p
Lb kell
Pj 50 % p
Pecah lepas
Lb kell
b kell
1bh / btg
x
3 bh / tmp
20 % p
6 bh / tmp
30 % p
1 bh / tmp
@ 10 cm2
2 bh / tmp
@ 10 cm2
1/8 kel
kel
kel
kel
kel
-
2 bh / tmp
10 cm
x
3 bh / tmp
15 cm
3 bh / tmp
8 cm
3 bh / btg
kel
Pj 40 % p
3 bh / tmp
20 cm
3 bh / tmp
10 cm
5 bh / btg
kel
Pj 75 % p
4 bh / tmp
25 cm
4 bh / tmp
13 cm
-
- Tbhd
mkb
Lubang pelatuk
Lengar
2 bh / btg
kel
Pj 25 % p
3. Cacat bontos
Lubang gerek besar
Inger-inger
Jml dlm 15
cm
1 bo,
Dlm 10 % p
Jml dlm 25
cm
1 bo,
Dlm 20 % p
Jml dlm 45
cm
1 bo,
Dlm 30 % p
1 bh
2 cm2
x
2 bh
5 cm2
1 bo 20%d
Dlm 20 % p
1 bo 20%d
3 bh
10 cm2
2bo 20%d
Jml dlm
20% p
2bo 20%d
2bo40%d
Jml dlm
50% p
-
2 bo, 2 bh, pj
50 % d
Pj 30 % d
2.5 cm
x
x
x
2 bo, -, pj 75
%d
Pj 50 % d
3 cm
x
50 % d
-
Kulit tumbuh
- jml
- luas
Gerowong / teras
Busuk / teras rapuh
Cacat sekitar hati
Pecah hati
Pecah busur
Pj 100 % d
Gubal
Pakah
Gabeng
50 % d
kunus
Keterangan :
( - ) adalah tidak dibatasi
( x ) adalah tidak diperkenankan
Sedangkan singkatan lainnya mengacu pada SNI 01-5007.17-2001 tentang pengukuran dan
kayu bundar jati
table isi
Karakteristik
Persyaratan cacat
Cacat bentuk
Kesilindrisan
Lengkung
Puntiran
Alur :
1. - p
2. - > p
Cacat badan
Pecah / belah :
- bhd
- tbhd
Pecah banting :
- pj
Mutu
D
hsi
1bh 5 %p
( 10 cm )
1bh 7%p
( 12 cm )
2bh 9 %p
( 10 cm )
1bh 9%p
( 16 cm )
2bh 11 %p
( 12 cm )
1bh 11%p
( 20 cm )
2bh 13 %p
( 14 cm )
1 : 11
1 :9
1 :7
1 :6
1 :5
1bh35%p
>1bh20%
p
1bh20%p
>1bh15%
p
1bh45%p
>1bh30%p
1bh30%p
>1bh25%p
1bh55%p
>1bh40%p
1bh40%p
>1bh35%p
1bh65%p
>1bh50%p
1bh50%p
>1bh45%p
1bh75%p
>1bh60%p
1bh60%p
>1bh55%p
2bh25%p
20%p
2bh60%p
30%p
2bh100%p
hsi
1bh 3% p
( 6 cm )
20 % p
30 % p
40 % p
50 % p
- lb
Pecah lepas
Lgb
Lgk / Lgs
Inger-inger
Kulit tumbuh :
- jml
- luas
- jr
Buncak-buncak :
- bcb
- bcr
Mata kayu :
- mks
1 bh/tmp
3 bh/tmp
kel
Lb kel
Pj 40 % p
5 bh/tmp
Pada gubal
x
10 % p
20 % p
30 % p
40 % p
2 bh/btg
@ 10 cm2
1.0 m
2 bh/tmp
@ 10 cm2
-
3 bh/btg
@ 15 cm2
-
X
1/8 kel
1/8 kel
kel
kel
kel
kel
-
3 bh/tmp
25 cm
3 bh/tmp
35 cm
X
4 bh/tmp
35 cm
4 bh/tmp
45 cm
2 bh/tmp
18 cm
2 bh/tmp
23 cm
5bh/tmp
45cm
-
4bh / btg
6 cm
Dlm 8 %d
Jr 0.75 m
kel
Pj 50 % p
6bh / btg
6 cm
Dlm10 %d
Jr 0.50 m
kel
Pj 75 % p
6 bh / btg
kel
x
kel
Lb 1/3 kel
Pj 75 % p
-
kel
Lb kel
-
(psgl)
Mkb
2 bh/tmp
15 cm
2 bh/tmp
25 cm
X
(psgl)
Lubang pelatuk
1bh / btg
6 cm
Dlm 8 %d
Lengar
kel
Pj 25 % p
1bh/btg,
dlm2 %p
x
2bh/btg,
dlm5 % p
1 bo dlm
10 % p
1 bh/btg
2 cm2
x
3 bh/bo
10 cm2
1bo20%
d
Dlm 10%p
4 bh/bo
30 cm2
2bo30%
d
Jml dlm
25%p
5 bh/bo
2bo40%
d
Jml dlm
40%p
2bo50%
d
Jml dlm
55%p
X
d 60 cm
2 bh
1bo,1bh,
pj25%d
pj 25% d
Gs 2 cm
x
x
x
1bo15%d
d 40 cm
2 bh
2bo,2bh,
pj50%d
pj 45% d
3 cm
x
25% d
dlm10%p
2bo20%d
d 30 cm
2 bh
1bo,-,
pj75%d
pj 70% d
x
50% d
dlm20%p
2bo30%d
2bo40%d
pj 100% d
75% d
-
pj 150% d
-
Cacat bontos
Lgb
Inger-inger
Kulit tumbuh :
- jml
- luas
Gr / Tb / Tr
Pecah hati
Pb / Pg
Gubal
Pakah
Gabeng
Kunus